BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi Massa 2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Manusia adalah makhluk sosial dan sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa pada orang kehilangan keseimbangan jiwa. Menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Komunikasi telah memperpendek jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran, perasaan dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun kontakkontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap, dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang semakin luas. Pengertian komunikasi kaya akan arti karena memperoleh masukan dari banyak disiplin ilmu oleh para ahli. Carl Hovland memperlajari komunikasi dalam hubungannya dengan perubahan sikap manusia. Menurutnya komunikasi adalah proses di mana individu (komunikator) mengirimkan stimulus (biasanya dengan simbol verbal) untuk mengubah perilaku individu lain. Komunikasi juga dianggap sebagai suatu proses seperti yang dinyatakan oleh Harold D. Laswell yaitu terdapat lima unsur komunikasi dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect (Effendy, 1999:10). Unsur-unsur tersebut antara lain:
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
10
(1) komunikator, (2) pesan, (3) media, (4) komunikan, (5) efek. Wilbur Schramm dalam karyanya “Communication Research in The United States”, menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan dengan kerangka acuan (Frame Of Reference) yakni paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Faktor yang tidak dapat dilewatkan adalah faktor pengalaman (Field Of Experience) (Effendy, 1993:13). Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan hidup, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakan sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep, dan lainlain kepada orang lain secara timbal balik sebagai penyampai (komunikator) maupun sebagai penerima pesan (komunikan) Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa latin yaitu Communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama makna, jadi komunikasi terjadi apabila terjadi kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Media massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Media massa menurut bentuknya dapat dikelompokkan atas: 1. Media cetak (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur dan sebagainya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
11
2. Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan mmenimbulkan efek tertentu. Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitter (Rakhmat dalam Karlinah, dkk. 1999), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi yang dikenal sebagai media elektronik dan juga surat kabar dan majalah yang dikenal sebagai media cetak, serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film dalam bioskop. Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi
yang
lain
yaitu
Gebner.
Menutur
Gebner
(1967)
“mass
communication is the technology and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in indusrial societies.” (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu, serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk). Defenisi komunikasi massa dari Meletzke memperlihatkan sifat dan ciri komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Meletzke mengartikan komunikasi massa sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui penyebaran secara teknis secara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
12
tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar (Rakhmat, dikutip Komala, dalam Karlinah. 1999). Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak pertama penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat. Banyaknya defenisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh ahli komunikasi memperlihatkan suatu prinsip bahwa defenisi-defenisi tersebut saling melengkapi satu sama lain. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi anatarpersona, dan komunikasi kelompok. Perbedaan yang tampak adalah meliputi komponen-konponen yang terlibat di dalamnya, juga proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut: a. Komunikator terlembagakan Ciri
komunikasi
massa
yang
pertama
adalah
komunikatornya.
Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi lembaga yang kompleks, terdiri dari banyak orang dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. b. Pesan bersifat umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta atau peristiwa di sekitar kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik sesuai dengan segmentasi khalayaknya. c. Komunikannya anonim dan heterogen Dalam komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
13
d. Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa adalah jumlah sasaran khlayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut, secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. e. Mengutamakan isi ketimbang hubungan Pada komunikasi antar persona, pesan yang disampaikan atas topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu misalnya dibagi-bagi menjadi pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan. Topik yang dibahas pun berbagai macam, tidak harus relevan antara yang satu dengan yang lainnya, perpindahan pada topik yang satu kepada topik yang lainnya mengalir begitu saja dan fleksibel. Dalam komunikasi antarpesona yang menentukan efektifitas komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia: bukan pada “apanya” tetapi “bagaimana”. Sedangkan komunikasi massa menekankan pada “apanya” (Rakhmat, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). Dalam komunikasi massa pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. f. Komunikasi massa bersifat satu arah Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun di antara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima (Rakhmat, dikutp oleh Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). “Misalnya, ketika saudara mendengarkan berita radio siaran atau menonton siaran berita di televisi, kemudian ada bagian yang tidak dapat dipahami, pasti kita tidak dapat meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian yang tidak dapat dimengerti. Dengan kata lain, pesan diterima apa adanya. Karena kesal, akhirnya mematikan radio dan juga televisi, dan sudah tentu penyiar tidak akan merasa tersinggung atau memarahi karena ia tidak melihat perbuatan tersebut. Lain halnya ketika mendengar materi kuliah dari seorang dosen dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
14
ternyata tidak menangkap materi tersebut kita dapat meminta penjelasan kembali. Dan ketika misalnya dosen sedang menjelaskan materi ternyata kita tidak mendengarkan dengan baik, maka dosen dapat menegur.” Terlihat jelas bahwa komunikasi antar persona, komunikator dan komunikan saling mengendalikan arus informasi, sedangkan dalam komunikasi massa tidak terjadi pengendalian arus informasi. g. Stimulasi alat indra terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada rekaman radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. Hal ini sangat berbeda dengan komunikasi antar persona yang bertatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi komunikator dan komunikan dapat digunakan secara maksimal dan kedua pihak dapat saling melihat. h. Umpan balik tertunda (delayed) Komponen umpan balik (feedback) merupakan faktor penting dalam komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.
