PETA KALIMANTAN SELATAN
698 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
23
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
A. UMUM 1. Dasar Hukum Provinsi Kalimantan Selatan berdiri berdasarkan Undang undang Nomor 25 tahun 1956, tertanggal 7 Desember 1956 dengan Ibukota Banjarmasin. 2. Lambang Provinsi Perisai adalah alat penangkis dan bertahan yang melambangkan kewaspadaan dan kesanggupan mempertahankan diri; Warna Merah, melambangkan keberanian dan kepahlawanan yang gagah perkasa, berjiwa hidup dan dinamis guna menegakkan kebenaran perjuangan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam menuju "Masyarakat Adil dan Makmur yang Diridhai Allah"; Warna Hijau, melambangkan kesuburan dan harapan bagi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan dihari yang akan datang; Warna Kuning, pada sisi perisai, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan mempunyai Keperibadian dan kerohanian yang luhur dengan penuh Keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Intan Berwarna Putih Berkilap Memancar Intan, melambangkan penghasilan Daerah Kalimantan Selatan yang sudah terkenal karena mempunyai mutu dan nilai yang sangat tinggi, yang merupakan sumber mata pencaharian penduduk Daerah Kalimantan Selatan. Warna Putih Berkilap Memancar, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan kalau dipimpin dengan sungguh-sungguh akan sanggup mencapai kecerdasan dan kemajuan serta sanggup pula melaksanakan segala pembangunan menuju kepada kemuliaan dan keagungan Bangsa Indonesia. Bintang Berwarna Kuning Emas Melambangkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan perlambang keyakinan bahwa Tuhan mengetahui segala-galanya tanpa ada yang tersembunyi bagi-Nya; Rumah Banjar Berwarna Hitam Rumah, berbentuk bangunan spesifik Kalimantan Selatan asli, melambangkan suatu unsur kebudayaan yang dapat dibanggakan. Warna Hitam, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan mempunyai kebulatan tekad dan keunggulan menuju kearah pelaksanaan Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Buah Padi dan Batang Karet Melambangkan bagian terbesar dari penghasilan dan sumber kehidupan bagi penduduk Kalimantan Selatan. Buah padi sebanyak 17 [tujuh belas] buah, intan dengan 8 [delapan] pancaran dan Batang Karet sebanyak 1 [satu] pohon dengan bergaris 9 [sembilan] yang tersusun 4
699 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
[empat] di sebelah kiri dan 5 [lima] di sebelah kanan adalah merupakan susunan angka 17-8-1945, angka ini melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan tetap setia dan tetap Teguh mendukung Proklamasi 17-8-1945. Pita Warna Putih Melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan sanggup mengikat apa yang dirasakan kesucian dan keikhlasan hati untuk berbuat secara jujur dan bertanggung jawab dengan disertai semanggat kerja sama dan gotong royong. Tulisan berupa semboyan "WAJA SAMPAI KAPUTING", melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan telah tekun dalam bekerja melaksanakan segala sesuatunya dengan penuh rasa kesanggupan dan konsekwen tanpa berhenti ditengah jalan. 3. Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 11 Pemerintahan Kabupaten Pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : No. Kabupaten/Kota Ibu kota 1 Kabupaten Balangan Paringin 2 Kabupaten Banjar Martapura 3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan 4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan 5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai 6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai 7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru 8 Kabupaten Tabalong Tanjung 9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin 10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari 11 Kabupaten Tapin Rantau 12 Kota Banjarbaru Banjarbaru Kota 13 Kota Banjarmasin Banjarmasin
dan 2
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah Secara geografis Kalsel terletak diantara 114o 19" 33" BT – 116o 33' 28 BT dan 1o 21' 49" – 1o 10" 14" LS (http://www.kalselprov.go.id/selayang-pandang/letak-georafis) , dengan batas wilayah sebagai berikut: Utara : Kalimantan timur Selatan : Laut Jawa Barat : Kalimantan Tengah Timur : Selat Makasar 5. Komposisi Penganut Agama a. Islam = 98,2% b. Kristen = 1,2% c. Sisanya Hindu dan Budha
700 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
6. Bahasa dan Suku Bangsa Bahasa : a. Bahasa Melayu Lokal: o Bahasa Banjar (bjn) Dialek Banjar Hulu Dialek Banjar Kuala Bahasa Barangas) o Bahasa Melayu Bukit (bvu) b. Bahasa Barito o Barito Barat Barito Barat bagian Selatan: Bahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito Timur bagian Tengah dan Selatan Bagian Tengah: Bahasa Dusun Deyah (dun) Bagian Selatan: Bahasa Maanyan (mhy) Suku bangsa :
Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalimantan Selatan adalah: a. Austrolo-Melanosoid (sudah punah) b. Dayak (rumpun Ot Danum) c. Suku Dayak Bukit d. Suku Banjar (1526) e. Suku Bajau, Suku Bugis (1750) dan Suku Mandar f. Suku Jawa dan Suku Madura g. Etnis Tionghoa-Indonesia dan Etnis Arab-Indonesia h. Etnis Eropa (1860-1942), umumnya sudah kembali ke Eropa 7. Budaya : a. Lagu Daerah ampar pisang. b. Tarian Tradisional c. Senjata Tradisional d. Rumah Tradisional e. Alat Musik tradisional f. Makanan khas daerah
: Pasir Berantai, Saputangan Babuncu ampat, Ampar : Tari Baksa Kembang, Tari Radap Rahayu, Tari Tirik : Keris, mandau : Rumah Banjar : Babun, Panting : Soto Banjar
8. Bandara dan Pelabuhan Laut Bandara = Ssmdudin Noor Pelabuhan laut = pelabuhan Banjarmasin 9. Industri dan Pertambangan : Biji besi, batubara dan intan.
701 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
B. OBYEK WISATA 1. Obyek Wisata Alam a. Cagar Alam Pulau Kaget Pulau Kaget merupakan salah satu obyek wisata yang berada di kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala. Pulau ini adalah sebuah delta yang terletak di dekat muara sungai Barito. Pulau ini merupakan habitat bagi Monyet Besar Berhidung Panjang atau oleh penduduk setempat disebut dengan Kera Belanda/Bekantan (Nasalis Larvatus) karena hidungnya panjang, mukanya merah serta perutnya gendut. Di tempat ini juga hidup beberapa jenis burung. Sejak tahun 1976, pulau seluas 85 Ha ini ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976. Pada tahun 1990, pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan Bekantan sebagai satwa maskot atau satwa identitas provinsi berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan No. 29, tanggal 16 Januari 1990 dan mendapat persetujuan dari DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan yang dituangkan dalam persetujuan DPRD No. 162/112/DPRD, tanggal 28 Maret 1990. Dengan dijadikannya Bekantan sebagai maskot daerah Kalimantan Selatan, maka pulau Kaget sebagai habitat Bekantan mempunyai nilai strategis baik sebagai simbol daerah maupun sebagai tempat wisata. Oleh karena menjadi habitat dari satwa yang dilindungi dan menjadi simbol daerah, maka Cagar Alam Pulau Kaget menjadi salah satu tujuan wisata alam tidak saja dari Kalimantan Selatan dan daerah lain di Indonesia tetapi juga manca-negara. Namun sayang, penebangan liar dan pencemaran lingkungan menyebabkan kondisi alam pulau ini cukup kritis. Salah satu jenis pohon yang kondisinya semakin kritis adalah pohon Rambai Padi (sonneratia caseolaris) yang merupakan sumber makanan bagi Bekantan, sehingga menyebabkan jumlah satwa ini semakin hari semakin sedikit. Berkunjung ke tempat ini, para pengunjung akan menjumpai satwa yang dilindungi, Bekantan. Perlindungan terhadap satwa ini dapat dilihat pada peraturan perundangundangan, yaitu: Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931, UU No. 5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991, SK Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-II/1992, dan PP No. 7 Tahun 1999. Secara internasional, satwa ini dikategorikan rentan dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red Data Book dan dimasukkan ke dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna).
702 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Pengunjung yang memasuki kawasan pulau ini, khususnya yang berkunjung pertama kali, akan terkaget-kaget atau akan merangkul temannya ketika secara tiba-tiba dari rerimbunan pepohonan terdengar suara “nguuuk….nguuuuk, nguuuuuuk….” dari kera-kera yang jumlahnya ratusan. Kekagetan ini akan menyebababkan para pengunjung akan selalu teringat pada Bekantan yang ada di Pulau Kaget. Selain itu, pengunjung juga akan semakin terpesona menyaksikan kelincahan binatang-binatang yang terkenal pemalu dan hanya berada di Pulau Kalimantan ini berlompatan kegirangan dari satu pohon ke pohon yang lain. Pulau Kaget termasuk wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. b. Pulau Kembang di Kabupaten Barito Utara Pulau Kembang adalah sebuah delta seluas 60 Ha yang terletak di tengah sungai Barito dan merupakan habitat kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Pada tahun 1976, pulau ini ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976. Menurut cerita, pulau Kembang berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah sultan Banjar. Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera. Kelompok kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar bernama si Anggur. Munculnya keyakinan tersebut menjadikan pulau yang baru muncul ini dijadikan sebagai tempat bernazar. Masyarakat sekitar datang ke pulau ini dengan membawa sesajen seperti pisang, telor, nasi ketan, mayang-pinang, dan beberapa jenis kembang. Oleh karena sering digunakan untuk tempat berhajat dan menabur kembang, pulau baru tersebut lebih dikenal dengan sebutan Pulau Kembang. Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi "penjaga" pulau Kembang yang dilambangkan dengan dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman). Keberadaan altar menunjukkan bahwa para pengunjung yang datang tidak sekedar berwisata melihat kera, tetapi juga datang untuk keperluan berdoa, khususnya orang-orang Cina.
703 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Kera-kera di tempat ini yang berjumlah ratusan bahkan ribuan, sangat akrab (walaupun ada juga yang ganas) dengan para pengunjung. Biasanya ketika para wisatawan datang berkunjung, kera-kera tersebut banyak yang menunggu di dermaga, menunggu para wisatawan memberi mereka makanan seperti pisang, kacang dan sebagainya. Namun karena tidak semua kera-kera di tempat ini bersahabat dengan para pengunjung, maka ada baiknya para pengunjung memperhatikan hal-hal berikut ini: Siapkan makan-makanan ringan seperti kacang kulit, pisang dan sebagainya untuk diberikan kepada para kera. Taruhlah barang bawaan seperti tas di tempat yang aman dan tersembunyi. Barang bawaan atau tas terkadang direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur. Berhati-hati juga menyimpan barang bawaan (tas atau sejenisnya) di dalam perahu klotok, karena kera-kera tersebut bisa naik ke klotok dan mengobrak-abrik barang bawaan para pengunjung. Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta, sehingga cukup bijaksana jika para pengunjung menyiapkan uang receh. c. Pantai Gedambaan Pantai Gedambaan menawarkan keindahan yang dapat memberikan kepuasan batin kepada para pengunjungnya. Selain pasir pantainya berwarna putih yang berkilauan tertimpa sinar matahari, pemandangan alamnya juga akan menghipnotis para pengunjung sehingga betah berlamalama di pantai ini. Dari pantai ini, para pengunjung dapat menyaksikan sunrise dan sunset dengan panorama air laut yang berkilauan. Dengan keindahan tersebut, pantai ini menjadi pantai (Ge)dambaan siapa saja yang akan dan pernah mengunjunginya. Pada hari Ahad dan atau pada musim libur, ribuan pengunjung baik dari Kalimantan Selatan sendiri atau dari luar Kalimantan akan memadati lokasi wisata ini. Pada harihari libur ratusan bahkan ribuan kendaraan baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi akan memadati kawasan pantai ini. Untuk menjaga kebersihan obyek wisata ini, tiap pekan dikerahkan karyawan pemkab setempat secara bergiliran untuk melakukan aksi bersih-bersih. Selain itu, fasilitas penunjang seperti: tempat istirahat, akuarium besar, taman buah dan bunga, cermin seribu bayangan, sirkuit mini, ruang wahana fisika, studio rekaman mini dan camping ground akan segera diadakan. Juga akan dibangun game stations yang akan diisi tempat bowling dan beberapa sarana olahraga lainnya. B. Keistimewaan Pantai Gedambaan merupakan sedikit dari pantai yang ada di Indonesia yang masih memiliki hutan mangrove. Hutan mangrove ini merupakan tempat habitat beberapa spesies fauna, seperti: burung, kunang-kunang, dan lebah. Keistimewaan lain dari Pantai Gedambaan adalah lokasinya yang berada di kaki pegunungan Pulau Laut yang masih hijau dan juga berdekatan dengan beberapa
704 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
objek wisata lainnya, seperti kolam renang dan Pemandian Air Panas Sigam. Dengan kata lain, jika pengunjung telah puas menikmati keindahan Pantai Gedambaan, maka dengan mudah dapat mengunjungi objek wisata lainnya. d. Pantai Batakan Bila anda berkunjung ke Provinsi Kalimantan Selatan, sempatkanlah bertamasya ke tempat-tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Tanah Laut. Kabupaten yang beribukota di Pelaihari ini terkenal dengan rekreasi pantainya yang memesona. Pantai Batakan salah satunya. Pantai Batakan terletak di sebelah selatan Kota Pelaihari, dan telah ditetapkan sebagai tempat wisata pada tahun 1982 oleh H. Muhammad Said, Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan kala itu. Meskipun terbilang baru, pantai ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan, terutama pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya. Sebagai salah satu tempat obyek wisata andalan, pemerintah daerah setempat telah mengelola pantai yang menghadap ke Laut Jawa ini secara serius. Hal ini terbukti dengan telah dibangunnya berbagai fasilitas pendukung di kawasan pantai ini. Rancak dan eksotik. Begitulah kira-kira kesan pertama ketika mengunjungi Pantai Batakan. Hamparan pasir putih pantainya yang luas dan landai, serta panorama alamnya yang memesona, membuat obyek wisata ini begitu spesial dikunjungi bersama keluarga atau kolega. Angin yang bertiup sepoi-sepoi dan daun kelapa yang melambai-lambai, serta diselingi oleh burung laut yang terbang rendah dan sesekali menyambar air laut, menambah daya tarik kawasan wisata ini. Pasir pantainya yang terbentang luas memberi cukup ruang kepada wisatawan untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti berjemur dan membuat patung dari pasir. Pasir pantainya yang halus sangat mendukung wisatawan yang ingin berolahraga di sini, seperti main bola dan voli pantai. Sementara itu, ombak lautnya yang relatif kecil mendukung wisatawan yang ingin berenang dan bermain ombak di pantai ini. Di sini juga tersedia jasa persewaan perahu motor dan digunakan oleh wisatawan yang ingin menikmati kawasan kilometer ini dengan naik perahu dan naik kuda. Selain memancing juga merupakan salah satu tujuan wisatawan Batakan, karena di kawasan ini terdapat berbagai jenis ikan.
kuda, sehingga dapat pantai sepanjang dua menikmati pantainya, berkunjung ke Pantai
Setelah puas menikmati keindahan Pantai Batakan, para turis kemudian dapat menyewa perahu motor untuk mengunjungi Pulau Datu, sebuah pulau seluas 10.000 kilometer persegi yang terletak di lepas Pantai Batakan. Pulau tersebut sering dikunjungi orang yang ingin berziarah ke makam Datu Pamulutan, seorang ulama/penyebar agama Islam di Kabupaten Tanah Laut yang semasa hidupnya gemar sekali menangkap burung dengan pulut (getah).
705 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Pada sore hari, panorama kawasan pantai ini kian eksotik. Pelancong dapat menikmati suasana matahari tenggelam (sunset) sambil bersantai di pondok-pondok wisata, shelter-shelter, dan warung-warung yang terdapat di sana. Keberadaan obyek wisata ini semakin lengkap dengan digelarnya ritual nelayan kawasan Pantai Batakan pada bulan Juli atau Agustus setiap tahunnya. Ritual yang dilakukan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan bagi nelayan tersebut ditaja di Papadangan, sebuah tempat yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Pantai Batakan. Secara administratif, Pantai Batakan masuk dalam wilayah Desa Batakan, Kecamatan Penyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. e. Pantai Pagatan Mengunjungi Pantai Pagatan terbilang istimewa, sebab pantai ini memiliki panorama laut biru berlatar langit yang juga biru, deburan ombak yang relatif kecil, pohon nyiur yang melambailambai, dan angin laut yang bertiup sepoi-sepoi. Bertamasya bersama keluarga atau kolega ke sini tentu akan terasa lebih mengasyikkan lagi. Pasir putih pantainya yang memanjang dari barat ke timur sekitar 1,5 kilometer, serta luasnya yang mencapai 1,5 hektar, memberi cukup ruang kepada wisatawan untuk melakukan berbagai kegiatan. Membuat patung dari pasir, berjemur, menyusuri pantai, dan berolahraga (sepak bola pantai dan voli pantai), adalah di antara aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di pantai ini. Sementara itu, gelombang lautnya yang relatif kecil dan didukung oleh air lautnya yang jernih dan bersih, sangat mendukung wisatawan yang ingin berenang atau hanya sekadar bermain kejar-kejaran dengan ombak di pantai. Memancing merupakan kegiatan menarik lainnya yang bisa dilakukan wisatawan di sini, karena kawasan di sekitar Pantai Pagatan terkenal sebagai salah satu sentra penghasil ikan laut bagi Kabupaten Tanah Bumbu. Pada sore hari, eksotisme Pantai Pagatan kian terasa. Detik-detik jelang matahari terbenam (sunset) di sebalik ufuk cakrawala merupakan salah satu momen spesial yang dapat dinikmati wisatawan di sini. Momen tersebut dapat dicerap oleh wisatawan sambil bersantai di tepi pantai, shelter-shelter, atau dari pondok-pondok wisata. Bila bosan berada di pantai, pelancong dapat mengunjungi perkampungan nelayan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari pantai. Selain menyaksikan kehidupan nelayan sehari-hari, pelancong juga dapat melihat ikan yang dibudidayakan di tambak, kolam, dan keramba. Di sana juga dijual keripik ikan (amplang) sebagai oleh-oleh untuk keluarga atau kolega.
