BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Dalam suatu penelitian teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah dan tolak ukur . hal ini sangat berkaitan erat dengan pengertian teori yaitu himpunan konstruk atau konsep, definisi dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan gejala dan meramalkannya. Adapun teori yang releven untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraih dan effeknya terhadap mereka. Komunikasi massa juga merupakan pengembangan dari kata media of mass communication atau media komunikasi massa (Nurrudin, 2003: 1). Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakan oleh para ahli di dalam mendefinisikan komunikasi massa. Namun, dari sekian banyak definisi yang dikemukakan tentunya memiliki benang merah antara yang satu dengan yang lain. Pada dasarnya komunikasi massa merupakan komunikasi yang dilakukan denga media massa sebagai salurannya. Adapun definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Gerbner juga mendefinisikan komunikasi massa secara lebih rinci, yaitu “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies” ( Kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004 : 4). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi dengan menggunakan media massa yang memiliki ruang
lingkup penyebaran yang luas. Sarana dalam komunikasi massa dibagi dua , yitu media cetak (surat kabar, majalah dan sebagainya) dan media elektornik ( televisi, radio, internet dan sebagainya).
2.1.1.1. ciri-ciri komunikassi massa adapun ciri-ciri komunikasi (Nurudin, 2004:16), antara lain: 1. Komunikator dalam komunikasi massa bersifat melembaga. Komunikator di dalam komunikasi massa merupakan kumpulan orangorang atau gabungan dari berbagai macam unsur dan bekerja sama dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud merupakan sebuah sistem yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Sistem di dalam komunikasi massa biasanya bersifat interpendensi, artinya saling adanya keterkaitan , berinteraksi dan berinterdependensi secara keseluruhan.Lembaga media massa adalah sebuah komunikator dalam komunikasi massa artinya, komunikator bukan orang per orangan seperti wartawan. Wartawan itu sendiri merupakan bagian dari lembaga yang telah terinstitusikan/dilembagakan. Menurut Alexis S Tan (1981), komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak, kesejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator di dalam komunikasi massa adalah media massa seperti surat kabar, majalah jaringan televise dan radio serta penerbit buku. Dengan demikian, komunikator di dalam komunikasi massa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Kumpulan dari individu-individu. b. Di dalam berkomunikasi antar individu-individu di batasi oleh perannya dengan sistem c. Pesan yang disebarkan atas nama media massa yang bersangkutan.
d. Apa yang di kemukakan biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis. 2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen, artinya penonton,pembaca atau pengguna memiliki keberagaman pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, agama. Herbert Blumer memberikan cirri tentang karakteristik audience/ komunikan sebagai berikut: a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika di tinjau dari asalnya. b. Berisi individu – individu yang tidak saling mengenal satu sama lain, tidak saling berinteraksi secara langsung. c. Merekan tidak mempuyai kepemimpinan atau organisassi formal. Jadi dari penjelasan di atas jelas sifat heterogen yang melekat pada komunikan yang dimiliki komunikais massa. 3. Pesannya bersifat umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditunjukan kepada satu orang melainkan ke sejumlah orang / khalayak yang plural. Artinya, pesanpesan yang dikemukakanya tidak bersifat khusus atau disengaja untuk golongan tertentu. 4. Komunikasinya berlangsung satu arah. Dalam membaca Koran, seorang komunikan tentunya menerima informasi dari media yang ia baca, ketika ia membaca inilah sebenarnya proses komunikasi telah berlangsung hanya satu arah, yakni dari media massa ke komunikan tanpa adanya feedback atau umpan balik. Karena feedback pada komunikasi ini bersifat tertunda atau tidak langsung. 5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Dalam komunikasi massa sifat audience yang heterogen dan pesan yang umum, memciptakan proses penyampaian pesan secara bersamaan tanpa di sadari. Artinya, ketika ada ribuan masyarakat Indonesia sedang menonton berita yang sama maka pesan atau informasi mengenai pemberitaan tersebut
akan di terima oleh ribuan masyarakat Indonesia yang sedang menonton. Hal inilah yang menimbulkan bahwa komunikasi massa dapat menciptakan keserempakan. 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis. Komunikasi massa
sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan
kepada khalayak sangat membutuhkan bantua peralatan teknis. Seperti media televisi, dalam menyampaikan sebuah informasi kepada khalayak luas tentunya tidak terlepas dari peran peralatan teknis seperti pemancar agar dapat di sebarkan ke masyarakat luas. 7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper. Gatekeeper adalah orang yang berperan dalam penyebaran informasi di dalam media massa. Fungsi gatekeeper adalah sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi informassi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter. Editor film/surat kabar/ buku, manajer penerbitan, cameramen, sutradara dan lembaga sensor yang semua mempengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas salam sebuah pesan-pesan dari media massa.
2.1.1.2. Fungsi Komunikasi Massa. Di dalam membahas fungsi komunikasi massa perlu di ingat banyaknya pendapat dari berbagai ahli. Hal ini dikarena komunikasi massa merupakan komunikasi yang tidak terlepas dari penggunaan media massa. Artinya, peran dan fungsi komunikasi tidak akan di temukan tanpa ada media massa. Dalam fungsinya, komunikasi massa memiliki fungsi menurut Dominick (2001), (Ardianto, 2004: 15)terdiri dari: 1. Survaillance (pengawasan). 2. Interpretation (penafsiran). 3. Linkage (keterkaitan). 4. Transmission of values(Penyebaran Nilai). 5. Entertainment(hiburan).
Sedangkan fungsi komunikasi massa menurut Alexis S Tan. Ia mengungkapkan bahwa fungsi komunikasi beroperasi dalam 4 (empat) hal. Meskipun secara emplisit ia tidak mengatakan fungsi-fungsi komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebutkan bahwa penerima pesan dalam komunikasi bisa kumpulan orangorang (a group of persons) sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk kelompok orang atau media massa, maka sudah jelas bahwa fungsi yang dimaksud merupakan fungsi komunikasi massa. Untuk lebih memperjelas fungsi komunikasi massa, Alexis S Tan menyederhanakannya ke dalam tabel, sebagai berikut: Tabel 2.1 Fungsi komunikasi massa menurut Alexis S Tan
No
Tujuan Komunikator
Tujuan Komunikan (menyesuaikan diri pada sistem pemuas kebutuhan)
1
Memberikan
Mempelajari ancaman dan peluang; memahami
informasi
lingkungan;
menguji
kenyataan;
meraih
keputusan. 2
Mendidik
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya; mempelajari nilai; tingkah laku yang cocok agar diterima di masyarakat.