2.1.1.2 Peranan Komunikasi Massa Sejumlah muda-mudi yang lolos seleksi Akademi Fantasi Indosiar (AFI) di Indosiar, dalam waktu yang relatif singkat menjadi artis penyanyi yang populer dan memiliki banyak penggemar. Penyanyi dangdut, Inul Daratista dan musisi Iwan Fals menjadi terkenal – kendati kedua orang tersebut merangkak dari bawah sebelum menempati posisi artis papan atas – karena adanya sentuhan media massa. Dalam bidang pencaturan para pakar dalam berbagai disiplin ilmu. Eep Saefulloh Fatah, Andi A. Malaranggeng menjadi selebriti di bidang politik, karena pemikiran dan pendapat politik mereka selalu menghiasi media cetak dan elektronik pada saat peralihan rezim orde baru ke rezim orde reformasi. Menurut Dominick (2000), fenomena terbentuknya selebriti di bidang keartisan, musik, politik, ekonomi dan juga bidang lainnya tidak terlepas dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
15
peran yang dimainkan komunikasi massa dalam kehidupan masyarakat. Begitupun dalam produk kebutuhan hidup. Kita mengetahui di mana supermarket yang menyediakan barang yang kita perlukan karena adanya iklan pada media massa. Melalui komunikasi massa kita menjadi tahu berbagai macam informasi. Gamble dan Gamble (2001) menyebutkan banyak orang menghabiskan banyak waktunya sekitar tujuh jam untuk mengonsumsi media massa di tengah kesibukan pekerjaannya. Mereka juga memiliki pilihan media yang sangat spesifik, seperti majalah atau tabloid yang berkaitan dengan pekerjaannya. Sebuah penelitian dilakukan Gamble dan Gamble (2001) terhadap 223 mahasiswa program sarjana strata satu di Amerika. Kepada responden mahasiswa itu diminta merangking buku, surat kabar, majalah, tape recorder, televisi, radio siaran dan film, dengan skala penelitian 1 (sangat disukai) dan skala 7 (kurang disukai). Hasil riset itu menunjukkan yang paling disukai responden adalah tape recorder, berikutnya televisi, film, buku, radio siaran, majalah, dan surat kabar. Orang-orang menghabiskan waktunya menonton televisi enam jam empat puluh lima menit setiap harinya dan mendengar radio siaran 22 jam setiap minggunya. Lebih dari itu di atas 100 juta orang membaca sejumlah surat kabar setiap harinya, dan rata-rata mengkonsumsi 15 buku setiap tahunnya. Jutaan dolar dan jutaan jam dihabiskan dengan media massa selama periode dua belas bulan itu. Membaca buku bagi bangsa Indonesia masih jauh dari ideal dibanding dengan negara maju. Kebanyakan orang Indonesia yang menghabiskan waktunya dengan media massa, lebih suka menonton televisi dan mendengar radio siaran, dibanding membaca surat kabar dan majalah serta buku. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick dalam Ardianto (2004:1518), terdiri dari Surveilance, interpretation, linkage, transmission of values, dan entertainment. 1. Surveilance (pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam dua bentuk utama, yaitu pengawasan peringatan dan pengawasan instrumental. Pengawasan peringatan terjadi ketika media massa mengelola program untuk menayangkan suatu peringatan atau menayangkannya dalam jangka panjang. Misalnya ketika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
16
televisi menginformasikan tentang meletusnya gunung merapi atau adanya ancaman serangan militer. Pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan seharihari. Misalnya berita bagaimana harga-harga bahan pokok di pasar.
2. Interpretation (Penafsiran) Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terjadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran adalah media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dengan komunikasi antar persona atau komunikasi kelompok. 3. Linkage (pertalian) Media massa dapat mempersatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai) Fungsi ini tidak kentara. Disebut juga dengan sosialisasi. Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. 5. Entertainment (hiburan) Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, begitupun dengan radio. Melalui berbagai macam program acara, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Fungsi menghibur ini tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran.
2.1.1.3 Proses Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa, pada satu sisi adalah proses di mana organisasi mediamemproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
17
dan pada sisi lain diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak maupun maupun siar sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakaan suatu peristiwa yang berlangsung secara berkelanjutan, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Demikian pula dengan
komunikasi
yang
pada
hakikatnya
merupakan
suatu
proses,
berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai kompenen. Pengertian komponen di sini adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan. Wilbur Schramm (Komala, dalam Karlinah. 1999) mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi minimal diperlukan tiga komponen
yaitu,
source
(komunikator),
message
(pesan),
destination
(komunikan). Jikalau ketiga elemen ini tidak ada, maka komunikasi tidak akan dapat berjalan. Kemudian ada juga elemen pelengkap yang mana jika tidak ada elemen ini maka komunikasi masih tetap dapat berlangsung. Harold D. Lasswell (Komala, dalam Karlinah. 1999) seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam terori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa, yaitu who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), dan with what effect (dengan efek apa) ? Tabel 2.1 Formula Lasswell WHO
SAYS
IN WHICH
WHAT
CHANNEL
TO WHOM
WITH WHAT EFFECT
Siapa
Berkata Apa
Melalui
Kepada Siapa
Saluran Apa Komunikator
Pesan
Media
Dengan Efek Apa
Penerima
Efek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
18
Control
Analisis
Analisis
Analisis
Studies
Pesan
Media
Khalayak
Analisis Efek
Sumber : Modul 1-9 Teori Komunikasi, S. Djuarsa Sendjaya, Ph.D. dkk, UT. 1994
Dengan mengikuti formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur, yaitu: a. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa b. Says What (apa yang dikatakan): pesan, dapat berupa ide, pendapat, opini, dan sikap c. In Which Channel (melalui saluran apa): media yang digunakan dalam proses komunikasi massa d. To Whom (kepada siapa): komunikan yang menjadi sasaran komunikasi e. With What Effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari penyampaian pesan melalui media kepada komunikan Proses komunikasi menurut Claude D. Shannon dan Warren Weaver dalam bukunya Theories of Mass Communication, digambarkan sebagai proses linear dan searah.
