BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Sembiring (2003) yang berjudul “Analisa Kemampulabaan Dalam Penyaluran Kredit Gadai Pada Kantor Wilayah Perum Pegadaian Medan” dengan perumusan masalah “Bagaimanakah rasio kemampulabaan yang direalisasikan di Kantor Wilayah Perusahaan Umum Pegadaian Medan pada tahun 2001 dan 2002?”. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan dan analisis data dengan metode analisis deskriptif dan analisis deduktif yang menjelaskan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara penyaluran kredit dengan kemampuan memperoleh laba dalam pengelolaan piutang perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan 2002.
B. Pengertian Kemampuan Laba Perusahaan Kemampulabaan (rentabilitas) adalah lebih penting dari masalah laba, karena laba yang besar saja belum cukup menggambarkan suatu ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja secara efektif dan efisien. Tingkat efisiensi perusahaan dapat diperoleh dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas atau yang biasa disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti: kegiatan penjualan, kas, penyaluran kredit, modal, jumlah karyawan, keuntungan dan sebagainya (Harahap 2004:304). Rasio rentabilitas bertujuan bertujuan untuk mengukur keefektifan manajemen tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan. Analisis
rentabilitas
terdiri
dari
pengujian
yang
dipakai
untuk
mengevaluasi kinerja pendapatan-pendapatan perusahaan selama tahun tertentu (Simamora 2000:358). Hasil pengujian akan dikombinasikan dengan data lainnya guna meramalkan pendapatan potensial perusahaan yang dianggap penting bagi kalangan manajer, kreditor, dan pemegang saham oleh karena dalam waktu yang
14 Universitas Sumatera Utara
panjang perusahaan harus beroperasi dengan laba yang memuaskan agar bisa terus bertahan. Beberapa rasio kemampulabaan yang tergolong ke dalam rasio rentabiitas perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Marjin Laba (Profit Margin) 2. Return on Asset (Asset Turnover) 3. Return on Investment (Return on Equity) 4. Return on Total Asset 5. Basic Earning Power 6. Earning Per Share 7. Contribution Margin
C. Manajemen Piutang 1. Pengertian Manajemen Piutang Melihat kondisi persaingan yang semakin tajam pada saat sekarang, akan memaksa perusahaan untuk berlomba memberikan kemudahan dalam persyaratan penjualan. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengubah syarat pembayarannya kemudian perusahaan dapat menjual produknya yang semula dengan cara tunai dan seterusnya diubah dengan cara kredit. Dengan demikian akan timbul piutang, semakin longgar persyaratan yang diberikan resiko adanya piutang tak tertagih juga semakin besar yang apabila kebiasaan pelanggan dalam membayar mengalami hambatan. Masalah piutang ini menjadi begitu penting dalam kaitannya dengan perusahaan manakala harus menentukan berapa jumlah piutang yang optimal. Di samping itu piutang harus dikelola dengan efektif yang menyangkut tentang laba atau tambahan laba yang diperoleh dengan perubahan kebijakan penjualan dengan beban yang timbul karena adanya piutang. Piutang dapat diartikan sebagai suatu bentuk tagihan yang timbul dari aktivitas penjualan yang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap aktivitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya dan merupakan bagian penting dari total aktiva lancar perusahaan (Warren 2005:324).
15 Universitas Sumatera Utara
Piutang merupakan suatu bentuk tagihan yang menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva yang berasal dari penjualan yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan dari setiap pelanggan yang telah dilakukan penagihan selama beberapa periode berjalan dengan tujuan berupa penambahan kas perusahaan (Soemarso 2002:338). Menurut (Syamsudin 2002:255), “untuk mempertahankan langganan yang baru maka perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit”. Credit term atau yang biasa disebut persyaratan-persyaratan kredit mungkin berbeda dari satu jenis usaha ke jenis usaha lainnya, tetapi untuk perusahaan yang bergerak dalam jenis usaha yang sama biasanya memberikan atau memperlakukan para langganan tertentu baik dalam rangka membantu langganan tersebut maupun untuk menariknya agar mau menjadi langganan tetap perusahaan. Piutang merupakan suatu post penting dalam perusahaan karena dengan diadakannya kebijakan penjualan kredit kepada konsumen maka biasanya hal ini akan diikuti oleh volume penjualan yang semakin besar dibandingkan dengan kebijakan penjualan secara tunai. Persyaratan kredit dalam perusahaan tersebut bekecimpung, atau dengan kata lain persyaratan kredit tidak hanya mempengaruhi pola pengumpulan piutang. Kebijakan kredit disini dimaksudkan sebagai kredit yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan kepada siapa penjualan kredit tersebut akan diberikan sedangkan kebijakan pengumpulan piutang menunjuk kepada usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mengumpulkan piutang atas penjualan kredit yang diberikan dalam waktu yang lebih singkat. Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak pengalihan atau piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan kredit yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang sering tidak tepat pada waktu yang ditentukan, namun sebagian besar dari piutang tersebut terkumpul sering terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari setahun. Dengan alasan itulah maka piutang dimaksudkan sebagai salah satu komponen aktiva lancar perusahaan. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat di atur (manage) dengan terapan yang seefektif mungkin.
16 Universitas Sumatera Utara
Pengertian piutang adalah “aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.” Kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para pelanggan.
Jadi, kebijakan ini diperbolehkan
dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Tentu saja kebijakan kredit ini akan menimbulkan resiko bagi perusahaan akibat tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut. Oleh karena itu maka memperhitungkan biaya atas resiko tidak dapat ditagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense. Menurut (Riyanto 2001:5) ”penjualan kredit tidak segera mengshasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut”. Dengan demikian maka piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran kerja yaitu Kas
inventory
Piutang
Kas. Keadaan yang normal dan dimana pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari pada inventory, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu tahapan saja. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Manajemen piutang terutama adalah yang menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan juga evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan. 2. Penggolongan Piutang Piutang merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa terhadap seseorang atau perusahaan lain atas penjualan kredit yang dilakukan. Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul di luar kegiatan usaha normal
17 Universitas Sumatera Utara
perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain (Ikatan Akuntansi Indonesia 2001:paragraph ke 7). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa piutang dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar sebagai berikut: 1. Piutang Dagang 2. Piutang Non Dagang 1. Piutang Dagang Piutang dagang atau sering disebut juga piutang usaha merupakan perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayarannya biasa dilakukan pada jatuh tempo 30 sampai dengan 50 hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan seperti faktur pesanan penjualan dan penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak melibatkan bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.. Piutang dagang merupakan jenis piutang yang paling sering ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang dagang dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu: a. Piutang Usaha b. Piutang Wesel a. Piutang Usaha Piutang usaha adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis yang normal. Seperti telah dijelaskan, piutang timbul dari transaksi penjualan kredit. Transaksi penjualan kredit terjadi apabila ada kesepakatan antara penjual dan pembeli mengenai harga, jenis barang maupun saat pembayaran. Kemudian penjual menerbitkan faktur penjualan sebagai dasar untuk pencatatan penjualan dan selanjutnya akan terjadi piutang usaha. b. Piutang Wesel Piutang wesel adalah tuntutan terhadap debitur yang dibuktikan dengan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang pada waktu yang ditentukan yang dimintakan oleh penjual atau dibuat sendiri oleh debitur dan biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari (Warren 2005:392). Piutang
18 Universitas Sumatera Utara
wesel atau wesel tagih menurut jenisnya dapat dibedakan atas wesel tagih berbunga dan wesel tagih tanpa bunga. 1) Wesel Tagih Berbunga Wesel tagih berbunga dinyatakan oleh suatu tingkat bunga tertentu dan jangka waktu jatuh temponya. Saat jatuh tempo yang menandatangani wesel harus membayar sejumlah nilai nominal wesel ditambah bunga terhutang. Pada wesel tagih berbunga, tingkat bunga wesel dinyatakan secara spesifik demikian juga jangka waktu jatuh temponya. 2) Wesel Tanpa Bunga Pada wesel tagih tanpa bunga, pembayaran yang akan diterima pada tanggal jatuh temponya akan sama dengan nilai nominal yang dinyatakan dalam surat wesel tersebut. 2. Piutang Non dagang Piutang non dagang meliputi seluruh jenis piutang lainnya dan piutang non dagang ini timbul dari berbagai transaksi, seperti halnya: 1. Penjualan sekuritas atau harta benda lain selain persediaan. 2. Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan, dan perusahaan afiliasi. 3. Setoran atau deposito kepada kreditur, perusahaan utilitas (perum) dan instansi-instansi lainnya. 4. Pembayaran dimuka atas pembelian. 5. Panjar untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya. 6. Tuntutan atas kerugian atau kerusakan. 7. Tuntutan atas rabat dan restitusi pajak. 8. Harga saham yang masih harus diagih. 9. Piutang deviden dan bunga. Piutang juga dapat diklasifikasikan menurut lamanya tanggal jatuh tempo yaitu piutang lancar atau piutang jangka pendek dan piutang tak lancar atau piutang jangka panjang. Piutang lancar merupakan piutang yang dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal. Piutang tak lancar merupakan piutang yang dapat ditagih dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
19 Universitas Sumatera Utara
D. Piutang Tak Tertagih Perusahaan besar kebanyakan menggunakan metode penyisihan untuk mengestimisasi besarnya piutang tak tertagih. Saldo Beban Piutang Tak Tertagih biasanya dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan sebagai beban administratif. Klasifikasi ini digunakan karena tugas-tugas pemberian kredit dan penagihan biasanya merupakan tanggung jawab departemen dalam bidang administratif. Berikut cara-cara penghapusan dan penyisihan piutang tak tertagih (Warren 2005:395): 1. Penghapusan Akun Penyisihan Apabila piutang usaha dari pelanggan dapat dipastikan tak tertagih sama sekali, maka piutang tersebut dihapuskan dari akun penyisihan perusahaan sebagai berikut, contoh: 21 Jan Penyisihan Piutang Tak Tertagih................ 600 Piutang Usaha – PT. DL...................................... 600 Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih Otorisasi untuk mendukung ayat junal ini harus datang dari manager yang telah ditunjuk dan biasanya harus berbentuk tertulis. Jumlah total akun penyisihan yang dihapus selama suatu periode jarang sekali dapat sama dengan jumlah akun penyisihan pada awal periode. Akun penyisihan akan memiliki saldo kredit pada akhir periode jika penghapusan yang dilakukan selama periode tersebut lebih kecil dari saldo awal. Akun penyisihan akan memiliki saldo debit jika penghapusan lebih besar dari saldo awal. Namun, setelah ayat jurnal penyesuian akhir tahun dibuat, akun penyisihan akan memiliki saldo kredit. Piutang usaha yang telah dihapuskan dari akun penyisihan mungkin saja dapat ditagih di kemudian hari. Jika itu terjadi, piutang tersebut harus ditimbulkan kembali dengan ayat jurnal yang merupakan kebalikan dari ayat jurnal pengahapusan. Kas yang diterima sebagai pembayaran harus dicatat sebagai penerimaan pembayaran piutang. Sebagai contoh, asumsikan bahwa piutang sebesar $600,- yang telah dihapuskan sebelumnya ternyata kemudian dapat ditagih pada tanggal 10 Juni. Ayat jurnal untk menimbulkan kembali piutang dan ayat jurnal untuk mencatat penagihan adalah sebagai berikut:
20 Universitas Sumatera Utara
10 Juni Piutang Usaha – PT. DL............................ 600 Penyisihan Piutang Tak Tertagih........................ 600 Untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapus sebelumnya 10 Juni Kas Piutang Usaha – PT. DL.......................... 600 Untuk mencatat penagihan piutang..................... 600 Kedua
ayat
jurnal
tersebut
di
atas
dapat
digabungkan
dalam
perhitungannya. Namun, pencatatan dua ayat jurnal terpisah seperti d iatas dalam akun pelanggan dengan catatan yang memadai mengenai penghapusan dan pemunculan kembali, akan menyediakan informasi kredit yang lebih bermanfaat bagi perusahaan sehingga pengertian akan data yang diperlukan juga semakin mudah didapat. 2. Penyisihan Berdasarkan Saldo Piutang Penyisihan piutang tak tertagih yang didasarkan atas saldo piutang dapat dilakukan dengan jalan menetapkan suatu persentase terhadap saldo piutang. Biasanya saldo yang dipakai adalah saldo rata-rata piutang selama per periode. Untuk menjelaskan cara ini dapat dilihat pada laporan hasil piutang PT. DL yang dapat disimpulkan untuk tahun 2007 berdasarkan penyisihan piutang piutang tak tertagih dihitung sebesar 5% dari saldo rata-rata piutang. Penyisihan piutang tak tertagih pada tanggal 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut: Saldo Piutang rata-rata
= Rp. 1.726.040.000 x 5% 2 Penyisihan Piutang Tak Tertagih = Rp. 43.151.000,-
Jumlah penyisihan sebesar Rp. 43.151.000 ini harus muncul di neraca sebagai saldo pos penyisihan piutang tak tertagih. Jumlah inilah yang dikurangkan ke akun piutang dagang untuk memperoleh nilai piutang yang diharapkan dapat diterima. Untuk menentukan jumlah yang dicatat sebagai beban, maka perlu diperhatikan saldo awal pos penyisihan piutang tak tetagih. Apabila sebelumnya akun penyisihan bersaldo kredit sebesar Rp. 15.256.125, maka beban piutang tak tertagih selama tahun 2007 adalah Rp. 27.894.875 (Rp. 43.151.000 dikurangi
21 Universitas Sumatera Utara
dengan Rp. 27.894.875). Perhatikan hubungan antara akun penyisihan piutang tertagih dan beban piutang tak tertagih sebagai berikut: Saldo sebelum Jurnal penyesuaian Pembebanan biaya piutang tak tetagih Saldo akhir
15.256.125 27.894.875 43.151.000,-
Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat dapat dilihat sebagai berikut: Beban piutang tak tertagih......................... 27.894.875 Penyisihan piutang tak tertagih........................................... 27.894.875 Setelah ayat jurnal penyesuaian tersebut di atas akun penyisihan piutang tak tetagih akan bersaldo Rp. 43.151.000 dan ini memang jumlah yang dikehendaki pada akhir tahun. 3. Penyisihan Berdasarkan Saldo Penjualan Penyisihan perhitungan piutang tak tertagih berdasarkan dengan cara ini dilakukan dengan menetapkan suatu presentase tertentu terhadap penjualan. Sedapat mungkin angka penjualan yang dipakai adalah penjualan kredit. Akan tetapi, apabila untuk memperoleh angka tersebut diperlukan terlalu banyak waktu dan biaya maka persentase dapat juga didasarkan atas total penjualan. Jika perbandingan antara penjualan tunai dan penjualan kredit tidak banyak mengalami perubahan, hasil yang diperoleh akan cukup memuaskan. Penjelasan cara tersebut dapat dikemukakan yaitu anggaplah bahwa penjualan kredit bersih selama tahun 2007 berjumlah Rp. 1.205.376.000 dan manajemen perusahaan menetapkan bahwa penyisihan dihitung sebesar 1/5% dari penjualan. Piutang tak tertagih selama tahun 2007 dapat dihitung: 1/5% x Rp. 1.205.376.000 = Rp. 2.410.752. Dalam metode persentase penjualan, jumlah ini merupakan beban piutang tak tertagih yang harus dibuat dan dicatat dalam kegiatan tahun berjalan. Ayat jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah sebagai berikut: Beban piutang tak tertagih......................... 2.410.752 Penyisihan piutang tak tertagih................................. 2.410.752 Perhatikan bahwasanya dalam metode persentase penjualan, beban piutang tak tertagih tidak dipengaruhi oleh saldo akun penyisihan sebelum adanya ayat
22 Universitas Sumatera Utara
jurnal penyesuaian. Dalam metode persentase saldo piutang, jumlah beban piutang tak tertagih ditentukan olehnya. Apabila setelah beberapa waktu terlihat bahwa saldo akun penyisihan piutang tak tertagih menjadi terlampau besar, oleh karena jumlah yang betul-betul dihapuskan lebih kecil, maka persentase yang diterapkan mungkin perlu direvisi kembali.
E. Return On Investment Pada penelitian ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba maka penulis menggunakan salah satu rasio rentabilitas, yaitu: Return On Investment (ROI). ROI merupakan suatu alat yang biasa digunakan untuk menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan, yang secara umum didefenisikan sebagai net income dibagi dengan total investasi. Rasio Return On Investment (ROI) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Munawir 2004:104): ROI = Laba Bersih Sesudah Pajak x 100% Total Aktiva Menurut (Kuswadi 2004:190), rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan jumlah dana yang ditanam dalam perusahaan. Dengan demikian rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan dana dilihat dari perputarannya dalam suatu. Makin besar rasio perputarannya,
sehingga
memperbesar
kemampuan
perusahaan
untuk
Melalui ROI dapat memberikan indikasi kepada kita tentang
baik-
menghasilkan laba. buruknya manajemen dalam melaksanakan dalam melaksanakan kegiatan baik dalam kontrol maupun pengelolaan aktiva. Besarnya laba bersih operasi yang diterima perusahaan dipengaruhi oleh perputaran dana yang ditanam. Kelebihan yang dimiliki ROI sehingga digunakan sebagai alat pengukur prestasi kinerja manajer dalam perusahaan adalah sebagai berikut:
23 Universitas Sumatera Utara
a. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada keterkaitan dengan hubungan (relationship) antara penjualan (sales), biaya (expenses) dan investasi (investment) khususnya untuk manajer pusat investasi. b. Mendorong para manajer untuk memfokuskan pada efisiensi biaya. c. Mendorong para manajer untuk mengoperasikan aktivanya secara efisien. ROI dalam suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara sebagai berikut: a. Meningkatkan penjualan Peningkatan penjualan dapat dilakukan dengan cara menaikkan harga jual produk tanpa harus meningkatkan biaya variabel per unit ataupun biaya tetap. Imbalan atas penjualan akan meningkat dan hal ini terjadi setiap kali kenaikan persentase jumlah biaya lebih kecil daripada kenaikan jumlah rupiah penjualan. Kenaikan penjualan juga meningkatkan putaran aktiva sepanjang tidak terjadi kenaikan proporsional dalam aktiva. b. Pemangkasan beban Pemangkasan beban merupakan pendekatan pertama yang dilakukan oleh manajer manakala menghadapi kemerosotan penjualan. Hal ini dapat dilakukan dengan bebrapa cara, yaitu: 1) Menelaah biaya tetap diskresioner, baik unsur biaya maupun programprogram yang membentuk suatu paket biaya tetap diskresioner, dan kemudian mencari biaya yang dapat dipotong dengan segera. 2) Mencari cara-cara untuk membuat para karyawan bekerja secara lebih efisien dengan membuang duplikasi, waktu bukan nilai tambah, atau waktu perbaikan mesin, dan dengan meningkatkan muatan kerja karayawan. c. Mengurangi asset Pengguntingan terhadap kelebihan investasi dalam perusahaan dapat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap putaran aktiva dan karenanya juga terhadap putaran aktiva dan karenanya juga terhadap angka ROI. Pengurangan investasi-investasi yang tidak perlu kerap memerlukan pelepasan maupun penghapusan aktiva-aktiva yang tidak produktif ataupun tidak lagi dipergunakan.
