PETA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
719 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
24
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
A. UMUM 1. Dasar Hukum Provinsi Kalimantan Tengah berdiri dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958, tertanggal 2 Juli 1958, dengan ibukota Palangkaraya. 2. Lambang Provinsi Lambang Daerah Propinsi Kalimantan Tengah berbentuk segilima, warna dasar Merah dan di tengah lambang berwarna hijau, dengan moto ISEN MULANG (Pantang Mundur). Segi lima, adalah lambang falsafah hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Merah, adalah lambang keberanian, keperkasaan dalam menghadapi berbagai tantangan yang memecah belah persatuan dan kesatuan. Hijau, adalah lambang kesuburan bumi Tanbun Bungai dengan berbagai kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Talawang (Perisai), adalah lambang alat penangkis serangan musuh yang melambangkan kewaspadaan dan ketahanan masyarakat terhadap anasir - anasir yang merusak baik dari luar maupun dari dalam. Belanga (Guci), adalah lambang barang pusaka yang bernilai tinggi, yang melambangkan potensi kekayaan alam Kalimantan Tengah. Tali Tengang (Tali yang terbuat dari kulit kayu), adalah lambang kekokohan dan kekompakan yang tidak mudah di cerai beraikan. Kapas dan Parei (Kapas dan Padi), adalah lambang bahan sandang pangan yang melambangkan kemakmuran bangsa Indonesia pada umumnya dan rakyat Kalimantan Tengah pada khususnya. Bintang Lapak Lime ( Bintang Segi Lima), adalah lambang Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Kambang Kapas (Bunga Kapas) 17 buah, Dawen (daun) 8 lembar dan Bua Parei (Buah Padi) 45 butir adalah lambang Hari Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Burung Tingang (Burung Enggang), adalah lambang pertanda kemakmuran dan kedinamisan serta tekat rakyat Kalimantan Tengah untuk ikut serta secara aktif pemeliharaan dan pelestarian lingkungan. Mandau dan sipet (Parang dan Sumpit) adalah pasangan senjata yang di buat oleh nenek moyang Suku Dayak Kalimantan Tengah yang digunakan untuk bekerja, berburu dan menghadapi serangan musuh.
720 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Garantung (gong) adalah lambang bahwa masyarakat Kalimantan Tengah menjunjung tinggi kesenian, kebudayaan, berpandangan optimis dalam menghadapi berbagai tugas dalam suasana gotong royong sebagai lambang persatuan dan kesatuan. 3. Pemerintahan Secara administrasi Pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari 13 Pemerintahan Kabupaten dan 1 Pemerintahan Kota. No. Kabupaten/Kota Ibu kota 1 Kabupaten Barito Selatan Buntok 2 Kabupaten Barito Timur Tamiang 3 Kabupaten Barito Utara Muara Teweh 4 Kabupaten Gunung Mas Kuala Kurun 5 Kabupaten Kapuas Kuala Kapuas 6 Kabupaten Katingan Kasongan 7 Kabupaten Kotawaringin Barat Pangkalan Bun 8 Kabupaten Kotawaringin Timur Sampit 9 Kabupaten Lamandau Nanga Bulik 10 Kabupaten Murung Raya Purukcahu 11 Kabupaten Pulang Pisau Pulang Pisau 12 Kabupaten Sukamara Sukamara 13 Kabupaten Seruyan Kuala Pembuang 14 Kota Palangka Raya 4. Letak Geografis dan Batas Wilayah Letak geografis Propinsi Kalimantan Timur yaitu 02 ` 27 ` 20 ” LS-04` 24` 55 ” LU dan 113` 49` 00 119 57 BT, dengan luas perairan laut sebesar 9.800.000 Ha pada 02 27 20″ LS 04 24 55 ” LU dan 117 50 00 ” 119 57 00 ” BT dan panjang pantai 1.185 Km yang terbentang dari selatan di Kabupaten Pasir sampai Utara di Kabupaten Nunukan, dengan batas wilayah sebagai berikut : • • • •
Utara Kalteng berbatasan langsung dengan sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Timur. Timur Kalteng berbatasan dengan sebagian Kalimantan Timur dan Sebagian Kalimantan Selatan. Selatan Propinsi Kalteng berbatasan dengan Laut Jawa. Barat Kalteng berbatasan dengan Kalimantan Barat.
