BAB II URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi Kelompok II.1.1. Pengertian Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Akan tetapi, kalau dinamika-dinamika kelompok merupakan suatu studi tentang berbagai aspek tingkah laku kelompok, maka komunikasi kelompok yang memusatkan perhatiannya pada proses komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil (Goldberg, 1985 : 7). Perhatian para ahli komunikasi kelompok terdahulu terhadap teori sangatlah kecil. Walaupun sebagian besar dari mereka mengetahui bahwa teori yang mutlak diperlukan bagi pertumbuhan suatu disiplin ilmu, pengajar komunikasi kelompok terdahulu lebih mengutamakan segi penerapannya. Mereka hanya berusaha mencariatau mengembangkan prinsip tentang suatu diskusi yang baik, prinsip-prinsip yang akan menjadi patokan atau petunjuk bagi pengajar, pelatih, atau anggota-anggota kelompok diskusi dalam meningkatkan keterampilan diskusi (Goldberg, 1985 : 4748). Para psikologi Sosial juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi sosial. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dasawarsa berikutnya, dan populer lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok. Pada tahun 1940-an, ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setalah perang,
Universitas Sumatera Utara
perhatian beralih pada individu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan seperti diramalkan Steiner (1974) menjadi dominan pada pertengahan 1980-an. Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada prilaku kita. Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Di sisni, kita akan menjelaskan empat dikotomi, yaitu : 1. Kelompok Primer dan Skunder, 2. Ingroup dan Outgroup, 3. Kelompok Rujukan dan Keanggotaan, dan 4. Kelompok Deskriptif dan kelompok Prespektif (Rakhmat, 2001 : 141-147).
II.I.2. Proses-Proses Komunikasi Kelompok Apa yang akan terjadi bila individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil? Jawaban terhadap pertanyaan ini hampir tidak ada batasnya. Apabila sejumlah pengalaman yang kita miliki masih belum mampu menghasilkan beberapa jawaban bagi pertanyaan yang dikemukakan di atas, pastinya ada alasan-alasan yang masuk akal.
Sebagai
salah
alasan,
karena
banyak
kejadian
timbul
pada
saat
Universitas Sumatera Utara
bersamaan,sehingga sulit bagi seorang yang berpartisipasi dalam suatu sung begitu cepat serta saling berkait dan bertumpang tindih. Alasan lain ialah kemungkinan anda belum dilengkapi dengan konsep-konsepuntuk mengartikan setiap gejala yang ada, atau mungkin ada belum dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan konseptual yang memungkinkan anda melihat keseluruhan proses melalui sebagian komponen yang ada. Oleh karena itu, strategi kita dalam ini harus mencakup dua segi, yaitu : 1. Kita harus mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan mudah dimengerti
dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan
dalam komunikasi kelompok. 2. Kita harus menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan kita mengorganisir pengamatan. Dalam suatu penyelidikan lain, Scheidel dan Crowell memberi perhatian khusus pada kejadian-kejadian umpan balik (feedback events) yang terjadi dalam diskusi kelompok kecil. Dengan mengartikan kejadian-kejadian umpan balik sebagai “kejadian di mana komentar yang dilontarkan salah satu peserta (X) setelah didikuti oleh komentar yang dilontarkan peserta lain (Y), kemudian langsung diikuti lagi oleh komentar peserta pertama (X),” Peneliti-peneliti ini mendapatkan bahwa lebih kurang sepertiga dari keseluruhan interaksi terdidri dari kegiatan umpan balik. Pada saat terjadinya umpan balik, prosesnya ditandai oleh komentar tetapi tanda persetujuan atau komentar yang di arahkan pada aspek yang tidak terlalu penting akan isi diskusi. Proses umpan balik seolah-olah tidak mendorong anggota untuk merubah tujuan atau memperbaiki cara berpikir maupun melahirkan ide-ide. Beberapa penjelasan tentang penelitian hubungan (contiguity research) kiranya perlu dikemukakan pada titik ini.
Universitas Sumatera Utara
1. Orientasi peneliti hubungan adalah menguraikan proses komunikasi kelompok dengan cara mengkategorikan pernyataan atau ucapan-ucapan anggota kelompok ke dalam berbagai “kelas” atau “tipe.”
Pola hubungan yang
berkaitan di antara berbagai kelas serta ucapan verbal kemudian dianalisis. 2. Gambaran yang secara random dan tidak dapat diduga dari proses komunikasi kelompok yang timbul dalam penelitian hubungan tidak akan selalu cocok dengan penelitian yang telah menganut orientasi atau tingkatan analisis yang berbeda. 3. Tentang penelitian hubungan ialah walaupun ada kemungkinan bahwa kelaskelas atau kategori-kategori ucapan anggota kelompok tidak berhubungan secara sistematis satu sama lain, paling tidak proses komunikasi kelompok agak lebih sistematis dan lebih dapat diperkirakan apabila seseorang merubah tingkatan analisisnya untuk memusatkan perhatian pada fase-fase yang dilalui kelompok dalam mendiskusikan suatu masalah (Goldberg, 1985 : 20-25).
II.I.3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok II.I.3.1. Komunikasi Kelompok Deskriptif Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa para ahli komunikasi kelompok menunjukkan tiga kategori kelompok yang besar, yaitu : kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar. Untuk setiap kategori kelompok terdapat beberapa model yang melukiskan tahapan perkembangan proses kelompok. Untuk sekedar memperkenalkan, kita hanya akan mengmbil sebuah model untuk setiap kelompok.