Sumber Informasi
Pesan
Penerima
Transmitter
sinyal
sinyal
Tujuan
pesan
Sumber Gangguan
Gambar 2.1 Proses Komunikasi Claude D. Shannon dan Warren Weaver Gambar di atas menjelaskan bahwa sumber informasi menciptakan sebuah pesan untuk dikomunikasikan. Pesan terdiri atas kata-kata lisan atau tulisan, gambar, musik dll yang diubah ke dalam bentuk sinyal oleh pemancar (transmitter) sesuai saluran yang akan digunakan. Pesan dapat diterima atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
19
diteruskan melalui saluran kepada penerima. Penerima menyusun kembali sinyal tersebut menjadi sebuah pesan sehingga sampai kepada tujuannya. Sementara itu dalam perjalanannya, sinyal memiliki potensi untuk terganggu oleh berbagai sumber gangguan yang ada di sekitarnya. Dengan karena itu dapat diartikan bahwa pesan yang dikirimkan sumber tidak selalu memiliki makna yang sama. A. Komunikator Komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari beberapa partisipan, diproduksi secara massal dan didistribusikan kepada massa. Jeremy Thunshall mendefinisikan komunikator sebagai petugas non-administratif di dalam organisasi-organisasi komunikasi, orang-orang yang bekerja dapat memilih, menyusun dan merencanakan program, cerita, dan pesan lainnya untuk disebarkan pada khalayak. Defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikator meliputi para jurnalis, para petugas perusahaan iklan, produser siaran radio dan televisi, serta para penyunting. Rakhmat (pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) mengemukakan bahwa he doesn’t communicate what he says, he communicate what he is. Komunikator tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Maka bagi seorang komunikator, terdapat dua faktor yang sangat penting yaitu kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source attractiveness). B. Pesan Karakteristik pesannya adalah umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu dengan lainnya. di sini dimensi seni tampak sangat berperan. C. Media Media yang dimaksud adalah media yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (stimultaneous) dan serentak (instantaneous). D. Khalayak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
20
Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk mempertahankan khalayak. E. Filter dan Regulator Komunikasi Massa Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan ditujukan kepada khalayak heterogen. Khalayak ini menerima pesan dengan latar belakang, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya, dan sebagainya. Oleh karena itu pesan tersebut akan di filter (saring) oleh khalayak yang menerimanya.Filter utama yang dimiliki oleh khalayak adalah indra yang dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu: 1) Budaya Pesan yang disampaikan komunikator melalui media massa akan diberi arti yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang budaya khalayak 2) psikologikal Pesan yang disampaikan media akan diberi arti sesuai dengan frame of reference dan field of experience khalayak 3) Fisikal Terbagi dari dua yaitu, kondisi fisik internal dimaksudkan sebagai keadaan kesehatan seseorang dan kondisi fisik eksternal yaitu keadaan lingkungan di sekitar komunikan ketika menerima pesan dari media massa F. Gatekeeper (Penjaga Gawang) Dalam proses perjalanan sebuah pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeeper ikut terlibat di dalamnya. Istilah gatekeeper pertama kali digunakan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human Relations (1974). Istilah ini mengacu kepada (1) suatu pesan berjalan melalui berbagai pintu, selain juga pada (2) orang atau kelompok yang memungkinkan pesan lewat (Joseph DeVito. 1996) Fungsi utama gatekeeper adalah menyaring pesan yang diterima seseorang.
Ketika
menyampaikan
pesan
tersebut,
gatekeeper
mungkin
memodifikasi dengan berbagai cara dan berbagai alasan. Gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan. Mereka menahan sebagian informasi, dan menahan yang lainnya. seorang gatekeeper dapat memilih, mengubah, bahkan menolak pesan yang ingin disampaikan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
21
2.1.1.4 Umpan Balik Komunikasi Massa Dalam proses komunikasi massa dikenal istilah feedback atau umpan balik. Umpan balik adalah reaksi (tanggapan) yang diberikan penerima pesan atau komunikan kepada penyampai pesan (komunikator atau sumber). Umpan balik dalam komunikasi massa dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Internal Feedback Internal feedback merupakan umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari komunikan, tetapi datang dari pesan itu atau dari komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator menyadari telah melakukan kesalahan kemudian ia meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut. b. External Feedback External feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator dari komunikan. External feedback bersifat langsung dan tidak langsung 1. Umpan balik langsung Merupakan reaksi yang dapat segera ditangkap oleh komunikator, misalnya anggukan kepala pertanda komunikan mengerti atau setuju terhadap pesan yang diterima komunikan dan juga sebaliknya. 2. Umpan balik tertunda Merupakan umpan balik yang datang kepada komunikator atau sumber setelah melewati satu rentang waktu. Contohnya rubrik pada surat kabar dan sejenisnya. c. Representative Feedback Sesuai dengan karakteristik komunikasi massa yang komunikannya bersifat heterogen, maka tidak mudah untuk mengukur umpan balik dari semua komunikan. Karena itu umpan balik yang datang biasanya merupakan representative feedback (wakil sampel), sehingga walalupun yang menanggapi hanya satu atau dua komunikan, namun hal tersebut sudah dianggap mewakili sejumlah komunikan yang lainnya. d. Cumulative feedback
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
22
Cumulative feedbackadalah umpan balik yang datang kepada komunikator dihimpun dahulu dan tidak segera diubah dalam pesan berikutnya, karena komunikator harus mempertimbangkannya dahulu untuk dapat membuat kebijakan selanjutnya. e. Quantitavie feedback Quantitavie feedbackadalah umpan balik yang datang pada umummnya diukur dengan jumlahnya (kuantitas). f. Instituonalized feeedback Instituonalized feeedback merupakan umpan balik yang terlembagakan, artinya umpan balik yang diupayakan oleh lembaga, yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung khalayak untuk mengumpulkan pendapatnya, kemudian dianalisis oleh lembaga tersebut.