5. Komposisi Penganut Agama Islam = 69,67% Protestan = 16,41% Katolik = 3,11% Hindu = 10,69% Budha = 0,12%
721 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
6. Bahasa dan Suku Bangsa Bahasa : • Bahasa Dayak (ngaju, katingan Rungan, Ma’anyan, Ot’Danum) • Bahasa Sa,pit • Bahasa bakumpai • Bahasa Tamuan Suku : • Suku Dayak (Bakumpai, Bawo, Dusun, katingan, Sampit) 7. Budaya a. Lagu Daerah b. Tarian Tradisional c. Senjata Tradisional d. Rumah Tradisional e. Alat Musik tradisional f. Makanan khas daerah
: Naluyak, Kalayar, Palu Cempang Pupoi : Tari Balean Dadas, Tari Tambun dan Bungi : Mandau : Rumah Betang : Gerdek, Sampek, kledi : kalo-kalo
8. Bandara dan Pelabuhan Laut Bandara : Tjilik Riwut Pelabuhan Laut : Sampit, Kumai 9. Industri dan Pertambangan : Karet, rotan, industri barang kelontong, minyak kelapa, minyak bumi dan intan.
B. OBYEK WISATA 1. Obyek Wisata Alam a. Taman Nasional Tanjung Puting Taman Nasional Tanjung Puting awalnya adalah Suaka Margasatwa Tanjung Puting yang ditetapkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tanggal 13 Juni 1936 dengan luas wilayah 305.000 hektar. Oleh Pemerintah Hindia Belanda, kawasan ini dijadikan sebagai tempat perlindungan orangutan (pongo pygmaeus) dan bekantan (nasalis larvatus). Selanjutnya, pada tanggal 12 Mei 1984 Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Kehutanan, menetapkan Tanjung Puting sebagai taman nasional dengan luas wilayah menjadi 300.040 hektar. Pada tahun 1996, melalui SK Menteri Kehutanan No. 687/kpts-II/96 tanggal 25 Oktober 1996, luas kawasan Taman Nasional Tanjung Puting bertambah menjadi 415.040 hektar yang terdiri atas Suaka Margasatwa Tanjung Puting 300.040 hektar, hutan produksi 90.000 hektar, dan kawasan daerah perairan sekitar 25.000 hektar.
722 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Taman Nasional Tanjung Puting merupakan kawasan konservasi yang penting untuk melindungi satwa langka seperti orangutan, bekantan, owa-owa, kelasi, dan lainlain. Kawasan yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai paru-paru dunia (cagar biosfer) ini termasuk tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan rawa air tawar, hutan mangrove, dan hutan pantai. Kawasan ini mempunyai topografi datar sampai sedikit bergelombang dengan ketinggian 0—100 m dpl (di atas permukaan laut). Secara umum tipe iklimnya termasuk tropika basah dengan curah hujan ratarata 2.400 mm per tahun dan memiliki kelembaban yang tinggi. b. Kota Air Muara Teweh Sebagai kota air, Muara Teweh menyuguhkan pemandangan yang unik. Di kota kecil ini, terdapat rumah apung yang cukup banyak, berderet di sepanjang tepian Sungai Barito. Jenis rumah semacam ini dapat dianggap sebagai kearifan lokal dalam menghadapi bahaya banjir. Karena banjir di Muara Teweh pada umumnya berupa genangan, bukan air bah, jadi setinggi apapun banjir yang terjadi tidak akan menenggelamkan rumah-rumah tersebut. Di sepanjang aliran sungai, pengunjung juga akan menjumpai pemandangan alam yang menawan. Menyaksikan lebat dan hijaunya hutan Kalimantan serta mendengarkan nyanyian khas hewan-hewan yang hidup di dalamnya merupakan pengalaman berharga yang mungkin tidak akan dialami di tempat-tempat lain. Dengan menggunakan jasa ojek speed boat, pengunjung dapat menikmati sepuasnya keindahan pemandangan alam di sepanjang aliran Sungai Barito tersebut. Pengunjung tidak perlu khawatir dengan harga yang ditawarkan, sebab tidak ada harga resmi untuk alat transportasi ini, sehingga pengunjung dapat menawarnya. Pada umumnya, besar-kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung pada jarak tempuh yang dikehendaki oleh pengunjung. c. Taman Nasional Bukit Raya – Bukit