Universitas Sumatera Utara
1. Kelompok Tugas : Model Fisher Aubrey Fisher meneliti tindak komunikasi kelompok tugas, dan menemukan bahwa kelompok melewati empat tahap :orientasi, konflik, pemunculan, dan peneguhan. Pada tahap pertama, setiap anggota berusaha saling mengenal, saling menangkap perasaan yang lain, mencoba menemukan peranan dan status. Ini adalah tahap pemetaan masalah. Pada tahap kedua, konflik terjadi peningkatan perbedaan di antara anggota Masing-masing berusaha mempertahankan posisinya. Terjadinya polarisasi dan kontraversi di antara anggota kelompok. Tindak komunikasi pada pendirian masing-masin, dan biasanya menghubungkan diri dengan pihak yang pro atau kontra. Pada tahap ketiga, pemunculan (emergence) orang yang negurangi tingkat polarisasi dan perbedaan pendapat. Di sini, anggota yang menentang usulan tertentu menjadi bersikap tidak jelas. Tindak komunikasi umumnya berupa ususlanusulan yang ambigu. Pada tahap keempat, Peneguhan para anggota memperteguh konsensus kelompok. Mereka mulai memeberikan komentar tentang kerja sama yang baik dalam kelompok dan memeperkuat keputusan yang diambil oleh kelompok. Pernyataan umumnya bersifat positif dan melepaskan ketegangan. 2. Kelompok Pertemuan : Model Bennis dan Shepherd Pada tahun 1946 Kurt Lewin secara tidak sengaja menemukan dasar-dasar yang merintis munculnya kelompok sensitivitas. Pada tahun 1960-an muncul kelompok pertemuan untuk pengembangan diri. Pada tahun 1970-an para peneliti menemukan bahwa kelompok pertemuan bukan saja dapat membantu pertumbuhan diri, tetapi juga memepercepat penghancuran diri. Beberapa peneliti mencatat adanya kerusakan psikis akibat kepemimpinan kelompok yang merusak. Seperti kita ketahui. Orang memasuki kelompok pertemuan untuk mempelajari diri mereka dan mengetahui bagaimana mereka dipersepsi oleh anggota yang lain. Banyak model yang
Universitas Sumatera Utara
dikemukakan, tetapi di sini kita akan mengambil model Bennis dan Shepherd, yang uraiannya kita kutip dari Cragan dan Wright (1980). Dalam komunikasi kelompok pertemuan, dan menemukan bahwa kelompok melewati dua tahap, yaitu : a. Kebergantungan pada otoritas b. Kebergantungan satu sama lain 3. Kelompok Pentadar : Model Chesebro, Cragan, dan McCullough Pada tahun 1960-an di Amerika muncul gerakan emansipasi wanita yang radikal. Mereka membentuk kelompok-kelompok yang menggerakkan kelompok wanita yang menentang masyarakat yang didominasi pria. Diskusi kelompok mereka ikut serta menumbuhkan gerakan Women’s lib. Model mereka ini kemudian digunakan oleh gerakan radikal lainnya. Tahun 1978 dunia dikejutkan dengan bunuh dari masal 900 orang anggota Kuil Rakyat dari pendeta Jimmy Jones. Gerakan ini pun menggunakan komunikasi kelompok untuk menimbulkan kesadaran pada anggotaanggotanya. Pada tahun 1970 James Chesebro, John Cragan, dan Patricia McCullough melakukan studi lapangan di Minnesota tentang gerakan revolusioner kaum homoseksual. Dari penelitian inilah mereka merumuskan empat tahap perkembangna kelompok penyadar, antara lain : a. Kesadaran diri akan identitas baru b. Identitas kelompok melalui polarisasi c. Menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok d. Menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner lainnya
Universitas Sumatera Utara
II.I.3.2. Komunikasi Kelompok Prespektif Berdasarkan uraian di atas, komunikasi kelompok dapat dipergunakan untuk menyelesaikan tugas, memecahkan persoalan, membuat keputusan, atau melahirkan gagaasan kreatif, memebantu petumbuhan kepribadian seperti dalam kelompok pertemuan, atau membangkitkan kesadaran sosial politik. Tidak terlalu salah kalau kita katakan bahwa komunikasi kelompok berfungsi sebagai katup pelepas perasaan tidak enak sampai pembuat gerakan revolusioner, sejak sekadar pengisi waktu sampai basis perubahan sosial. Berbagai komunikasi kelompok ini menurut formatnya dapat diklasifikasikan pada dua kelompok besar : privat dan publik (terbatas dan terbuka). Kelompok pertemuan (kelompok terapi), kelompok belajar, panitia, konferensi (rapat) adalah kelompok privat.Panel, wawancara terbuka (public interview). Forum, simposium termasuk kelompok publik. Di sini kita akan mempergunakan format diskusi dari Cragan dan Wright (1980) : meja bundar, simposium, diskusi panel, macam-macam forum, kolokuium, dan prosedur parlementer. Dari sini kita menguraikan langkah-langkah rasional yang merupakan sistem agenda pemecahan masalah. Bab ini menjadi sangat lengkap bila kita menguraikan teknik-teknik diskusi; tetapi, ini tampaknya bukan lagi wilayah psikologi komunikasi (Rakhmat, 2001 : 175-180).
II.2. Komunikasi Penyuluhan II.2.1. Pengertian komunikasi penyuluhan Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami,meminati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, dalah suatu proses komunikator yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana suatu komunikasi
Universitas Sumatera Utara
baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang, dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu disain komunikasi penyuluhan. Penyuluhan merupakan proses komunikasi. Sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seorang individu (komunikator) menyampaikan lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku
komunikan.
Akhirnya,
penyuluhan
boleh
ditujukan
untuk
kegiatan
mempengaruhi orang lain.Tetapi dengan pengenalan yang sangat singkat ini saja sebuah lembaga, kelompok atau pun individu tidak dapat begitu saja dengan mudah untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Banyak faktor yang mesti diperhatikan dan itu sangat dibutuhkan. Seperti perancang mode misalnya, modal pengetahuan dan keterampilan mengukur, memotong dan menjahit tidaklah cukup untuk menciptakan sebuah pakaian yang mahal. Sebab, hanya dengan kemampuan membuat kecocokan ukuran dan potongan serta rapih caranya menjahit si perancang masih belum dapat diperhitungkan. Tapi apa yang harus dipunyai seorang perancang mode agar karyanya dapat tersohor dan mampu mempengaruhi gaya mode dunia? Salah satu modal yang harus ia miliki adalah kemampuannya mengetahui siapa dan apa kebutuhan khalayaknya. Penghitungan waktu, suasana dan perubahan musim juga merupakan faktor yang harus ia kuasai.Demikian juga dengan penyuluhan, karena merupakan sebuah proses komunikasi maka kegiatan itu harus memperhatikan banyak hal agar dapat sukses dan mencapai sasaran. Hal utama yang sangat diperhatikan adalah sama dengan si perancang mode, yakni mengenal siapa dan mengetahui apa kebutuhan khalayak. Seperti juga tentara di medan perang, kalau mereka tidak mengenal medan dan tidak mengetahui siapa dan
Universitas Sumatera Utara
bagaimana musuhnya si tentara hanya akan memperoleh gelar pahlawan anumerta tetapi tidak akan memperoleh kemenangan. Pun, setelah mengetahui siapa dan apa kebutuhan khalayak sebuah kegiatan penyuluhan tidak serta merta akan langsung langgeng dalam pelaksanaannya. Banyak aksesoris yang harus dilengkapi untuk mendekati khalayak itu. Aksesoris tersebut diperlukan agar proses melakukan perubahan pengetahuan dan kesadaran dapat tercapai. Tetapi ini relatif, karena semua itu tergantung kepada keterampilan yang melakukan. Seorang penyuluh harus terampil mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah; komunikasi massa (cetak dan elektronik, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi. Semua media itu memiliki keunggulan dan kelemahan.Beberapa atau bahkan banyak orang yang bergiat pada masalah-masalah konservasi sumber daya alam masih memandang kegiatan penyuluhan sebagai sesuatu yang tidak populer. Banyak juga LSM-LSM yang bergerak di bidang konservasi di atas kertas masih mengutamakan hasil capaiannya pada berapa juta hektar kawasan hutan yang harus dikelola untuk kawasan pelestarian alam atau berapa juta spesies yang harus diselamatkan. Tetapi jutaan hektar hutan yang harus dikelola dan jutaan spesies yang harus diselamatkan itu tidak pernah dikomunikasikan kepada masyarakat. Sama seperti HPH yang hanya menjadi milik para pemodal, konservasi pun akhirnya hanya menjadi milik lembagalembaga dan orang-orang tertentu saja. Masyarakat adalah penonton yang resah dan objek yang empuk. www.conservation.or.id Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud konkrit dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi pembangunan. Suatu bidang yang berkembang pesat sejak penghujung decade 60-an.Dalam arti luas,
Universitas Sumatera Utara
komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutamaantara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pencapaian pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tersebut. Dalam
melakukan
penyuluhan,
factor
penyampaian
(baca
:
pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini : 8. Masalah yang dihadapi 9. Siapa yang akan disuluh 10. Apa tujuan (objectives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan 11. Pendekatan yang dicapai 12. Pengenbangan pesan 13. Metoda atau saluran yang digunakan 14. Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 10).
II.2.2. Tujuan Komunikasi Penyuluhan Dalam perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. 1. Tujuan Jangka Pendek
Universitas Sumatera Utara
a. Perubahan tingkat pengetahuan b. Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan c. Perubahan sikap d. Perubahan motif tindakan 2. Tujuan Jangka Panjang a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha denga cara-cara yang lebih baik. b. Better business, berusaha yang lebih menguntungkan. c. Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan utama telah tercapai.
II.2.3. Fungsi Komunikasi Penyuluhan Karena itu maka penyuluhan pertama-pertama harus berfungsi memberikan jalan kepada para objek penyuluhan untuk mendapatkan kebutuha-kebutuhannya itu. 1. Fungsi penyuluh dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para petani agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhankebutuhannya itu. 2. Menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek yang disuluh dengan pengetahuan teknologi utau umum yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan sehari-hari. 3. Sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh. 4. Sebagai pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu. Yang artinya penyuluhan tidak akan berhrnti karena yang dikehendakinya keadaan yang berkembang, lebih baik dan lebih maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Universitas Sumatera Utara
(Kartasapoetra, 1987 : 7-13).
II.2.4. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiaytan penyuluhan amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah “sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan dari kegiata penyuluhan, dan tujuan komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan penyuluhan tersebut. Tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan bagaimana jadinya pekerjaan kita itu nantinya. a. Dukungan Komunikasi (Communication Support) Untuk Penyuluhan Dukungan komunikasi (communication support) adalah penggunaan yang terkoordinir dari berbagai metoda komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian kepada, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap, suatu probelm tertentu. Apa pun masalah atau subyek yang akan disuluhkan, satu hal yang pasti adalah senantiasa diperlikan keterampilan berkomunikasi untuk dapat menyuluhkan dengan baik. Megapa demikian? Karena keterampilan berkomunikasi ini merupakan bekal dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain menyangkut bagaimana mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengarkan kita. Dalam bidang komunkasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu perkakas komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud. Menurut Middleton dan Lin, 1975 ada beberapa prinsip penting dalam menyusun rencana komunikasi, yaitu : 1. Perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Rencana yang disusun hendaklah fleksibel. 3. Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it.” b. Perlunya Disain Komunikasi Penyuluhan Meskipun mungkin saja kita merasa telah lelah “siap” untuk menyuluh, namun kerap kali masih timbul keragu-raguan dalam hati, tentang “apakah penyuluhan yang akan kita lakukan itu nantinya berhasil atau tidak?”. Pertanyaan yang berikutnya adalah : “dapatkah khalayak yang disuluh memahami apa-apa yang disuluhkan itu”, “sungguh-sungguhkah mereka tertarik mendengarkan penyuluhan tersebut, ataukah hanya pura-pura mengikuti, padahal dalam hatinya tidak berminat sama sekali?’. Dan masih banyak lagi pertanyan lanjutan ynag menyangkut keinginan penyuluh agar kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia-sia, melainkan mencapai hasil seperti yang direncanakan. c. Penyusunan rencana komunikasi penyuluhan Sejumlah tahap yang harus ditempuh dalam menyususn rencana komunikasi untuk kegiatan penyuluhan adalah : 1. Menganalisis problem atau masalah yang dihadapi 2. Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi 3. Memilih media 4. Menentukan pendekatan yang digunakan 5. Memproduksi media (Nasution, 1990 : 54-58).
II.2.5. Metode Komunikasi Penyuluhan Gagasan-gagasan yang sudah diutarakan di atas sebelumnya memebantu agen penyuluhan untuk berfikir secara sistematis mengenai tugasnya.Dalam hal ini akan
Universitas Sumatera Utara
dibicarakan beberapa metode yang bisa digunakan agen penyuluhan untuk membantu petani membentuk pendapat dan mengambil keputusan. Pilihan agen penyuluhan terhadap metode sato metode tergantung pada tujuan khusus dan situasi kerjanya. Penyuluh juga harus memutuskan cara menggunakan metode ini. Gagasan yang disampaikan dalam hal ini membantu mereka dalam mengambil keputusan. Metode penyuluhan media massa, kelompok, individu atau tahap-tahap pada gilirannya akan dibicarakan Media cetak dan elektronika seperti surat kabar, radio, dan televisi membantu penyuluh mencapai sejumlah besar objek yang akan disuluh secara serentak. Walaupun demikian, hanya sedikit kesempatan bagi objek yang akan disuluh untuk saling berinteraksi atau memeberikan umpan balik kepada penyuluh.Metode kelompok mencapai lebih sedikit objek yang akan disuluh, tetapi memberi banyak kesempatan untuk berinteraksi dan memperoleh umpan balik. I. Media Massa Jika memebicarakan penggunan media massa dalam penyuluhan, yang patut dipertimbangkan adalah peranannya dalam program penyuluhan, dan penggunaannya secara efektif. Yang penting adalah efek yang diharapkan, dan cara menggunakannya untuk menjamin agar arti pesan menjadi sejelas mungkn. Pilihan terhadap media massa yang digunakan, dan perbedaan antara media massa dan komunikasi antar pribadi juga akan dibahas secara singkat. a. Pengaruh Media Surat kabar, majalah , radio , dan televisi merupakan media yang paling murah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Walaupun demikian, perlu diamati pengaruhnya sebelum dipituskan penggunaanya dalam penyuluhan. Hal ini disebabkan karena pengirim dan penerima pesan cenderung menggunakan proses-
Universitas Sumatera Utara
proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan pengirim mengalami distorsi. Proses-proses tersebut meliputi : 1. Publikasi selektif 2. Perhatian selektif 3. Persepsi selektif 4. Daya inget selektif 5. Penerimaan selektif 6. Diskusi slektif b. Cara Penyampaian Publikasi teknis yang diterbitkan oleh dinas-dinas penyuluhan seharusnya disampaikan dalam bentuk yang mudah dimengerti (conprehensive). Penelitian di Jerman menunjukkan ada empat faktor dalam perwujudan “mudah dimengerti.” Diyakini bahwa penelitian selanjutnya akan membuktikan keempat faktor ini dapat diterapkan juga pada bahasa-bahasa lainnya. Keempat faktor itu adalah sebagai berikut : 1. Pergunakan bahasa yang sederhana 2. Susun dan rangkaikan perbedaan pendapat dengan jelas 3. Nyatakan hal-hal pokok dengan singkat 4. Jadikan tulisan menarik untuk dibaca c. Perbedaan berbagai media massa Pilihan media yang akan digunakan merupakan isu penting bagi penyuluh, walaupun kurang penting dibandingkan dengan cara penggunaan media tersebut. Hal terakhir ini, yang telah dibicarakan di atas sebelumnya, memiliki dampak lebih besar terhadap efek program penyuluhan. Sejauh ini ditemukan tiga pola perkembangan yang cepat pada teknik komunikasi massa.
