BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam hubungan sebab akibat. Teori juga merupakan suatu penjelasan yang sistematis untuk mengobservasi fakta-fakta yang berkaitan dengan aspek tertentu dalam kehidupan (Khusyairi, 2006:37). Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi, dan proposisi yang mengemukakakn pandangan sistematis tentang gejala dan menggambarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono,2006 : 43). Herbert Blumer mengatakan bahwa teori, riset, dan fakta empiris terlibat dalam suatu hubungan yang erat, dimana teori membina riset, riset mencari dan memisahkan fakta-fakta dan fakta-fakta memengaruhi teori (Kriyantono, 2006: 44).
Adapun teori-teori yang dianggap
relevan dengan penelitian ini yaitu Komunikasi, Komunikasi Massa, Televisi, Program dan S-OR . 2.1.1 Komunikasi 2.1.1.1 Definisi Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama,” communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to meke common) (Mulyana, 2007: 46). Membuat Sama yang dimaksud adalah membuat kebersamaan antara individu yang melakukan interaksi antara satu dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Seorang ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat
Carl I.
Hovland berpendapat komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals) (Effendi, 2006: 10). Namun dalam mengubah prilaku seseorang dibutuhkan komunikasi yang komunikatif, yang memiliki kesamaan makna antara kedua orang atau lebih yang terlibat. Sedangkan Shannon dan Weaver mengungkapkan komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi (cangara, 1998: 19). Harold Lasswell mengatakan cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa mengatkan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?). lasswell menjelaskan proses dari komunikasi yang dilakukan oleh manusia itu sendiri dalam berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: Komunikator (communicator, source, sender) Pesan (Message) Media (channel, media) Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) Efek (effect, impact, influence) Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendi, 2006: 10). Dari berbagai pendapat yang dijelaskan diatas tentang definisi komunikasi, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi pada umumnya merupakan suatu proses penyampaian pikiran atau persaan oleh seseorang (kominikator) kepada orang lain (komunikan) dalam bentuk informasi berupa pesan, baik secara langsung ataupun melalui media, yang akhirnya menimbulkan efek atau umpan balik dari komunikan yang menerima informasi tersebut. Umpan balik yang diberikan tentunya berdasarkan pemaknaan pesan yang ditangkap oleh komunikan dari kejelasan penyampaian informasi yang diberikan oleh komunikator.
Universitas Sumatera Utara
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secra primer dan secara skunder (onong 2006: 11). 1. Proses Komuniaksi Secara primer: proses penyampaian pikiran dan perasaan seserang kepada yang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Seperti, bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebaginya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti ia menginformasikan pikiran dan perasaannya kedalam lambing (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawasandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti ia menafsirkan lambing yang mengandung pikiran dan perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Umpan balik yang diberikan komunikan berlangsung seketika baik secra verban dan nonverbal, serta bersifat tatap muka. 2. Proses Komunikasi secara skunder: penyampaian pesan seseorang kepada orang lain dengan mengunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, majalah, televisi, surat kabar, film dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. umpan balik dalam komunikasi ini bersifat tertunda. Proses komunikasi ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu. Proses komunikasi ini mengunakan media massa (massmedia) dan media nirmassa atau nonmassa (nonmass media). Proses komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam bukunya, Marketing Managemnet, berdasarkan paradigm Harold Lasswell sebagai berikut:
Sender
Encodin
Message
Decodin
Receiver
Noise Feedback
Response
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 1 Proses Terjadinya Komunikasi (Sumber : Effendy, 2006: 18)
Unsur-unsur dalam proses komunikasi, Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut: -
Sender
: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah
orang. -
Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.
-
Message : Isi informasi yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikatror.
-
Media
: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke pada
komunikan. -
Decoding : Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikasi menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
-
Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
-
Response : Tanggapan, seperangakat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan
-
Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
-
Noise
: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat
diterimanya pesan lain oleh komunikator kepadanya. Komunikasi merupakan salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh hampir semua agama telah ada sejak Adam dan Hawa (Cangara, 1998). Hampir dalam segala aspek kehidupan manusia berkaitan dengan komunikasi. Manusia tidak akan dapat berhubungan dengan orang lain tanpa adanya komunikasi. Manusia itu sendiri membutuhkan hubungan dengan orang lain dan lingkungannya, karena manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia membutuhkan oran lain dalam pemenuhan kebutuhanya. Komunikasi merupakan hal yang mendasar dalam memenuhi kebutuhan sosial manusia. Komunikasi mepengaruhi hubungan antara individu. Hubungan yang baik tentunya tidak akan terlepas dari komunikasi yang baik juga, dan sebaliknya. Ketika kita menjalin komunikasi
Universitas Sumatera Utara
yang baik, perbedaan yang ada seperti budaya, agama, suku, ras, usia, status sosial, bahkan jarak bukanlah suatu hambatan untuk menjalin hubungan sosial antar individu. Dengan teknologi komunikasi yang semakin maju komunikasi tidak hanya dapat dilakukan secara tatap muka namun juga dengan menggunakan berbagai macam media. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju dan modern saat ini, orang-orang tertarik melakukan komunikasi melaui berbagai media yang memberikan ruang komunikasi yang menarik. Seperti obrolan pada handphone dan dunia maya (facebook, twitter, yahoo massenger, dll) yang memberikan pengalaman dan kepuasaan tersendiri bagi penggunanya dalam berkomunikasi melalui media walaupun tanpa tatap muka. Komunikasi tatap muka juga tidak kalah penting dan lebih efisien. Tidak dapat kita pungkiri komunikasi yang baik dapat meneyelesaikan permasalahan sosial yang ada di tengah-tengah lingkungan sosial kita. Karena tidak jarang permasalahan sosial yang muncul disebabkan karena komunikasi yang kurang baik dan tidak tepat. Maka sebagai mahluk sosial tentunya manusia tidak terlepas dari komunikasi, komunikasi mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi merupakan proses sosial dimana individu-individu mengunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (Richard dan Lynn, 2008: 5). Komunikasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, mulai dari dulu sampai saat ini. kebutuhan tersebut juga didukung dengan berbagai media yang ada, media yang dapat menjangkau khalayak atau media yang sudah sering digunakan oleh khalayak pada umunya. Media tersebut akan membantu khalayak memenuhi kebutuhan mereka akan informasi di luar dan di dalam lingkungan mereka. Media yang menjangkau khalayak banyak, sering disebut dengan media massa. Media yang memberikan berbagai informasi menarik kepada khalayak banyak disebut dengan komunikasi massa.
2.1.1.2
Tujuan dan Fungsi Komunikasi Komunikasi yang dilakukan setiap orang tentunya tidak terlepas dari tujuan dan fungsi,
mengapa manusia melakukan komunikasi dan untuk apa manusia berkomunikasi. Dalam kehidupan nyata secara ideal, tujuan komunikasi bisa mengasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan. Tujuan komunikasi (Fajar, 2009: 60) adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Mengubah sikap (to change the attitude) 2. Mengubah opini pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Mengubah prilaku (to change the behavior) 4. Mengubah masyarakat (to change the society) Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan, ketika komunikator memilih waktu yang tepat, bahasa yang mudah dimengerti, sikap dan nilai yang ditampilkan agar sesuai dengan kolompok komunikanya, sesuai tujuan komunikasi. Komunikator berusaha mempengaruhi sikap komunikan melalui pesan yang diberikan, dengan harapan setelah menerima pesan tersebut sikap komunikan dapat berubah sesuai yang diinginkan. Dalam kehidupa sehari-hari kita berusaha mempengaruhi orang disekitar kita agar orang lain bersikap positif terhadap pesan yang kita sampaikan sesuai keingginan kita. Isi pesan memberikan pemahaman yang kemudian dapat mengubah pendapat komunikan terhadap suatu informasi yang diterima. Setelah komunikan memilki pemahaman yang baik maka akan berlanjut kepada tindakan atau sikap. Ketika seorang guru berpidato tentang pentingnya kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya kepada murid-muridnya, muridmurid tersebut akan memahami bagaimana pentingnya menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. Pemahaman mereka akan berlanjut ke pada aksi yang mereka lalukan yaitu menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya. Melalui aksi atau sikap yang mereka berikan terjalin hubungan yang baik diantara murid-murid untuk menjaga kebersihan. Memelihara hubungan dengan orang-orang disekitar kita teman, keluarga, dosen, guru dan lain-lain, tidak terlepas dari komunikasi yang baik. Dimana komunikasi tidak hanya dari kata-kata yang keluar dari mulut komunikator. Namun juga tampak dari apa yang kita lakukan, sehingga apa yang kita lakukan dapat mengundang orang lain untuk menafsirkanya. Persaan, keadaan dan suasana hati yang kita alami dapat digambarkan melalui komunikasi non verbal. Maka tak mengherankan bila gerak gerik dan perilaku kita dapat diartikan oleh orang-orang yang ada disekitar kita, yang juga mempengaruhi hubungan kita dengan mereka. Pentingnya tingkat kesengajaan tersebut mempengaruhi serta mempermudah tercapainya tujuan komunikasi. Sedangkan fungsi kmunikasi secara umum, menurut Wilbur Scramm (1974), tujuan komunkasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan (Fajar, 2009: 62) yakni: 1. Tujuan Komunikasi dari sudut Kepentingan Sumber/Pengirim/Komunikator
Memberikan informasi
Universitas Sumatera Utara
Mendidik
Menyenangkan/menghibur
Menganjurkan suatu tindakan/persuasi
2. Tujuan Komunikasi dari sudut Kepentingan Penerima/Komunikan
Memahami informasi
Mempelajari
Menikmati
Menerima atau menolak anjuran Fungsi tersebut menjelaskan sudut kepentingan sumber yang memberikan informasi
melalui pesan kepada penerima. Informasi yang sesuai tujuan yang inggin dicapai, didalanya ada didikan (pesan yang mendidik) seperti nasehat orangtua kepada anaknya, hiburan (pesan yang dapat menghibur) seperti acara komedi pada televisi dan pengaruh (pesan yang mempengaruhi) seperti iklan layanan masyarakat. Sedangkan sudut kepentingan penerima memahami isi pesan dan informasi, mempelajari pesan tersebut, menikmatinya dan sampai kepada peneriman. Jikalau komunikan merasa itu baik maka akan diterima dan sebaliknya atau ditolak.