Baka Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya merupakan kawasan konservasi yang terletak di jantung Pulau Kalimantan. Kawasan ini memiliki peranan penting dalam fungsi hidrologis yaitu sebagai catchment area (daerah resapan air) bagi daerah aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan daerah aliran Sungai Katingan di Kalimantan Tengah. Kawasan hutan Bukit Baka-Bukit Raya didominasi oleh berbagai jenis ekosistem hutan hujan tropis khas pegunungan. Bukit Baka-Bukit Raya merupakan gabungan Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah. Telah terjadi enam kali perluasan area hingga akhirnya kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional. Pertama, tahun 1978, kawasan Bukit Raya ditetapkan sebagai cagar alam dengan luas 50.000 hektar. Kedua, tahun 1979, cagar alam diperluas menjadi 110.000 hektar. Ketiga, tahun 1981, kawasan Bukit Baka ditetapkan sebagai kawasan cagar 723 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
alam dengan luas 100.000 hektar. Keempat, tahun 1982, luas cagar alam Bukit Baka bertambah menjadi 116.063 hektar. Kelima, tahun 1987, mengalami pengurangan luas cagar alam menjadi 70.500 hektar. Keenam, tahun 1992, Cagar Alam Bukit Baka dan Cagar Alam Bukit Raya disatukan dan statusnya diubah menjadi taman nasional dengan nama Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 281/Kpts-II/1992, tanggal 26 Februari 1992, dengan luas wilayah 181.090 hektar. Keistimewaan kawasan wisata Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya terletak pada kekayaan flora dan faunanya. Secara umum, wilayah taman nasional ini didominasi oleh vegetasi tingkat pohon yang penyebarannya bervariasi, dari kaki hingga ke puncak bukit. Vegetasi pada dataran rendah (kaki bukit) hingga ketinggian 400 m menunjukkan kekhasan hutan hujan dataran rendah yang menjadi rumah bagi sekitar 30 % spesies dipterocarpaceae. Disebabkan oleh adanya perubahan ketinggian tempat, maka tipe vegetasi dominan kemudian berubah secara bertahap, sehingga di wilayah ini ditemui tipe-tipe vegetasi hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegunungan, vegetasi sungai, dan vegetasi lumut (di puncak-puncak bukit). Keistimewaan kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya yang lainnya adalah terdapat beraneka ragam jenis satwa di dalamnya, di antaranya berbagai jenis burung seperti Burung Ruai (argusianus argus) dan 3 jenis Burung Enggang, salah satunya adalah burung Enggang Gading (rhinoplax vigil). Jenis-jenis satwa lainnya yang dapat dijumpai di kawasan ini adalah mamalia, seperti landak (hystrix branchyura), lutung merah (presbytis rubicunda), dan beruk (macaca nemestrina). Kekayaan fauna Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya juga bisa dilihat dari hewan reptil yang hidup di kawasan ini, seperti ular (lamaria schlegeli), kadal (spenomorphus), kura-kura darat (famili testudinidae), katak daun, katak batu, dan kodok. Selain itu, di kawasan ini juga hidup jenis-jenis ikan yang termasuk dalam kategori langka yang mungkin tidak akan dapat dijumpai di kawasan lain, seperti ikan seluang (osteochilus spilurus), baung (mystus micracanthus), dan adung (hampala macrolepidota). Kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya terletak di Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Kotawaringin Timur. d. Danau Tahai Danau Tahai memiliki keunikan yang mungkin tidak dimiliki oleh danaudanau lainnya (terutama di luar Pulau Kalimantan), yaitu airnya berwarna merah—yang disebabkan oleh akarakar pohon di lahan gambut. Di sekitar danau, pengunjung juga dapat menyaksikan pemandangan yang unik, yaitu banyak terdapat rumah-rumah terapung—yang oleh penduduk setempat disebut sebagai rumah lanting.