3
Mempersuasi
Member keputusan; mengadopsi nilai; tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima di masyarakat.
4
Menyenangkan;
Menggembirakan; mengendorkan urat syaraf;
memuaskan
menghibur; mengalihkan perhatian dari masalah
kebutuhan informasi
yang dihadapi.
(sumber : Nurudin, 2004 : 63)
Komunikasi massa merupakan salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Robert K. Merton pernah mengemukakan, bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi yang tidak nyata (latent function), yaitu fungsi yang tidak diinginkan. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat memiliki efek fungsional dan disfungsional (Bungin, 2008: 78). Begitu pula dengan fungsi komunikasi media massa sebagai salah satu aktivitas sosial masyarakat. Adapun fungsi-fungsi dari komunikasi massa secara umum (Bungin, 2008 : 79-81), sebagai berikut. 1. Fungsi Pengawasan. Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat di gunakan untuk pengawab terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan control sosial maupun kegiatan persuasive. 2. Fungsi Sosial Learning. Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat di mana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas. 3. Fungsi Penyampaian informasi. Komunikasi massa yang mengandalakan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi prose penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi
massa
memungkinkan
informasi
dari
institusi
publik
tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informative tercapai dalam waktu cepat dan singkat. 4. Fungsi Transformasi Budaya. Fungsi informatif adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsifungsi lain yang lebih dinamis adalah fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya
yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. 5. Hiburan. Fungsi lain komunikasi adalah hiburan , bahwa seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.
A. Fungsi Sosial Komunikasi Massa. Ada banyak sekali fungsi yang dapat dilakukan oleh komunikasi massa, namun saat ini akan dijelaskan fungsi tentang fungsi sosialnya. Yang dimaksud dengan fungsi sosial dalam hal ini adalah fungsi-fungsi kemasyarakatan bagi individu anggota masyarakat maupun masyarakat luas (Marhaeni, 2009 : 259). Fungsi sosial yang dimiliki dalam komunikasi massa tentunya hampir sama dengan fungsi komunikasi massa pada umumnya, bedanya pada fungsi sosial komunikasi massa terdapat fungsi-fungsi (Maehaeni, 2009 : 262 - 266) seperti: a. Fungsi mendidik masyarakat. Sebenarnya fungsi ini sangat terlihat jelas , dalam hal ini komunikasi massa dapat menambah dan memperluas horizon pengetahuan sarat kemampuan berpikir kritis dikalangan masyarakat. Bahkan didorong untuk dapat mandiri dalam setiap persoalan kehidupannya. Dalam fungsi mendidik, komunikasi massa tidak hanya sekedar menyajikan pengetahuan, akan tetapi juga berbagai keterampilan praktis yang dapat di tingkatkan bagi massyarakat. b. Meningkatkan aktivitas Politik. Rao (1966) berpendapat bahwa “Communication can help the majority of population its own importance, and this may lead to increased political actifity”. Maksudnya, bahwa komunikasi massa dapat membantu masyarakat luas atau mayoritas penduduk semankin menyadari arti penting dirinya sebagai warga negara. Kesadaran setiap orang dalam warga negara dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk melakukan aktivitas politik. Kesadaran tersebut seperti mengikuti pemilu.
2.1.1.3. Unsur-unsur Komunikasi Massa. Unsur-unsur yang dimiliki dalam komunikasi massa (Bungin, 2008: 7172), antara lain: 1. Komunikator. Komunikator
didalam
komunikasi
massa
adalah
pihak
yang
mengandalkan media massa dengan teknologi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi dapat dengan cepat ditanggap publik. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi. 2. Media massa Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara missal dan dapat diakses masyarakat secara missal juga. 3. Informasi massa Informasi
massa
adalah
informasi
yang
diperuntukan
kepada
masyarakat secara missal, bukan dikonsumsi secara pribadi. 4. Gatekeeper Gatekeeper adalah penyeleksi informasi sebelum sebuah informasi tersebut dipublikasikan kemasyarakat secara luas. 5. Khalayak Khalayak
merupakan
massa/masyarakat/public
yang
menerima
informasi dari media massa. 6. Feedback Feedback atau umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda, namun seiring dengan perkembangan teknologi kini umpan balik dalam komunikasi yang bersifat tertunda mulai ditinggalkan.