24 Universitas Sumatera Utara
F. Rasio Aktivitas Piutang Penulis hanya mengambil 2 (dua) jenis rasio aktivitas yang tentunya berkaitan dengan piutang. Namun, pengertian rasio aktivitas itu sendiri adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Rasio aktivitas yang berkaitan dengan piutang dalam pemabahasan ini adalah: 1. Rasio Perputaran Piutang Dagang (Receivable Turnover Ratio) Piutang dagang timbul karena penjualan barang dagangan secara kredit. Penjualan barang dagangan di samping di laksanakan dengan tunai juga dilakukan dengan pembayaran kemudian untuk memertinggi volume penjualan. Rasio perputaran piutang dagang adalah besarnya rasio perputaran total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu (biasanya setahun) dan hasilnya merupakan gambaran tentang jangka waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai. Semakin tinggi rasio putaran piutang dagang maka akan semakin baik, karena akan semakin singkat periode waktu antara pencatatan penjualan dan penagihan kas dari penjualan tersebut. Bentuk perhitungan dari rasio perputaran piutang (Harahap 2004:308), adalah sebagai berikut: Rasio Perputaran Piutang Dagang = Penjualan Kredit Bersih Piutang rata-rata 2. Periode Rata-Rata Pengumpulan Piutang (Average Collection Period) Angka ini menunjukkan berapa lama perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek periodenya maka akan semakin baik bagi perusahaan. Bentuk perhitungan dari rasio ini (Munawir 2004:102), dapat dilihat dengan perhitungan rumus sebagai berikut: Periode Rata-rata Pengumpulan Piutang =
360 Perputaran Piutang
25 Universitas Sumatera Utara
G. Laporan Keuangan Pembuatan laporan keuangan tidak dapat diabaikan. Hal ini mutlak dilakukan karena di dalam laporan keuangan terhimpun informasi-informasi keuangan dari suatu perusahaan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan sebagai dasar untuk mengambil keputusankeputusan yang ekonomis dalam perusahaan. Keputusan yang diambil oleh para pemakai laporan keuangan dapat berupa keputusan investasi, pemberian pinjaman,
maupun
manajemen
dalam
pengelolaan
perusahaan
untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasinya. Melalui laporan keuangan juga dapat dilihat bagaimanan suatu pihak manajemen dalam perusahaan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Laporan keuangan dapat menjadi bahan sarana informasi bagi seseorang untuk menganalisis kondisi keuangan suatu perusahaan sehingga akan dapat dinilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Dengan mengenal laporan keuangan berarti telah mempunyai arah, mengetahui apa yang akan dicapai, mengetahui banyaknya rekening yang harus disediakan dalam sistem pencatatan, mengetahui informasi apa yang harus disediakan, dan pada akhirnya akan dapat membayangkan hubungan antara tempat mencatat atau alat pencatatan, yang disebut rekening dengan informasi yang harus disajikan dalam laporan keuangan (Munawir 2002:12). Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah berupa data yang menggambarkan perkembangan posisi keuangan dan aktivitas perusahaan secara periodik, sehingga dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses anggaran kas yang disusun secara sistematis sehingga menggambarkan hasil operasional perusahaan pada periode akuntansi yang bersangkutan. Pemaparan laporan keuangan dan beberapa pengertian mengenai laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Menurut (Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian 2002:38) : ”Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data
26 Universitas Sumatera Utara
keuangan
atau
aktivitas
perusahaan
dengan
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut”. b. Menurut (Djarwanto 2001:5) : ”Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan”. c. Menurut (Harahap 2004:105) : ”Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. Tujuan dari laporan keuangan menurut Prisip Akuntansi Indonesia pada tahun 1984 ialah: 1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh usaha. 3. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksirpotensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Memberikan informasi mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai akivitas pembiayaan dan investasi. 5. Mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut oleh perusahaan. Sifat dan keterbatsan yang dimiliki oleh laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Oleh karena itu laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
27 Universitas Sumatera Utara
2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya. 6. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan 7. Informasi
yang
bersifat
kualitatif
dan
fakta
yang
tidak
dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
28 Universitas Sumatera Utara