724 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Jika merasa bosan dengan pemandangan air saja, pengunjung dapat menyambangi lokasi Penangkaran Orangutan Nyaru Menteng milik Yayasan BOS (Borneo Orangutan Survival) yang tidak jauh dari lokasi Danau Tahai ini. Di lokasi penangkaran ini, pengunjung dapat menyaksikan kelucuan tingkah-laku orangutan yang berada di kandangnya. Selain melihat orangutan, pengunjung juga dapat mencoba tracking ke dalam hutan yang masih terjaga kelestariannya di sekitar areal penangkaran ini. Namun, tempat penangkaran ini tidak buka setiap hari. Hanya pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya lokasi penangkaran ini dibuka untuk umum. Keistimewaan kawasan wisata Danau Tahai lainnya adalah disediakannya jembatanjembatan kayu yang mengelilingi areal hutan ini, sehingga pengunjung tidak perlu khawatir akan terendam air gambut. Di dalam hutan, pengunjung dapat menikmati sejuk dan segarnya udara hutan sambil mendengarkan merdunya kicauan burungburung. Jika sedang beruntung, pengunjung juga dapat bertemu dengan uwak-uwak, salah satu jenis kera langka yang dilindungi oleh pemerintah dan hanya terdapat di kawasan ini. Danau Tahai terletak di Jalan Palangkaraya—Sampit km 28, atau tepatnya di Desa Tahai, Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Kotamadya Palangkaraya. e. Pantai Ujung Pandaran di Kotawaringin Timur Pantai Ujung Pandaran merupakan representasi dari keindahan pemandangan alam yang sungguh memesona. Di pantai ini, pengunjung dapat menjumpai hamparan pasir putih yang begitu luas, barisan pohon nyiur yang jika dilihat dari kejauhan seolah-olah memagari pantai ini, deburan ombak yang cukup besar, dan kekayaan biota laut khas pantai ini. Khusus untuk biota laut, di Pantai Ujung Pandaran banyak terdapat ubur-ubur, ikan pari, berbagai jenis ikan kecil yang hidup di terumbu karang, dan lain-lain. Selain menikmati keindahan pemandangan alamnya, di Pantai Ujung Pandaran ini pengunjung juga dapat menyaksikan ritual adat Simah Laut yang dipraktekkan oleh masyarakat nelayan setempat secara turun temurun. Simah Laut adalah ritual tolak bala yang dilakukan oleh para nelayan Ujung Pandaran sebelum memulai pelayaran ke laut untuk mencari ikan. Ritual tahunan ini dilakukan setiap tanggal 10 bulan Syawal, atau sepuluh hari setelah Hari Raya Idulfitri. Sebelum acara ini dilaksanakan, biasanya masyarakat setempat bergotongroyong membersihkan pantai terlebih dahulu. Setelah pantai dirasa cukup bersih, ritual Simah Laut baru diselenggarakan dengan cara melarungkan berbagai macam sesaji ke tengah laut. Oleh masyarakat setempat, ritual ini dipercaya dapat mendatangkan keselamatan dan memberikan limpahan rezeki selama melaut. Pantai Ujung Pandaran terletak di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur.
725 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
f.
Arboretum Nyaru Menteng Arboretum Nyaru Menteng merupakan hutan konservasi yang terdapat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Secara harfiah, arboretum adalah tempat pelestarian dan penelitian untuk tumbuh-tumbuhan langka yang terdapat di hutan. Namun, Arboretum Nyaru Menteng tidak hanya dijadikan sebagai tempat konservasi untuk tumbuhtumbuhan langka, tetapi juga sebagai tempat konservasi orangutan. Sampai dengan bulan November 2007, Arboretum Nyaru Menteng telah merawat lebih dari 200 orangutan. Arboterum ini dibangun pada tahun 1988 dan merupakan areal bekas kawasan HPH (Hak Pengolahan Hutan) yang telah dieksploitasi sejak tahun 1974. Nama Nyaru Menteng sendiri berasal dari bahasa Dayak yang berarti gagah berani. Selain sebagai kawasan konservasi, Arboretum yang luas wilayahnya mencapai 65,2 hektar ini juga sering digunakan sebagai tempat pembinaan bagi para pelajar, pramuka, mahasiswa, dan organisasi-organisasi kepemudaan yang memiliki kecintaan terhadap aktivitas pelestarian alam. Sejak ditetapkan sebagai kawasan wisata yang dibuka untuk umum, Arboretum Nyaru Menteng selalu ramai dikunjungi pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya. Pada umumnya, pengunjung ingin menikmati keindahan alam Arboretum sambil melihat-lihat binatang yang ada di kawasan ini.
