BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kematian Bayi Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif
terhadap perubahan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Sedangkan untuk menghitung angka kematian bayi dapat dihitung dengan cara :
AKB
Selama ini telah dilakukannya beberapa upaya untuk dapat menekan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan dan hasilnya menunjukkan perbaikan yang sangat berarti. Kota Medan dari tahun 1988 – 2007 AKB terus mengalami penurunan, pada tahun 1995 terdapat 43 kematian per 1.000 kelahiran
21 Universitas Sumatera Utara
hidup, kemudian di tahun 2002 terdapat 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan terakhir data dari Badan Pusat Statistik tahun 2007 menunjukkan 14 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk Indonesia pada tahun 2000 telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan oleh World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia juga sudah mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya penurunan AKB dalam beberapa dekade terakhir. Namun walaupun telah mencapai target namun, dibandingkan Negara-negara ASEAN lainnya tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi. Adapun penurunan kematian bayi di Kota Medan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada table 2.1 di bawah ini : Tabel 2.1 Angka Kematian Bayi di Kota Medan Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Kematian Bayi 56 62 48 69 40 36 35 44 33 32 30 30 30 29 25 24 23 16 15 14
Sumber : Badan Pusat Statistik
22 Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat terus meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya Kota Medan, maka perlu peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya dibidang pelayanan bayi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Kematian Bayi Kematian Bayi 69 62 56 48 40
44 36
35
33
32
30
30
30
29
25
24
23 16
15
14
1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Gambar 2.1 Kematian Bayi Pembangunan dibidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia, hal ini bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapainya kesehatan masyarakat yang baik. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat di Kota Medan. Karena pembangunan bidang kesehatan juga mempunyai keterkaitan dengan peningkatan 23 Universitas Sumatera Utara
mutu SDM penduduk, oleh sebab itu program – program kesehtan seharusnya lebih dipusatkan kepada calon – calon generasi penerus bangsa ini. Khususnya pada bayi dan anak dibawah usia lima tahun (balita). Persalinan oleh dokter, bidan tentunya akan lebih aman jika dibandingkan dengan dukun atau tenaga non medis lainnya. Karena hal ini juga akan berpengaruh terhadap tingkat kematian bayi. Penolong persalinan bayi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesehatan, terutama dalam hubungannya dengan kesejahteraan ibu dan pelayanan kesehatan secara umum.. Pada tahun 2002 penolonh kelahiran dengan dokter (8,01%) menggunakan tenaga bidan (74,78%) dan tenaga lainnya (0,14%) Oleh sebab itu pemerintah pada saat sekarang ini sedang berusaha meningkatkan pembangunan puskesmas, rumah bersalin dan fasilitas air bersih. Dan dalam pembangunan yang sedang ditingkatkan pemerintah diharapkan dapat membawa dampak positif. Untuk dapat lebih jelas seberapa besar penolong kelahiran yang dilakukan oleh dokter, bidan dan yang lainnya dapat dilihat pada diangram di bawah ini :
lainnya ; 0,14
dokter; 8,01
bidan; 74,78
Gambar 2.2 Diagram penolong kelahiran 24 Universitas Sumatera Utara
2.1.1. Konsep mati Konsep mati perlu diketahui guna untuk mendapatkan data kematian yang benar. Dengan kemajuan ilmu kedokteran, kadang – kadang sulit untuk memberikan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik. Menurut konsepnya, terdapat 3 keadaan vital yang masing – masing bersifat mutually exclusive, artinya keadaanyang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu keadaan lainnya. Tiga keadaan vital tersebut ialah : 1. Lahir hidup ( live birth) Lahir hidup yaitu, peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi bernafas dam mempunyai tanda – tanda kehidupan lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan – gerakan otot, tanpa memandang tali pusat sudah dipotong atau belum (Utomo,Budi. 2007 : 84) 2. Mati (death) Mati adalah hilangnya semua tanda – tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Utomo,Budi. 2007 : 84). 3. mati (fetal death) Lahir mati yaitu menghilangnya tanda – tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya (Utomo, Budi. 2007 : 84). Secara garis besar , dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang dikenal atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa 25 Universitas Sumatera Utara
anak sejak lahir, yang duperoleh dari orang tuanya selama dalam kandungan (Badan Pusat Statistik) Sedangkan kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan sekitar (Badan Pusat Statistik). 2.1.2 Ukuran Kematian 1. Crude Death Rate (CDR=Angka Kematian Kasar) Angka kematian kasar ialah jumlah kematian pada tahun tertentu dibgi dengan jumlah pendudukpada pertengehan tahun tersebut, agar lebih jelas maka dapat dituliskan dengan rumus :
2. Age Spasific Death Rate (ASDR=Angka Kematian Menurut Umur) Rasio kematian berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, demikian pula antara satu kelompok umur dengan kelompok umur lainnya. Orang yamg berumur 60 tahun tentunya akan memiliki tingjat kematian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang berumur 20 tahun. Kemudian orang yang berumur 1 tahun mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan umur 10 tahun.sehingga kematian menurut umur apabila digambarkan dengan grafik akan menyerupai huruf “U”.
26 Universitas Sumatera Utara
Resiko Kematian
0
umur Gambar 2.3 Grafik Pola Kematian
Diantara angka-angka kematian spesifik, yang paling digunakan adalah Age Spasific Rate (ASDR). ASDR atau yang lebih dikenal dengan Angka Kematian Menurut Umur dapat dirumuskan sebagai berikut :
3. Infrant Mortality Rate (IMR=Angka Kematian Bayi) Angka Kematian Bayi yang dapat dituliskan dengan rumus :
27 Universitas Sumatera Utara
IMR = Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti tenaga kesehatan dan PDRB perkapita dapat mempengaruhi tingkat keatian bayi di kota Medan.
2.1.3. Transisi Demografi Pada abad ke -20, nampaknya mortalitas telah turun di banyak Negara baik di Negara maju atapun di Negara berkembang, termasuk Indonesia di dalamnya yang khususnya dalam hal ini Kota Medan. Kemudia penurunan pada mortalitas juga dibarengi dengan penurunan pada fertilitas, hal ini mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut dengan teori “ transisi –demografi”. Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkatfertilitas dan mortalitas sama – sama tinggi, sehingga pertumbuhan pendudukkembali nol atau sangat rendah. Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuji stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap keduadan ketiga. Dan tahapan – tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.
28 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Tahap –tahap Transisi demografi Tahap
Tingkat
Tingkat Kematian
Pertambahan Alami
kelahiran 1. Stasioner tinggi
Tinggi
Tinggi
Nol/ sangat rendah
2. Awal
Tinggi
Lambat menurun
Lambat
Menurun
Menurun lebih cepat
Cepat
perkembangan.
3. Akhir perkembangan.
dari tingkat kelahiran
4. Stasioner rendah.
Rendah
Rendah
Nol/sangat rendah
Lebih tinggi dari 5. Menurun.
Rendah
pada tingkat
Negatif
kelahiran Sumber : Ritonga, Abdurahman : 19
29 Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat lebih jelas tentang proses transisi demografi itu dapat dilihat dari dari gambar di bawah ini :
Tingkat Kematian
I
Tingkat
II
III
Tingkat Kematian A
B
C
D
E
F
Sumber : Mantra, Ida Bagoes :42 Gambar 2.4 Model Transisi Demografi Dari gambar 2.4 diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di bagi atas tiga tahap yaitu I,II dan III. Pada transisi pertama (pre-transitional) yaitu dari A ke B di mana tingkat kelahiran dan tingkat kematian masih sama –sama tinggi, sedangkan angka perumbuhan penduduk sangat rendah.dilanjutkan pada transisi ke dua (transitional) yaitu dari B ke E, dimana tingkat kematian dan kelahiran menurun, kematian lebih rendah dari kelahiran, mengakibatkan tingkat pertumbuhan sedang atau tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga tahap yaitu : 30 Universitas Sumatera Utara
a) permulaan transisi (early transitional), yakni dari B ke C , ditandai dengan tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran semakin meninggi, malah cenderung meningkat. b) Pertengahan transisi (mid-transitional), yakni dari C ke D dimana tingkat kelahiran dan kematian sama –sama menurun, tetpi penurunan kematian lebih cepat dari tingkat kelahiran. c) Akhir transisi (late transitional), yakni dari D ke E di mana tingkat kematian rendahdan tidak berubah atau menurunnya hanya sedikit, sedangkan angka kelahiran cenderung menurun, hal ini dapat diakibatkan karena sudah banyaknya masyarakat yang mengetahui bagaimana cara mencegah kehamilan. Sedangkan pada transisi ke tiga (post transitional), yaitu dari E ke F dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Di tingkat inilah kelahiran dan kematian mendekati keseimbangan pertumbuhan penduduk, yang kemudian akan kembali lagi ke transisi yang pertama.
2.1.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kematian bayi a. Sarana pelayanan kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit merupakan faktor utama dalam menunjang kualitas hidup. Jumlah rumah sakit di Medan pada tahun 2007 terdiri dari 8 rumah sakit pemerintah dan 62 rumah sakit swasta. Sementara sarana kesehatan tingkat kecamatan dan pedesaan di Medan juga mudah untuk ditemukan. Pada tahun 2007 puskesmas di Medan berjumlah 39 unit dan puskesmas pembantu sebanyak 40 unit.
31 Universitas Sumatera Utara
Sedangkan balai pengobatan umum (BPU) terdapat 421 buah posyandu sekitar 1.396 unit.
b. Tenaga medis Semakin banyaknya tenaga medis maka tentunya dapat membantu peningkatan kualitas kesehatan di Kota Medan. Untuk Kota Medan sendiri tenga medis sudah cukup memadai. Jumlaah dokter umum pada tahun 2007 terdapat sebanyak 97 orang. Sedangkan tenga medis untuk bidan tersedia sebanyak 448 orang dan perawat 470 orang. c. Asupan gizi Untuk memeiliki tubuh yang sehat maka seharusnya asupan gizi dalam tubuh harus memadai. Mulai anak dalam kandungan sampai dengan terlahir kedunia asupan gizinya haruslah diperhatikan,karena salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kematian bayi adalah gizi buruk. d. Lingkungan Yang dimaksud dengan pencemaran adalah suatu proses yang terjadi dalam lingkungan yang sifatnya membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan ini, yang dihasilkan oleh tingkah laku manusia (Sukarni,Mariyati.1989:71). Pencemaran dibedakan atas 3 macam pencemaran : a. Pencemaran udara ( air pollution) b. Pencemaran air (water pollution) c. Pencemaran tanah (soil pollution)
32 Universitas Sumatera Utara
Di kota medan untuk dapat mengurangi daerah yang kumuh telah diupayakan dengan cara bersosialisasi dan juga melaksanakan kampaye hidup sehat. Berdasarkan data yang ada daerah di kota medan yang kumuh mencapai 15-20 persen atau 403 hektar dengan tingkat pertumbuhan mencapai 1.5 persen pertahun dari total keseluruhan wilayah tersebut. Untuk itu sangat diharapkan kepada masyarakat kota medan utuk dapat mejga lingkungannya untuk dapat menciptkan Kota medan yang hijau dan bersih. e. Pencemaran Udara Yang dimaksud dengan pencemaran ialah terdapatnya segala sesuatu yang sifatnya membahayakan segala sesuatu yang membahayakan kelangsungan hidup manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan itu pada udara yang berada di luar rumah, sebagai tingkah laku manusia ataupun yang terjadi secara alamiyah (Sukarni,Mariyati.1989:71). Yang menyebabkan pencemaran udara ialah : 1. Aerosol Yang dimaksud dengan aerosol adalah suatu suspensi di udara yang bersifat cair (kabut, asap dan uap)dan bersifat padad dan (debu). 2. Gas Yang dimaksud dengan gas adalah
uap yang dihasilkan oleh
zat padat ataupun zat cair, baik karena dipanaskan, ataupun karena proses penguapan. 3. Interaksi bahan-bahan kimia 33 Universitas Sumatera Utara
Akibat banyaknya interaksi bahan kimia yang terjadi di udara menyebabkan terjadinya polusi udara yang dapat mengakibatkan terhambatnya tumbuh kembang bayi. Selanjutnya lingkungan yang meliputi fisik dan biologis serta lingkungan sosial budaya mempengaruhi salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Lingkungan fisik dan biologis erat hubungannya dengan angka penyakit menular. Kemudian lingkungan sosial budaya berhubungan dengan tingkat pendidikan, penghasilan perkpita yang sangat renndah dan konsumsi perkapita. Masa balita adalah masa dimana tumbuh kembang anak harus sangat diperhatikan dan dibinana oleh karenanya lingkungan dapat tentunya sangat perlu untuk diperhatikan. Karena pembinaan tidak hanya dapat dilakukan dengan fisik dan kesehatan saja melainkan perlu adanya pembinaan dari segi lainnya seperti pembinaan mental, spiritual, intelektual, sosial prilaku dan yang lainnya. Dalam hal ini lingkuka ngan tentunya mempunyai peranan yang cukup penting dalam perkembangan anak tersebut. DETERMINAN SOSIAL-EKONOMI
Pencemaran lingkungan
Faktor Ibu
Kekurangan gizi
Kesehatan
Luka
Sakit pencegahaan pengobatan
Pengendalian Penyakit Perorangan
Gangguan Pertumbuhan
Mati
34 Universitas Sumatera Utara
Sumber : Matra,Ida Bgoes : 111 Gambar 2.5 Pengaruh sosio-ekonomi Terhadap Motralitas Bayi
Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor penentu mortalitas bayi dan anak. Namun faktor sosio – ekonomibersifat tidak langsung harus melalui mekanisme biologi tertentu(variabel antar) yang kemudian baru menimbulkan resiko morbiditas kemudian bayi akn sakit yang jika tidak dapat disembuhkan maka akan berujung pada kematian. Penangan terhadap masalah kematian bayi dan anak menurut adanya kerangka konseptual pada gambar 2.5 tentang apa yang mengakibatkan bayi meninggal. Diman mortalitas merupakan masalah pokok pada kerangka tersebut dan hal – hal yang mempengaruhinya adalah faktor sosio-ekonomi.
2.1.5. Tolak ukur kesehatan Salah satu yang keberhasilan pembangunan kesehatan dapat ditamdai dengan penurunan tingkat angka kematian bayi. Walupun di Indonesia berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 1997 memperihatkan adanya perbaikan secara nasional dalam hal penurunan angka kematian bayi. Terdapat penurunan jumlah kematian bayi dari 74 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1996 menjadi 51 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1997.
35 Universitas Sumatera Utara
Untuk Kota medan sendiri penurunan angka kenatian bayi tersebut juga dirasakan sebagaimana yang telah penulis paparkan di bab pertama. Kemudian kematian bayi juga tidak lepas halnya dengan perawatan dalam hal ini orang tua baik dalam masa kandungan ataupun setelah bayi tersebut lahir.
Di Indonesia pengelompokan beberapa tolak ukur dapat dipertimbangkan sebagai berikut : a. Tolak ukur yang berhubungan dengan status kesehatan baik perorangan ataupun maupun masyarakat di suatu daerah : - Vital statistik (angka kelahiran dan angka kematian) - Angka kesakitan (morbidity), incidence, prevalence. - Life expectancy - Angka yang menyangkut proses persalinan. b. Tolak ukur
yang berhubungan dengan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi status kesehatan umum, antara lain : - Tingkat pendapatan penduduk rata-rata - Angka pemilikan sarana sanitasi (jamban keluarga atu air bersih) dan lain-lain - Angka tentang perumahan sehat - Angka yang menyangkut perkampungan sehat - Kepadatan penduduk c. Tolak ukur yang berhubungan dengan aktivitas maupun dengan kelengkapan sarana kesehatan antara lain : - Jumlah dokter per 1000 penduduk - Jumlah perawat per 1000 penduduk 36 Universitas Sumatera Utara
- Jumlah bidan per 1000 penduduk - Jumlah rumah sakit jumlah tempat tidur rumah sakit
2.2. Tenaga kesehatan Dalam penulisan skripsi ini tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu : bidan, dokter dan perawat. Ternaga kesehatan yang dimaksud adalah tenaga kesehatan yang dapat membantu dalam proses persalinan agar berkurangnya tingkat kematian bayi. Untuk wilayah Sumatera Utara khususnya Medan jumlah tenaga kesehatan masih kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Medan yang sudah mencapa 2.067.288 juta jiwa. Di bawah ini merupaka tabel perkembangan Tenaga kesehatan di Kota Medan periode 2000-2007. Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Medan 2000-2007 Tahun
Dokter Bidan 2000 64 264 2001 334 254 2002 225 146 2003 767 337 2004 767 337 2005 560 345 2006 802 335 2007 1276 394 Sumber : Badan Pusat Statistik
Perawat 5512 5512 5512 390 2737 1229 967 342
37 Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari tabel di atas tenaga kesehatan senantiasa meningkat jumlahnya, baik itu dokter, bidan dan perawat, walaupun pada perawat adanya kecenderungan penurunan di tahun 2003, namun mengalami kenaikan kembali di tahun 2004. Dan terakhir di tahun 2007 jumlah perawat berkurang drastik.
perkembangan tenaga kesehatan 6000 5000
jiwa
4000
Dokter
3000
Bidan
2000
Perawat
1000 tahun
0
2000 2001
2002 2003 2004 2005 2006 2007 Gambar 2.6
Perkembangan Tenaga Kesehatan 2.2.1. Masalah Tenaga Kesehatan Masalah pokok dalam bidang tenaga kesehatan adalah kurang memadainya jumlah dan mutu tenaga kesehatan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Medan, dan juga beraneka ragamnya masalah kesehatan yang perlu diatasi. Dalam bidang pendidikan dan latihan, hambatan pokok yang dihadapi adalah belum mantapnya pola pendidikan latihan yang terarah, menyeluruh dan terperinci.
38 Universitas Sumatera Utara
Sedangkan masalah dalam hal sarana, masih kurangnya peralatan medis yang dapat menunjang kualitas fasilitas kesehatan di Kota Medan. 2.3. Konsep Produk Domestik Regional Bruto 2.3.1. Pendapatan regional Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipta) oleh seluruh penduduk di daerah tersebut. 2.3.2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Produk Domestik Redional bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unui-unit produksi yang beropersasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang masih ada unsur
inflasi
dinalamakan PDRB atas dasar harga berlaku. Dengan kata lain PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang-barang jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatuperiode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. 2.3.3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Harga konstan artinya produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.
39 Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Pendapatan perkapita Pendapatan perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang digunakan secara langsung sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan. Adanya peningkatan perekonomian dengan melambatnya perkembangan
pertumbuhan
penduduk,akan mengakibatkan terjadinya peningkatan PDRB perkapita. PDRB perkapita diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu wilayah atau daerah.statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemakmuran, walaupun ukuran ini belum dapat diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan penduduk pertengahan tahun bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh kedua variabel di atas. Dengan disajikannya PDRB perkapita seluruh daerah kabupaten/ kota maupun antara satu tahun dengan tahun berikutnya. 2.3.5. Metode Perhitungan Pendapatan Regional Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak langsung adalah perhitungan dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi pendapatan regional memakai berbagai macam indicator antara lain jumlah produksi, luas areal sebagai aolokatornya. Metode langsung :
40 Universitas Sumatera Utara
1. Pendekatan produksi Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produk bruto sektor atau subsektor di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sector produknya berbentuk fisik atau barang seperti : a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan b. Pertambangan dan penggalian c. Industri pengolahan d. Listrik, gas dan air bersih e. Bangunan f. Perdagangan, hotel dan restoran g. Pengangkutan dan komunikasi h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan i.
Jasa-jasa
j.
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar yang dipakai dalam proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut sertanya berbagai faktor produksi dalam proses produksi.
2. Pendekatan pendapatan Dalam pendekatan pendapatan, jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian
41 Universitas Sumatera Utara
tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bungamodal, keuntungan, yang semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
3. Pendekatan pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran adalah jumlah seluruh pengeluaran akhir yang dilakukan dari suatu barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyedian produksi barang dan jasa yang digunakan untuk : a. Konsumsi rumah tangga b. Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung c. Konsumsi pemerintah d. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi e. Perubahan stok adalah selisih antara awal tahun dengan akhir tahun dari bahan yang ada dalam penyimpanan produsen ataupun dalam proses produksi. f. Ekspor netto adalah total ekspor dikurang impor. Pendekatan pengeluaran juga menghitung apa yang diproduksi di wilayah tersebut tetapi hanya menjadi konsumsi atau pengguna akhir. Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung adalah suatu cara untuk menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator yang digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. 42 Universitas Sumatera Utara
Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada hakekatnya , pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, kareana metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam perbandingan bagi data mentah. 2.4. Penelitian Terdahulu Dalam bagian ini peneliti memuat berbagai penelitian yang telah dilakukanh oleh beberapa peneliti sebelumnya mengenai permasalahan yang sama yaitu mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi kematian bayi yang pernah diangkat oleh beberapa peneliti terdahulu melelui penelitian dalam bentuk jurnal ataupun artikel. Dimana penelitian-penelitian tersebut menjadi inspirasi bagi penulis untuk dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis menjadikan penelitian terdahulu tersebut menjadi kajian yang digunakan penulis di daftar pustaka. Adapun para peneliti tersebut terdiri dari : Penelitian yang dilakukan oleh Syarief Hidayat (2004) yang berjudul “Masalah Gizi di Indonesia: Kondisi Gizi Masyarakat Memprihatinkan”. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa masih banyaknya penduduk Indonesia yang hidup dibawah garus kemiskinan, sehingga masarakat lebih dari 100 juta sangat beresiko terkena gizi buruk. Kemudian masalah gizi juga berhubungan dengan asupan makanan yang dimakan masyarakat sehingga dapat mencukupi satandar kalori dan protein yang diperlukan oleh tubuh. Rata-rata penduduk Indonesia tahun 2002 mengkonsulsi 202 kkl/kap/hari, sedangkan kecukupan gizi yang dianjurkan 2200 kkl/hari. 2.5. Kerangka Konseptual 2.5.1. Kerangka Konseptual Penelitian 43 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perumusan masalah, metode penelitian dan tujuan penelitian maka dapat dibuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
Tenaga Kesehatan (X1)
PDRB Perkapita (X2)
Kematian Bayi (Y)
Berdasarkan kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian bahwa independen yang terdiri dari Tenaga Kesehatan (X1) dan PDRB perkapita (X2) mempengaruhi variabel dependen yaitu Kematian bayi (Y). 2.6. Teori Transisi Demografi Landry adalah orang yang pertama mencoba menyusun gambaran mengenai demografis. Dia menyelidiki pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap penduduk, faktor yang paling penting adalah masalah produktivitas. Dimana faktor ekonomi akan mempengaruhi fertilitas dan juga mortalitas dan ini akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk biasanya cenderung bergerak kearah batas maksimum, kemudian karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi mengakibatkan mortalitas cenderung meningkat, oleh sebab itu faktor ekonomi merupakan faktor penting dalam perkembangan jumlah pemduduk.
44 Universitas Sumatera Utara