706 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Sedangkan bagi Anda yang ingin menyaksikan ritual khas nelayan keturunan Bugis di sekitar kawasan Pantai Pagatan, datanglah ke sana pada dua minggu terakhir bulan April. Pesta pantai yang terkenal dengan ritual Mappanretasi/Mappanretase (Sea Offering Ceremony) ini merupakan ekspresi rasa syukur nelayan Pantai Pagatan kepada Yang Kuasa atas limpahan hasil laut dan sekaligus mohon perlindungan selama berada di laut. Puncak acara yang juga dikenal dengan nama “Pesta Laut” ini adalah melarungkan sesajen yang telah dimantrai ke tengah laut atau belarung saji. Biasanya, ritual ini juga dimeriahkan dengan atraksi musik dan tari-tarian tradisional dari daerah setempat. Secara administratif, Pantai Pagatan masuk dalam wilayah Desa Pagatan, Kecamatan Kusam Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
2. Wisata Sejarah a. Masjid Raya Sabilal Muhtadin Sabilal Muhtadin adalah nama Masjid Raya yang terletak di Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Masjid ini dibangun sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710 — 1812 M) yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar (Kalimantan Selatan). Ulama Besar ini tidak saja dikenal di seluruh Nusantara melainkan juga dikenal dan dihormati di luar batas negerinya, yakni sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul, dan Mesir. Masjid Raya Sabilal Muhtadin dibangun pada tahun 1974 di atas tanah seluas 100.000 meter persegi. Letaknya berada di tengah-tengah kota Banjarmasin, yang sebelumnya adalah Komplek Asrama Tentara Tatas. Pada zaman kolonialisme Belanda, tempat ini dikenal dengan nama Fort Tatas atau Benteng Tatas. Bangunan Masjid Sabilal Muhtadin terbagi atas bangunan utama dan menara. Bangunan utama luasnya mencapai 5250 meter persegi yang terbagi menjadi dua ruang tempat ibadah. Dua ruang tersebut memiliki luas 3250 meter persegi. Ruang di bagian dalam yang sebagian berlantai dua memiliki luas mencapai 2000 meter persegi. Menara masjid terdiri atas 1 menara besar yang tingginya 45 meter, dan empat menara kecil, yang tingginya masing-masing 21 meter. Pada bagian atas bangunan utama terdapat kubah besar dengan garis tengah 38 meter yang terbuat dari bahan aluminium sheet kalcolour berwarna emas yang ditopang oleh susunan kerangka baja. Selain itu juga terdapat kubah menara kecil dengan garis tengah 5 dan 6 meter. Seperti masjid raya biasanya, Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga memiliki hiasan kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an dan Asmaul Husna, yaitu 99 nama untuk
707 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
keagungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam. Kaligrafi itu seutuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pemilihan bentuk tulisan-arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat untuk menampilkan bobot dan makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu sendiri. Demikian juga hiasan kaligrafi yang terdapat pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya dibuat dari bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan. Dinding serta lantai bangunan, menara dan plaza, juga sebagian dari kolam yang terletak di halaman depan masjid, keseluruhannya berlapiskan marmer. Ruang tempat mengambil air wudhu, dinding, dan lantai dilapisi porselain, sedang untuk lantai plaza masjid keseluruhannya dilapisi dengan keramik. Dengan tata ruang seperti tersebut di atas, Masjid Sabilal Muhtadin dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan. b. Museum Lambung Mangkurat Museum Lambung Mangkurat diresmikan penggunaannya pada tahun 1979. Bangunan museum ini berarsitektur Rumah tradisional Banjar, Rumah Bubungan Tinggi, yang dipoles dengan gaya modern. Barang koleksi Museum terdiri dari peninggalan Kesultanan Banjar, Candi agung, dan Candi laras, perkakas dari batu, ukiran kayu Ulin, perkakas pertanian dan perabot rumah tangga, alat musik tradisional dan sebagainya. Museum Lambung Mangkurat, terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdiri dari tiga ruang pameran (display), yaitu satu ruang pameran terbuka dan dua ruang pameran tertutup. Di ruang pameran terbuka, para pengunjung dapat melihat tiga alat transportasi sungai masyarakat Banjar yaitu: jukung sudur, perahu pandan liris, dan jukung tambangan. Selain ketiga jenis kapal tersebut, pengunjung juga dapat melihat beragam fosil fauna laut, seperti kerangka ikan paus (Rhineodon Typus Cotaceae). Sedangkan di kedua ruang pameran tertutup, pengunjung akan dibawa masuk ke zaman nan jauh sebelum kita lahir. Di salah satu ruangan tertutup ini, pengunjung dapat menyaksikan peralatan yang digunakan pada masa prasejarah, seperti: beliung, kapak bahu, pahat kapak lonjong, tuangan kapak perunggu dan benda-benda lainnya. Sedangkan di ruang pamer tertutup yang lain, pengunjung akan menyaksikan beragam peninggalan Kerajaan Banjar. Pada lantai kedua, para pengunjung akan menyaksikan lukisan foto etnis dan peta persebaran suku bangsa yang berdiam di wilayah Kalsel. Di tempat ini, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai bentuk rumah tradisional Banjar seperti: Bubungan Tinggi, Gajah Manyusu, dan lain sebagainya. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan etalase lengkap daur hidup masyarakat Banjar, dari fase kelahiran, anak-anak, menjelang dewasa, menikah, melahirkan hingga meninggal dunia. Fase-fase tersebut, dideskripsikan dalam bentuk upacara-upacara yang dekat
708 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
dengan perkembangan Islam seperti tradisi Baayun Anak, Basunat, Baantar Jujuran, Batamat Al Quran, Bakawinan, dan lain sebagainya. Dengan memasuki museum Lambung Mangkurat, para pengunjung dibawa kemasa lalu, yaitu masa sebelum Kalimantan Selatan berubah menjadi sebuah provinsi. Museum ini dapat memberikan pemahaman kepada pengunjung tentang perkembangan masyarakat Banjar dari zaman purba, yakni ketika masih menggunakan perkakas dari batu, hingga perkembangan kerajaan-kerajaan yang pernah ada dan berpengaruh di Kalimantan Selatan. Dengan melihat Genta Kencana (tempat raja beristirahat), misalnya, pengunjung akan mengetahui bagaimana peradaban yang dibangun masyarakat Banjar saat itu. c. Masjid Sultan Suriansyah Masjid Sultan Suriansyah adalah salah satu masjid bersejarah dan tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah, yakni pada tahun 1526-1550 M. Sultan Suriansyah adalah Raja Kerajaan Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini letaknya berdekatan dengan komplek makam Sultan Suriansyah dan di seberangnya terdapat Sungai Kuin. Dilihat dari bentuk arsitektur dan konstruksi panggungnya yang beratap tumpang, menandakan bahwa masjid ini bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar memiliki ciri pada bagian mihrabnya beratap sendiri dan terpisah dengan bangunan induk. Bentuk asli masjid ini dapat dilihat pada 2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm, yang terletak di dua daun pintu Lawang Agung. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi ArabMelayu berbunyi : " Ba’da hijratun Nabi Shalallahu ’alahihi wassalam sunnah 1159 pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggalan Yang mulia." Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya’ban tatkala itu (tidak terbaca)". Kedua inskripsi ini menunjukkan bahwa pada hari Senin tanggal 10 Sya’ban 1159 telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (renovasi masjid) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I (1734-1759). d. Masjid Agung Al karomah Martapura Masjid Agung Al Karomah adalah masjid yang terletak di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. Masjid yang pada awalnya diberi nama "Masjid Jami’ Martapura" ini dibangun pertama kali pada tahun 1863 Masehi atau tahun 1280 Hijriah. Masjid ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Banjar yang sekaligus menjadi saksi masa pemerintahan 12 sultan yang pernah memerintah di
709 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Kasultanan Banjar. Pada awalnya, masjid ini adalah bangunan berukuran 37,5 x 37,5 meter yang struktur utamanya yang terbuat dari kayu ulin dan beratap sirap. Terdapat 4 buah tiang sokoguru (tiang utama) dari kayu ulin setinggi 12 meter. Pada saat pembangunan awal dinding dan lantai masjid ini terbuat dari kayu ulin. Kasultanan Banjar yang beribukota di Martapura menjadikan Masjid Al Karomah ini sebagai Pusat Da’wah Islam. Pada waktu itu, masjid ini berfungsi sebagai tempat peribadatan, tempat integrasi umat Islam serta markas atau benteng pertahanan para pejuang dalam menantang penjajahan Belanda. Pada tahun 1280 Hijriyah atau 1863 Masehi terjadi pembakaran Kampung Pasayangan dan Masjid Martapura yang saat itu masih berukuran kecil. Akibat peristiwa ini muncul keinginan membangun masjid yang lebih besar. Pembangunan kembali Masjid Martapura inilah yang menjadi cikal bakal pembangunan Masjid Al Karomah hingga seperti sekarang. Menurut riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu ulin ke daerah Barito Kalimantan Tengah untuk dijadikan tiang sokoguru masjid. Dilihat dari segi arsitekturnya, bentuk Masjid Agung Al Karomah Martapura mengikuti Masjid Demak Buatan Sunan Kalijaga. Miniatur Masjid Demak tersebut dibawa utusan Desa Dalam Pagar. Miniatur tersebut memiliki skala yang sangat rapi dengan Masjid Demak asli sehingga mudah disesuaikan. Tiang sokoguru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella atau ruang keramat. Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab. Secara kosmologis, ruang cella tersebut lebih penting dari mihrab. Konon, keempat tiang sokoguru ini ditarik beramai-ramai oleh Datuk Landak bersama masyarakat dengan menggunakan tali atau seradang. Atas kuasa dan iradat Allah SWT, keempat tiang sokoguru tersebut dapat berdiri tegak. Pola ruang pada Masjid Agung Al Karomah juga mengadopsi pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Sampai saat ini, bentuk bangunan masjid agung sudah tiga kali rehab. Dengan mengikuti bentuk bangunan modern dan Eropa, sekarang Masjid Agung Al Karomah Martapura terlihat lebih megah. Meski bergaya modern, empat tiang Ulin yang menjadi sokoguru peninggalan bangunan pertama Masjid masih tegak di tengah. Tiang ini dikelilingi oleh puluhan tiang beton yang menyebar di dalam Masjid. e. Makam Datu Sanggul Datu Sanggul adalah seorang waliyullah yang makamnya terletak di desa Tatakan (14 km dari Rantau). Nama asli beliau adalah Abdussamad dan berasal dari Palembang.
710 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Menurut cerita masyarakat, setelah mengaji ilmu dengan gurunya yang bernama Datu Suban, Abdussamad seringkali berkhalwat menunggu ilmu, terutama pada malam-malam Lailatul Qadar. Karena kebiasaan menunggu ilmu atau manyanggul ilmu (dalam bahasa Banjar) itulah beliau mendapat gelar Datu Sanggul dan keistimewaan beliau mampu salat setiap jumat ke Masjidil Haram hingga bertemu dan saling mengangkat saudara dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Peninggalannya yang terkenal adalah kitab Hidayatus Salihin yang menjadi referensi rujukan kitab-kitab Salaf dan dipelajari oleh ulama di beberapa negara di dunia. Peziarah yang dating tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri seperti Malaysia, Brunei, Arab Saudi, Suriah, India, dan lain-lain f.
Kompleks Makam Sultan Suriansyah Sultan Suriansyah berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama Islam berkembang resmi dan pesat di Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan penyiaran agama Islam beliau membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Menurut sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang tahun 1550, berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang. Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung sekitar tahun 1526-1550. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa hari jadi kota Banjarmasin jatuh pada tanggal 24 September 1526.
3. Wisata Budaya a. Upacara Adat Aruh Baharin Upacara adat yang digelar selama tujuh hari tujuh malam ini terdiri dari tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahapan persiapan. Pada tahapan ini, kaum perempuan berbagi tugas dengan kaum laki-laki untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kelengkapan upacara. Kaum perempuan bertugas membersihkan dan membasuh beras, membuat ketupat, memasak lemang, dan memasak sayur untuk keperluan upacara. Selama
711 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
proses ini, kaum perempuan diwajibkan mengenakan tapih bahalai, yakni batik khas untuk perempuan dari daerah tersebut. Sedangkan kaum laki-laki mempersiapkan tempat pemujaan dan menghiasnya, mencari kayu bakar, dan memasak nasi. Selama acara berlangsung, kaum laki-laki diharuskan mengenakan sentana parang dan mandau yang diselipkan di pinggang. Tahapan kedua adalah pemanggilan arwah leluhur agar mereka ikut menghadiri dan merestui upacara. Tahapan yang dipimpin oleh beberapa orang balian (tokoh spritual masyarakat Dayak) ini dilaksanakan pada malam ketiga hingga malam keenam. Para balian menari (batandik) mengelilingi tempat pemujaan sembari diiringi dengan bunyi-bunyian dari gendang dan gong. Untuk memanggil arwah para leluhur, para balian tersebut akan menggelar beberapa ritual. Pertama, ritual Balai Tumarang. Ritual pembuka ini ditujukan untuk memanggil sejumlah arwah yang pernah memiliki kekuasaan hingga ke daerah tersebut, termasuk arwah para raja dari Pulau Jawa. Kedua, ritual Sampan Dulang atau ritual Kelong. Ritual ini bertujuan memanggil arwah leluhur orang Dayak, yakni Balian Jaya atau yang juga populer dengan nama Nini Uri. Ketiga, ritual Hyang Lembang. Yakni memanggil arwah rajaraja dari Kerajaan Banjar pada masa lampau. Keempat, ritual Dewata. Ritual ini berisi kisah tentang Datu Mangku Raksa Jaya yang berhasil menembus alam dewa dengan cara bertapa. Kelima, ritual Hyang Dusun. Yakni mengisahkan beberapa raja Dayak yang mampu memimpin sembilan benua atau sembilan pulau. Tahapan ketiga merupakan puncak upacara adat Aruh Baharin. Pada hari terakhir ini ditampilkan berbagai atraksi kesenian khas masyarakat Dayak. Yang ditunggutunggu para pengunjung adalah proses penyembelihan hewan (hadangan) berupa beberapa ekor kerbau, kambing, dan ayam yang dipimpin oleh para balian. Uniknya, warga saling memperebutkan darah hewan-hewan tersebut dan kemudian mengoleskannya ke tubuh masing-masing. Mereka meyakini, darah hewan tersebut dapat memberikan keselamatan. Sebagian dari daging hewan tersebut dimasak untuk dimakan bersama-sama dan sebagiannya lagi dimasukkan ke dalam miniatur perahu naga, rumah adat, dan tempat sesajian (ancak) yang digunakan untuk sesaji. Sebelum dilarungkan ke Sungai Balangan, sesaji tersebut terlebih dahulu diludahi oleh semua anggota kelompok masyarakat adat yang bertindak sebagai penyelenggara upacara dan kemudian diberkati (mamangan) oleh para balian. Ini merupakan simbol untuk membuang segala yang buruk dan supaya mereka terhindar dari berbagai malapetaka. Upacara Aruh Baharin dihelat di Desa Balangan
Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten
b. Upacara Adat Macceratasi Macceratasi adalah sebutan untuk pesta atau upacara adat menumpahkan darah hewan ke laut yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan. Masyarakat pesisir Kotabaru umumnya terdiri dari beberapa suku, yaitu Bugis, Mandar, Banjar, dan Bajau atau Bajo. Penduduk Kotabaru ini biasanya mengadakan Upacara
712 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Adat Macceratasi setiap menjelang tahun baru Masehi (sekitar bulan Desember) di Pantai Gedambaan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah penghidupan dari laut. Upacara ini memiliki kemiripan dengan upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat nelayan di Nusantara, seperti Hajat Laut di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Festival Galesong di Takalar, Sulawesi Selatan, Petik Laut di Malang, Jawa Timur, serta Festival Samboja di Samboja, Kalimantan Timur. Umumnya, rasa syukur para nelayan atas berkah rezeki dari laut diwujudkan dengan upacara melarungkan benda, makanan, atau bagian tubuh hewan (seperti kepala atau darah hewan) ke tengah laut. Hal ini dilakukan sebagai simbol memberikan “makanan” bagi laut, dengan harapan laut akan selalu menjamin rezeki para nelayan yang menggantungkan hidup darinya. Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan selama dua hari. Wisatawan dapat mengikuti rentetan acara mulai dari upacara Tampung Tawar, penyembelihan hewan, pelepasan berbagai macam sajian ke laut, hingga hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional. Pada hari pertama, sebelum ritual inti yakni menyembelih dan menumpahkan darah hewan ke laut, masyarakat setempat dipimpin oleh seorang tokoh adat mengadakan upacara Tampung Tawar, yaitu upacara memanjatkan doa kepada Tuhan. Dalam prosesi ini, seorang tokoh adat memimpin doa dengan duduk di antara sesaji yang terdiri dari berbagai bahan pokok mentah seperti beras, kelapa, gula, ayam yang masih hidup, dan air kembang.
Seorang tokoh adat sedang memimpin doa Sumber foto: cybertravel.cbn.net.id
Setelah doa selesai, tokoh adat akan memercik-mercikkan air kembang kepada khalayak yang hadir sebagai simbol memohon berkah dan keselamatan. Upacara kemudian dilanjutkan dengan menyembelih hewan, antara lain kerbau, kambing, dan ayam. Darah dari hewan-hewan ini ditampung untuk kemudian ditumpahkan ke laut, sementara dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang menghadiri upacara. Usai menumpahkan darah ketiga hewan tersebut, upacara dilanjutkan dengan hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional, seperti hadrah, pencak silat, dan meniti di atas seutas tali. Salah satu hiburan yang cukup digemari oleh masyarakat setempat adalah atraksi meniti di atas tali yang biasa dipertunjukkan oleh anggota masyarakat dari suku Bajau. Dalam atraksi ini, salah seorang anggota suku Bajau akan mempertontonkan kebolehannya meniti seutas tali yang diikatkan di antara
713 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
dua buah kayu atau pohon di tepi pantai. Orang tersebut akan menunjukkan kemahirannya mengatur keseimbangan sembari memeragakan gerakan silat, menari, atau tiduran di atas tali.
Seorang anggota suku Bajau sedang unjuk kebolehan meniti di atas tali Sumber foto: garudamagazine.com
Pada hari kedua, dilakukan ritual melepas miniatur bagang, yaitu perangkat menangkap ikan berupa jaring yang dipasang di antara bambu-bambu penyangga di tengah laut. Di dalam miniatur bagang ini diletakkan berbagai makanan yang sudah matang untuk dilarung ke laut. Pelepasan bagang ini juga merupakan ungkapan terima kasih akan karunia Tuhan yang telah memberikan kekayaan laut yang melimpah. Selain mengikuti rangkaian Upacara Adat Macceratasi, wisatawan juga dapat menikmati panorama Pantai Gedambaan yang merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Kotabaru.
Melepas miniatur bagang ke tengah laut Sumber foto: cybertravel.cbn.net.id
Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan di Pantai Gedambaan, Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru. c. Pesta Adat Mallassuang Manu Keinginan agar mudah mencari jodoh dapat melahirkan ekspresi budaya yang khas. Kekhasan itulah yang dapat disaksikan dalam Pesta Adat Malassuang Manu. Ritual utama dalam upacara ini, yaitu melepas ayam jantan dan betina, dilaksanakan di atas sebuah batu besar yang bagian tengahnya terbelah sepanjang kira-kira
714 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
10 meter. Dari atas batu itu, sepasang ayam tersebut dilemparkan sebagai tanda permohonan kepada Tuhan supaya dimudahkan dalam mencari jodoh. Usai melepas sepasang ayam tersebut, para muda-mudi ini kemudian mengikatkan pita atau tali rafia (yang di dalamnya telah diisi batu atau sapu tangan yang indah) di atas dahan atau ranting pepohonan yang terdapat di Pulau Cinta. Hal ini sebagai perlambang, apabila kelak memperoleh jodoh tidak akan terputus ikatan tali perjodohannya sampai maut menjemput. Kelak, pita atau tali rafia tersebut akan diambil kembali bila permohonan untuk bertemu jodoh telah terkabul. Pasangan yang telah berjodoh ini akan kembali ke Pulau Cinta untuk mengambil pita atau tali rafia tersebut dengan menggunakan perahu klotok yang dihias dengan kertas warna-warni. Makanan khas yang selalu menjadi hidangan dalam ritual kedua ini adalah sanggar (semacam pisang goreng yang terbuat dari pisang kepok yang dibalut dengan tepung beras dan gandum dengan campuran gula dan garam), serta minuman berupa teh panas. Pasangan ini akan diiringi oleh sanak saudara untuk mengadakan selamatan. Usai memanjatkan doa, mereka kemudian melepaskan pita atau tali rafia yang dulu diikatkan di dahan atau ranting pohon untuk disimpan sebagai bukti bahwa keinginannya telah terkabul. Selain itu, ritual kedua ini juga merupakan permohonan supaya dalam kehidupan selanjutnya selalu dibimbing menjadi keluarga yang sejahtera. Pesta adat yang pelaksanaannya didukung oleh pemerintah daerah setempat ini juga dimeriahkan oleh tari-tarian adat dan berbagai macam perlombaan, seperti voli, sepakbola, dan lain-lain. Berbagai event lomba tersebut biasanya akan memperebutkan trophy Bupati Kotabaru atau Gubernur Kalimantan Selatan. Pesta adat Mallassuang Manu diselenggarakan di Teluk Aru dan Pulau Cinta, Kecamatan Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru 4. Wisata Kuliner a. Soto Banjar Kuliner khas yang wajib dicoba bagi wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan Selatan adalah Soto Banjar. Dari sekian banyak restoran, rumah makan, maupun warung yang menyediakan menu Soto Banjar, Warung Soto Banjar Bang Amat adalah salah satu warung yang direkomendasikan. Setiap hari, apalagi selepas jam istirahat siang, warung ini selalu penuh sesak. Kesibukan karyawan yang membawa piring soto dan gelas pesanan akan selalu dilihat. Warung soto ini buka mulai pukul 07.00 Wita. Keramaian akan segera terlihat mulai pukul 08.00 Wita. Supaya tidak terjadi antrian yang panjang, biasanya piring yang sudah berisi bahan-bahan untuk soto disusun berjejer pada sebuah meja khusus. Sehingga pada saat pengunjung datang, karyawan warung tinggal mengambil piring dan memberinya kuah soto.
715 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Pemilik warung ini adalah H. Ahmad Lawwani. Supaya mudah diingat, H. Ahmad lantas menyingkat namanya menjadi Amat untuk dijadikan nama warung sotonya. lokasinya warungnya pun sangat eksotis, berada di tepi Sungai Pengambangan (anak Sungai Martapura). Sepiring Soto Banjar Bang Amat dapat dinikmati dengan nasi atau lontong. Agar tidak salah pesan, jika pengunjung ingin makan soto dengan nasi, maka pesanlah dengan menyebut nasi sop. Sedangkan, jika pengunjung memesan dengan menyebut soto, itu berarti soto akan dihidangkan dengan lontong. Dalam penyajiannya, Soto Banjar Bang Amat ini akan dilengkapi dengan irisan separuh telur bebek rebus. Pengunjung juga bisa menambahkan sepotong paha ayam jika berminat. Menu tambahan yang sayang jika tidak dipesan adalah sate ayam. meskipun Meskipun menu ini dapat dipesan terpisah tanpa soto, hampir semua pemesan soto di warung ini menyandingkannya sebagai teman menikmati soto.
5. Wisata Belanja a. Pasar Terapung muara Kuin Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar tradisional yang berada di muara Sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di pasar ini, para pedagang dan pembeli melakukan aktivitas jual beli di atas perahu tradisonal. Perahu tersebut biasa disebut dengan nama jukung. Adapula jenis kapal bermotor yang ikut meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok. Pasar Terapung Muara Kuin merupakan salah satu bentuk pola interaksi jualbeli masyarakat yang hidup di atas air. Pasar ini dimulai setelah shalat Subuh dan akan berakhir ketika matahari telah beranjak naik atau sekitar jam 09.00 Wita. Apabila lewat dari jam tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa pasar bakal sepi. Hal ini dikarenakan para pedagang telah berpencar menyusuri sungai-sungai kecil, untuk menjual barang dagangnya kepada penduduk yang rumahnya berada di bantaran sungai. Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan transaksi jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.
716 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Namun sayang, kondisi aktraktif aktivitas jual-beli di atas perahu tersebut semakin lama semakin pudar pamornya, baik karena jumlah jumlah pedagang yang semakin sedikit, sikap penjual yang tidak lagi cukup bersahabat, ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah Kota Banjarmasin. Kebijakan pemerintah membangun pasar di darat dekat dengan Pasar Terapung Kuin dan pembangunan ratusan jembatan rendah yang menghalangi akses lalu lintas sungai, baik langsung atau tidak, merupakan salah satu penyebab semakin memudarnya aktivitas jual-beli di floating market ini. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka. Mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin akan memberikan kenangan tak terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, pengunjung juga akan mengetahui pola transaksi jualbeli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh karenanya, pasar ini menjadi saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan. Sehubungan denngan hal tersebut, maka muncul pameo belum ke Banjarmasin jika belum mengunjungi Floating Market Muara Kuin. Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana kemari dan kapalnya yang dimainkan gelombang Sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan. Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di pasar terapung ini cukup unik dan khas. Para pengemudi jukung dengan mahirnya mengayuh dan mengejar pembeli atau penjual yang berseliweran kian kemari dan perahu mereka kerap oleng dimainkan gelombang Sungai Barito. Bagi wisatawan yang datang dari kota-kota besar, akan merasakan sensasi tersendiri ketika mengamati pedagang wanita dengan topi lebarnya berperahu menjual hasil kebun atau makanan olahannya sendiri. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung, pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan, dan tempat berjualan yang selalu berpindah-pindah. Bagi pengunjung yang hanya ingin bersantai, bisa menikmati secangkir teh atau kopi, plus makanan/kue khas Banjar, sembari menikmati goyangan ombak yang menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung juga dapat menyaksikan rumahrumah terapung (Rumah Lanting) yang berada di sepanjang pinggiran sungai. Pasar Terapung Muara Kuin terletak di aliran Sungai Barito, tepatnya di muara Sungai Kuin, Kecamatan Banjarmasin Utara
717 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
b. Pasar Batu Permata dan Cenderamata Cahaya Bumi Selamat Martapura
Pasar Intan dan Cenderamata Cahaya Bumi Selamat boleh jadi adalah pasar intan yang paling unik di dunia. Meskipun bernama Pasar Intan, namun situasi dan kondisinya tidaklah semewah nama yang disandangnya. Suasana yang tercipta di pasar ini sangat egaliter. Di sini tidak ada toko-toko dengan etalase super mewah seperti lazimnya pasar intan lainnya. Merupakan hal yang wajar dan lumrah jika wisatawan akan menjumpai beberapa toko di pasar tersebut lebih sering tutup daripada buka. Hal ini dikarenakan pemilik toko tersebut lebih gemar menjual intannya secara asongan. Hanya sekitar 7 km dari pusat kota Martapura, tepatnya di Kecamatan Cempaka, wisatawan dapat mengunjungi tempat pendulangan intan. Batu paling terkenal yang pernah ditemukan di lokasi ini adalah intan trisakti yang ditemukan sekitar belasan tahun yang lalu. Dengan ditemukannya intan ini, sang pendulang menjadi kaya mendadak. Bahkan nama Trisakti diabadikan menjadi sebuah nama pelabuhan di Banjarmasin.
718 Kepariwisataan Kalimantan Selatan