2. Obyek Wisata Sejarah a. Monumen Palagan Sambi Sekitar 61 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 Oktober 1947, di Desa Sambi, pedalaman Kabupaten Kotawaringin Barat, tergores sebuah cacatan sejarah bagi TNI AU yang pertama kalinya menerjunkan pasukan payung RI di daerah itu. Penerjunan pasukan payung pertama RI itu atas permintaan Gubernur Kalimantan Selatan waktu itu, yaitu Ir. Pangeran Muhamad Noor kepada KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara) Komodor Udara D. Suryadarma untuk mendirikan stasiun radio induk yang dapat menghubungkan Yogyakarta (pusat pemerintahan waktu itu) dengan Pulau Kalimantan sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan kemerdekaan. Untuk memenuhi permohonan tersebut, KSAU membentuk staf khusus dengan tugas mempersiapkan dan melatih pasukan payung sebanyak 13 orang yang sebagian besar direkrut dari putra asli Kalimantan bersama dengan pemuda asal 726 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Sulawesi dan Jawa di bawah komandan Mayor Tjilik Riwut. Dengan hanya dilatih selama satu minggu, anggota pasukan payung yang belum memiliki ketrampilan secara memadai itu diterjunkan dari pesawat C 4/Dakota RI-002. Pada penerjunan tersebut tidak ada satu pun di antara 13 anggota pasukan yang berhasil dengan mulus mendarat sampai ke tanah. Semuanya mengalami hambatanhambatan di atas pohon. Namun, tantangan yang paling tragis justru datang dari penghianatan bangsa sendiri, karena ada oknum yang telah memberitahu kepada Belanda tentang operasi penerjunan tersebut. Pasukan khusus yang selama berbulan-bulan hidup di rimba belantara itu akhirnya diserang oleh pasukan Belanda dan mengakibatkan tiga orang anggota pasukan gugur di medan laga. Ketiga orang yang gugur dalam penyergapan pasukan Belanda itu adalah Iskandar, pimpinan pasukan, dan dua anggota lainnya, Akhmad Kosasih dan Hary Hadi Sumantri. Untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang gugur pada penerjunan pasukan payung pertama itu, pada tahun 2000 diresmikan Monumen Palagan Sambi oleh Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Hanafie Asnan di Desa Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Pemberian nama Palagan Sambi didasarkan pada lokasi di mana peristiwa penerjunan itu terjadi, yaitu di Desa Sambi. b. Masjid Kiai Gede Ajaran Islam masuk wilayah Nusantara dengan meninggalkan jejak-jejaknya yang jelas. Salah satunya adalah Masjid Kiai Gede di Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah. Masjid yang berukuran 16 x 16 meter atau 256 meter persegi ini dibangun pada tahun 1632 Miladiyah atau tahun 1052 Hijriyah, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Mustainubillah (1650-1678 M), raja keempat dari Kesultanan Banjarmasin. Nama Kiai Gede untuk masjid ini diambil dari nama seorang ulama yang telah berjasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan, khususnya di wilayah Kotawaringin. Ulama tersebut adalah Kiai Gede, seorang ulama asal Jawa yang diutus oleh Kesultanan Demak untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan. Kedatangan Kiai Gede tersebut ternyata disambut baik oleh Sultan Mustainubillah. Oleh