2.1.1.3
Ganguan dalam Komunikasi Ganguan dalam komunikasi merupakan suatu keadaan diaman proses berlangsungnya
komunkasi tidak berjalan dengan baik dan yang diinginkan. Ganguan komunikasi dapat terjadi dari unsur-unsur yang terdapat didalam komunikasi. Menurut Shannon dan Weaver (1949) ganguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengangu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif (Cangara, 2006: 131). Ada beberapa hambatan dalam komunikasi (Fajar, 2009: 62) diantaranya ialah: 1. Hambaan dari proses komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, kebutuhan atau kepentingan.
Hambatan dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, symbol yang
Universitas Sumatera Utara
dipergunakan antra si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
Hambatan media adalah hambatan yang terjadi dalam pengunaan media komunikasi, misalnya ganguan suara radiao dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima/mendengar pesan.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak jelas atau tidak tepat waktu.
1. Hambatan fisik
Gangguana kesehatan
Putusnya jaringan listrik dan telekomunikasi
2. Hambatan semantik
Pengunaan kata-kata yang kurang tepat, tidaj jelas atau berbelit-belit.
3. Hambatan psikoogis.
Dampak traumatik, adanya pengalaman trauma dengan suatu kejadian yang pernah dialami baik dari pihak komunikan maupun komunikator.
Faktor prasangaka, penilaian yang sejak awal sudah tertanam dalam diri komunikan terhadap komuniator.
Ganguan komunikasi diatas dapat berdapak pada feedback yang tidak sesuai dengan yang diingikan oleh komunikator. Walau tidak semua kamunikasi berjalan tanpa hambatan, namun tergantung bagaimana hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan baik.
2.1.2
Komunikasi Massa
2.2.4.3
Definisi Komunikasi Massa Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi
melalui media massa. Istilah mass communication (tanpa s) adalah prosesnya, yakni proses komunikasi melalui media massa sedankan communicatios (pakai s) sama dengan mass media atau dalam bahasa indonesianya media massa. (Effendy, 2006:20). Komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa baik media cetak maupun elektronik. komunikasi massa, komunikasi yang mengunakan media sebagai saluran
Universitas Sumatera Utara
dalam menyampaikan kode-kode kepada khalayak. Dimana khalayak yang menerima kode-kode tersebut adalah massa atau sering kita sebut dengan khalayak pembaca, penonton, pemirsa, dll. komunikasi massa terdiri dari media elektronik (TV,Radio), Media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film. Joseph A. Devito dalam bukunya, communicology: An Introduction to the Study of communication, menampilkan definisiya mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas. Pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besa dan pada umunya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku) (Effendy, 2006:21). Dari definisi komunikasi massa tersebut, menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gambles (Nurdin,
2004:8) sesuatu bisa didefinisikan sebagai Komunikasi Massa jika
mencangkup cirri-ciri sebagai berikut: 1. komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepda khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah telavisi, film atau gabungan antara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya brmaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang memberbeda pula dengan jenis komunikasi yang lain. bahkan dengan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah milik publik. Artinya pesan ini dapat didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik public. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seprti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak bersal dari seseorang tetapi
Universitas Sumatera Utara
lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan oerganisasi suka rela atau nerlaba. 5. Komunikasi massa dicontrol oleh gatekeeper (penepis informasi). Artinya pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar priadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed). Maka komunikasi massa merupakan alat yang digunakam untuk menyampaikan informasi. Dimana penyebaran pesan atau informasi dapat berlangsung cepat kepada khalayak luas dan bersifat heterogen. Kelebihan komunikasi massa yang dapat mengatasi ruang dan waktu mampu menyebarkan informasi pesan dengan seketika dalam waktu yang tidak terbatas. Khalayak dari komunikasi massa merupakan lapisan kelompok masyarakat yang tidak saling mengenal, berinteraksi antara satu dengan yang lain, terpisah dan tidak memiliki peminpin seperti organisasi formal. Media massa mengemas informasi semenarik mungkin untuk menjangkau khalayak dan khalayak membutuhkan informasi tersebut. Khalayak membutuhkan informasi yang penting dan menarik tentang banyak hal yang terjadi dan yang ada di dunia. Media massa memenuhi hal tersebut, sehingga membuat khalayak mengetahui tentang banyak hal. Membuka pemikiran mereka akan apa yang terjadi disekitarnya atau bahkan dunia luar. Masyarakat mengetahui informasi yanga ada dan yang terbaru melalui media massa. Komunikasi massa memilki peran yang penting dalam kehidupan kita, karena menjadi mata dan telingga bagi masyarakat. Karena melalui media massa kita dapat mendengar dan melihat suatu peristiwa yang sedang terjadi di berbagai belahan bumi. Ketergantungan akan khalayak dalam menggunakan media massa saat ini tampak jelas ketika mereka menggunakan lebih dari satu media massa setiap harinya. Sesuai dengan fungsi dari media massa yang
Universitas Sumatera Utara
menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mengawasi. Ketergantungan akan media menjadi suatu hal yang wajar dan sah-sah saja karena khalayak pada umunya membutuhkan hal tersebut. Karena kounikasi massa mampu menjangkau masyarakat luas, maka komunikasi massa mampu menguatkan isi pesan yang mempengaruhi khalayak. Hal ini bisa kita lihat ketika informasi yang ditampilkan media massa memilki kesempatan menjadi informasi yang lebih pentinga dari informasi melalui medium lain. Hasil dari komunikasi massa yang diproreh (Vivian, 2008: 462) adalah: 1)
Aplikasi, merupakan teknoogi media massa yang memberi kounikator massa
semacam megafon. Peralaan media massa membuat komunikator massa mampu untuk “memperbesar” (to amplify) pesan dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan komunikasi interpersonal atau kelompok. Hal-hal yang dipilih oleh komunikator untuk dikomunikasikan akan mendapatkan status tersendiri. Status conferral (penerimaan status) yang berdapak positif atau negatif. Misalnya musik balada yang diaplikasikan melalui media massa, dan dapat menarik imajinasi publik an mempertahankan sebuah isu, bahkan memperbesarnya. 2)
Tanggapan, respons yang diberikan oleh penerima pesan setelah memahami
pesan. Penerima mengodekan tanggapan da mengirimkanya melalui medium kepada media massa. Proses pembalikan ini disebut umpan balik atau tanggapan (feedback). 3)
Efek, yang merupakan tujuan utama dari penyampaian pesan. Seorag pelawak
bertujuan agar setidaknya ada penonton yang tersenyum. Luasnya audien komunikator massa dapat memperkuat efek potensial pesan. Karena potensial ini sangat besar, kita perlu memahami proses-proses yang menimbulkan efek-efek tersebu.
2.2.4.4 Ciri-Ciri Komunikasi Massa Melalui definisi-definisi komunikasi massa tersebut, dapat diketahui cirri-ciri komunikasi massa khusunya yang disebabkan oleh sifat-sifat komponenya (Efendy, 2006: 22), yaitu sebagai berikut: 1. Komunikasi massa berlangsung asatu arah 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Universitas Sumatera Utara
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserenpakan 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen Berbeda dengan komunikasi antar pribadi yang berlangsung dua arah, komunikasi massa berlangsung satu arah. Sehingga umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Tidak ada tatap muka antara Komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan melalui komunikasi massa tidak mengatas namakan individu, namun suatu lembaga atau organisasi yang bersifat formal. Biasanya memakai tenaga kerja seorang atau bahkan beberapa orang komunikator profesional dalam menyampaikan informasi kepada massa. Biasanya informasi yang disampaikna oleh komunikator sering sekali pesan yang sudah diproses dengan standarisasi oleh editor dari media itu sendiri. Pesan yang baik dan penting dijadikan sebuah produk yang memiliki nilai tukar dan kegunaan, yang dapat memberi keuntungan dengan menarik perhatian khalayak. Serta isi pesan bersifat umum tidak bersifat pribadi, karena pesan ditujukan kepada publik. Hal inilah yang membedakan media massa dengan media nirmassa yang bersifat pribadi. Media massa akan memberitakan informasi yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, seperti informasi pembangunan, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya. Namun tidak selamanya media massa harus menampilkan informasi yang berhubungan dengan kepentingan umum namun juga menampilkan informasi yang menarik untuk diketahui (informasi tentang penjabat dan artis atau seorang tokoh) dan informasi yang didalamnya terkandung nilai soaial (human interst). Khalayak akan menerima informasi yang di tayangkan oleh media massa secara serempak. Misalnya “Tayangan 8-11 Show” pada Metro yang ditayangkan pada pukul 08.0011.00 WIb, khalayak akan menonton acar tersebut pada saat waktu penayangan yang sama, yang sudah di buat oleh media massa pada tempat yang berbeda. Kita dapat melihat keserempakan khalayak dalam waktu menonton tayangan yang sama. Penonton atau khalayak dari komunikasi massa sendiri bersifat heterogen. Maksudnya penonton atau audiens dari komunikasi massa sendiri tersebar di berbagai tempat, tidak saling mengenal satu sama lain, memiliki usia yang berbeda, budaya yang berbeda dan sebagainya. Maka sulit bagi media menjangkau khalayak yang bersifat heterogen tersebut. Dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
ketertarikan yang berbeda-beda, maka tak jarang kita melihat media massa mengelopokan berbagai program atau informasinya. Ada program yang khusus ditujukan kepada anak muda sepeti acara music “Dasyat” pada RCTI, ada juga program yang khusus ditujukan pada anakanak seperti acara “Si Bolang” pada Trans7, dan sebagainya.
2.2.4.5 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki peranan penting dan fungsi yang menjadi berpengaruh dalam kehidupan eradigital saat ini. Sean MacBride, ketua komisi masalh-masalh komunikasi UNESCO (1980) mengemukakan bahwa komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data. Fakta, dan ide. Karena itu komunikasi massa dapat berfungsi untuk (Canggara, 2006: 57): 1. Informasi; yakni kegiatan untuk mengumpylkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadan yang terjadi di luar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional atau internasional. 2. Sosialisasi; yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif. 3. Motivasi; yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat media massa. 4. Bahan diskusi; meneydiakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak. 5. Pendidikan; yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk di luar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik, dan mengesankan. 6. Memajukan kebudayaan; media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan lainnya. pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya kreatifitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-maing Negara, serta mempertinggi kerja sama hubungan antar Negara.
Universitas Sumatera Utara
7. Hiburan; media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua golongan usia dengan difungsikan sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetika yang dituangkan dalam bentuk lagu, lirik, dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya. 8. Integritas; banyak bahsa di dunia dewasa ini diguncang oleh kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjebatani perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa. Media massa juga memiliki fungsi sosial, maksudnya adalah fungsi-fungsi kemasyarakatan bagi individu anggota masyarakat maupun bagi masyarakat luas (Fajar, 2009: 259) yaitu: -
Fungsi informatif, komunikasi massa menyediakan informasi tentang peristiwa yang terdapat didalam masyarakat, baik nasional maupun internasional. Seperti peristiwa didalam dan di luar negeri baik menyangkut bidang politi, sosial budaya, ekonomi, kesehatan dan lingkungan dan lain-lain.
-
Fungsi mendidik masyarakat, komunikasi massa mendidik masyarakat untuk berpikir kritis dan memiliki horizon pengetahuan yang luas. Melalui komunikasi massa, masyarakat itu dididik agar dapat mendiri dalam setiap persoalan kehidupannya.seperti acara berita pembangunan, penanaman pohon, bibit unggul, dan lain-lain. Tujuanya untuk mendidik masyarakat agar terampil dalam pertanian, perternakan, perkoprasian dan usaha-usaha lain yang dapat menunjang tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat. Meningkatkan sumberdaya masyarakat untuk memerikan keterampilan bagi mereka sehingga menghasilkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat yang lebih baik.
-
Fungsi integritas dan empati, suatu derajat kemampuan seseorang untuk membayangkan peranan orang lain. semakin tinggi empati seseorang, maka makin mudah membayangkan peranan-peranan orang lain dan tentu saja sebaliknya. Hubunganya dengan fungsi soaial komunikasi massa adalah masyarakat yang terdiri dari ratusan suku bangsa dengan berbagai kebudayaan masing-masing, secara empiric prasangka antar suku itu masing ada. Disinilah fungsi komunikasi massa, meningkatkan upaya empati warga masyarakat melalui
informasi-informasi
yang
dibawanya.
Komunikasi
massa
memberikan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman serta mengubah images masyarakat yang kurang positif menjadi lebih positif dan kondusif bagi berkembangnya toleransi dan solidaritas sosial. Selain itu juga dapat menciptakan, memelihara, dan memperkuat integritas bangsa. Melalui nilai-nilai moral, nilai-nilai sosial, keagamaan, hukum dan tatanan sosial lainnya, maka integrasi nasional relative lebih mudah dapat diciptakan. -
Transmisi budaya, fungsi sosial lain dari komunikasi massa adalah melestarikan dan mewariskan nilai-nilai soaial dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Selainitu juga dapat menjadi sarana terciptanya persahabatan berbagai kalangan karena kepentingan sama.
-
Meningkatkan aktifitas politik, Rao (1966) menjelaskan, bahwa komunikasi massa itu dapat membantu masyarakat luas atau mayoritas penduduk utuk semakin menyadari arti penting dirinya sebagai warga Negara. Kesadaran orang sebagai warga negara dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk melakukan aktifitas politik itu antara lain adalah mengikuti PEMILU. Jadi, ketika kita mengikuti PIMILU dengan orsospol apa pun yang kita pilih tidak menjadi soal, yang penting adalah kita telah menyadari benar bahwa kita adalah warga negara dari suatu bangsa. Dari fungsi diatas dapat kita lihat pentingnya media massa di dalam kehidupan kita.
Tidak hanya memberikan berbagai informasi tetapi juga berpengaruh terhadap bidang sosial. Melalui media massa masyarakat menjadi bayak tahu tentang banyak hal disekeiling mereka bahkan diluar lingkungan mereka, sehinga menambah dan memperluas pengetahuan kemampuan kritis mereka. Ruang lingkup media massa yang luas tidak hanya lokal tetapi internasional
akan
mempermudah
masyarakat
beradaptasi terhadap
perkembangan
kehidupan, baik dalam teknologi informasi maupun pembangunan.
2.2.5 Televisi Sebagai Media Massa 2.2.5.3 Pengertian Televisi Media massa saat ini begitu melekat pada kehidupan kita, terutama dalam komunikasi antar
pribadi atau komunikasi massa. seperti telepon, televisi, radio, majalah , koran dan
sebagainya. Media massa berusaha menjangkau publik sebanyak mungkin bahkan ke berbagai wilayah termasuk pedesaan. Dengan harapan media tersebut dapat dikenal bahkan dapat digunakan oleh masyarakat atau khalayak banyak.
Universitas Sumatera Utara
Televisi merupakan salah satu bagian dari media massa elektronik yang memberikan informasi kepada masyarakat luas yang kita kenal dengan komunikasi massa. Televisi memilki pengaruh yang besar pada masyarakat. Banyak audiens televisi menjadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan juga terhadap media lain (Vivian, 2008: 224). Seperti pengaruh iklan terhadap minat beli masyarakat pada suatu produk, yang berakibat pada budaya konsemerime khalayak terhadap produk yang sebenarnya bukan kebutuhan yang penting atau mendesak. Namun dayatarik produk yang dikemas dengan menarik melalui iklan mempengaruhi keinginan khayak untuk mengkonsumisi dan memilikinya. Televisi menjadi media massa dominan saat ini dibandingkan dengan media massa lainnya. Jangkauannya yang luas, cepat dan langsung membuat media televisi banyak di gunakan oleh publik. Hampir setiap hari kita mengunakanya dan menghabiskan waktu berjam-jam. Keungulannya dalam audio dan visual membuat televisi memilki daya tarik yang lebih bagi khalayak. Serta kepuasan akan informasi yang dapat dilihat dan di dengar. Sehingga khalayak memiliki gambaran terhadap suatu informasi atau peristiwa yang berlangsung. Media massa merupakan sumber kekuatan atau alat control dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagian orang saat ini untuk memperkuat atau menjangkau publik. Termasuk televisi, tak jarang kita temukan berbagai iklan partai politik dan kampanye partai politik yang ditayangkan disela-sela program acara yang sudah ditentukan dengan durasi waktu dan pengulangan. Televisi dapat menguasai jarak dan ruang sehingga dapat mencapai sasaran untuk menjangkau massa yang cukup banyak. Daya rangsang khalayak terhadap televise cukup besar, karena pengaruh suara dan gambar yag bergerak. Daya tarik media televisi berpengaruh spada pola-pola kehidupan dan rutinitas manusia, perubahan pola-pola kehidupan sebelum munculnya televisi mengalami perubahan yang cukup besar setelah adanya TV. Media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia yang pada akhirnya ketergantungan akan media tersebut. Tidak menonton televisi menjadi suatu ketertinggalan akan informasi dan isu-isu yang ada. Media televisi menjadi sarana bagi manusia untuk mencapai tujuan hidup, baik untuk kepentingan mereka. Bahkan media televisi mampu melakukan perubahan ideologi dan tatanan nilai buudaya manusia yang sudah ada dari dulu.
Gambar merupaan ciri khas media televisi serta ke unggulan yang dimiliki dibandingkan dengan media massa yang lain. Televisi dapat memberikan gambar yang jelas dan menarik, sehingga khalayak tertarik dan puas dengan menontonya. Tidak hanya gambar namun juga disertai oleh suara. Audio visual yang terdapat pada televisi merupakan ke ungulan media ini.
Universitas Sumatera Utara
Tanpa gambar bukanlah televisi namanya. Istilah televisi berasal dari kata “tele” yang berarti jauh, dan “visi / vision” yang berarti penglihatan (effendi, 2003:174). Penonton dapat melihat berbagai informasi dengan peristiwa langsung pada tempat peristiwa berlangsung, yang ditayangkan oleh televisi. Jarak bukan suatu hal yang menjadi pengahalang bagi khalayak untuk mengetahui kronologis suatu peristiwa yang berlangsung. Televisi dapat dikatakan paling sempurna, yang lahir dari penggabungan antara radio dan film, sebab televisi dapat meneruskan suatu peristiwa dalam bentuk gambar hidup dengan suara dan bahkan dengan warna, ketika peristiwa itu berlangsung. Kekurangan dalam film mengenai aktualisasinya dapat ditutupi dalam telavisi. Keunikan-keunikan pada radio dan film, menyatu seluruhnya dalam televisi (Fajar, 2009: 211). Daya tarik gambar televisi menyita waktu penontonya hingga berjam-jam setiap harinya. Hal ini menjadi rutinitas yang sulit dilepaskan, bahkan menjadi suatu kebutuhan dan tuntutan dunia modern saat ini. Ketika kita tidak menonton maka kita akan ketingalan informasi serta peristiwa-peristiwa yang sedang berkembang, dengan mendengar informasi tanpa melihat peristiwa tersebut sepertinya kurang jelas. Kejelasan dari melihat peristiwa tersebut member kepuasan tersendiri bagi audiens. Televisi lebih mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi khalayak, seperti iklan produk barang dan jasa, kampanye politik dan sebagainya yang dengan udah dapat mengugah dan menyentuh emosi dan pikiran. Maka televisi mempunyai potensi yang besar dalam membentuk watak, sikap, dan kepribadian manusia dan masyarakat (Fajar, 2009: 212).
2.2.5.4 Perkembangan Televisi Indonesia Kehadiran televisi banyak membawa perubahan pada setiap Negara, termasuk Indonesia. Televisi hadir untuk memberikan informasi kepada khalayak, baik informasi yang bersangkutan dengan kenegaraan, masalah sosial budaya, ekonimi dan sebagainya. Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ualng tahun kemerdekaan Indonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itumasih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno (Morissan, 2008: 3).
Universitas Sumatera Utara
Saat itu siaran yang ditampilkan pada televisi merupakan siaran hitam putih. Selain itu televisi masi jarang ditemui di rumah-rumah atau tempat umum lainya, karna harga yang relatif mahal. Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanyadapat menonton satu saluran televisi. Pada tahun 1989 pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI (Morissan, 2008: 10). Setelah itu, media massa sendiri mengalami perubahan yang mendasar pada masa lengsernya masa orde baru menuju era reformasi, lahirnya stasiun-stasiun TV swasta. Serta lahirnya kebebasan pers, media memproduksi berita atau tayangan yang menguntungkan mereka dengan menarik simpati para penontonnya. Kebebasan pers tersebut didukung oleh Undangundang No.40 tahun 1999 tentang pers, bahkan kebebasan berpedapat oleh masyarakat terbuka termasuk mendirikan pers. Kebebasan pers terssebut tampak jelas dan kita rasakan sekarang dengan berbagai macam media massa yang ada. Khususnya televisi, lahirnya stasiun televisi swasta dan stasiun televisi lokal. Ada 12 stasiun televisi yang siaranya bersifat nasional yaitu antv, Global TV, Indosiar, MetroTV, MNCTV, RCTI, SCTV, Trans TV,Trans7, tvOne, TVRI, NET. Serta puluhan atau bahan ratusan stasiun
televisi
lokal
dan
stasiun
televisi
berjaringan(berlanganan)(http://id.wikipwdia.org/wiki/Daftar_stasiun_televisi_di_Indonesia). Stasiun televisi lokal yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Tersebut juga berusaha memproduksi tayangan yang menarik perhatian khalayak. Saat ini, berkat dukungan teknologi satelit komunikasi dan serat optik, siaran televisi yang dibawa oleh gelombang elektromagnetik, tidak mungkin lagi dihambat oleh ruang dan waktu. Bahkan khalayak sasarannya tidak lagi bersifat lokan, nasional dan regional, tetapi sudah bersifat internasional atau global (baksin, 2006:16). Dengan dukungan teknologi yang semakin berkembang dan modern, televisi saat ini memiliki kualitas warna dan suara lebih baik. Selain itu mudah kita temui diberbagai tempat dengan harga jual yang terjangkau oleh masyarakat. Perkembangan ini juga tampak dari daya tarik dan minat menonton masyarakat terhadap televisi yang meningkat. Televisi digunakan oleh semua kalangan baik masyarakat pedesaan maupun masyarakat kota. bahkan masyarakat rela untuk mengeluarkan pengeluaran yang lebih
Universitas Sumatera Utara
besar untuk mendapatkan program dan stasiun televisi yang berstandar internasional dengan mengunakan tawaran fasilitas indovesion atau televisi berlanganan.