2.1.2. Proses Komunikasi Massa. Proses komunikasi massa tentunya berbeda dengan proses komunikasi tatap muka, karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang sehingga proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut Wilbur Schramm, mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal di perlukan tiga unsur/komponen yaitu Source, Message dan destination. Harold D. Lasswell, seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam terori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses
komunikasi massa dengan menjawab pernyataan-
pernyataan sebagai berikut : who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalaui saluran apa), to whom ( kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa) (Ardianto, 2004 : 33). Selain komponen-komponen yang telah di uraikan oleh Harold D. Lasswell, masih tampak di perlukannya komponen lain sebagai persyaratan yang melengkapai terjadinya suatu proses komunikasi massa. Untuk membadingkan antara formula Laswell dengan formula lainnya , selanjutnya akan di kemukakan oleh Cloude D. Shannon dan Warren Weaver dalam bukunya ”Theories of Mass Communication” digambarkan sebagai proses linier dan searah. Pesan diumpamakan mengalir dari sumber informasi (information Source) melalui beberapa komponen sehingga menuju ke komunikan. Berikut gambar proses komunikasi massa yang diciptakan Shannon dan Weaver : Gambar 2.1 Proses Komunikasi Massa Sumber
Transmitter
informasi (Information Source)
Noise (Sumber : Ardianto dkk, 2004 : 35)
Penerimaan
Tujuan
(Receiver)
(Destination)
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sumber informasi (information Source) menciptakan sebuah pesan (message) untuk dikomunikasikan. Pesan (terdiri atas kata-kata lisan/tulisan, gambar, masik,dll) diubah ke dalam bentuk sinyal (signal) oleh pemancar (transmitter) sesuai dengan saluran yang digunakan. Pesan dapat di terima /diteruskan melalui saluran kepada penerima (receiver). Kemudian penerima menyusun kembali sinyal tersebut menjadi sebuah pesan sehingga sampai kepada tujuan (destination). Sementara itu dalam perjalanannya, sinyal memiliki potensi untuk terganggu oleh berbagai sumber gangguan (noise source) yang ada di sekitarnya misalnya pada saat yang bersamaan dalam saluran yang sama muncul terlalu banyak sinyal. Hal ini akan mengakibatkan adanya perbedaan antara sinyal yang dikirm dengan sinyal yang diterima. Dengan demikian dapat diartikan oleh pesan yang dikirm oleh sumber, yang kemudian disusun kembali oleh penerima sehingga mencapai tujuan tidak selalu memiliki makna yang sama. Menurut McQuail (1992:33), proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk (Bungin, 2008: 74-75): 1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang besar. Dengan kata lain, setiap informasi yang disebarkan dengan jumlah luas maka akan diterima oleh massa yang besar. 2. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu komunikator ke komunikan. Kalau terjadi interaktif diantara mereka maka prose komunikasi (balik) yang disampaikan oleh komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja didominasi oleh komunikator. 3. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan komunikan, sehingga menyebabkan komunikasi yang terjadi diantara mereka berlangsung datar dan sementara. Namun kalau terjadi kondisi emosional maka komunikasi yang terjadi bersifat sementara dan tidak berlangsung lama. 4. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (nonpribadi) dan tanpa nama. Artinya proses ini menjamin bahwa komunikasi massa sulit diidentifikasi siapa pengerak dan menjadi motor dalam sebuah massa.
5. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan hubungan-hubungan kebutuhan dimasyakat.
2.1.3. Peran Media Massa. Media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Disalam paradigmanya media massa berperan sebagai (Bungin, 2008 :85-86): 1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu sebagai media edukasi. Dalam hal ini, media massa setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi lebih maju. 2. Sebagai media informasi yaitu mendia yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur dan benar yang disampaikan media massa kepada masyarakat maka masyarakat akan menjadi kaya akan informasi sehingga menjadi masyarakat informatif. 3. Media massa sebagai penyedia hiburan. Sebagai salah satu agent of change, media massa dalam hal ini tidak saja sebagai pendorong bagi perkembangan tetapi juga sebagai pencegak perkembangan yang dapat merusak moral. Secara lebih spesifik peran media massa saat ini lebih menyentuh persoalan persoalan yang terjadi di masyarakat secara actual, (Bungin,2006: 86) seperti: 1. Harus lebih spesifik dan proposional dalam melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi media edukasi dan media informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. 2. Dalam memotret realitas, media massa harus fokus pada realitas masyarakat, bukan pada potret kekuasaan yang ada di masyarakat itu, sehingga informasi tidak menjadi propaganda kekuasaan dan potret figure kekuasaan. 3. Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan pencerahan dengan kepentingan media massa sebagaimana lembaga produksi, sehingga kasus-kasuspengaburan berita dan iklan tidak harus terjadi dan merugikan masyarakat. 4. Media massa juga harus menjadi early warning system, hal ini terkait dengan peran media massa sebagai media informasi, dimana lingkungan saat ini menjadi sumber ancaman. Media massa menjadi sebuah sistem dalam sisitem
besar
peringatan
terhadap
ancaman
lingkungan,
bukan
hanya
menginformasikan informasi setelah terjadi bahaya dari lingkungan. 5. dalam hal mengahadapi ancaman masyarakat yang lebih besar seperti terorisme, seharusnya media massa lebih banyak menyoroti aspek fundamental pada terorisme seperti mengapa terorisme itu terjadi bukan hanya pada aksi-aksi terorisme.
2.1.4. Teori S-O-R. Teori S – O – R merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Teori tersebut menggambarkan bagaimana hubungan stimulus – respon. Menurut teori Stimulus – Respons, komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Asumsinya bahwa kata-kata verbal, isyarat-isyarat nonverbal, gambar dan tindakan akan memberikan rangsangan untuk di respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu proses ini juga dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi dimana sifatnya timbale-balik dan mempuyai banyak efek yang dapat mengubah tindakan (Mulyana, 2007: 143-145). Jadi unsur-unsur pada model ini adalah : 1. Stimulus (Pesan) 2. Komunikasi (Organism) 3. Efek (Response) Menurut model ini, proses komunikasi yang terjadi adalah how to change the attitude yaitu bagaimana mengubah sikap komunikan. Perubahan sikap ini terjadi hanya pada saat pesan yang menerpa melebihi semuanya. Di dalam pembahasan dampak media, ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam melihat dampak dari suatu pesan terhadap komunikan (McQuail, 2011: 225 - 226), yaitu: 1. Perhatian 2. Pemahaman/pengertian 3. Penerimaan
Untuk lebih menyederhanakan maksud dari model ini. Berikut skema model S-O-R. Gambar 2.2 Model “Stimulus-Organism-Respon”
ORGANISM. STIMULUS
• Perhatian • Pemahaman/penger tian • Penerimaan
RESPONSE (Perubahan Sikap)
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap seseorang tergantung dari proses yang terjadi diri individu orang tersebut. Jika di kaitkan dengan judul penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa: 1. Pesan atau stimulus adalah website komisi pemilihan umum 2. Organisim pada penelitian ini adalah Seluruh mahasiswa FISIP USU yang telah ditarik samplingnya. 3. Respon dalam penelitian ini adalah pembentukan pemilih cerdas melalui tahapan perhatian, pemahaman/pengertian dan penerimaan.
2.1.4.1 Pesan di dalam Teori S-O-R. Pesan merupakan hal yang penting di dalam teori ini. Seperti yang telah dikatakan diatas, bahwa perubahan sikap dapat terjadi jika pesan menerpa melebihi semuanya. Pesan menurut Cultip dan Center dikenal dengan “The 7 C`s of Communication” antara lain (Ruslan, 1997: 83) sebagai berikut: 1. Credibility Komunikasi tersebut dimulai dengan membangun suatu kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun iklim kepercayaan itu dimulai dari kinerja, baik pihak komunikator dan pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya, begitu juga tujuannya. 2. Contex Suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang tidak bertentangan dan sering dengan keadaan tertentu dan memperlihatkan sikap partisipatif. 3. Content Pesan yang akan disampaikan itu mempunyai arti bagi audiensinya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak bermanfaat. 4. Clarity Pesan dalam berkomunikasi itu disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh atau mempuyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikannya. 5. Continuity and consistency Komunikasi tersebut merupakan suatu proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan dan bervariasi, yang merupakan konstribusi fakta yang ada dengan sikap penyesuaian melalui proses belajar. Isi atau materinya harus konsisten dan tidak membingungkan audiensinya.
6. Channel Menggunakan media sebagai saluran pesan yang setepat mungkin dan efektif dalam nenyampaikan pesan yang dimaksud. 7. Capability of audience Komunikasi tersebut memperhitungan kemungkinan suatu kemampuan dari audiensinya, yaitu melibatkan berbagai faktor adanya suatu kebiasaan. Kebiasaan membaca atau kemampuan menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya.
2.1.5. Internet merupakan new media komunikasi publik. William Gibson dan Marshall McLuhan sudah menjadi pahlawan intelektual semenjak masih di bangku kuliah. Gibson merupakan “Gotfather Dunia Maya” sekaligus penulis Neuromancer dan Johnny Mnemonic, sedangkan McLuhan adalah penulis Understanding Media. Ungkapan McLuhan yang paling popular adalah global Village atau desa global. Maksud dari ungkapan McLuhan ini adalah tempat yang menarik, tempat yang baik untuk orang-orang menikmati kontak dan keterlibatan satu sama lain yang semangkin bertambah tinggi karena dibantu oleh teknologi elektronik. Ide ini pada dasarnya adalah tentang teknologi elektronik yang membuat kita menjadi nonindividu yang tidak dapat dibedakan, berkumpul disekeliling produk (Stanley, 2012:385-387). Pemanfaatan teknologi elektronik itu juga menggunakan sebuah jaringan yang disebut internet. Internet awalnya merupakan jaringan komputer yang dapat dikategorikan sebagai WAN, menghubungan berjuta komputer di dunia, tanpa batas negara, dimana setiap orang memilikinaya dan dapat bergabung dengan melakukan koneksi ke penyedia layanan internet (Murhada, 2011: 195). Kemudian Internet dikembangkan oleh APRANET, suatu sistem komunikasi yang terkait dengan pertahanan-keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi yang berjaringan ini dengan cepat ditangkap oleh para peneliti dan pendidik secara umum.
Faktor utama yang berperan dalam pesatnya pertumbuhan internet adalah potensi e-commerce. Dengan internet, hampir semua orang di belahan dunia mana pun dapat berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Fitur internet yang paling popular adalah e-mail dan word wide web. 1. E-mail. e-mail adalah aplikasi yang memungkinkan seseorang mengirim surat elektronik ke orang lain yang berada dilokasi berjauhan dengannya, dengan syarat keduanya memiliki koneksi internet. Diperkirakan lebih dari 100 juta orang telah memiliki alamat e-mail dan setiap bulan lebih dari 1 terabyte telah melintas jaringan internet. 2. World Wide Web. World Wide Web (www), lebih popular dengan istilah web, merupakan aplikasi internet paling digemari oleh pengguna internet. Web mulanya diperkenalkan
oleh
Tim-Berners-Lee
pada
tahun
1992
di
CERN,
Laboratorium Fisika Partikel di Jenewa, Swiss. Dan setelah popular kemudian diambil ahli pengembangannya oleh W3C (World Wide Web Consortium). Marc Andressen merancang sebuah perangkat lunak untuk menampilakan halaman web yang diciptakan Tim-Berners-Lee, yang dinamakan webbrowser. Web menjadi popular karena kemampuannya menyajikan objek multimedia pada halaman tampilannya, sehingga bisa dijadikan sebagai sumber informasi yang memuat teks, gambar, suara, citra dan video, yang diatur oleh program HTML (Hyper Text Markup Language).Hypertext dapat membentuk hyperlink yang memungkinkan seseorang berpindah dari satu tayangan web ke tanyangan web lain. Setiap organisasi atau lembaga publik, kini memiliki situs web (website), dengan alamat tertentu kemudian dapat diakses melalui web browser. Secara singkat, World wide web (www.) adalah sebuah sistem situs komputer yang sangat luas yang dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program browser (Werner dan James, 2008: 445).
Adapun pemanfaatan internet bagi publik dapat disebutkan (Febrian,2005 : 3031), sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui berbagai berita-berita secara teraktual. 2. Bagi para akademisi, dapat memudahkan didalam mencari referensi. 3. Dapat lebih efisien dan cepat. 4. Sarana internet tidak mengenal batas geografis. 5. Sebagai sarana dakwah, bisnis dan ekonomi serta bidang-bidang lainnya. 6. Menyediakan berbagai informasi tanpa adanya batasan benua.
2.1.5.1. Internet sebagai media komunikasi. Sebagian besar jaringan internet, memuat dan menghubungan berbagai macam web-web yang berisis informasi beraneka ragam. Sebagaian besar web atau situs berkaitan informasi yang bersifat pendidikan atau pengetahuan umum, tetapi dengan berkembangan jaringan internet, membuat kalangan bisnis melihatnya. Laquey mengemukakan, yang membedakan internet dengan media massa lain adalah tingkat interaksi dan kecepatannya dapat melewati batas-batas geografis dan waktu. Dengan adanya internet, menyebabkan terciptanya kelompok orang yang berinteraksi dan berkomunikasi didalam jaringan. Keunggulan dari internet adalah mudah cepat dan tepat,kapasitas, kerahasiaan, efisien dan efektif serta membuka mata dunia akan dunia baru (Pawit, 2010: 54).