sang Sultan, Kiai Gede kemudian ditugaskan menyebarkan Islam di wilayah Kotawaringin, sekaligus membawa misi untuk merintis kesultanan baru di wilayah ini. Berkat jasa-jasanya yang besar dalam menyebarkan Islam dan membangun wilayah Kotawaringin, Sultan Mustainubillah kemudian menganugerahi jabatan kepada Kiai Gede sebagai Adipati di Kotawaringin dengan pangkat Patih Hamengkubumi dan bergelar Adipati Gede Ing Kotawaringin. Namun, hadiah yang paling berharga dari sang Sultan bagi Kiai Gede adalah dibangunnya sebuah masjid yang kelak bukan sekedar sebagai tempat beribadah, melainkan juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan kemasyarakatan bagi Kiai Gede dan para pengikutnya. Bersama para pengikutnya, yang waktu itu hanya berjumlah 40 orang, Kiai Gede kemudian membangun Kotawaringin dari hutan belantara menjadi sebuah kawasan permukiman yang cukup maju. Kalaupun wilayah Kotawaringin sekarang ini menjadi 727 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
salah satu kota yang terbilang maju di Kalimantan, hal itu tidak dapat dipisahkan dari jasa besar Kiai Gede dan para pengikutnya. Saat ini, Masjid Kiai Gede yang sudah berumur ratusan tahun tersebut masih berdiri kokoh dan terawat dengan baik. Hal ini disebabkan oleh keseriusan masyarakat Kotawaringin Barat dalam merawat dan memfungsikan masjid yang dianggap menjadi tonggak sejarah perkembangan Islam di wilayah ini. Bagi masyarakat Kotawaringin Barat, Masjid Kiai Gede tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan sosial-kemasyarakatan, sebagaimana Kiai Gede dan para pengikutnya memfungsikan masjid ini di masa lalu.
3. Wisata Budaya a. Festival Tira Tangka Balang “Tira Tangka Balang” merupakan sebuah istilah adat yang menjadi ikon Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Bahkan, “Tira Tangka Balang” dijadikan slogan utama kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Barito Utara pada 2002 tersebut. Istilah Tira Tangka Balang dalam bahasa Dayak merupakan rangkaian kata dari bahasa Kandan Siang Murung Ot Danum. Dalam tradisi suku Dayak, makna harfiah dari istilah Murung Ot Danum sebenarnya kira-kira seperti ini: “Kalau sudah membuat tangga untuk menebang sebatang pohon yang sangat besar, maka pohon tersebut harus tuntas sampai tumbang”. Arti harfiah tersebut kemudian dimengerti secara luas dengan pemaknaan bahwa “Kalau bekerja jangan dengan setengah hati, harus sampai tuntas”. Jargon inilah yang kemudian dijadikan pegangan dan penyemangat bagi segenap warga Kabupaten Murung Raya. Selain menjadi slogan kebanggaan warga Kabupaten Murung Raya, istilah “Tira Tangka Balang” pada akhirnya diabadikan dalam rupa bangunan atau monumen tugu yang diletakkan di jantung pemerintahan Kabupaten Murung Raya. Tugu tersebut menjadi kebanggaan masyarakat di kabupaten yang memiliki luas wilayah 38.617 km² ini. Boleh jadi karena Tira Tangka Balang dijadikan sebagai simbol penggugah semangat masyarakat Kabupaten Murung Raya, maka semboyan ini kemudian digunakan juga untuk menamai sebuah perhelatan budaya, yang tidak lain adalah festival seni dan budaya tahunan khas Kalimantan Tengah yang dinamakan Festival Tira Tangka Balang.