2.2.5.5 Fungsi Televisi Fungsi televisi tentunya tidak terlepas dari fungsi media massa yang memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Televisi berfungsi untuk memberikan informasi yang akurat dan actual berdasrkan peristiwa yang terjadi di lapanagan, tanpa adanya rekayasa atau memutar balikan fakta yang ada. Berdasarkan informasi tersebut masyarakat mengetahui hal-hal yang sedang berkembang baik didalam maupun di luar negeri. Seperti acara berita liputan enam pada sctv, apa kabar Indonesia pada tv one, head line new pada metro tv dan lain-lain. Televisi berfungsi untuk mendidik dalam arti, tayangan yang di produksi memiliki nilai yang mendidik dalam hal yang positif kedapa khalayak. Sehinga apa yang ditayangkan tidak membawa dapak negatif kepada khalayak, walau hal ini tidak dapat dipungkiri. Tidak semua tayangan yang ada pada televisi memilki fungsi mendidik, namun memilki fungsi yang lain seperti menghibur. seperti acara rangkin satu pada trans tv. Fungsi menghibur merupakan salah satu alasan khalayak mengunakan media. Lari dari rutinitas pekerjan yang melelahkan sepanjang hari merupakan alasan beberapa orang untuk menonton. Sehingga mereka dapat lupa akan beban dan permasalahan dalam jangka waktu yang sementara. Televisi saat ini bahkan memproduksi berbagai macam tayangan hiburan yang tak jarang mengundang tawa para penontonya. Seperti acar komedi, musik dan sinetron. Membujuk merupakan fungsi tak terelakna dari televisi, hal ini dapat kita lihat pada iklan komersil. Membujuk khalayak untuk membeli dan mengunakan produk yang ditayangkan dengan berbagai daya tarik bagi penonton. namun tidak hanya produk tetapi juga iklan layanan masyrakat seperti, tayangan pemilu yang mebujuk khalayak untuk ikut mengambil bagian untuk ikut memilih, keluarga berencana dan lain bagainya. Selain itu televisi memilki fungsi sosial. Untuk kontak ssial, rujukan kehidupan seharihari, untuk menyenagkan diri sendiri, melepaskan kebosanan dan sebagainya. Herta Herzog dari McCann-Erikson meneliti,ternyata bagi banyak wanita acara menonton bisa mengurangi beban emosional mereka (l.rivers,dkk 2003: 315).
2.2.5.6 Program Siaran Pada Televisi
Universitas Sumatera Utara
Kata “Program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang Penyiaran Indonesia tidak mengguanakan kata program untuk acara tetapi mengunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. (Morissan, 2008: 200). Program acara pada televisi merupakan suatu hal yang penting untuk mendapatkan dukungan dari publik melalui program yang ditayangkan. Meraih audiens sebanyak-banyaknya merupakan suatu hal yang penting dan utama. Program yang dikemas dalam televisi harus beragam serta di kembangkan agar tidak menoton, hal ini dapat mempengaruhi kurangnya minat audiens dalam menontonya. Variasi yang ditampilkan akan lebih menarik perhatian publik. Jumlah audiens yang besar akan menjadikan stasiun televisi menjadi daya tarik para pemasang iklan. Apa lagi Jika karakteristik audiens yang dicari sesuai dengan produk yang inggin di publikasikan. Hal ini akan memberi keuntungan dan pendapatan yang besar bagi stasiun televisi. Program pada media televisi dapat dibagi dua (Morissan, 2008: 208) yaitu: 1) Program Informasi (berita), seperti berita keras (hard news) laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip, serta opini. 2) Program Hiburan (entertainment), seperti acara music, drama permainan dan pertunjukan. Dari hal diatas dapat kita lihat bahwa, keuntungan dan pendapatan stasiun televisi berasal dari audiens, melalui program yang mereka produksi. Keberadaan suatu stasiun televisi serta pendapatanya dipengaruhi oleh programnya. Besar atau kecilnya audiens tergantung pada kualitas program acara yang diproduksi atau yang ditampilkan kepada khalayak. Program yang ditampilkan oleh media televisi beragam dengan jumlah yang tidak sedikit. Penting diperhatikan, program tersebut tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku serta dapat diterima oleh khalayak umum. Maka pada stasiun televisi sangat membutuhkan tenaga kerja tim kreatif yang memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik untuk ditayangkan. Program yang ditayangkan pada stasiun televisi pada umunya memiliki dua bentuk (Morissa, 2008: 321), yaitu: a) Dominasi format (format-dominant)
Universitas Sumatera Utara
b) Dominasi bintang (star-dominant) Dominasi format biasanya banyak kita temukan pada program sinetron yang sudah ditentukan bagaimana jalan ceritanya, reality show yang diformat dengan memaikan aktor yang bukan berasal dari kalangan artis namun masyarakat yang memiliki nelai human interst. Pemain dari program dipilih yang sesuai dengan format acara yang sudah ditentukan. Format merupakan hal yang paling utama dalam program tersebut, maka para actor harus melaksanakan perannya sesuai format yang sudah ditentukan. Dominasi bintang, dimana keberhasilan suatu program tergantung dari pada pemain utamanya, daya tarik aktor utama sangat penting dalam hal ini. Biasanya kita temukan pada program acara talk show, seperti “Sarah Sehan” pada NET.TV, “Mata Najwa” pada metro TV dan lain sebagainya. Salah satu program yang menarik perhatian publik adalah program hiburan. Sesuai dengan fungsinya yang merupakan menghibur, televisi sering digunakan oleh khalayak untuk melepaskan kepenatan dari rutinitas kegiatan sehari-hari dengan mencari program hiburan yang mampu membuat mereka tertawa dan melupakan sejenak kepenatan tersebut. Hiburan menjadi kebutuhan dasar pada manusia, setiap hari manusia bekerja dan melakukan aktifitas yang menguras tenaga dan pikiran. salah satu cara manusia mendapatkan hiburan yaitu melalui televisi. Dengan harapan televisi mampu mengurangi rasa bosan, memberi rasa nyaman dan santai sebagai bentuk pelarian dari tekanan dan masalah, serta dapat menjadi pelepasan emosi dari perasaan dan energi terpendam. Dalam buku media massa dan masyarakat modern William L. Rivers, Jay W. Jensen,Theodore Peterson (2003: 282-283) menuliskan: Salah satu cara untuk membedakan tayangan hiburan dengan tayangan yang lain adalah dengan menyinak isi dan memperkirakan dapaknya. Ada pendapat bahwa sesuatu bersifat menghibur jika hal itu menjadikan kita gembira dan melupakan sejenak berbagai kesulitan dan masalah. Joseph T. Klepper dalam bukunya yang berjudul The Effects of the Mass Media setuju dengan definisi itu, namun ia mengingatkan bahwa definisi hiburan memang tidak tunggal, dan bisa membingungkan. Makna hiburan juga tergantung pada motivasi orang per orang. Jika kita menjadikan televisi sebagai media hiburan, maka apa saja acaranya akan kita anggap sebagai hiburan. Seorang pengusaha bisa jadi terhibur dengan
Universitas Sumatera Utara
membaca artikel ekonomi yang bagi orang lain sangat rumit. Dalam pengertian ini, semua isi media berpotensi menjadi hiburan, karena penentunya terserah pada audiensnya. Berbagai macam program hiburan dikemas dengan menarik saat ini. Ada yang dalam bentuk drama, sinetron, film, quiz show, ketangkasan, reality show, music, dan pertunjukan. Semua bentuk program hiburan tersebut dikemas dengan menarik oleh para tim kreatif dari masing-masing televisi. Tidak dapat dipungkiri persaingan dalam pengemasan program hiburan sering terjadi. Beberapa stasiun televisi menampilkan acara program yang sama dengan pengemasan dan nama program yang berbeda. seperti acar hiburan talk show opera van java pada Trans7, facebooker pada antv dan lain sebagainya. hal ini bukan suatu hal yang baru lagi pada stasiun televisi, program yang baru pada stasiun televisi yang satu sudah ada sebelumnya pada stasiun televisi lainnya atau langsung diikuti oleh stasiun televisi swasta lainnya. sulit membedakan siapa yang terlebih dahulu dan siapa yang mengikuti program tersebut. Dapak isi hiburan dalam media massa dewasa ini sulit untuk diukur. Dengan rata-rata TV di setiap rumah menyala selama 7 jam setiap harinya di AS, yang kebanyakan menyetel saluran hiburan, dan hal ini tidak tertutup kemungkinan juga di Indonesia, maka jelas bahwa orang kini lebih banyak dihibur ketimbang orang zaman dahulu (Vivian, 2008: 398). Zaman dahulu yang masi jarang mengunakan media massa khususnya televisi. Tentunya hiburan tidak hanya membuahkan damapak positif, namun juga mengandung unsur negatif. Charlene Brown dari Universitas Stanford (William L, Dkk. 2003:282) berkata: Hiburan memang diperlukan setiap orang agar dapat rileks dan tahan menghadapi tekanan kehidupan modern. Namun banyak orang dalam berusaha santai acapkali tidak sadar bahwa dalam acara-acara hiburan bisa terkandung pesan atau pelajaran yang membahayakan. Misalnya pada adegan-adegan konyol yang memperlihatkan kemalangan seseorang malah disuguhkan sebagai bahan tertawaan. Karakteristik utama media massa yang bersifat satu arah berusaha untuk menyajikan hiburan yang memenuhi selera khalayak pada umumnya. Media lebih fokus pada selera khalayak yang dominan untuk menjangkau khalayak penonton yang banyak. Namun disisi lain Media berusaha senetral mungkin, tidak menonjolkan dan meremehkan nilai-nilai tertentu dalam menampilkan produk hiburan yang disajikan. Akhirnya produk hiburan yang ditampilkan mengandung makna yang cenderung dangkal, tetapi mampu mengundang tawa penontonya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5.7 Elemen Keberhasilan Suatu Program Program yang sukses memiliki elemen-elemen yang mencangkup (Morissan, 2008: 324): 1. Konflik, salah satu elemen yang paling penting dalam keberhasilan program
adalah konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara tokoh-tokoh yang terlibat. Tanpa adanya konflik, maka kecil kemungkinan program itu akan mampu menahan perhatian audiens. Elemen konflik menjadi sangat penting dalam program, seperti drama komedi atau bahkan acara perbincangan (talk show).