2.1.2 Televisi Sebagai Media Massa 2.1.2.1 Sejarah Televisi Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui kondisi orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal. Kecakapan manusia berkomunikasi secara lisan menurut perkiraan berlangsung sekitar 50 juta tahun, kemudian memasuki generasi kedua di mana manusia mulai memiliki kecakapan berkomunikasi melalui tulisan (Cangara, 2006:5) Bukti kecakapan ini ditandai dengan ditemukannya tanah liat yang bertulis di Sumeria dan Mesopotamia sekitar 4000 tahun sebelum masehi. Kemudian berlanjut dengan ditemukannya berbagai tulisan di kulit binatang dan batu arca. Lalu secara berturut-turut dapat disebutkan pemakaian huruf Kuni di Mesir (3000 tahun SM), alpabet Phunesia (1800 tahun SM), huruf Yunani Kuno (1000 tahun SM), huruf Latin (6000 tahun SM), percetakan buku pertama di Cina (tahun 600 M), pemakaian tinta dan kertas di persia (tahun 676 M), dan Eropa (Tahun 1200 M).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
23
Kecakapan manusia berkomunikasi dengan tulisan sampai ditemukannya teknik cetak mencetak pada tahun 1450 oleh Gutenberg dan John Coster di Jerman. Penemuan teknik cetak mencetak dianggap sebagai awal revolusi komunikasi. Sebab dengan keterampilan cetak mencetak ini, maka terbukalah kesempatan baru bagi manusia untuk berkomunikasi dengan jumlah orang lebih banyak. Berturut-turut dapat dicatat surat kabar pertama yang terbit secara berkala muncul di Italia pada tahun 1562, disusul penerbitan majalah pertama di Italia pada tahun 1562, disusul penerbitan majalah pertama di Jerman (1594) dan pendirian mesin cetak surat kabar di Amerika Utara (1639). Kecakapan
manusia
berkomunikasi
manusia
dengan
alat
cetak
berlangsung sekitar 500 tahun. Kemudian manusia terampil berkomunikasi melalui getaran-getaran elektronik. Sebagaimana radio siaran, penemuan televisi telah melalui banyak eksperimen yang dilakukan para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gamber melalui kabel (Heibert, Ungrait, Bohn, pada Komala dalam Karlinah, dkk. 1999). Televisi pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari jenkis. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940.
2.1.2.2 Siaran Televisi di Indonesia Kegiatan penyiaran di televisi Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkan pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk.1999). selama tahun 19621963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
24
Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, maka pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya satelit Palapa A sebagai generasi pertama diganti dengan satelit Palapa A2, selanjutnya Palapa B, Palapa B-2, Palapa B2P, Palapa B2R dan palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi lainnya, yakni Rajawali Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan Andalas Televisi (ANTV) disusul dengan stasiun televisi lainnya.
2.1.2.3 Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, yang menyatakan pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
2.1.2.4 Karakteristik Televisi 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio hanya mendengar kata-kata. Musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. 2. Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seseorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
25
sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. Sekalipun ia tidak membuat naskah, ia dapat menyampaikan keinginannya pada pengarah acara tentang penggambaran atau visualisasi dari acara tersebut. Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan, dan lain sebagainya (Effendy, 1993, 96). Tahap kedua adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar sangat besar (big close up), gambar diambil dari jarak dekat (close shot) dan lain-lain. Perpindahan dari satu gambar ke gambar lainnya juga bermacam-macam, bisa secara menyamping (panning), dari atas ke bawah atau sebaliknya (tilting), dan sebagainya. 3. Pengoperasian lebih kompleks Pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih melibatkan orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengaruh studio, pemadu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian pengelolaan televisi lebih mahal.
2.1.2.5 Program Televisi Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
26
pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2004 : 122). Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program non berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan formatformat umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news"yang mengangkat berita bersifat ringan. Dalam hal ini, program yang dibahas adalah tentang program acara drama yaitu sinetron yang isinya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hiburan. Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu : 1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna. 2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama. 3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin. Sedangkan program acara televisi, terdiri dari : 1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau buletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal. 2. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam. 3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri. 4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
27
5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya. 6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya. 7. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun. 8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya. 9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan. 10. Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.
2.1.3 Efek Komunikasi Massa Mc Luhan dalam teorinya yaitu teori perpanjangan indra (sense extension theory), menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia; telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. Mc Luhan menuliskan bahwa secara operasional dan praktis, medium adalah pesan. Ini berarti bahwa akibat-akibat personal dan sosial dari media; yakni karena perpanjangan dari kita; timbul karena skala baru yang dimasukkan pada kehidupan kita oleh oleh perluasan diri kita atau oleh teknologi baru. Media adalah pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia (Mc Luhan dalam Jalaluddin Rahmat, 2012: 217218). Steven H. Chaffee menyebut lima hal sebagai efek media massa yaitu (1) efek ekonomi, (2) efek sosial, (3) efek pada penjadwalan kegiatan, (4) efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, (5) efek perasaan orang terhadap media. Kehadiran media massa bukan saja menghilangkan perasaan, namun juga menumbuhkan perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Di Indonesia menurut hasil penelitian pada tokoh politik, membuktikan bahwa buku sebagai media tepercaya. Disusul radio, dan surat kabar, dan yang paling tidak dapat dipercaya adalah televisi. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut, faktor isi pesan mula-mula
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
28
amat berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan, apapun yang disiarkannya.