Universitas Sumatera Utara
1. Penambahan skala 2. Pengurangan skala 3. Sentuhan pribadi II. Metode Kelompok Metode penyuluhan kelompok lebih menguntungkan dari media massa, karena umpan balik yang lebih baik yang memungkinkan pengurangan salah pengertian yang bisa berkembang antara penyuluh dan objek yang akan disuluh. Interaksi ini memberi kesempatan untuk bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap prilaku dan norma para anggota kelompok. Metode kelompok satu sama lain berbeda di dalam kesempatan memperoleh umpan balik dan berinteraksi. Adapun jenis-jenis metode kelompok, yaitu : 1. Ceramah atau Pidato 2. Demostrasi 3. Diskusi kelompok
III. Penyuluhan Individu Diskusi bersama yang kadang-kadang juga disebut dialog adalah metode yang paling penting bagi penyuluhan individu, dan pembicaraan selanjutnya terbatas pada pokok ini. Garis besar fungsi dialog di dalam penyuluhan akan dikemukakan, termasuk kelebihan dan kekurangan dan syarat-syarat penggunannya. Kemudian situasi diskusi juga dibicarakan, termasuk garis besar model diskusi yang digunakan dalam berbagai situasi. Yang terakhir adalah mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan antara agen penyluhan dan objek yang akan disuluh (Hawkins, 1996 : 149-178).
Universitas Sumatera Utara
II.2.6. Unsur-Unsur Komunikasi Penyuluhan Apakah yang dimaksud drngan unsur-unsur penyuluhan tersebut....? Unsurunsur penyuluhan yaitu semua unsur (faktor yang terlibat, turut serta atau diikutsertakan kedalam kegiatan penyuluhan , antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya tidak dapat dipisahkan karena semuanya tunjang-menunjang dalam satu aktifitas. Unsur-unsur tersebut : a. Penyuluh (Sumber) b. Sasaran Penyuluhan c. Metode Penyuluhan d. Media Penyuluhan e. Materi Penyuluhan f. Waktu Penyuluhan g. Tempat Penyuluhan (Kartasapoetra, 1987 : 44).
II.3. Teknologi Pertanian II.3.1. Pengertian Teknologi Pertanian Teknologi Tepat Guna (TTG) merupakan salah satu bentuk teknologi yang dipakai untuk meningkatkan produk dari usaha kecil menegah, seperti produk yang bersifat kerakyatan. Bermacam-macam mekanisme difusi telah diterapkan oleh penghasil teknologi kepada masyarakat, tetapi tingkat keberhasilannya masih rendah, sehingga masih banyak Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dihasilkan tidak dipakai oleh masyarakat alias mubazir. Menyadari hal tersebut di atas, maka tidak berlebihan apabila proses keputusan mendifusikan TTG bagi masyarakat mendapat ruang kajian yang khusus, sehingga dapat dihindari kemubaziran teknologi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pertanian merupakan sektor yang menunjukkan keberhasilan dalam proses difusi teknologi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya teknologi pertanian yang digunakan oleh masyrakat. TTG merupakan salah satu bentuk teknologi yang dipakai untuk meningkatkan produk dari usaha kecil dan menengah, bahkan produk yang bersifat kerakyatan. TTG pada bidang pertanian adalah salah satu contoh dari jenis TTG tersebut, sehingga sudah selayaknya untuk dikembangkan. Hal ini mengingatkan sektor pertanian masih menduduki tempat strategis untuk mengimbangi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Terlebih hampir seluruh masyarakat Indonesia menggunakan beras sebagai makanan pokok. Lembaga yang dinilai telah berhasil melakukan proses difusi teknologi tepat guna bidang pertanian tersebut antara lain adalah instansi pemerintah (dalam hal ini Departemen Pertanian) dan instansi nonpemerintah, baik industri maupun LSM. Keberhasilan difusi teknologi pertanian di masyarakat, tidak terlepas dari menisme difusi yang digunakan lembaga pelaku difusi dalam mentransformasikan inovasinya. www.iptek.net.id Sudah menjadi ketetapan masyarakat dan bangsa Indonesia bahwa, untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, diperlukan suatu struktur ekonomi yang seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh. Pertanian yang tangguh, merupakan system yang selalu dapat meningkatkan daya produksinya di bawah pengaruh lingkungan biofisik tertentu, sehingga dapat membatasi ketergantungannya yang berlebihan pada pasokan energi komersial. Oleh sebab itu, pertanian yang tangguh harus mampu menerapkan teknologi yang berwawasan tempat dan waktu, dengan keharusan dapat memanfaatkan secara efektif sumber-sumber energi dan bahan-bahan alamiah seperti sinar matahari, air hujan
Universitas Sumatera Utara
langsung, dan mineral-mineral tanah. Dengan kata lain, pertanian tangguh tidak lagi merupakan usaha sederhana yang dapat dilkasanakan semata-mata dengan cara-cara tradisional atau teknologi konvesional yang statis (sebagai ciri dari pertanian subsistem), tetapi harus berubah menjadi pertanian komersial yang bertumpu pada daya cipta dan pembaharuan yang tergabung di dalam masyarakat industri. Pertanian canggih ialah system pertanian yang bercorak industri dalam hal pengelolaannya, bersifat dinamik dengan memanfaatkan kemajuan menyeluruh dari ilmu dan teknologi, dan membentuk hubungan yang saling bergantung dengan industri. Oleh sebab itu, salah satu pertanian canggih ialah pertanian yang menggunakan teknologi canggih, yaitu teknologi produktif inovatif yang berwawasan tempat dan waktu sesuai dengan perkembangannya. Teknologi canggih pada hakikatnya adalah teknologi yang selalu berkembang, yaitu teknologi yang selalu dapat : 6. Mempertinggi produktifitasnya 7. Memperendah biaya produksinya 8. Mengurangi atau meniadakan kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai gangguan alam (fisik maupun biologis) 9. Menyesuaikan diri dengan keadaan tenaga kerja 10. Meringankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya sukar di laksanakan (Mardikanto, 1994: 127).
II.3.2. Jenis Teknologi Pertanian II.3.2.1. Teknologi Pengolahan Tanah Teknologi Pengolahan tanah adalah teknik atau cara pengolahan tanah mulai dari memeprtsiapkan tanah yang akan digarap sampai tanah tersebut siap untuk
Universitas Sumatera Utara
ditanami. Yang dimaksud dengan mempersiapkan tanah ialah mengerjakan hal-hal seperti memperbaiki saluran air dalam persawahan irigasi, menebang pepohonan dan semak belukar dalam perladangan dan lain sebagainya I. Tujuan Pengolah Tanah R.L. Sarman dalam bukunya yang berjudul “ Mengerjakan Tanah dan Alatalat Pertanian”, menulis bahwa maksud dari mengerjakan tanah pertanian ialah merubah keadaan tanah pertanian dengan mempergunakan sesuatu alat pertanian sedemikian rupa, sehingga karenanya diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya, guna perkembangan dan perikehidupan tumbuh-tumbuhan serta mikro organisma tanah yang berguna, yang pada hakikatnya juga akan mempersubur tanah.Pengolahan sangat erat hubungannya dengan bentuk pertaniannya. Ada beberapa dua tahap dalam pengolahan tanah, yaitu : a. Tahap-tahap Pengolahan Pesawahan Irigasi b. Tahap-tahap Pengolahan Pesawahan Tadah Hujan II. Alat-alat Pengolahan Tanah Salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan binatang adalah manusia di dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dilengkapi dengan berbagai peralatan. Peralatan yang dibutuhkan oleh satu masyarakat, berhubungan erat dengan lingkungan alam atau jenis mata pencaharian dari masyarakat tersebut, sebagai contoh, masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan akan membutuhkan peralatan yang berhubungan dengan penangkapan ikan. Kemudian masyarakat sebagai petani, akan membutuhkan peralatan yang berhubungan dengan pertanian. Oleh karena itu, untuk mengenal teknologi pengolahan tanah, maka alat-alat yang akan digunakan berikut ini adalah alat-alat pengolahan tanah, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Cangkul 2. Waluku (Bajak) 3. Garu 4. Seredan 5. Gagaruan 6. Parang 7. Garpu 8. Golok 9. Pacul ragak
III. Keterangan Dalam Pengolahan Tanah Unsur-unsur yang dapat menunjang terlaksanya proses pengolahan tanah adalah tanah itu sendiri. Peralatan dan ketenagaan. Ketenagaan yang dimaksudkan di sini adalah orang yang mengerjakannya. Berdasarkan pengertian tersebut yang kemudian dikaitkan dengan data yang diperoleh, ternyata para petani dalam pengolahan tanahnya tidak semua dikerjakan oleh petani pemilik. Untuk lebih jelasnya, uraian yang akan disajikan berikut adalah mengenai tahap-tahap yang dikerjakan oleh para petani pemilik, keluarga dan orang lain. 1. Tahap-tahap Dikerjakan oleh Petani Pemilik 2. Tahap-tahap yang dikerjakan Keluarga 3. Gotong Royong Dalam Pengolahan Tanah 4. Upaya Buruh Tani Dalam Pengolahan Tanah
Universitas Sumatera Utara
IV. Kebiasaan-kebiasaan Dalam Pengolahan Tanah Kebiasaan-kebiasaan dalam pengolahan tanah meliputi kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya tidak sakral dan sakral. Yang dimaksud kegiatan tidak sakral, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang tidak mempunyai latar belakang kepercayaan tertentu. Sedang yang dimaksud dengan kebiasaan-kebiasaan sakral adalah kebiasaankebiasaan yang mempunyai latar belakang kepercayaan tertentu (Abu dkk, 1990 :5878).
II.3 2.2. Teknologi Pemungutan dan Pengolahan Hasil I. Teknologi Pemungutan Hasil 1. Alat Pemungutan Hasil di Sawah a. Etem b. Arit c. Giribig d. Bodag e. Dingkul f. Tampir g. Rancatan h. Salang i.
Carangka
2. Ketenagaan Dalam Pemungutan Hasil Sawah a. Tenaga Keluarga Dalam Pemungutan Hasil Sawah b. Tenaga Buruh Tani Penuai Padi di Sawah (Abu dkk, 1990 : 173).
Universitas Sumatera Utara
II.4. Divusi Inovasi II.4.1. Pengertian Divusi Inovasi Termasuk dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru adalah kegiatan yang dikenal dengan difusi-inovasi. Difusi merupakan suatu bentuk khusus komunikasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), studi difusi mengkaji pesanpesan yang berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan baru. Lalu karena pesan-pesan yang disampaikan itu merupakan hal-hal yang baru, maka dipihak penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu. Hal ini kemudian menyebabkan prilaku yang berbeda (karena adanya hal-hal baru tersebut) pada penerima pesan, dari pada kalau si penerima berhadapan dengan pesan-pesan biasa yang bukan inovasi. Berlangsunganya
suatu
perubahan
social,
diantaranya
disebabkan
diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal yang baru tersebut dikenal sebagai inovasi. Masuknya inovasi ke tengah suatu system social terutama karena terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain.Dengan demikian komunikasi merupakan faktor yang penting untuk terjadinya suatu perubahan sosial. Melaui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman, penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi. II.4.2. Unsur-unsur Divusi Inovasi Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) dalam proses penyebarserapan inovasi terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari : 5. Suatu inovasi 6. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
Universitas Sumatera Utara
7. Dalam suatu jangka waktu 8. Di antara para anggota suatu sistem sosial Segala sesuatu ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, adalah inovasi. Baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditentukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Yang penting, menurut kedua ahli tersebut adalah keberanian subjektif hal yang dimaksud itu merupakan inovasi. Havelock (1973) merumuskan inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya (Nasution, 2004 : 125).
II.4.3. Atribut Divusi Inovasi Dalam pandangan msyarakat yang menjadi klien dalam penyebarluasan inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara-cara baru yang dimaksud, yaitu : 1. Keuntungan-keuntungan relatif (relative advantages) 2. Keserasian (compatibility) 3. Kerumitan (complexity) 4. Dapat dicobakan (trialability) 5. Dapat dilihat (observability) (Nasution, 2004 : 125).
II.5. Agen Perubahan (Agent Of Change) II.5.1. Pengertian Agen Perubahan (Agent Of Change) Orang-orang yang melaksanakan tugasnya mewujudkan usaha perubahan sosial tersebut dinamakn agen perubahan. Menurut Rogers dan Shoemaker, agen
Universitas Sumatera Utara
perubahan adalah adalah petugas profesional yang memperngaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat menurut arah diinginkan oleh lembaga perubahan. Jadi semua orang yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan dan melaksanakan perubahan sosial adalah termasuk agen-agen perubahan. Dalam rumusan Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi yang berencana. Dalam kenyataan sehari-hari, agen perubahan meliputi sejak mereka yang bekerja sebagai perencanaan pembangunan hingga para penyuluh lapangan pertanian, pamong, guru,dan sebagainya (Nasution, 1990 : 37). Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut, orang-orang itu dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change (Agen Perubahan). Siapakah sebenarnya mereka itu? Apakah motivasi yang menyebabkan mereka bersedia dan tertarik untuk mengemban tugas tersebut? Kopetensi apasaja yang dimiliki orang-orang tersebut sehingga mereka berhasil menjalankan tugasnya? Pertanyaan ini akan dijawab melalui beberapa kajian yang menjelaskan masalah agen perubahan dan tugas-tugasnya. II.5.2. Kualifikasi Agen Perubahan (Agent Of Change) Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman merupakan tiga yang utama di antara sekian banyak kompetisi yang mereka miliki, yaitu : 4. Kualifikasi teknis, yakni kopetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan. 5. Kemampuan admisistratif, yaitu persyaratan administrative yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengolakasikan waktu untuk persoalanpersoalan yang relatif menjelimet (detailed).
Universitas Sumatera Utara
6. Hubungan antarpribadi, suatu sifatyang paling penting adalah empathi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan diri dengan oranglain, berbagi akan
perspektif dan perasaan
mereka dengan
seakan-akan
mengalaminya sendiri (Nasution, 2004 : 128). Peran yang manifes dari agen peubahan dapat dilihat dalam tiga perspektif, yaitu sebagai penggerak, perantara, dan penyelesai (accomplisher). Sebagai penggerak, peranan agen perubahan meliputi fungsi-fungsi fasilitator, penganalisa, dan pengembang kepemimpinan. Hampir semua peranan yang manifes dari agen perubahan yang disebutkan di atas tadi mempunyai pasangan yang bersifat laten. Itu berarti selain fungsi-fungsi yang kelihatan secara nyata, agen perubahan juga memilki fungsi-fungsi yang laten, yaitu : Sebagai penngembang kepemimpinan, seorang agen perubahan secara laten dapat berperan selaku orang yang memobolisir atau orang yang membangkitkan kesadaran. Pemobilisasi melakukan kegaitannya dalam rangka stastus quo. Pemobilisasi berguna dalam menghadapi masyarakat yang stastus quodan dalam menghadapi suatu system yang menjadikan masyarakat hanyalah objek dalam mekanisme jurang kesadaran antara pemimpin dan masyarakat, membantu pengembangan masyarakat belajar mengajardan membangun nilai-nilai melalui hubungan-hubungan yang dipunyainya (Nasution, 2004 : 131).
II.5.3. Tugas dari Agen Perubahan (Agent Of Change) Menurut Rogers dan Shoemaker setidak-tidaknya ada tujuh tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi yaitu : 8. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melekukan perubahan.
Universitas Sumatera Utara
9. Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship). 10. Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. 11. Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien. 12. Menerjamahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata. 13. Menjaga kstabilan perubahan dan mencegah terjadinya dropout. 14. Mencapai suatu terminal hubungan (Nasution, 2004 : 133).
II.6. Tingkat Penerimaan Informasi II.6.1. Penjelasan Mengenai Tingkat Penerimaan Informasi Penerimaan terhadap suatu informasi dengan adanya inovasi baru oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang sejak lama telah meanti datangnya inovasi (karena sadar akan kebutuhannya). Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri kanannya dan setelah yakin benar akan keuntungan-keuntungan tertentu yang bakal diperoleh, baru mau menerima inivasi dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau menerima suatu inovasi atau ide-ide baru (Nasution, 1990 : 17). Rogers dan Shoemaker (1971) mengelompokkan masyarakat penerima menjadi 5 lapisan : 6. Inovator. Yaitu mereka yang sudah pada dasarnya gandrung akan hal-hal baru, dan rajin melakukan percobaan-percobaan. 7. Penerima dini (early adopter). Lapisan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh, tempat teman-temannya bertanya dan mendapatkan keterangan, serta merupakan orang-orang yang lebih maju disbanding orang sekelilingnya. 8. Mayoritas dini (early mayority). Yaitu orang-orang yang menerima suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari rata-rata kebanyakan orang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
9. Mayoritas belakangan (late mayority). Yakni orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang sekelilingnya salah menerima. 10. Laggards. Yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi. Dalam penerimaan informasi terhadap suatu inovasi, biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang disebut tahap putusan inovasi, yaitu : 6. Tahap pengetahuan, tahap ini di mana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi. 7. Tahap bujukan, tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi,apakah ia menyukainya atau tidak. 8. Tahap putusan, tahap di mana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud. 9. Tahap implementasi, tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya menganai suatu inovasi. 10. Tahap pemastian, tahap seeorang memastikan atau mengkomfirmasikan putusan yang telah diambilnya (Nasution, 2004 : 127).
II.7. Komunikasi Persuasi II.7.1. Pengertian Komunikasi Persuasi Persuasi merupakan bagian dari kehidupan kita setiap hari, maka usaha memahami dan menguasai persuasi baik teoritis maupun praktis agaknya merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda. Defenisi persuasi menurut : 1. Ronald L. Applbaum dan Karl W.E. Anatol
Universitas Sumatera Utara
Persuasi adalah proses komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja atau tidak sengaja) melalui cara verbal dan nonverbal untuk memeperoleh respons tertentu dari individu atau kelompok lain. 2. Winston Bremberk dan William Howell Mendefenisiskan persussi sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif-motif orang ke arah tujuan yang sudah ditetapkan.
II.7.2. Teori-teori Persuasi 1. Teori Belajar Persuasi Persuasi bila dipandang sebuah cara belajar. Seperti tikus dalam sebuah laboratorium yang bisa belajar mendekati sebagian stimulus dan menampikan stimulus lainnya, maka manusia bisa belajar bahwa kaum Nasionalis Cina adalah “baik”. Sementara kaum Komunis Cina “busuk”. Dan seperti tikus bisa mengubah perilakunya sebagai akibat “pesan-pesan” para pembuat eksperimen, manusia pun bisa mengubah respon yang berkaitan dengan sikapnya terhadap dua orang cina berdasarkan komunikasi persuasif. Teori-teori
belajar
persuasi
sejajar
dengan
model
S-R
(Stimulus-
Response)yang memandang manusia sebagai suatu entitas pasif dari model S-O-R (Stimulus-Organisme-Response) yang memandang belajar persuasif sebagai suatu gabungan produk pesan yang diterima individu yang bertindak berdasarkan pesanpesan tersebut agar menghasilkan akibat-akibat persuasif (Irianta, 1994 : 14-15).
Universitas Sumatera Utara
2. Teori Persepsi Persuasi Bila teori S-R memusatkan pada input dan output eksternal, maka teori persepsi secara khusus mengkaji dunia pengamalan batin, cara suatu dunia memandang individu yang sedang menerima dunia tersebut. Sikap bukan sekadar respon perilaku seperti “gambaran di kepala kita” (picture in our heads), menilai kerangka pengalaman kita dengan predisposisi kita ke arah respon perilaku. Persuasi di pandang sebagai sebuah proses untuk menyususn kembali kategori-kategori perseptual berdasarkan isyarat-isyarat yang sudah terhimpun dari lingkungan dan nilai serta kebutuhan internalnya. Jauh dari gambaran sugesti kewibawaan sebagai proses pelaziman yang berlangsung dengan sendirinya para ahli teori persepsi seperti Solomon Asch (1952), meyakini bahwa keterhubungan antara sumber kewibawaan dengan kedudukan mereka sebelumnya tidaklah bersifat persuasif, selain itu, mereka yang telah menyampaikan pesan memiliki pengaruh yang justru bersifat persuasif karena mereka menarik pendengar untuk merestrukturkan atau menysusn kembali persepsi mereka pada objek sikapnya (Irianta, 1994 : 17). 3. Teori Fungsional Persuasi Ada sejumlah teori fungsional (Kelman, 1961; Smith, Bruner dan White, 1956). Tetapi kita akan memusatkan pada suatu teori yang sudah dikembangkan oleh Daniel Katz (1960). Katz menempatkan posisi untuk mendamaikan kontroversi “rasionalitas-irasional” yang terjadi antara para ahli teori belajar dan teoritis persepsi. Seperti seorang pendeta Yahudi yang dihadapkan kepada suami yang marah dan dalam waktu yang bersamaan memebenci isteri, ia berpendapat bahwa keduanya boleh jadi benar, tetapi masing-masing harus memiliki syarat-syarat tertentu. Menurut Katz, strategi persuasi yang baik tidak dapat dikembangkan sampai sesorang
Universitas Sumatera Utara
mengetahui, apakah sikap tertentu yang dilakukan oleh seorang penerima pesan, membantu penyesuaian, pertahanan-ego, pengekspresian nilai, atau sebuah fungsi pengetahuan, misalnya, tidak akan dipersuasi oleh argumen yang menghubungkan adopsi dengan proposal yang sudah ada dengan imbauan bagi kepentingan dirinya (Irianta, 1994: 21-22). 4. Teori Keseimbangan Persuasi Asumsi yang kita cari secara psikologis, konsisten dengan pandangan tentang dunia kita-pertama dinyatakan oleh para teoritis persepsi-berfungsi sebagai premis mayor untuk sejumlah teori “keseimbangan”, sebagian merujuk pada nama tersebut, yang lainnya mengacu dengan berbagai cara pada teori “kosistensi” atau teori “disonasi” (Irianta, 1994: 23).
II.7.3. Proses Persuasi 1. Hubungan Timbal Balik Antara Tujuan, Nilai, Dan Kebutuhan 1. Opini 2. Stuktur sikap kepercayaan 2. Menghubungkan Pesan Dengan Motivasi 1. Membuat hubungan 2. Hubungan atau kontingensi 3. Kategorisasi 4. Persamaan 5. Hubungan saling mendukung 6. Hubungan koisidental (Irianta, 1994: 43-49).
Universitas Sumatera Utara