Penulis cerita komedi yang bagus,
misalnya, harus memiliki kemampuan untuk menciptakan tokoh-tokoh (pemain) dengan karakter individu yang tajam, mereka bertemu pada suatu tempat sehingga menimbulkan konflik. Acara talk show yang menarik penonton adalah acara dengan perbincangan yang memiliki opini kuat namun bertentangan (konflik) dengan pembicara lainnya atau dengan penonton yang ada di studio. 2. Durasi, suatu program yang berhasil adalah program yang dapat bertahan selama mungkin. Ditinjau dari durasi atau lamanya penayangan program, sutau program itu terdiri atas program yang dapat bertahan (durable program) dan program yang tidak dapat bertahan lama (nondurable program). Pengelola program sebaiknya merancang suatu produksi yang mampu bertahan terus-menerus, dengan kata lain, program itu memilki kemampuan untuk mempertahankan daya tariknya selama mungkin. Kata kunci untuk mempertahankan selama mungkin suatu program adalah tidak boleh kehabisan ide cerita. 3. Kesukan, sebagian penonton memilih program yang menampilkan pemain utama atau pembawa acara yang mereka sukai, yaitu orang-orang yang membuat penonton merasa nyaman. Adakalanya orang menyukai suatu program bukan karena isinya, namun lebih tertarik kepada penampilan pembaca berita atau pembawa acaranya. Pembawa acara suatu program hiburan haruslah seseorang yang ramah, lucu, tampan dan sekaligus pintar namun yang utama ia harus memacarkan kegembiraan dan pemikiran yang positif atau memiliki good will. 4. Konsistensi, sutau program harus konsisten terhdap tema dan karakter pemain yang dibawanya sejak awal. Para penulis cerita, sutradara dan pemain haruslah
Universitas Sumatera Utara
bertahan pada tema atau karakternya sejak awal. Dengan demikian, tidak boleh terjadi penolakan atau penyimpangan tema atau karakter di tengah jalan yang akan membuat penonton bingung dan pada akhirnya meninggalkan program itu. Ini berarti, penonton sejak awal sudah mengharapkan sesuatu ketika menonton sesuatu. Selain itu juga konsistensi pada jam penayangan yang tidak boleh digantikan atau diselipkan dengan tayangan acara lain. Karena akan menyeabkan kehikangan penonton dari program acara itu sendiri. 5. Energi, setiap program harus memilki energy yang mampu menahan penonton untuk
tidak
mengalihkan
perhatian
kepada
hal-hal
lain.
Vane-Gross
mendefinisikan energi sebagai kualitas yang menekankan pada kecepatan cerita dan semangat ke dalam cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang tidak bisa ditingkalkan penonton. maka suatu program yang memilki energy harus memiliki tiga hal yaitu: kecepatan ceria, excitement (daya tarik), gambar yang kuat. Suatu program harus memilki cerita yang tidak boleh berjalan lamban apalagi menoton. Setiap program harus memilki kecepatannya dalam bercerita. Mempertahankan energy menjadi sangat penting dalam setiap acara talk show merupakan tanggung jawab pembawa acara (host) atau pewawancara. 6. Timing, suatu program siaran harus mempertimbangakan waktu penayangan (timing), apakah program yang bersangkutan itu sudah cocok atau sesuai dengan zaman dan waktu penayangannya. 7. Tren, merupakan hal penting dalam program yang harus memiliki hal-hal yang tengah digandrungi (tren) di tengah masyarakat. Program yang sejalan dengan tren yang berkembang akan lebih menjamin keberhasilan, sebaiknya program yang tidak seirama dengan tren maka besar kemunkinan akan gagal. Tren dalam kesuksesan program televisi terjadi jika beberapa stasiun televisi memproduksi atau mengembangkan suatu acara yang memiliki tema, format, atau isi yang sama. Suatu program dikataka berhasil jika memenuhi elemen-elemen diatas. Untuk mencapai dan memenuhi elemen-elemen tersebut tentunya tidak mudah, dibutuhkan kreatifitas dan tim yang baik dari para pekerja media yang brada di belakang layar.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Persepsi 2.2.6.3 Definisi Persepsi Persepsi berhubungan erat dengan penerima pesan, bagaimana pesan diterima dan diporoses oleh khalayak, diartikan atau dimaknai serta apa faktor yang mempengaruhi pemahaman mereka terhadap suatu pesan. Persepsi kita terhadap suatu pesan atau objek merupakan langkah awal kita memproses pesan yang kita terima atau dengar dan objek yang kita lihat. Presepsi merupakan proses yang kompleks yang melibatkan factor-faktor structural atau pengaruh-pengaruh dari rangsangan fisik dan faktor-faktor fungsioanal atau pengaruh-pengaruh psikologis dari perasaan organisme, pengaruh psikologis yang meliputi rasa membutuhkan, keinggisnan, perasaan, pendirian, dan asumsi (severin dkk, 2009:100). Presepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan ( Rakhmat, 2007:51). Dengan kata lain presepsi merupakan pandangan atau pendapat kita terhadap sesuatu objek yang dipengaruhi oleh stimuli inderawi, pengalaman serta pengetahuan terhadap objek tersebut. Presepsi terhadap suatu objek ditentukan oleh faktor personal, karena setiap orang memiliki presepsi yang berbeda. Serta faktor situasional, situasi dan keadaan juga mempengaruhi padangan atau pemikiran seseorang. Masing-masing individu mangalami situasi dan keadaan disekitar yang berbeda serta memiliki pandangan yang tidak selalu sama terhadap objek yang sama. Presepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengcap dan indra pendengar), atensi, dan interpretasi. (Mulyana, 2007: 181). Pengindraan sangat mempengaruhi presepsi secara personal, masingmasing individu akan mempersepsikan sesuatu berdasarkan apa yang mereka rasakan melalui penginderaan masing-masing. Maka prespsi individu terhadap suatu objek tidak selamanya sama, karena kemampuan penginderaan setiap individu juga berbeda.
2.2.6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang terhadap objek atau orang lain akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana persepsi bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Ada beberapa factor yang sangat mempengaruhi presepsi( Rakhmat, 2007:52) diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
1. Perhatian (Attention) Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau serangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainya melmah, demekian definisi yang diberikan oleh Kenneth E. Anderson dalam buku yang ditulisnya sebagai pengantar pada teori komunikasi. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. a) Faktor Eksternal Penarikan Perhatian Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. b) Faktor Internal Pengaruh Perhatian Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecendurungan kita melihat apa yang inggin kita lihat, kita mendengar apa yang inggin kita dengar. Perbedaan perhatian muncul dari faktor-faktor internal dalam dirikita yang dipengaruhi oleh: faktor-faktor biologis, sosiopsikologis, faktor-faktor fungsional dan kerangka rujukan. 2. Faktor Fungsional Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Krech dan Crutch merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka member contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan metal, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat nasi dan daging, yang kedua akan melihat limun atau Coca Cola. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda. 3) Faktor Struktural
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Para psikolog Gestalt, bila kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsikanya sebagai sutau keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagianya lalu menghimpunya. sedangkan Menurut kohler, jika kita inggin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, karena harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang kita harus melihat dalam konteksnya, dalam lingkunganya, dalam masalah yang dihadapinya. Dari kedua prinsip ini, Kerch dan Crutchfied melahirka dalil persepsi, medan presptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
Ketiga faktor diatas sangat mempengaruhi dalam menentukan persepsi, dari perhatian kita yang muncul terhadap sesuatu akan dipengarhui oleh faktor personal di dalam dirikita sendiri serta yang ditimbulkan melalui stimuli inderawi kita. Hal tersebut dapat kita rasakan melalui rangsangan yang diterima oleh alat indera kita.
2.2.6.5 Proses Terjadinya Persepsi Persepsi pada diri manusia terhadap suatu objek atau orang lain tidak terlepas dari proses. Dimana proses tersebut terjadi pada proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan
kita, dan proses tersebut
mempengaruhi perilaku kita. Kenneth K. sereno dan Edward M. Bodaken, juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktifitas, yaitu: seleksi, organisasi, dan interpretasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya mencangkup sensasi, dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi. Yang dapat didefinisikan sebagai “meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna.” (Mulyana, 2007: 179, 181). Sedangkan Alex Sobur dalam bukunya “Psikologi Umum” menjelaskan ada tiga komponen utama dalam proses persepasi (Sobur 2003: 447), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2) Intepretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 3) Reaksi, presepsi yang diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
Kita akan memilih rangsangan yang ada disekitar kita dengan stimuli inderawi kita yang dominan dan yang menarik perhatian kita. Ketika kita berada di angkutan umum misalnya, kita mendengar music dari angkutan tersebut, kita mendengat suara bising kenderaan lain, kita melihat berbagai macam objek dan orang lain, kita mencium aroma farfum orang yang ada disekitar kita, serta kita dapat merasakan sentuhan dengan orang yang ada disebelah kita atau orang yang naik dan turun dari angkutan tersebut. Reseptor indrawi mata, telinga, kulit,otot, hidung dan lidah adalah penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar. Mata yang bereaksi terhadap gelombang cahaya, telinga terhadap gelombang suara, kulit terhadap temperature dan tekanan, hidung terhadap bau-bauan dan lidah terhadap rasa. Semuanya rangsangan ini dikirm ke otak. Dari berbagai stimuli ini kita akan memilih stimuli yang paling menarik perhatian kita dan mempelajarinya. Karena tidak semua stimuli inderawi dapat kita perhatikan dalam waktu yang bersamaan. Dalam menafsikan otak akan dipengaruhi pleh faktor pengalaman masalalu kita atau kepribadian, system nilai yang kita anut, budaya dan sebagainya.
Hasil dari proses memilih,
mengorganisasikan dan menafsirkannya objek tersebut akan berpengaruh terhadap prilaku kita terhadap objek tersebut. Pada umunya Jika persepsi kita terhadap orang lain positif maka kita akan berprilaku baik dan ramah kepadanya namun jikau sebaliknya, kita berpersepsi negative maka prilaku kita juga berpengaruh kurang positif. Sebenarnya ketiga tahap persepsi (sensasi, atensi, dan interpretasi, atau seleksi, organisasi dan interpretasi) tidak tidak dapat dibedakan secara tegas, kapan satu tahap berakhir
Universitas Sumatera Utara
dan kapan tahap berikutnya mulai. Dalam banyak kasus ketiga tahap tersebut berlangsung nyaris serempak (Mulyana, 2007: 181). Namun tahap yang paling penting dalam proses ini adalah interpretasi yang kita dapat dari salah satu atau lebih dari pengindara kita. Kita akan mempersepsikan sesuatu berdasarkan kemapuan interpretasi kita terhadap objke tersebut. Interpretasi merupakan tahap terpenting dalam proses persepsi. Maka kita tidak dapat mempersepsikan suatu objek secara langsung tanpa adanya interpretasi terlebih dahulu, walau hasil dari interpretasi kita belum tentu sesuai dengan objek tersebut. Kemampuan setiap individu dalam proses mempersepsikan sesuatu objek juga berbedabeda, hal ini dipengaruhi oleh kemampuan dalam pengindraan dan interpretasi masing-masing orang berbeda-beda. Kita akan mepersepsikan sesuatu berdasarkan pengindraan yang kita rasakan dan kemampuan interpretasi kita, yang dipengaruhi oleh beberapa hal tersebut dan tentunya berbeda dengan orang lain.
2.2.6.6 Sifat-sifat Persepsi Presepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsikan orang lain, setiap orang memilki presepsi yang berbeda. terkadang kita merasa kurang puas atas presepsi orang lain terhadap diri kita, ini disebabkan karena orang lain mempersepsikan sesuatu yang ada didalam diri kita, dimana kita sendiri tidak menyadarinya. Unutk lebih memudahkan kita mepersepsikan orang lain atau objek-objek sosial yang ada disekitar kita terdapat beberapa sifat-sifat persepsi (Mulyana, 2007:191) yaitu: a. Persepsi berdasarkan pengalaman persepsi manusia terhadap seseoerang, objek, atau kejjadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Cara kita bekerja dan menilai pekerjaan apa yang lezat bagi kita, mengukur kecantikan seorang perempuan, bereaksi terhadap seekor ular, atau merespons kuburan (kuburan di Indonesia tampak menakutkan sedangkan di Barat seperti taman) sangat bergantung pada apa yang telah diajarkan budaya kita mengenai hal-hal itu. Akan halnya kecantikan, seorang wanita yang paling cantik dalam banyak budaya adalah yang wajahya paling menarik dan tubuhnya paling seksi (plus kulitnya paling mulus), namun dalam pandangan budaya lain mungkin hal tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara
dikatagorikan dalam wanita yang cantik. Penedek kata kecantika selalu dikontruksikan oleh masyarakat. Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi sesuatu objek jelas akan membuat seseorang menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip. Oleh karena kita terbiasa merespons suatau objek dengan cara tertentu, kita sering gagal mempersepsikan perbedaan yang samar dalam objek lain yang mirip. b. Persepsi bersifat selektif dalam mengatasi kerumitan dalam menafsirkan setiap rangsangan indrawi yang ada di sekitar kita, kita dapat mengatasinya dengan memperhatikan sedikit rangsangan saja. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektifitas kita atas rangsangan tersebut. Atensi dipengaruhi oleh faktot internal dan eksternal. Faktor-faktor internal seperti faktor biologis (lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologi ( tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, lelah, penglihatan atau pendengaran kurang sempurna, cacat tubuh, dan sebagainya), faktor-faktor sosial budaya (gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, kebiasaan), dan faktor psikologis (kemauan, keinginan, motivasi, pengharapan, kemarahan, kesedihan, dan sebagaunya). Sedangakan faktor eksternal yakni atribusiatribusi objek yang dipersepsikan (gerakan, intensitas, kebaruan, dan perulangan objek yang dipersepsi). c. Persepsi bersifat dugaan oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat indraan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti nproses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena tidak mungkin memproleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indra kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan memungkinkan kita menafsikan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut mana pun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat pengindraan. d. Persepsi bersifat evaluative kebanyakan orang mengalami hari-hari mereka dengan perasaan bahwa apa yang mereka persepsi adalah nyata, sehingga merasa derajat asumsi itu benar. Terkadang alat-alat indra dan persepsi kita menipu kita sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita
Universitas Sumatera Utara
dengan realitas yang sebrnarnya. Tidak ada persepsi yang pernah objektif. Carl Rogers mengungkapkan, individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perceptual ini, bagi individu tersebut merupakan realitas. e. Persepsi bersifat kontekstual dari semua pengaruh dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadianm konteks rangsangan sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengahrapan dan oleh karenanya juga persepsi kita. Dalam mengorganisasikan objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut: -
Prinsip pertama: Struktur objek atau kejadian berdasrkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan. Kita cenderung mempersepsikan rangsangan yang terpisah sebagai berhubungan sejauh rangsangan-rangsangan itu berdekatan satu sama lainnya, baik dekat seacra fisik ataupun dalam urutan waktu, serta mirip dalam bentuk, ukuran, warna, atau atribut lainya. Dalam konteks penerimaan pesan, kita cenderung melengkapi pesan yang tidak lengkap dengan bagianbagian (dugaan-dugaan) yang terkesan logis untuk melengkapi pesan tersebut. kecenderungan ini kuat sekali.
-
Prinsip kedua: kita cenderung mempersepsikan suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya. Lingkungan fisik dapat menyediakan brgitu banyak rangsangan, namun pola yang kita persepsi dalam lingkungan tersebut merupakan ciptaan kita sendiri. Kecendrungan ini juga tampaknya merupakan bawaan.
Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bagaimana kita saat mempersepsikan suatu objek atau seseorang yang ada dihadapan kita. Terkadang kita selektif yang dipengaruhi dari berbagai faktor, tak jarang juga kita menduga tanpa menyelaksi terlebih dahulu dan tidak salah juga ketika kita evaluative berdasrkan realita yang sebenarnya dan konstekstual. Hal tersebut merupakan bukti bahwa setiap orang memilki persepsi yang berbeda tergantung dari pada sifat presepsi yang ada pada dirinya atau yang digunakanya pada saat melihat objek tersebut. Semua sifat tersebut memilki objektifitas yang berbeda-beda.
Universitas Sumatera Utara
2.2.7 S-O-R Theory (Teori S-O-R) Elemen utama dari teori ini adalah
pesan (Stimulus), penerima atau komunikan
(Organisme), dan efek (Respons). Teori ini menjelaskan tentang efek komunikasi massa yang merupakan reaksi terhadap stimuli yang diterima oleh audiens atau penonton baik melalui media massa atau non media. Dengan demikian akan tapak terlihat kaitan erat produksi media dengan reaksi audience. Tayangan yang ditampilkan oleh media yang kemudian di konsumsi oleh publik akan menimbulkan reaksi dari public itu sendiri berdasarkan pemahaman mereka. Reaksi yang diberikan berupa: opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Dalam masyarakat massa, di mana prinsip stimuli-respons mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas (Bungin, 2008: 277). Pesan tersebut diterima oleh khalayak luas secara serempak, yang kemudian memrespons isi dari pesan tersebut. Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how”, how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagimana mengubah sikap komunikan. Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting (Onong, 2003: 254), yaitu: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Organisme : -
stimulus
Perhatian Pengertian Penerimaan
Respons (
b h
k
)
Gambar 2. Teori S-O-R Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
Universitas Sumatera Utara
diterima atau mungkin ditolak. Kamunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Namun teori S-O-R kurang lebih dapat berlaku bagi dampak yang dinginkan dan yang tidak diinginkan, meskipun model ini tidak meninunjukkan perbedaan antara tanggapan (yang menyiaratkan adanya interaksi dengan penerima) dan reaksi (yang menyiaratkan tidak adanya pilihan atau interaksi di pihak penerima) (McQuail, 1987:234).Dalam situasi komunikasi massa, penerima individual akan memilih stimulus yang perlu ditanggapi atau dihindari, menafsirkan artinya secara berubah-ubah dan akan bereaksi atau tidak sesuai dengan pilihan yang ditetapkan. Pada tahun 1970 Melvin DeFluer melakukan modifikasi terhadap teori S-O-R sesuai dengan makin banyaknya pengalaman dan penelitian. Pertama, DeFluer menjelaskan bahwa perbedaan individu harus diperhitungkan, karena sekalipun reaksi yang diharapkan sudah terlihat, bukti reaksi itu berbeda-beda sesuai dengan dengan perbedaan kepribadian, sikap, kecerdasan, minat, dan sebagainya. Pesan media mengandung antribut rangsangan tertentu yang memiliki interaksi yang berbeda-beda dengan karakteristik kepribadian anggota audiens. Kedua, DeFluer menjelaskan rekasi yang berbeda-beda secara sistematis sesuai dengan kategori sosial penerima, yang antara lain berdasarkan usia, pekerjaan, gaya hidup, jenis kelamin, agama dan sebagainya (McQuail, 1987:235).
Model yang dikembangkan oleh DeFluerif didasarkan pada keyakinannya bahwa kunci dari persuasi yang efektif terletak pada modifikasi struktur psikologis internal individu yang berbeda dalam menerima stimuli dari pesan yang diberikan, sehingga respons tertentu yang diharapkan dari individu akan muncul sesuai dengan yang diharapkan.
2.3
Kerangka Konsep
2.4
Konsep Penelitian Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang
digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti didalam mendesain istrumen penelitian. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti (Bungin, 2005: 67). Variabel-variabel tersebut akan diketahui
Universitas Sumatera Utara
dari teori yang digunakan, yang berhubungan dengan masalah penelitian. Konsep akan menjelaskan pemasalahan yang terdapat pada penelitian serta makna dan maksud dari teori yang digunakan. Konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku: 1. Tayangan hiburan “The Comment” pada stasiun televisi swasta NET.TV. Perepsi mahasiswa FISIP USU. 2. Karakteristik responden. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin stambuk/angkatan, dan frekuensi menonton.
Agar konsep penelitian dapat diukur maka konsep penelitian harus dijelaskan ke dalam konsep operasional serta dijelaskan parameter atau indikator-indikatornya. Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan penelitian perlu dibuat operasionalisasi konsep sebagai berikut.
Tabel II.I Konsep Operasional Konsep Operasional 1. Tayangan
hiburan
Operasionalisasi Konsep “The
1) Konflik
Comment” pada stasiun televisi
2) Durasi
swasta Net.
3) Kesukaan 4) Konsistensi 5) Energi 6) Timing 7) Tren
2. Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU
1) Seleksi 2) Interpretasi 3) Reaksi/Respon a. secara sadar dapat mempengaruhi dan
Universitas Sumatera Utara
merubah tingkah laku 3. Karakteristik Responden
1) Jenis kelamin 2) Stambuk/angkatan 3) Frekuensi menonton
2 .4
Definisi Operasional Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Tayangan “The Comment” pada stasiun televisi swasta NET.TV a) Konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara
pembawa acara “the comment”, bintang tamu dan penoton yang ada distudio yang dapat menghibur para khalayak dengan rawa melalui kata-kata atau tingkah mereka. b) Durasi, waktu lamanya penayangan program, lama waktu yang dilihat atau
diperhatikan oleh mahasiswa, yang dihabiskan dalam penayangan tayangan “The Comment”. Selain durasi juga dilihat dari lama atau tidaknya program itu dapat bertahan (durable program) atau tidak dapat bertahan lama atau (nondurable program). c) Kesukan, ketertarikan mahasiswa dalam menonton tayangan “The Comment” yang dipengaruhi oleh isi, pemain utama atau pembawa acara, bintang tamu dan hal lainnya. d) Konsistensi, ketetapan tayangan “The Comment” dalam mengemas acara hiburan baik terhdap tema dan karakter pembawa acara yang dibawanya sejak awal. konsistensi membuat penonton tidak bingung dan mudah mengenal karakter yang dibawakan oleh pembawa acara. Selain itu juga konsistensi pada jam penayangan “The Comment” yang tidak boleh digantikan atau diselipkan dengan tayangan acara lain. e) Energi, merupakan kekuatan program “The Comment” yang mampu menahan
penonton untuk tidak mengalihkan perhatian kepada hal-hal lain. Kekuatan program ini dilihat dari kualitas pembawa acara yang menekankan pada kecepatan cerita dan semangat yang disajikan melalui gambar-gambar yang tidak bisa ditinggalkan penonton.
Universitas Sumatera Utara
f) Timing, suatu program siaran harus mempertimbangakan waktu penayangan
(timing), kecocokan atau tepat-tidaknya waktu yang digunakan dalam penayangan program “The Comment” serta kesesuai dengan zaman saat ini. g) Tren, hal-hal yang tengah digandrungi (tren) di tengah masyarakat. Hal-hal yang
disukai oleh mahasiswa pada tayangan “The Comment” yang sejalan dengan tren yang berkembang saat ini pada beberapa stasiun televisi yang memproduksi atau mengembangkan suatu acara yang memiliki tema, format, atau isi yang sama.
2. Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU. a) Seleksi, merupakan proses penyaringan informasi oleh mahsiswa dari tayangan “The Comment” di NET.TV, serta rangsangan yang menimbulkan perhatian mahasiswa untuk menonton. b) Interpretasi, merupakan proses penafsiran, memahami dan menerima informasi dari tayangan ”The Comment”. c) Reaksi, merupakan respon yang diterima berdasarkan stimulus atau rangsangan yang diterima alat indera. Respon dalam hal ini berkaitan dengan reaksi atau emosi terhadap tayangan “The Comment” di NET.TV positf atau negatif. 3. Karakteristik Responden. a) Jenis kelamin dari mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, yaitu perempuan atau laki-laki. b) Angkatan, yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2010,2011 dan 2012. c) Frekuensi menonton, yaitu frekuensi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU yang pernah menonton tayangan “the comment” di NET.TV.
Universitas Sumatera Utara