2.1.5.2. Internet sebagai sumber informasi. Di dalam perkembanganya internet tidak hanya berfungsi sebagai media berkomunikasi tetapi dapat dijadikan sumber informasi. Di dalam internet berbagai informasi di sediakan tinggal bagaimana pengguna mencarinya (Pawit, 2010 ; 60). Informasi adalah sebuah data, rekaman fenomena yang dapat menjadi pengetahuan bagi setiap orang. Sebuah informasi dapat dikatakan pengetahuan, dikarena dapat memberikan pembelajaran yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku menjadi lebih baik. Pada dasarnya jenis informasi dapat di bagi dua, yaitu informasi lisan dan tulisan. Namun informasi yang berguna pada pengetahuan
adalah informasi terekam. Informasi terekam juga dibedakan antara non ilmiah dan ilmiah. Informasi non ilmiah adalah informasi yang biasanya banyak tersedia dimana-mana seperti informasi yang dimuat di surat kabar, iklan dan sebagainya. Sedangkan informasi ilmiah adalah rekaman informasi yang dirancang secara khusus atau yang bisa dimanfaaatkan untuk kepentingan ilmiah dan penelitian untuk pengembangan pengetahuan. Manfaat dari suatu informasi tergantung pada fungsi dari informasi yang diperlukan penggunaanya (Pawit, 2010: 1-10).
2.1.5.3. Internet sebagai media pembelajaran/mendidik. Media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi. Menurut Robert Hanick, Dkk (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (Source) dan penerima (receiver) informasi. Jadi, Menurut Rossi dan Breidle (1966) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti televisi, radio, internet yang merupakan jaringan di dalam komputer (Sanjaya, 2012: 57). Internet dapat dikatakan media pembelajaran, dikarenakan di dalam internet terdapat berbagai macam informasi yang berguna yang dapat menambah pengetahuan. Seperti mekanisme pemilihan merupakan informasi di dalam bidang tertentu yang dapat menambah pengetahuan pemilih tentang bagaimana cara pemilih.
2.1.6. Efek Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakan proses sosial kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi, untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan komunikasi massa tidaklah mudah. Donald K. Robert mengungkapkan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Oleh karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan apa yang disampaikan media. Sedangkan menurut stamm (1990) menyatakan bahwa efek komunikasi massa terdiri dari primary effect dan secondary effect (Ardianto, 2004 : 48).
Menurut Steve M. Chaffee. Efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisassi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa (Ardianto, 2004: 49).
2.1.6.1. Jenis-jenis efek. Menurut Stamm efek dari komunikasi massa dapat dibagi atas dua (Ardianto, 2004: 49) yaitu: 1. Efek Primer meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman. Dalam hal ini media massa hanya memberikan terpaan atau dapak, perhatian dan pemaham mengenai pesan yang disampaikan. 2. Efek Sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif ( perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku ( menerima dan memilih). Secara tradisional ada beberapa jenis efek yang disebabkan media.. Menurut John R Bittner (1996), fokus utama dari efek ini adalah tidak hanya bagaimana media mempengaruhi audience tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya. Sedangkan menurut Steven M. Chaffee, jenis-jenis efek komunikasi massa dipengaruhi oleh dua pendekatan (Ardianto, 2004: 49-56), yaitu: 1.
Efek Kehadiran Media Massa Mc Luhan berpendapat bahwa media adalah sebuah pesan. Oleh karena itu, bentuk media sebenarnya sudah dapat mempengaruhi khalayak, artinya yang dapat mempengaruhi khalayak bukan apa hanya apa yang disampaikan oleh media, tetapi jenis media komunikasi yang digunakanpun dapat memberikan pengaruh. Menurut Steven, ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek penyaluran dan efek perasaan orang terhadap media.
a. Efek ekonomi. Kehadiran media massa di tengah kehidupan dapat menumbuhkan berbagai perkembangan usaha baik dari sektor produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Seperti keberadaan televisi baik milik pemerintah maupun swasta dapat memberikan sumbangsi lapangan pekerjaan. b. Efek sosial. Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa, seperti, kehadiran televisi dapat menigkatkan status sosial pemiliknya. c. Efek penjadwalan kegiatan. Munculnya media massa juga berdampak pada penjadwalan kegiatan seperti, anak-anak yang dulunya mandi pagi sekarang mrngubah jadwal dengan menonton televisi. d. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman. Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutukan psikologinya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman. Misalnya, seseorang yang lagi kesepian atau sendirian dirumah akan memilih menonton televisi untuk mengisi kesepian. e. Efek menumbuhkan perasaan. Kehadiran media massa ternyata tidak hanya dapat menghilangkan suatu perasaan tetapi juga dapat menumbuhkan. Terkadang sesorang dapat menumbuhkan perasaan positif dan negatif terhadap media. Seperti sesorangyang hobi bola makanya ia akan senang saat membaca majalah bola. 2.
Efek Pesan Dalam bagian ini akan dibahas mengenai efek pesan media massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral. a. Efek kognitif. Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membuat khalayak dalam
mempelajari
informasi
yang
bermanfaat
dan
mengembangkan
keterampilan kognitif. b. Efek afektif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira dan lain-lain. Adapun faktor-faktor yang berpegaruh dalam efek afektif antara lain: suasana emosional, skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual dan identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa. Suasana emosional merupakan suatu perasaan yang disimpulkan dari suatu respons terhadap media. Seperti, seseorang yang sedang menonton film horor akan merasa ketakutan setelah melihatnya dan orang yang sedang menonton film komedi akan merasa lucu saat menonton. Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran yang menjelaskan tentang alur peristiwa. Suasana terpaan (Setting of Exposure) merupakan suatu kondisi yang saat kita melihat film horor, kita akan berpikiran bahwa makhluk seperti itu kehidupannya sebagaimana yang dilihat pada film. Presdisposisi individual merupakan faktor yang mengacu pada karakteristik individu, seperti seseorang yang mempuyai sifat sensitif maka tidak dapat diajak untuk bercanda. Faktor identifikasi, dalam hal ini menunjukan sejauhmana seseorang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca dan pendengar menempatkan dirinnya pada posisi tokoh. c. Efek behavioral. Efek ini merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Seperti tanyangan kekerasan yang ditampilkan pada televise akan membuat orang menjadi kasar dan beringas.
2.1.7. Sikap. Definisi sikap menurut L.L Thursione (1946), sikap adalah tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologis. Objek psikologi disini meliputi: symbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Sedangkan menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, idea tau objek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, behavior. Travers, Gagne dan Cronbach (1977) sependapat bahwa sikap melibatkan tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu: 1. Komponen kognitif. Berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek. 2. Komponen afektif. Menunjukan pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi
yang
berhubungan
dengan
objek.
Disini
objek
dirasakan
menyenangkan atau tidak menyenangkan. 3. Komponen behavior atau konatif melibatkan salah satu presdisposisi untuk bertindak terhadap objek. Komponen ini dipengaruhi oleh komponen kognitif yang berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak (Ahmadi, 2007 : 150-151).
2.1.7.1. Ciri-ciri Sikap. Adapun ciri-ciri sikap adalh sebagai berikut: 1. Sikap itu dipelajari (learnability). Sikap merupakan hasil belajar ynag perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. 2. Memiliki kestabilan (stability). Sikap bermula dari dipelajari, kemudian lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman. 3. Personal-societal significance. Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan situasi.
4. Berisi kognisi dan afeksi. Komponen kognisi dari pada sikap adalah berisi informasi yang factual. 5. Approach-avoidance directionality. Bila sesorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap unfavorable, mereka akan menghindarinya (Ahmadi, 2009: 164). Sedangkan ciri-ciri sikap menurut Eiser (1986, dalam Sobur, 2003) : 1. Sikap merupakan pengalaman subjektif. Pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan dari pengamatannya atau perilakunya sendiri. 2. Sikap dapat diungkapkan melalui bahasa. Sikap dapat diungkapkan sampai batas-batas tertentu tanpa kata-kata, namun konsep sikap akan sangat miskin jika diterapkan pada spesies yang tidak bisa berbicara. Bahasa sehari-hari penuh dengan kata-kata yang mengandung unsur penilaian. 3. Sikap dikomunikasikan kepada orang lain. Sikap tidak hanya bisa dipahami, namun juga diungkapkan sedemikian rupa sehingga bisa ditangkap dan dimengerti oleh orang lain. Mengungkapkan sikap adalah tindakan sosial yang berlandaskan asumsi bahwa ada pendengar yang bisa memahami. Bagaimana kehadiran, jenis, dan jumlah pendengar memengaruhi merupakan pertanyaan empiris. 4. Sikap mengandung aspek evaluatif. 5. Sikap mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
2.1.7.2. Fungsi sikap dan Sumber Sikap. Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: 1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. 2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku. Maksudnya pengaturan sebuah tingkah laku terjadi karena adanya pertimbangan yang terletak diantara
perangsang dan rekasi seperti pertimbangan yang erat hubungannya dengan tujuan hidup, peraturan dan sebagainya. 3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari luar tidak semuanya diterima begitu saja namun ditinjau dari apakah pengalaman-pengalaman itu mempuyai arti baginya. 4. Sikap sebagai bentuk penyataan kepribadian. Sikap merupakan pencerminan pribadi seseorang, ini karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukung. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyaknya orang dapat mengetahui kepribadian seseorang (Ahmadi, 2009: 165-167). Sikap seseorang terbentuk dari tiga sumber utama. Pertama, pengalaman pribadi. Sikap merupakan hasil pengalaman yang menyenangkan atau menyakitkan dengan objek sikap. Kedua yaitu pemindahan perasaan yang menyakitkan. Pemindahan secara tidak sadar mengalihkan perasaan yang menyakitkan (terutama permusuhan) jauh dari objek yag sebenarnya pada objek lain yang “lebih aman”. Ketiga yaitu pengaruh sosial. Kelompok, lembaga, media serta lingkungan yang terdekat dengan seseorang berperan dalam pembentukan sikap seseorang.
2.1.7.3. Pembentukan dan Perubahan Sikap. Sikap setiap orang sama dalam perkembangannya, tetapi berbeda dalam pembentukannya. Sikap terbentuk dari pengalaman dengan melalui proses belajar. Roucek (1951) menyatakan bahwa sikap terjadi setelah individu mengadakan internalisasi dari hasil-hasil : 1. Observasi yang dilakukan terhadap kelompok dan kejadian serta pengalaman partisipasi individu dengan kelompok yang dihadapi. 2. Perbandingan pengalaman individu yang mirip dengan respons atau reaksi yang diberikannya, serta hasil dari reaksi terhadap dirinya.
3. Keterlibatan emosi terhadap pengalaman pada suatu kejadian. Suatu kejadian yang telah menyerap perasaan seseorang lebih sulit dilupakannya sehingga reaksinya merupakan reaksi berdasarkan usaha menjauhi situasi yang tidak diharapkannya. 4. Perbandingan antara sesuatu yang dihadapinya dan pengalaman orang lain yang dianggap lebih berpengalaman, lebih ahli, dan sebagainya (Sobur, 2003:363).
Pembentukan
sikap
tidak
terjadi
sembarangan.
Pembentukannya
senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, media, dan sebagainya. Pembentukan dan perubahan sikap dapat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern pribadi yang memegang peranan. Adapun yang dimaksud dengan : 1. Faktor intern Adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjdai minat perhatian. 2. Faktor ekstern. Faktor ini terdapat pada luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.
Perubahan sikap pada individu ada yang terjadi dengan mudah dan ada yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima atau menolak rangsangan yang datang kepadanya. Selain itu, perubahan sikap tidak hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada diri seseorang, tetapi juga menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat dan kebudayaan. Krech, Crutchfield, dan Ballachey dalam buku Psikologi Umum menyatakan bahwa keterubahan suatu sikap bergantung pada karakteristik sistem sikap, kepribadian individu, dan afiliasi individu terhadap kelompoknya. Karakteristik sistem sikap, baik yang dimiliki sebelum maupun sesudah
terbentuknya sikap tersebut, mempengaruhi pembentukan sikap tertentu. Adapun karakteristik itu meliputi: 1. Sikap ekstrem (extremeness) Sikap yang ekstrem sulit berubah, baik dalam perubahan kongruen maupun inkongruen. Perubahan yang kongruen adalah perubahan yang searah, yakni bertambahnya derajat kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula. Sedangkan perubahan sikap inkongruen adalah perubahan sikap kearah yang berlawanan. Makin ekstrem suatu sikap, makin sedikit terjadi perubahan. Sikap yang ekstrem lebih sulit diubah secara inkongruen daripada kongruen. 2. Multifleksitas (multiplexity) Sikap yang berkarakteristik multiflex mudah berubah secara kongruen, namun sulit berubah secara inkongruen. Sebaliknya, sikap yang simple mudah berubah secara inkongruen, namun sulit berubah secara kongruen. 3. Konsistensi (consistency) Sikap yang konsisten menunjukkan sikap yang stabil, karena komponennya saling mendukung satu sama lain. Sikap akan mudah diubah kearah inkongruen. Sebaliknya, sikap yang tidak konsisten lebih mudah diubah kearah kongruen. 4. Interconnectedness Interconnectedness adalah keterikatan suatu sikap dengan sikap lain dalam suatu kelompok. Sikap yang mempunyai kadar keterikatan tinggi sulit diubah kearah inkongruen. Sebaliknya, lebih mudah diubah kearah kongruen. 5. Konsonan (consonance) Sikap yang saling berderajat selaras akan lebih cenderung membentuk suatu kluster. Kluster tersebut cenderung pula memiliki derajat saling keterhubungan. Sikap demikian disebut sebagai sikap yang berkarakteristik konsonan dalam suatu gugus sikap. Sikap yang berderajat konsonan tingi akan mudah mengalami perubahan pada jenis yang kongruen. 6. Kekuatan dan jumlah keinginan yang menyebabkan munculnya suatu sikap tertentu (strength and number of wants served by the attitude). Dapat berubah tidaknya suatu sikap seseorang ditentukan oleh kekuatan dan ragam-ragamnya. Sikap yang
memiliki kekuatan dan keanekaragaman
keinginan yang akan dipuaskan disebut sebagai sikap yang “multiservice”. Sikap multiservice ini sangat dihargai dan diharapkan oleh tiap individu. 7. Pemusatan nilai-nilai yang berhubungan dengan sikap yang dimiliki (centrality of the value to which the attitude is related). Nilai-nilai yang dianut seseorang menentukan suatu pembentukan dan perubahan sikap. Sikap seseorang yang berakar pada nilai yang dianutnya, meskipun ditukarkan alasan-alasan persuasif dan dikung oleh kenyataan yang kukuh, tetap sulit untuk diubah kecuali dengan cara mengubah nilai (konsep tentang “baik” yang dianutnya).
Perubahan sikap individu tidak saja ditentukan oleh karakter sistem sikapnya, tetapi juga oleh keadaan kepribadiannya. Hubungan antara kepribadian seseorang dan perubahan sikap merupakan sesuatu yang kompleks. Adapun aspek-aspek kepribadian meliput i : 1. Intelligence Corak intelegensi yang dimiliki seseorang menentukan derajat sikapnya. Tingkat inteligensi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memahami informasi yang mengandung problema kompleks yang akan disikapinya. 2. General Persuasibility Kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh sosial tanpa memandang komunikatornya, topik, media, dan keadaan komunikasinya merupakan aspek yang dapat menentukan sikap seseorang. 3. Self-Defensiveness Salah satu ciri kepribadian yang dimiliki seseorang juga berpengaruh pada perubahan sikapnya, yaitu berpegang teguh secara bersikeras untuk menegakkan harga dirinya. Individu
yang demikian sulit untuk
membebaskan diri dari ciri kepribadian yang dimilikinya. 4. Cognitive Needs and Styles Kebutuhan dan gaya kognitif seseorang turut menentukan perubahan sikapnya. Kelman dan Cohler (1959) menyatakan bahwa seseorang yang mememerlukan pemahaman yang jelas akan bereaksi terhadap informasi
baru yang bertentangan dengan sikapnya. Seseorang yang memerlukan pemahaman yang jelas tidak senang terhadap perubahan yang inkongruen karena situasi. Seseorang yang cenderug dapat berubah sikapnya pada jenis yang kongruen, bilaman ia bereaksi terhadap “ketertutupannya” mencari penjelasan dan pemahaman terhadap informasi yang menentang sikapnya (Sobur, 2003:368). Dukungan kelompok terhadap individu juga menentukan perubahan sikap seseorang. Ini berkaitan dengan nilai keanggotaan individu dalam kelompoknya. Sikap yang merefleksikan norma kelompok yang dinilai tinggi, sulit untuk diubah. Anggota kelompok yang mempunyai penilaian rendah dapat mengikuti perubahan sikap bila diberi pengarahan. Namun, bagi anggota kelompok yang memiliki penilaian tinggi akan menentang pengarahan tentang perubahan sikap. Dengan demikian, anggota kelompok yang mempunyai penilaian tinggi cenderung tetap berpegang pada norma secara lebih kuat setelah diberi pengarahan, dibandingkan dengan sebelumnya. Dimasa Adolesen, ada tiga hal penting yang diperhatikan dalam pembentukan sikap, antara lain: 1. Mass Media seperti media cetak dan elektronik. 2. Kelompok sebaya. 3. Kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan, lembaga organisasi dan sebagainya.
2.2. Kerangka Konsep. Dalam penelitian kuantitatif,
menjelaskan suatu konsep penelitian
merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrument penelitian (Bungin, 2011 ; 67). Sebagai sesuatu yang digeneralkan, konsep bermula dari teori-teori kejadian yang dibentuk dan oleh karenanya konsep memiliki tingkat generalisasi (Bungin, 2013: 73). Menurut Kaplan, Konstruk merupakan konsep, sesuatu yang diciptakan. Suatu konstruk adalah suatu konsep yang memiliki tiga kriteria yang berbeda (Morissan,dkk. 2012 : 60).
Dalam penelitian ilmiah konsep harus memiliki kriteria yang tepat dalam menjelaskan variabel penelitian. Konsep yang bermanfaat adalah konsep yang dibentuk menjadi keterangan dan menyatakan sebab akibat, yaitu konsep dibentuk dengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan penyusunan teori yang masuk akal, karena konsep dibentuk hanya untuk diuji regulasinya (Bungin, 2013 : 75). Jadi, kerangka konsep merupakan acuan didalam penelitian yang bermula dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan dari variabel penelitian secara empiris. Adapun variabel-variabel di dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel (X) adalah variabel bebas yang mempengaruhi variabelvariabel lain. Variabel (X) dalam penelitian ini adalah Website Komisi Pemilihan Umum. 2. Variabel (Y) adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau (X). Variabel (Y) dalam penelitian ini adalah Sikap Pemilih Cerdas. Skema variabel penelitian :
Gambar 2.3 Variabel Penelitian
Independent Variabel /
KORELASIONAL
Dependent Variabel /
Variabel X
Variabel Y
www.kpu.go.id
Bentuk Sikap Pemilih Cerdas
Intervening Variabel / Variabel Z Identitas Diri
2.3. Variabel Penelitian. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka dibuatlah suatu operasional variabel agar dapat membentuk kesesuaian dan kesamaan dalam penelitian. Tabel 2.1 Operasional Variabel Variabel Teoritis
Variabel Operasional
1. Variabel Bebas (X) Website
KPU
1. Tampilan Layar /
2. Pesan (Informasi) yang diberikan terkait
www.kpu.go.id
“The 7 C`s of Communication”. 3. Pengetahuan tentang peran pemilih .
2. Variabel
Terikat Komponen Sikap
(Y)
1. Komponen Kognitif •
Bentuk Sikap Pemilih Cerdas
3. Identitas
Pengetahuan
2. Komponen Afektif •
Perhatian dan ketertarikan
•
Kebutuhan/Keinginan
•
Keputusan
a. Umur
Responden
b. Jenis Kelamin
Variabel (Z)
c. Departemen
2.4. Definisi Operasional. Pada bagian ini, peneliti harus mampu menghubungkan atau membuat suatu hubungan antara konsep abtrak dengan dunia empiris melalui observasi dengan menggunakan berbagai instrument. Dengan kata lain, definisi operasional adalah menjelaskan prosedur yang memungkinkan seseorang mengalami atau mengukur suatu konsep. Berdasarkan penjelasan singkat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pada bagian ini variabel operasional di berikan suatu definisi yang kemudian akan berguna didalam mengukur konsep. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dapat didefinisikan antara lain: 1) Variabel bebas (X) tentang website komisi pemilihan umum / www.kpu.go.id a. Tampilan Layar. Tampilan layar merupakan tampilan dari situs www.kpu.go.id seperti konten / menu-menu dari website. b. Pesan yang diberikan •
Credibility,
yaitu
memulai
suatu
komunikasi
dengan
membangun kepercayaan. •
Contex, yaitu komunikasi yang berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial.
•
Content, yaitu pesannya mempuyai arti dan manfaat bagi audiensi.
•
Clarity, yaitu pesan disusun dengan bahasa yang dapat dimengerti dan mudah dipahami (Sederhana).
•
Continuity dan consistency, yaitu proses komunikasi akan terus berlangsung dalam mencapai tujuan.
•
Channels, yaitu saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
•
Capability
of
audience,
yaitu
komunikasi
memperhitungkan kemampuan dari audiensi.
harus
c. Pengetahuan tentang peran pemilih Pengetahuan tentang peran pemilih merupakan suatu pengetahuan yang dapat menambah pemaham pemilih didalam pemilu yang nantinya dapat mengubah sikap pemilih yang pasif.
2) Variabel terikat (Y) tentang pembentukan pemilih cerdas. •
Komponen kognitif adalah komponen yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pemahaman dan pengetahuan. Pengetahuan yaitu kemomunikan dalam hal ini mengetahui hal-hal tentang pemilu.
•
Komponen afektif, yaitu komponen pembentukan dan perubahan sikap komunikan setelah memahami dan memperoleh pesan. 1. Perhatian dan ketertarikan yaitu memberikan perhatian dan ketertarikan terhadap website pemilu sebagai media yang membantu dalam pemilu. 2. Kebutuhan/keinginan yaitu hal yang mendasari komunikan untuk berperan aktif sebagai pemilih. 3. Keputusan, yaitu hasil yang diperoleh berupa perubahan/ pembentukan sikap pemilih cerdas.
3) Variabel Z merupakan identitas responden 1. Umur, yaitu usia yang dimiliki responden mulai dari 17 keatas. 2. Jenis Kelamin, yaitu gender yang dimiliki responden. 3. Departemen., yaitu departemen asal responden.
2.5. Hipotesis. Dalam penelitian, peneliti mengembangkan penenlitiannya berdasarkan teori yang sudah ada dan berdasarkan teori ini ia membuat perkiraan terhadap hasil penelitian yang akan diperolehnya (Morissan, 2012 : 17). Penelitian menggunakan hipotesis, karena hipotesis sesungguhya adalah jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Adapun hipotesis dari rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha : ada pengaruh antara website komisi pemilihan umum terhadap pembentukan pemilih cerdas pada pemilu 2014 di lingkungan mahasiswa FISIP USU. Ho : Tidak ada pengaruh antara website komisi pemilihan umum terhadap pembentukan pemilih cerdas pada pemilu 2014 di lingkungan mahasiswa FISIP USU.