2.1.3.1 Efek Kognitif Efek kognitif yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Wilbur Schram (1977:13) mendefinisikan informasi sebagai “segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi” Informasi yang sudah terstruktur disebut dengan realitas sebagai gambaran yang memiliki makna. Gambaran tersebut lazim disebut dengan citra (image) yang menurut Roberts (1977) “representing the totality of all information about the world any individual has processed, organized, and stored” (menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan individu). Citra adalah peta tentang dunia. Tanpa citra, suasana yang dihadapi akan selalu tidak pasti. Citra addalah gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas. citra adalah dunia menurut persepsi kita. Citra dibentuk melalui informasi yang kita terima. Realitas yang disampaikan media adalah realitas yang sudah diseleksi; realitas tangan kedua (second hand reality). Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan menyampingkan tokoh lainnya. Surat kabar; melalui proses yang disebut gate keeping; menepis berbagai berita dan memuat berita lainnya. kita cenderung memperoleh informasi tersebut berdasarkan pada apa yang disampaikan media tanpa memiliki kesempatan untuk mengecek peristiwa tersebut. Jadi kita akhirnya membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa. Karena televisi sering menyajikan kekerasan, penonton televisi lebih cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman, dan lebih mengerikan. Gerbner (1978) melaporkan hasil penelitian berkenaan dengan persepsi penonton televisi tentang realitas sosial. Ia menemukan bahwa penonton televisi kelas berat (heavy Viewers) senderung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
29
memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa bahwa berjalan sendirian berbahaya, dan lebih berpikir bahwa orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Citranya tentang dunia dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya dalam televisi. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, sudah tentu media massa mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias dan tidak cermat. Maka hal ini akan mengakibatkan terjadinya streotip. Streotip diartikan oleh Dofivat (1968:119) adalah gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan sering kali timpang dan tidak benar.
2.1.3.2 Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahukan khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu. Khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Suasana emosional seperti sedih, gembira, takut sebagai akibat dari pesan media massa sangat sulit untuk diteliti. Emosi tidak dapat diukur dengan air mata penonton. Kegembiraan juga tidak dapat diukur dengan tertawa. Namun para peneliti telah berhasil menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa antara lain (Weiss, 1969, V: 52-99): a. Suasana emosional Respon kita terhadap sebuah film, sinetron akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang kecewa. Adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa ketika kita sedang dalam keadaan senang. b. Skema kognitif Yaitu intensitas emosional yang merupakan semacam “naskah” pada pikiran kita yang menjelaskan “alur” peristiwa. Maksudnya, kita tahu bahwa pemeran utama akan menang pada akhirnya. Menurut Walterr Weiss (1969:93) kesadaran bahwa sang pahlawan dalam kebanyakan cerita, dan selalu dalam filmfilm serial akan tetap hidup pada akhir cerita cenderung memoderatkan goncangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
30
emosional ketika sang pahlawan ditempatkan dalam situasi berbahaya dan menakutkan. Hal ini didasarkan pada pengalaman kita. Namun skema kognitif dapat juga terbentuk karena induksi verbal atau petunjuk pendahuluan yang menggerakkan kerangka interpretif. c. Suasana Terpaan Suasana lingkungan akan memperngaruhi emosi kita pada saat menggunakan media massa. Misalnya, kita akan lebih takut ketika menonton film horror sendirian dan ketika hujan deras serta petir sedang menyambar. d. Predisposisi Individual Mengacu pada karakteristik khas individu. Melankolis akan cenderung menghadapi tragedi lebih terharu daripada orang periang. e. Faktor Identifikasi Khalayak Menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penonton, pembaca, antarpendengar menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh.
2.1.3.3 Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Chefs Table, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara Smack Down yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama. Proses belajar sosial dalam empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional. Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (misalnya menolong orang tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut sebagai “abstract modeling” (misalnya sikap, nilai, atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
31
persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tersebut dari orang-orang sekitar kita. Bila peristiwa itu sudah diamati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk
mengingat,
peristiwa
yang
diamati
harus
direkam
dalam
bentuk imaginal dan verbal. Yang pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental tentang peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang kedua menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Agar peristiwa itu dapat diteladani, kita bukan saja harus merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu disebut sebagai “rehearsal”. Selanjutnya, proses reproduksi artinya menghasilkan kembali perilaku atau tindakan yang kita amati. Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement). Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal.