728 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
Tugu Tira Tangka Balang Sumber Foto: http://rozimura.blogspot.com Festival Tira Tangka Balang menyajikan berbagai jenis kegiatan seni dan budaya khas Kalimantan Tengah untuk dipertandingkan, antara lain perlombaan olahraga tradisional, tarian tradisional, musik tradisional, karungut (seni berkisah, semacam pantun dalam tradisi Melayu atau kidung dalam tradisi Jawa), pakasak lamang (memasak nasi dengan memakai bambu), menempek kenta (membuat makanan berbahan dasar ketan khas Dayak), dan lain-lainnya. Tarian khas Kalimantan Tengah yang diperlombakan dalam event seni dan budaya ini di antaranya adalah tari pedalaman dan tari pesisir. Selain itu, dalam Festival Tira Tangka Balang ini juga diperlombakan kontes pemilihan putra dan putri pariwisata sebagai calon duta wisata Kabupaten Murung Raya. Perlombaan olahraga tradisional tampaknya menjadi cabang seni/budaya yang paling digemari oleh kalangan penikmat Festival Tira Tangka Balang sehingga citra agenda tahunan ini menjadi lebih lekat sebagai perhelatan lomba olahraga tradisional. Beberapa cabang krida tradisional khas Borneo yang menjadi sajian khas Festival Tira Tangka Balang antara lain: menyumpit, jukung (perahu tradisional), besei kambe (tarik tambang di atas sungai dengan menggunakan perahu), balogo (permainan tradisional khas suku Banjar dengan menggunakan tempurung kelapa), mangaruhi (tradisi menangkap ikan rawa), sepak sawut (sepak bola api), maneweng (seni menebang pohon), manetek (keahlian memotong kayu), menyila (kemahiran membelah kayu), bagasing (permainan gasing), dan lain-lainnya. Beberapa dari cabang lomba yang dipertandingkan pada Festival Tira Tangka Balang dibagi dalam kategori putra dan putri. Festival budaya Kalimantan Tengah Tira Tangka Balang ini sudah menjadi agenda rutin tahunan yang diikuti oleh hampir semua kecamatan yang terdapat di Kabupaten Murung Raya. Kesepuluh kecamatan di kabupaten yang beribu kota di Puruk Cahu ini antara lain Murung, Tanah Siang, Laung Tuhup, Permata Intan, Sumber Barito, Sungai Babuat, Tanah Siang Selatan, Barito Tuhup Raya, Seribu Riam, dan Uut Murung (www.wikipedia.org). Festival Tira Tangka Balang diikuti ratusan peserta dan kontingen dari seluruh kecamatan di Kabupaten untuk memperebutkan Piala Bergilir Bupati Murung Raya. Festival ini juga dimanfaatkan sebagai persiapan sekaligus pencarian bibit baru bagi 729 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
kontingen Kabupaten Murung Raya untuk ikut serta dalam event seni dan budaya tingkat provinsi, Festival Isen Mulang, yang pada tahun 2009 ini diselenggarakan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kabupaten Murung Raya sendiri merupakan juara bertahan dengan meraih predikat sebagai juara umum pada Festival Isen Mulang tahun 2008 lalu.
Festival seni dan budaya ini telah menjadi agenda tetap Pemerintah Kabupaten Murung Raya dan menjadi andalan untuk melestarikan serta menggairahkan tradisi berkesenian dan kebudayaan yang dimiliki masyarakat Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten Murung Raya. Diharapkan, festival ini dapat menggali potensi dan kreativitas seniman dan budayawan yang ada di Kabupaten Murung Raya untuk menuangkannya dalam gerak dan seni yang memiliki nilai estetika tinggi serta mencerminkan nilai kepribadian serta budaya masyarakat Kabupaten Murung Raya (www.kaltengpos.com). Festival Tira Tangka Balang menjadi wadah untuk memfasilitasi nilai seni budaya lokal yang bermunculan sehingga memperkaya khasanah seni dan budaya Kabupaten Murung Raya, sekaligus sebagai upaya untuk membentengi arus masuknya budaya luar yang dapat mengikis kekayaan budaya daerah yang dimiliki Kabupaten Murung Raya. Selain sebagai upaya untuk mempertahankan tradisi lokal, perhelatan Festival Tira Tangka Balang juga mulai diarahkan sebagai komoditas dan ajang promosi sektor kepariwisataan Kabupaten Murung Raya di dalam maupun luar daerah. Dengan digelarnya perhelatan seni dan budaya ini secara rutin, diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara sehingga dapat mengangkat kemakmuran masyarakat dan diharapkan dapat meningkatkan pemasukan daerah Kabupaten Murung Raya di masa yang akan datang. Bupati Murung Raya, Willy M. Yoseph, sendiri mengatakan bahwa Festival Tira Tangka Balang merupakan upaya pemerintah daerah untuk melestarikan seni dan budaya Kabupaten Murung Raya sebagai aset yang tidak ternilai harganya. Bupati mengharapkan, Festival Tira Tangka Balang akan mampu menjadi primadona untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten Murung Raya sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimal dari sektor pariwisata (www.kaltengpos.com).
730 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
4. Wisata Minat Khusus a. Rumah Betang Ojung Batu Di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah, masih banyak terlihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah betang. Rumah betang adalah rumah tradisional Suku Dayak di Kalimantan, berbentuk rumah panggung yang memanjang ke belakang dengan kayu ulin sebagai bahan utama bangunannya. Rumah-rumah betang yang ada di Kecamatan Delang rata-rata berumur ratusan tahun dan masih terpelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu menandakan bahwa penduduk di Kecamatan Delang sampai saat ini masih melestarikan adat-istiadat dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Salah satu rumah betang di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan sering dikunjungi oleh banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. Yang membedakan Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya adalah di dalamnya terdapat banyak tajau. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal sebagai tempat kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya yang memiliki ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan yang oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang. Tajau juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat membawa rejeki bagi orang yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau bukanlah orang sembarangan, karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum membuatnya. Namun sayang, jumlah tajau yang ada di rumah betang ini sekarang sudah jauh berkurang, menjadi ratusan saja. Saat ini, rumah betang yang sudah berumur hampir 1.000 tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah satu tetua adat di Kecamatan Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang Ojung Batu ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi. b. Rumah Betang Tumbang Gagu Jika orang Jawa memiliki rumah joglo, orang Padang memiliki rumah gadang, maka orang Dayak memiliki rumah betang. Bagi orang Dayak di Kalimantan, rumah betang lazim disebut lamin atau panjal, sedangkan orang luar menyebutnya sebagai rumah panjang atau long house. Sebutan ini merujuk pada arsitektur rumah yang bentuknya memanjang ke belakang. Panjang rumah semakin tergantung seberapa jumlah keluarga yang menghuninya. Semakin banyak jumlah keluarga yang menghuninya, maka semakin panjang rumah betang tersebut. Rumah betang adalah sejenis rumah yang mengadaptasi bentuk rumah panggung. Jarak rumah dari tanah dapat mencapai lima meter. Pemilihan bentuk rumah seperti 731 Kepariwisataan Kalimantan Tengah
ini berhubungan erat dengan kondisi alam Kalimantan yang pada umumnya dekat dengan sungai besar. Sehingga, ketika sungai meluap, air tidak akan masuk ke dalam rumah. Salah satu rumah betang yang terkenal di Kalimantan adalah Rumah Betang Tumbang Gagu. Rumah betang yang berada di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah ini termasuk salah satu rumah betang tua yang masih terjaga keasliannya. Rumah yang dibangun pada tahun 1870 M dan memakan waktu sekitar tujuh tahun ini berdiri megah di atas tanah seluas 110 x 130 m, dengan luas rumahnya sendiri sekitar 47 x 15,5 m. Rumah Betang ini termasuk yang tertinggi di Kalimantan, karena jarak rumah dengan tanah mencapai lima meter. Dulu, pembuatan Rumah Betang Tumbang Gagu dipelopori oleh Singa Jaya Antang, kepala suku di Desa Tumbang Gagu, atau kakek buyut dari Labuan Undong Antang yang sekarang ini menjadi kepala keluarga di rumah ini. Rumah Betang Tumbang Gagu dibangun dengan bahan baku utama dari kayu besi atau kayu ulin—kayu khas Kalimantan yang terkenal keras dan tahan lama. Sedangkan tangganya dibuat dari batang pohon yang bentuknya berundak-undak untuk menghindari serangan binatang buas. Selain itu, tangga sengaja dibuat tidak permanen, agar dapat dipindahkan dan diangkat ke dalam rumah kapan saja.
732 Kepariwisataan Kalimantan Tengah