65
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA 17 Agustus Rabasa Biris, dan SMA 17 Agustus Weoe yang berada di Kecamatan Wewiku
Kabupaten Malaka Nusa
Tenggara Timur. Perencanaa waktu pelaksanaan penelitian, akan dilaksanakan terhitung bulan Oktober sampai bulan Desember 2016, dan objek penelitiannya adalah siswa kelas X. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, teori pendidikan yang sudah ada atau menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan (Sukardjo dan Lis Permana Sari, 2009:65). Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural atau model deskriptif, model konseptual atau model analitis, dan model teoritik atau model yang menggambarkan kerangka berpikir berdasarkan pada teori-teori yang relevan. Dalam model
pengembangan,
peneliti
harus
memperhatikan
tiga
hal
yaitu:
(a)
menggambarkan struktur model yang digunakan secara singkat, sebagai dasar pengembangan produk; (b) jika model yang digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka perlu dijelskan alasan memilh model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan kekuatan serta kelemahan model dibanding dengan model aslinya; 65
66
(c) jika model yang digunakan
dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan
mengenai komponen-komponen dan kaitan antara komponen yang terlibat dalam pengembangan (Arifin Zainal. 2014: 127-128). Penelitian dan pengembangan pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Produk tidak hanya mencakup obyek material, seperti buku pelajaran, film pendidikan, dan sebagainya (Borg&Gall, 1983:772). Selanjutnya Borg and Gall, menjelaskan: “ Educational research and development is a proscess used to develop and validate educational product” atau dapat diartikan bahwa penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan (Borg & Gall. 1983: 624). Untuk mengkonstruksi pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai folosofis tenun merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan imajinasi peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Melalui proses belajar mengajar yang menyenangkan akan dapat menimbulkan kesadaran terhadap budaya lokal. Kesadaran terhadap kebudayaan lokal melalui pembelajaran sejarah merupakan salah satu upaya untuk memahami kekhasan dan etnik-kultutal dari tempat tinggal peserta didik, menggambarkan pengetahuan dan penanaman nilai-nilai kearifan lokal atau budaya lokal terhadap siswa. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian pengembangan merupakan salah satu usaha untuk menghasilkan sebuah produk ataupun memperbaharui sebuah produk yang sudah ada, yaitu bisa berupa
67
media pembelajaran, model pembelajaran, dan bahan ajar. Dalam penelitian ini akan dikembangkan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat dalam pembelajaran sejarah dengan tujuan dapat menumbuhkan kesadaran siswa di SMA 17 Agustus Rabasa Biris Kabupaten Belu.
A. Desain Penelitian Desain embelajaran merupakan proses sistematis yang digunakan untuk mengembangkan program pendidikan dan pelatihan. Desain pembelajaran adalah proses sistematis yang digunakan untuk mengembangkan program-program pendidikan dan elatihan secara konsisten dan dapat diandalkan. Desain pembelajaran adalah proses yang komlek yang kreatif, aktif, dan interaktif (Gustaf & Branch. 2007: 10-11). Lebih lanjut oleh Kruse, Kevin, dan Moss dalam Gafur menjelaskan bahwa desain pembelajaran merupakan praktek pembuatan alat dan isi atau materi pembelajaran agar proses belajar berlangsung seefektif mungkin. Secara garis besar proses pengembangan meliputi penentuan kebutuhan belajar dari peserta didik, penentuan tujuan pembelajaran, dan menciptakan kegiatan dalam rangkah mencapai tujuan pembelajaran (Gafur, 2012: 1-2). Terdapat sepuluh langkah dalam penelitian pengembangan menurut Sugiyono yaitu: (1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) pemakaian desai; (6) uji coba pemakaina ; (7) revisi produk; (8) uji coba pemakaian; (9) revisi produk; (10) pembuatan produk masal (Sugiyono, 2014: 408409). Adapun langkah-langkah penelitiannya sebagai berikut:
68
Potensi dan masalah
Uji coba Pemakaian
Revisi Produk
Pengumpulan data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Produk
Uji coba Produk
Revisi Desain
Produksi Massal
Gambar 4. Langkah-Langkah Penggunaan Model Research and Development (R&D)
Sumber: Sugiyono. 2014: 408
Mengacu pada konse Brog dan Gall, Untuk kepentingan penelitian tesis ini, maka langkah-langkah dalam proses pengemabangan model ini disederhanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini. Dalam pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat, maka engembangan model ini mengadopsi model desain pembelajaran ADDIE yang meliputu tahap: (1) tahap analisis kebutuhan; (2) desain produk/model; (3) pengembangan model; (4) imlementasi model; dan (5) evaluasi. Dari kelima tahap pengembangan diatas, dapat disederhanakan menjadi tiga tahapan yaitu: (1) hasil
69
studi pendahuluan; (2) pengembangan model penbelajaran; dan (3) uji efektifitas model pembelajaran. Untuk mengembangkan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan model ADDIE yang akan dimulai dari analisis kebutuhan belajar dalam mengemabnagkan model pembelajaran dan materi yang akan digunakan dalam penelitian di SMA 17 Agustus Rabasa Biris sampai pada tahap revisi model dan evaluasi dalam menumbuhkan kesadaran budaya lokal siswa.
B. Prosedur Penelitian / Pengembangan Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat dalam pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat untuk menumbuhkan kesadaran budaya lokal siswa SMA 17 Agustus Rabasa Biris dengan model ADDIE meliputi: 1. Analisis Kebutuhan Pada studi pendahuluan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui permasalahan yang ada dilapangan penelitian sehingga dari masalah yang ada, maka peneliti dapat menentukan kebutuhan dari para pendidik dan peserta didik, materi yang akan diajarkan, dan kompetensi yang diharapkan untuk daat dicapai oleh peserta didik. Ada studi pendahuluan ini diterapkannya pendekatan deskriptif kualitatif, yang memiliki tiga kegiatan inti yaitu: studi pustaka, observasi lapangan, dan pengolahan data dari hasil studi pendahuluan.
70
a. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan langkah awal dalam penelitian ini, dimana peneliti mencari literatur-literatur yang mempunyai kaitan dengan pembelajaran sejarah berbasis tradisi lokal, materi, dan teori yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi memahami prinsip dasar ilmu sejarah, dan Kompetensi Dasar tradisi sejarah masyarakat Indonesia masa praaksara dan aksara. Dengan pemgembangan model pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah lokal berbasis nilai-nilai filofofis tenun ikat, dan telah disesuaikan dengan SK dan KD di SMA 17 Agustus Rabasa Biris bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran budaya lokal dalam diri peserta didik di SMA 17 Agustus Rabasa Biris Kabupaen Malaka. Kegiatan studi pustaka ini bertujuan untuk memperkuat materi yang akan diajarkan. b. Studi Lapangan (Observasi) Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam studi lapangan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi di lapangan yang berkaian dengan proses pembelajaran sejarah yang berlansung di SMA 17 Agustus Rabasa Biris selama ini, sikap peserta didik terhadap kebudayaan lokal melalui wawancara kepada guru dan peserta didik, mengamati sumber belajar yang digunakan, media pembelajaran yang digunakan, gaya belajar siswa, dan karakteristik peserta didik. Kegiatan ini bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti. c. Pengolahan Data Hasil Studi Pendahuluan
71
1) Instrumen Penelitian Pendahuluan Dalam pengumpulan data, peneliti membutuhkan beberapa instrument penunjang dalam melakukan penelitian ini yakni; angket kesadaran budaya lokal, lembar observasi, dan lembar wawancara dengan pendidik dan peserta didik serta dibantu dengan alat penunjang lainnya seperti kamera, alat perekam suara, dan catatan lapangan. 2) Trianggulasi Data Trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Ada dua macam cara trianggulasi yakni; trianggulasi teknik yang berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama. Trianggulasi sumber yang berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2012: 330-331).
Kuesioner
Data
Wawancara Observasi Gambar 5. Model Trianggulasi Data (Sugiyono, 2014: 330)
Sumber Data
72
3) Pengolahan Data Penelitian Pendahuluan Pengolahan data dari hasil penelitian pendahuluan dilakukan dengan analisis meliputi tahapan: (1) Pengumpulan data, (2) Reduksi data, (3) Sajian Data, dan (4) verifikasi atau menarik kesimpulan. Dari hasil studi pendahuluan ini akan dijadikan sebagai pijakan dalam pengemabnagan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat yang akan di implementasikan dalam mata pelajaran sejarah. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan/Veri fikasi
Gambar 6. Komponen Analisis Data (Miles Hubarman, 2014: 20)
2. Desain Model Pembelajaran Langkah-langkah yang digunakan dalam mendesain model pembelajaran ini meliputi: perumusan kompetensi, penentuan materi pembelajaran, strategi yang digunakan, media pembelajaran, evaluasi, dan sumber belajar. Standar Kompetensi: Memahami Prinsi Dasar Ilmu Sejarah dan Kompetensi Dasar: (1) menganalisis
73
Tradisi Masyarakat Praaksara, dan Cara Masyarakat Praaksara Mewariskan Masa Lalunya. Materi pokok yang akan digunakan
dalam engembangan model ini
meliputi; tradisi masyarakat praaksara mewariskan masa lalunya, khususnya kebudayaan lokal tenun ikat masyarakat Kabupaten Malaka. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah embelajaran interaktif, serta media yang digunakan adalah ower point, audio visual, dan LCD. Sumber yang digunakan adalah beberapa literatur yang relevan, internet, dan jurnal, sedangkan evaluasi berupa re test, post test, tes kelompok dan tes sikap. Semua perangkat pembelajaran sudah disiapkan, maka akan dilanjutkan dengan melakukan model pembelajaran yang akan dikembangkan. Model pembelajaran yang akan dikembangkan yakni model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat yang dikolaborasikan dengan media pembelajaran yang sudah disiakan. Draf model pembelajaran yang sudah disusun, kemudian akan dilakukan revisi oleh beberaa ahli hingga model yang akan dikembangkan dan diterapkan sesuai dengan harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran sejarah SMA kelas X.
3. Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai-nilai Filosofis Tenun Ikat di SMA 17 Agustus Rabasa Biris Tahap dalam pengembangan model
merupakan bagian terpenting dalam
penelitian pengeabangan, dan pada tahap ini merupakan tahap penyusunan draf model, implementasi model, dan keefektifan model dalam pembelajaran.
74
a. Pengajuan Draf Model Pengajuan draf model ini didasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan meliputi studi pustaka dan observasi lapangan, yang akhirnya landasan teori yang dipadukan dengan model draf yang akan dikembangkan serta disesuaikan dengan karakter mata pelajaran sejarah dan kondisi pembelajaran yang berlangsung di SMA tempat berlangsungnya penelitian. Berdasarkan pada observasi awal terhadap kebutuhan, maka dikembangkan model awal desain pembelajaran berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat untuk menumbuhkan kesadaran budaya lokal siswa. Alasan dipilihnya model pembelajaran ini karena kebudayaan tenun ikat merupakan cerminan dari masyarkat Nusa Tenggara Timur. Khususnya masyarakat Kabupaten Malaka yang sampai saat ini nilai-nilai luhurnya masih dijunjung tinggi, dan model pembelajaran berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Melalui model pembelajaran ini, diharapkan peserta didik mampu memiliki komptensi dalam bidang akademik dan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan daerah sendiri. Berikut ini adalah draft model (desain awal) dari model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat sebagai berikut:
75
Model Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai-nilai filosofis tenun ikat dengan strategi Jigsaw +Klarifikasi Nilai
GURU
Fase 1: 1. Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran sesuai dengan SK dan KD. 2. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk menghargai akan pentingnya pembelajaran sejarah Fase II: Penyamaikan dan Menyajikan Informasi, dan Menjelaskan tradisi sejarah masyarakat Indonesia masa praaksara dan masa aksara, menentukan satu bab dalam buku ajar,
Fase III: Mengorganisir Kelompok. 1. Guru membagi kelompok belajar, setia kelompok terdiri dari 6-7. 2. Setiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda. Fase IV: Guru Membimbing kelompok dalam belajar, dan membimbing menyelesaikan permasalahan yang tidak dimengerti oleh peserta didik dalam kerja kelompok
Fase V: Evaluasi dan Refleksi. 1. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. 2. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil belajar kelompok.
Fase VI: Kesimpulan, Penghargaan, dan Penguatan. 1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari, melalukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah terlaksana, dan mendorong siswa untuk lebih kompak.
TAHAPAN
Apersepsi
Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
SISWA
Fase I: Siswa merespon atau memberikan tanggapan mengenai materi yang lalu, dan dikaitkan dengan topik baru.
Fase II: 1. Menyimak penjelasan guru tentang nilainilai filosofis tenun ikat dan prosedur dalam pembelajaran
Fase III: 1. Membentuk kelompok diskusi yang terdiri 6-7 orang. 2. Peserta didik bersama mencari informasi yang berkaitan dengan topic permasalahannya dan memilih nilai budaya lokal yang ada. (nilai filosofis tenun ikat) Fase IV: 1. Peserta didik menanyakan keada guru apabila mengalami kesulitan dalam belajar kelompok.
Fase V: Evaluasi dan Refleksi. 1. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. 2. Peserta didik meneledani nilai-nilai filosofis tenun ikat.
Fase VI: Kesimpulan
Penutup
1. Peserta didik bersama dengan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari
Gambar 7. Desain Awal Model Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai-nilai Filosofis Tenun ikat.
76
Sintak Model Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai-Nilai Filosofis Tenun Ikat
Struktur Fase Pertama
: Menyampaikan tujuan Pembelajaran sesuai dengan SK, dan KD serta memberikan motivasi kepada peserta didik.
s Fase Kedua
: Penyampaian informasi materi yang akan dipelajari
Fase Ketiga
: Mengorganisir kelompok belajar
Fase Keempat
: Membimbing kelompok
Fase Kelima
: Evaluasi dan refleksi hasil diskusi
Fase Keenam
: Memberikan kesimpulan, penghargaan dan penguatan
Sistem Sosial Sistem sosial yang berlaku dalam model pembelajaran ini bersifat kooperatif. Dimana guru menjadi fasilitator, motivator dan bersikap demokratis terhadap pembelajarannya. Dengan model ini, diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, dan aktif dalam membangun pengetahuan melalui Tanya jawab, dan diskusi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Prinsip Reaksi Prinsip dalam pengelolaan pembelajaran yang dijalankan oleh guru adalah memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar, dan guru sebagai fasilitator, dan pembimbing dalam kelompok belajar menyediakan sumber dan media belajar yang berkaitan dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Guru juga membimbing peserta didik dalam melakukan analisis terhadap nilai-nilai yang sesuai dengan materi yang dibahas. Sistem Pendukung Sarana pendukung dalam model pembelajaran ini berupa: (1) Rencana Pelaksanaan yang terdiri dari langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan media pembelajaran; (2) lembar kerja kelompok; (3) lembar evaluasi yang berfungsi untuk mengukur penguasaan kompetensi peserta didik dan skala sikap kesadaran budaya lokal peserta didik. Dampak Pengiring Melalui model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat, diharapkan peserta didik dapat memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, saling menghargai perbedaan pendapat, serta bekerja sama. Melalui model pembelajaran ini, diharapkan peserta didik turut berperan dalam melestarikan, menghargai dan mencintai kebudayaan daerah sendiri sebagai salah satu warisan para leluhur yang memiliki nilai-nilai budaya yang sangat mulia.
Gambar 8. Sintak Model Pembelajaran
77
b. Validasi Draf Model Draf model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat yang sudah disusun, akan diajukan kepada seorang ahli dengan tujuan untuk memvalidasikan model yang akan dikembangkan apakah layak atau tidak untuk dikembangkan. Dari hasil validasi ahli model akan diketahui kekurangankekurangan yang ada sehingga dapat melakukan perbaikan oleh peneliti yang dengan berkolaborasi dengan pendidik, pada akhir akan menghasilkan model pembelajaran yang sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. c. Revisi Draf Model Setia kekurangan yang diperoleh pada saat kegiatan validasi ahli, akan direvisi oleh peneliti bersama dengan pendidik terhadap draf model yang akan dikembangkan. 4. Implementasi Model Pada tahap ini, peneliti mengimplementasikan model yang telah dirancang dengan melakukan uji coba terbatas pada draf model yang dibuat dengan mengadopsi tahapan dari penelitian tindakan kelas. Dalam uji coba terbatas, peneliti menggunakan satu kelas, dengan menggunakan rancangan model yang telah dibuat dalam draf model pengembangan ada mata elajaran sejarah kelas X SMA. Tujuan mengadopsi prosedur penelitian tindakan kelas adalah untuk menguji model pembelajaran yang telah dirancang, dan pendidik akan berkolaborasi dengan peneliti dalam uji coba terbatas denan tujuan dapat menemukan permasalahan atau kendala-kendala ada saat mengimlementasikan model embelajaran sejarah berbasis
78
nilai-nilai filosofis tenun ikat. Kendala-kendala yang ditemukan selama uji coba terbatas daat direvisi dan disempurnakan, dan apabila model yang dikembangkan dapat dilaksana dengan baik oleh pendidik dan peneliti, serta mengalami fase peningkatan pada setiap siklusnya, maka pengembangan model tersebut dinyatakan selesai atau sudah mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dibawah ini adalah bagan prosedur yang digunakan dalam uji coba terbatas dengan mengadopsi prosedur Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
Studi Pendahuluan
Draf Model
Plan Reflective Uji Implementasi Tahap I
Action / Observation
Revised Plan Reflective Uji Implementasi Tahap II
Tahapan Selanjutnya
Action/ Observation
……………………………………………
Gambar 9. Tahapan Uji Coba Terbatas dengan mengadopsi prosedur PTK Sumber: Burns. 1999: 13
79
Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah Kooperatif Tipe Jigsaw + Klarifikasi Nilai
Kegiatan Guru: Fase 1: Menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan Memberikan motivasi
Kegiatan Guru: Fase II: Menyampaikan dan menyajikan informasi tentang materi yang akan dipelajari.
Fase III: Guru Membentuk kelompok belajar Fase IV: Membimbing Kelompok belajar dan diskusi
Fase V:
APERSEPSI
EKSPLORASI
ELABORASI
KONFIRMASI
Evaluasi & Refleksi
Fase 6: Penyimpulan, dan Memberikan Penghargaan
PENUTUP
Fase I: Kegiatan Siswa: Merespon dan memberikan tanggapan tentang materi yang dipelajari
Fase II: Memilih, mengkaji, dan mengidentifikasi nilai-nilai filosofis berdasarkan topik permasalahan yang dibahas Fase III: Membentuk Kelompok belajar, dan bersama-sama mencari informasi sesuai dengan topik yang dibahas. Fase IV: bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan
Fase V: Kelompok belajar mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.
Fase VI: Peserta didik bersama dengan guru mata pelajaran membuat kesimpulan
Gambar 10. Desain Pelaksanaan Model Pembelajaran dengan strategi Jigsaw+ VCT
80
5. Uji Efektivitas Model dan Evaluasi Uji efektivitas model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat dengan melalukan analisis kemampuan peserta didik sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dalam uji coba lapangan. Untuk melihat keabsahan empiris model pembelajaran, maka digunakan metode eksperimen, dan dalam metode eksperimen ini, akan dilakukan dengan pemisahan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebagai kelas kontrol (pembanding) adalah siswa SMA 17 Agustus Weoe Kelas X dengan model pembelajaran yang lama, dan kelas eksperimen adalah siswa SMA 17 Agustus Rabasa Beris kelas X dengan model pembelajaran yang baru, yang kemudian diuji dengan pre test dan post test, yang akan melakukan perbandingkan perbedaan nilai rata-rata antara kedua kelompok kelas tersebut. Dari pre test dan post test dapat digambar dalam tabel dibawah ini: Kelas Eksperimen
O
X1
O
Kelas Kontrol
O
X2
O
Berdasarkan tabel diatas maka, O adalah observasi berupa tes awal dan tes akhir, X1 adalah pembelajaran dengan model dan media pembelajaran yang baru pada kelompok kelas eksperimen dan X2 adalah pembelajaran dengan model pembelajaran yang lama pada kelompok kelas kontrol. Terdapat beberapa tahap yang digunakan sebagai validasi program yaitu: (1) pemberian pre-test untuk mengetahui kemampuan awal dari siswa, hasil tes ini
81
nantinya dijadikan bahan pertimbangan untuk melihat peningkatan penguasaan dan pemahaman terhadap materi sejarah sebelum dan sesudah pembelajaran; (2) melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model hipotetik yang telah dibuat; (3) evaluasi terhadap setiap pembelajaran pada akhir kegiatan. Hasil evaluasi proses digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa untuk dijadikan sebagai umpan balik terhadap model yang di kembangkan. Hasil Evaluasi digunakan untuk mengukur sejauh mana model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat dapat dampak pada sikap kesadaran budaya lokal peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan dalam tahap ini adalah dengan statistik untuk data yang diperoleh melalui kuesioner dan juga test yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan, dan keefektifan model yang digunakan serta mengukur tingkat kesadaran budaya lokal peserta didik. Untuk itu, digunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan dua model pembelajaran yang berbeda. a. Instrumen Uji Eektivitas Model 1) Kuesioner (Angket) Alat pengumpulan data kuesioner berbentuk skala digunakan karena merupakan seperangkat nilai angka yang ditetapkan pada persepsi yang diberikan untuk mengukur efektivitas suatu model pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: (1) Untuk memudahkan menggali informasi tentang diri responden; (2) Memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan yang dinilai paling sesuai
82
dengan keadaan dirinya; (3) Memudahkan dalam penelitian, karena skor telah ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan tingkatannya. Skala likert yang digunakan mempunyai dua macam penskoran, yaitu untuk item dengan pertanyaan positif dan item negative sebagai berikut: a) Skoring untuk item positif dengan ketentuan: (1) Sangat setuju
: Skor 4
(2) Setuju
: Skor 3
(3) Tidak mempunyai pilihan
: Skor 2
(4) Tidak setuju
: Skor 1
(5) Sangat tidak setuju
: Skor 0
b) Skoring untuk item negatif dengan ketentuan: (1) Sangat setuju
: Skor 0
(2) Setuju
: Skor 1
(3) Tidak mempunyai pilihan
: Skor 2
(4) Tidak setuju
: Skor 3
(5) Sangat tidak setuju
: Skor 4
(6) Validitas dan Reliabilitas Instrumen c) Validitas kuesioner (Angket) menggunaka rumus korelasi produk moment dan relation, dengan rumus sebagai berikut: 𝑖𝑋 −
𝑟𝑖𝑥 = 𝑖2 −
𝑖 2 𝑛
𝑖 ( 𝑋) 𝑛
𝑛 𝑋2 −
( 𝑋)2 𝑛
(Sumber: Saifuddin Azwar, 2012: 153)
Keterangan: I = Skor responden pada pertanyaan tertentu X = Skor responden dengan skala sikap n = Banyaknya responden keseluruhan
83
d) Uji Reliabilitas Uji coba reliabilitas instrument Kuesioner menggunakan teknik belah 2 dari Pearman Brown dan dapat juga menggunakan rumus Alpha Cronbach’s dengan menggunakan bantuan SPSS, dengan rumusnya sebagai berikut:
S 2𝑗 𝑘 𝛼= 1− 2 𝑘−1 S 𝑥
(Sumber: Saifuddin Azwar, 2012: 153) Keterangan :
𝛼
= Koefisien reliabilitas Alpha
𝑘
= Banyaknya belahan
S 2𝑗 = Varians skor belahan S 2 𝑥 = Varians skor total Untuk mengetahui tingkat korelasi digunakan dapat digunakan daftar sebagai berikut : 0,80 – 1,00 = realibilitas sangat tinggi 0,60 – 0,80 = realibilitas tinggi 0,40 – 0,60 = realibilitas rendah 0,00 – 0,20 = realibilitas sangat rendah
2) Tes Hasil Belajar Tes merupakan salah satu bentuk instrument yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Kualitas hasil pengukuran sangat ditentukan oleh kualitas alat ukur atau tes yang digunakan. Tes tertulis soal dan jawaban yang
84
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan, dan tes tertulis dibagi atas dua yakni: tes uraian dan tes objektif. Sementara sikap berangkat dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon suatu objek. a) Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Validitas instrument merupakan penilaian evaluasi yang dilakukan oleh penilai. Tes dan Angka dihitung dengan menggunakan rumus Indek Daya Diskriminasi Aitem, dengan rumus sebagai berikut:
𝑑=
𝑛𝑖𝑇 𝑛𝑖𝑅 − 𝑁𝑇 𝑁𝑅
(Sumber: Saifuddin Azwar, 2012: 153) Keterangan: 𝑛𝑖𝑇 = Banyaknya penjawab aitem dengan benar dari kelompok tinggi 𝑁𝑇 = Banyaknya penjawab dari kelompok tinggi 𝑛𝑖𝑅 = Banyaknya penjawab aitem dengan benar dari kelompok rendah 𝑁𝑅 = Banyaknya penjawab dari kelompok rendah Dengan tolak ukur (d): 0,40 atau lebih
= Valid atau bagus sekali
0,30-0,29
= Valid atau bagus
0,20-0,29
= Valid atau revisi
Kurang dari 0,20
= Tidak valid dan harus dibuang
85
b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai data karena instrument tersebut adalah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dipercaya, yang reliable, akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataannya, maka beberapa kali pun diambil akan tetap sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.Reliabel artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan. Dalam penelitian ini menggunakan rumus KuderRichardson yang disingkat KR-20, dengan rumus sebagai berikut:
𝐾𝑅 − 20 =
𝑘 1− 𝑘−1
𝑝
1−𝑝 𝑆2
Sumber: Saifuddin Azwar, 2013: 187)
Keterangan: k
: Banyak butir soal
p
: Indeks kesukaran butir soal
S2 : Varians skor tes (X)
b. Analisis Data Uji Efektivitas Pada tahap analisis ini yakni membandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, serta menganalisi keadaan peserta didik sebelum dan sesudah
86
diberikan perlakuan, rumus yang digunakan adalah dengan Uji T. Penggunaan Uji T ini didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam uji coba model ini peneliti ingin membandingkan nilai rata-rata kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, dan membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberikan perlakuan. Rumus dari Uji T sebagai berikut:
𝑡=
𝑋1 − 𝑋2 𝑥 12 + 𝑥 22
1
𝑛 1 +𝑛 2 −2
𝑛1
+
1 𝑛2
Keterangan: X1 = Rata-rata sampel 1 (Nilai Post test Kelas Eksperimen) X2 = Rata-rata sampel 2 (Nilai Post test Kelas Kontrol) n1 = Jumlah sampel 1 (Nilai Postest Kelas Kontrol) n2 = Jumlah sampel 2 (Nilai Postest Kelas Eksperimen )
C. Subjek dan Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti di SMA 17 Agustus Rabasa Biris dan SMA 17 Agustus Weoe Kecamatan Wewiku Kabupaten Malaka Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan penelitian di kedua sekolah ini karena kedua sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di kabupaten Malaka, dan berada di tengahtengah kehidupan masyarakat yang sampai saat ini masih tetap mempertahankan ciri khas dari daerah mereka, dalam hal ini nilai tenun ikat oleh karena itu peneliti melalukan penelitian dengan pengembangan materi dalam model pembelajaran sejarh. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa SMA Kelas X IPS, dan SMA 17
87
Agustus Rabasa Biris merupakan kelas eksperimen dan SMA 17 Agustus Weoe sebagai kelas kontrol dalam penelitian ini.
D. Definisi Operasional 1. Model pembelajaran adalah kerangka sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. 2. Pembelajaran sejarah merupakan suatu proses dalammembentuk warga negara yang baik dan menyadarkan peserta didik untuk mengenali
diri sendiri dan
lingkungan disekitar mereka, serta memberikan perspektif historikalitas. Dengan demikian pembelajaran sejarah masih penting diberikan kepada peserta didik. 3. Model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat merupakan sebuah kerangka pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sejarah dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan mengembangkan materi sejarah yang salah satunya melalui nilai-nilai filosofis tenun ikat masyarakat Nusa Tenggara Timur. 4. Kesadaran budaya merupakan sikap positif setiap orang dalam menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada ditengah masyarakat, oleh karena itu kesadaran budaya sangatlah dibutuhkan dalam mengelola perbedaan-perbedaan budaya yang ada.