2.1.4 Teori Uses and Gratification Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah Uses and Gratification. Model Uses and Gratification untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
32
diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?). Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak (Effendy, 2003:289). Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past (Swanson, 1979), yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model Uses and Gratification merupakan pengembangan dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan seseorang terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah Uses and Gratification, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa komunikasi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivty); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi. Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya Katz, Blumer, dan Gurevitch. Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam media lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki. Model Uses and Gratification dapat dilukiskan seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
33
Antaseden
Motif
Penggunaan Media
Efek
-Variabel individual - Personal
- Hubungan
- Kepuasan
-variabel lingkungan - Diversi
- Macam Isi
- Pengetahuan
- Diversi
- Hubungan dengan
- Personal Identity
isi
Gambar 2.2 Model Uses and Gratification
Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasistescapist, atau gratifikasi segera-tertangguhkan), empat fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal) atau surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi, korelasi, hiburan, transmisi budaya dan multifungsional). Uses and Gratification pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun 1974 dalam buku The Uses of Mass Communications: Current Perspektives On Gratifications Research.Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Barelson (1959) yang menyatakan bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati, menegaskan bahwa sebenarnya yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pernyataan “apa yang dilakukan media untuk khalayak (what do the media do to people)”. Dennis McQuail (1981) menyebutkan ada dua hal di balik kebangkitan pendekatan Uses and Gratification. Pertama, adanya oposisi terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang merupakan bagian dari dominannya peran individu yang dikenal dalam teori sebelumnya. Kedua, adanya keinginan untuk lepas dari perdebatan yang kering dan terasa steril mengenai penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera individu, artinya pendekatan Uses and Gratification memberikan suatu cara alternatif untuk memandang hubungan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
34
antara isi media dan penonton, serta pengkategorian isi media menurut fungsinya daripada sekedar tingkat selera individu. Blumer dan Katz mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media (Nuruddin, 2004). Artinya, penonton adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi, dan berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Walaupun ada juga yang menggunakan bahwa selektifitas media berdasarkan suasana hati seseorang. John Fiske (2005) menyatakan bahwa teori Uses and Gratification secara tak langsung menyatakan bahwa pesan adalah apa yang dibutuhkan khalayak, bukan yang dimaksudkan oleh pengirim. Menurutnya pendekatan atau teori Uses and Gratification adalah suatu teori yang menyatakan bahwa para anggota khalayak memiliki kebutuhan atau dorongan tertentu yang bisa dipenuhi dengan menggunakan sumber-sumber media dan nonmedia; atau pendapat bahwa khalayak berpaling ke media untuk kepuasan tertentu, menggunakan media massa daripada digunakan oleh media massa; atau suatu studi tentang motif-motif penggunaan media dan ganjaran yang dicari. McQuail, Blumer, dan Brown berdasarkan penelitian mereka di Inggris menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi 2. Hubungan personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan 3. Identitas pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambahan keyakinan; pemahaman diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya 4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu (Severin & Tankard, 2011: 356) Penelitian
yang
dilakukan
Katz,
Guveritz,
dan
Haas
(1973)
mengungkapkan bahwa penggunaan media massa oleh individu sebagai alat untuk berhubungan maupun memutuskan hubungan dengan individu lain. Para peneliti mengemukakan dari penelitian mereka ke dalam lima kategori, di mana dalam penelitian itu mereka melihat 35 daftar kebutuhan sosial yang diambil literasi-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
35
literasi terdahulu tentang literasi sosial dan psikologis media. Mereka mendapatkan hasil sebagai berikut: 1. kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman 2. kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan atau estetis 3. kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas dan status 4. kebutuhan integratif sosial – mempererat hubungan dengan keluarga, teman dan sebagainya 5. kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan (Severin & Tankard, 2011: 357) Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan komunikasi massa ini, berlandaskan keyakinan bahwa khalayak memiliki sekumpulan kebutuhan yang dicari pemuasannya melalui media massa. Sehingga pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Menurut Fiske (2005) ada beberapa asumsi dari Uses and gratification, sebagai berikut: a. Khalayak itu aktif, bukanlah penerima pasif atas apapun yang media siarkan. Khalayak memilih dan menggunakan isi program b. Para anggota khalayak secara langsung bebas menyeleksi media dan programprogramnya yang terbaik yang bisa mereka gunakan untuk memuaskan kebutuhannya c. Media bukan satu-satunya sumber pemuasan. Pergi berlibur, olahraga, menari dan lain-lainnya digunakan sebagaimana media yang digunakan d. Orang bisa atau dibuat bisa, menyadari kepentingan dan motifnya dalam kasuskasus tertentu e. Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa harus dicegah Sedangkan Blumer dan Katz dalam Rakmat (2005) memberikan asumsiasumsi dasar teori Uses and Gratification sebagai berikut: a. Khalayak dianggap aktif; artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan b. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan kepuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
36
c. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan penonton d. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak Teori Uses and Gratification dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut:
1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif) Adalah
kebutuhan
yang
berkaitan
dengan
peneguhan
informasi,
pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan inididasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (Kebutuhan Afektif) Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan) Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan (Effendy, 2003:294).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
37
Teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini (Nurudin, 2004:183).
Lingkungan Sosial: - Ciri-ciri demografis - Keanggotaan dalam kelompok - Ciri-ciri kepribadian
Kebutuhan: - Kognitif - Afektif -Integrasi sosial - Integrasi personal - Escapism
Sumber non media: - Keluarga dan teman - Hubungan inter personal - Hobi - Istirahat, dll Sumber Media: - Jenis media - Isi media - Terpaan media - Konteks sosial terhadap terpaan
Fungsi Media: -Pengawasan - Hiburan - Identitas diri - Integrasi diri
Gambar 2.3 Pengoperasian Teori Uses and Gratification Little John (dalam Morissan, 2010: 77) mengajukan gagasan teori bahwa perbedaan individu (jenis kelamin, usia, tingkatan pendidikan, status sosial, dan lain-lain) menyebabkan penonton mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh faktor sosial dan psikologis yang berbeda-beda diantara individu audiens. Inti dari model Uses and Gratification ini adalah aktivitas audiens yaitu pilihan yang disengaja oleh para pengguna isi media untuk memenuhi kebutuhan mereka.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
38
2.1.5. Sinetron India Sinetron merupakan penggabungan dan pemendekan dari kata sinema dan elektronika. Elektronika di sini tidak semata mengacu pada pita kaset yang
proses
perekamannya
berdasar
pada
kaidah-kaidah
elektronik.
Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi atau visual, yang merupakan medium elektronik selain siaran radio. Istilah yang
digunakan
secara
luas
di Indonesia ini
pertama
kali
dicetuskan
oleh Soemardjono, salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta. Sinetron disebut juga sama dengan televisi play, atau dengan teledrama, atau sama dengan sandiwara televisi. Inti persamaannya adalah sama-sama ditayangkan di media audio visual yang disebut dengan televisi.Seperti telah dikemukakan di atas, sinetron adalah kependekan dari sinema dan elektronika. Berdasarkan kata sinema saja, hal ini sudah mengarah kepada sebuah konsep film (sinema). Oleh sebab itu sinetron dalam penerapannya tidak jauh berbeda dengan film layar lebar.Demikian juga tahapan penulisan dan format naskah, yang berbeda hanyalah film layar lebar menggunakan
kamera
optik,
bahan
soleloid
dan
medium
sajiannya
menggunakan proyektor dan layar putih di gedung bioskop. Sedangkan sinetron menggunakan kamera elektronik dengan video rekord dan pita di dalam kaset sebagai bahannya, dan penayangannya melalui medium televisi (Wibowo, 1997 : 153). Sinetron selalu membuka peluang ditonton secara tidak khusus atau tidak ada bayaran khusus. Misalnya ditonton sambil menerima tamu, arisan atau makan, tempatnya bisa ditempat tidur, bandara, kafe dan lain-lain. Sinetron memiliki jeda yang biasanya berupa iklan. Dengan kata lain dari sudut pembuatannya sinetron adalah karya plus, artinya semua elemen dasarnya sama, tetapi sinetron harus puas disesuaikan untuk konsumsi televisi (Arnada, 1997 : 4). Atas kondisi di atas, maka dinamika dan ritme plot sinema televisi harus mampu menarik perhatian penonton. Caranya bisa beragam-ragam, misalnya menghadirkan cuplikan adegan-adegan yang menarik yang akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
39
muncul dengan tujuan penonton akan terpaksa untuk menyaksikan adegan demi adegan yang menarik. Cara lainnya, sesuai dengan kondisi pemirsa yang tidak bisa memilih, maka sinetron tidak bisa dibiarkan berlama-lama untuk sampai pada jeda tertentu. Biasanya untuk iklan, pada saat jeda inilah pemirsa bisa ke dapur terlebih dahulu, atau ke kamar dulu mengambil sesuatu, dan kegiatan lainnya sebelum kisah dimulai lagi, inilah salah satu dari ciri-ciri sinetron (Armada, 1997 : 5). Kelebihan-kelebihan sinetron seperti yang telah disebutkan di atas, maka tidak heran sinetron banyak ditonton pemirsa. Beberapa faktor yang membuat paket acara yang satu ini disukai, sebagaimana dikatakan oleh Kusnadi (1996 : 130) adalah : 1. Isi peran sesuai dengan realitas sosial pemirsa 2. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dari budaya masyarakat (pemirsa) 3. Isi pesannya semakin banyak mengangkat permasalahan atas persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Fenomena sinetron India sedang banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Industri perfilman rasanya kurang lengkap jika tidak dimeriahkan oleh industri film berasal dari India. Setelah beberapa tahun yang lalu industri perfilman Asia diramaikan dengan fenomena Korean Pop (K-POP) termasuk salah satunya di Indonesia, kini kembali kita dibuat terpana oleh pop culture asal India. Demam India di Indonesia dialami oleh semua lapisan masyarakat. Tahun 1980-1990an India sempat merajai perfilman, bersaing ketat dengan film-film produksi Amerika dan Eropa. Sebelumnya melalui film-film layar lebar di tahun 1996-1997, India membahana melalui film Kuch-Kuch Ho Ta Hai, yang dibintangi oleh King of Bollywood, Shahrukh Khan dan Kajol. Debut dari Karan Johar tersebut, membuat India lebih berani menampilkan diri. Mereka mulai membuat karya-karya fenomenal yang disukai pasar lokal dan dunia. Jika film-film tidak lagi berjaya karena kurang diminati dengan alasan zaman dan penonton yang berubah selera, India membuat karya baru, dan masih mampu menyaingi Hollywood, dan drama bersambung (sinetron) mereka suguhkan. Berikut ini beberapa ciri khas film India dekade 1980-1990an :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
40
1. Nyanyian, dimana para aktor dan aktris juga menyanyi (apakah lipsync atau tidak) 2. Tarian, dimana setiap film India pasti ada tarian yang menghibur. 3. Tangisan, dimana selalu ada kesedihan yang terjadi pada film tersebut. 4. Inspektur Vijay, yang merupakan pimpinan kepolisian, yang kadangkala bersifat tidak baik, hal ini menunjukkan bahwa Polisi tidak selalu kelihatan baik (tidak seperti di Indonesia, Polisi kalau di film selalu kelihatan baik, tetapi kenyataannya belum tentu). 5. Percintaan/asmara, antara seorang wanita dan pria yang kadangkala selalu mendapatkan pertentangan apakah dari keluarga atau dari orang lain. 6. Perkelahian, dimana hampir selalu terjadi di setiap film India. Ciri khas diatas dengan era 2000-an tidak terlalu berbeda, tampilan filmfilm produksi India masih mengedepankan aksi-aksi laga berdarah, kisah-kisah cinta nan romantis. Perbedaan mungkin hanya pada ide-ide cerita yang lebih inovatif, animasi pun menjadi ciri lain dari film-film India era 2000-an. Berikut berapa sinetron India yang pernah tayang di ANTV : Uttaran, Anandhi, Ashoka, Kaali dan Gauri, Putri Biru, Thapki, Mohabbatein, Loceng Cinta, Gophi.
2.2 Kerangka Konsep Konsep penelitian merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain instrumen penelitian. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena itu konsep memiliki tingkat generalisasi yan berbeda satu dengan yang lainnya, bila dilihat dari kemungkinan dapat diukur atau tidak (Burngin, 2011:67) Konsep yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006: 33). Jadi kerangka konsep adalah landasan berpikir yang menjelaskan makna dan maksud teori yang dipakai atau menjelaskan kata-kata yang mungkin masih abstrak pengertiannya di dalam teori tersebut. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
41
dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel (X) Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain (Nawawi, 2001: 56). Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel bebas yaitu tayangan sinetron India di ANTV. 2. Variabel (Y) Adalah sejumlah gejala atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas (Nawawi, 2001: 57). Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel terikat adalah pemenuhan akan kebutuhan hiburan 3. Karakteristik Responden (Z) Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 2001: 58). Variabel yang berada diantara variabel bebas dan terikat tersebut. Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel antara yaitu karakteristik responden. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan merupakan penggemar dari sinetron india yang mana menyediakan waktunya untuk menonton sinetron India di ANTV.
2.3 Variabel Penelitian Variabel Teoritis
Variabel Operasional
Variabel bebas (X)
Tayangan Sinetron India
Tayangan (motif)
sinetron
India 1. Sinetron Kategori sinetron Judul sinetron Kualitas sinetron 2. Waktu penayangan Kesesuaian waktu penayangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
42
Kontinuitas waktu penayangan 3. Frekuensi tayangan 4. Durasi tayangan 5. Isi cerita Alur cerita 6. Tampilan gambar Kualitas gambar 7. Audio Efek suara (sound effect) Dubber(pengisi suara) Variabel terikat (Y)
1. Tujuan pemenuhan kebutuhan hiburan
Pemenuhan akan kebutuhan Pelepasan emosi hiburan (sumber)
Pelepasan tekanan Menghabiskan waktu 2. Cara mendapatkan hiburan Melalui penggunaan media Alasan penggunaan media 3. Efek hiburan Perasaan senang Keinginan untuk kembali menontontayangan
Karakteristik responden
Usia Status sosial ekonomi Tingkat pendidikan
2.4 Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabelvariabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun,1995:46). Defenisi operasional variabel penelitian ini adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
43
1. Variabel Bebas (Tayangan Sinetron India) a. Sinetron adalah gambar bergerak •
Kategori sinetron: pembagian jenis film berdasarkan isi cerita (genre), yaitu sinetron India
•
Judul sinetron: identifikasi dari setiap sinetron India tang tayang di ANTV
•
Kualitas sinetron : mutu dari tayangan sinetron India b. Waktu penayangan adalah waktu pemutaran tayangan yang disesuaikan dengan segmentasi khalayak
•
Kesesuaian waktu penayangan: ketepatan atau kesesuaian waktu penayangan sinetron India dengan segmentasi khalayak
•
Kontinuitas waktu penayangan: keberlanjutan penayangan tayangan sinetron India secara rutin c. Frekuensi tayangan adalah tingkatan atau jumlah menonton
•
Tingkat menonton tayangan tingkatan atau jumlah menonton sinetron India dalam satu hari d. Durasi tayangan adalah lamanya terpaan tayangan e. Isi cerita adalah konten atau ide dari cerita
•
Alur cerita: jalannya cerita sinetron India tahap per tahap f. Tampilan gambar adalah bagaimana isi cerita sinetron India dikemas dengan cara yang menarik
•
Kualitas gambar: mutu gambar dari tayangan sinetron India yang diproduksi
•
Pemain: aktor atau tokoh yang membuat cerita sinetron India terasa hidup atau nyata g. Audio adalah suara yang diperdengarkan untuk memberi nilai lebih pada gambar
•
Efek suara (sound effect) : pendukung dari gambar yang mana terdapat sensasi yang dirasakan ketika mendengar suara tertentu
•
Dubbing (pengisi suara) : pengisi suara dari sinetron India yang berbicara dalam bahasa Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
44
2. Variabel Terikat (Pemenuhan Kebutuhan Hiburan) a. Tujuan pemenuhan kebutuhan hiburan adalah alasan ibu rumah tangga dalam menonton sinetron India yaitu untuk memperoleh hiburan •
Pelepasan emosi: proses yang dilakukan melalui menonton sinetron India untuk melepaskan atau membebaskan diri dari reaksi psikologis
•
Pelepasan tekanan: proses yang dilakukan melalui menonton sinetron India untuk memperoleh perasaan yang lebih tenang
•
Menghabiskan waktu: proses yang dilakukan melalui menonton sinetron India untuk mengisi kegiatan yang kosong b.
Cara mendapatkan hiburan:
metode
yang
dilakukan
seseorang
untuk
memperoleh hiburan •
Melalui penggunaan media: usaha yang dilakukan dengan menggunakan media yang tersedia untuk memperoleh hiburan dengan menonton sinetron India
•
Alasan penggunaan media: motif dari pengguna media untuk memperoleh hiburan melalui menonton sinetron India c. Efek hiburan: dampak dari penggunaan media di mana penonton merasa terhibur dengan menonton sinetron India
•
Perasaan senang: dampak psikologis yang dirasakan seseorang setelah menonton sinetron India yaitu berupa perasaan gembira
•
Keinginan untuk kembali menonton tayangan: sebuah dorongan atau motivasi untuk menonton kembali sinetron India sebagai akibat perasaan senang yang diperoleh
3. Karakteristik Responden •
Usia Umur dari seorang responden yang menonton sinetron India
•
Status sosial ekonomi Strata ekonomi dari responden yang menonton sinetron India
•
Tingkat pendidikan Jenjang pendidikan dari responden yang menonton sinetron India
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
45
2.5 Hipotesis Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis.Hypo berarti kurang, dan tesis adalah pendapat yang maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Burngin, 2011:85).
Ho: Tidak ada pengaruh tayangan sinetron India terhadap pemenuhan kebutuhan hiburan pada ibu rumah tangga di Graha, Dusun V, Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Ha: Terdapat pengaruh tayangan sinetron India terhadap pemenuhan kebutuhan hiburan pada ibu rumah tangga di Graha, Dusun V, Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara