36 BAB II URAIAN TEORITIS
Teori merupakan proposisi yang menggambarkan satu gejala terjadi. Proposisiproposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (Suyanto dkk, 2005 : 34). Sebelum menguraikan teori-teori tersebut, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu pengertian dari komunikasi massa sebagai dasar ilmu dari penelitian ini. II.1. Komunikasi II.1.1. Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang berarti “sama” atau dalam bahasa Inggris : common. Komunikasi dapat dianggap sebagai proses menciptakan suatu kesamaan atau suatu
kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima
(Terence, 2002:163). Komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi makhluk sosial, setiap manusia akan melaksanakan kegiatan komunikasi bila ingin mengadakan relasi dengan pihak lain. Oleh sebab itu terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi. Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak ada
Universitas Sumatera Utara
37 komunitas. Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunikasi juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, dan masing-masing perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunikasi tersebut. Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisidefinisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya.. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller, yakni komunikasi sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”. Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang”. Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Definisi komunikasi dari John B. Hoben misalnya, mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: “Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan”. Asumsi di balik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner: “Komunikasi adalah transmisi informasi”. Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (Mulyana,2005:54).
Universitas Sumatera Utara
38 Komunikasi menurut Everet M. Rogers (Cangara, 2000:19) adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur, yaitu : 1. Komunikator : atau sering disebut sumber, pengirim, pembicara atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. 2. Pesan : apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen : makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa) yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet, dan sebagainya). Kata-kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapam mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung , tarian, dan sebagainya. 3. Komunikan : orang yang menerima atau menterjemahkan pesan. Sering juga disebut sasaran/tujuan, penyandi balik, khalayak, pendengar, penafsir. 4. Media : atau saluran, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada
Universitas Sumatera Utara
39 bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita bias juga mengggunakan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung atau lewat media cetak atau media elektronik. 5. Efek : apa yang terjadi pada penerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi sedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu, dan sebagainya. Dalam proses penyampaian informasi, komunikator menggunakan media dalam melancarkan komunikasinya. Media merupakan alat atau sarana untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Pentingnya peranan media disebabkan efesiensinya dalam mencapai komunikan. Penyebaran informasi sebagai salah satu aktivitas sosial jelas akan dapat menimbulkan efek, baik itu efek yang diinginkan ataupun efek yang tidak diinginkan. Komunikasi dalam penerapannya bukan hanya bersifat normatife yaitu orang lain mengerti dan tahu tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima satu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar tidak terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator dan komunikan. Ada yang berpendapat komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu. Ada pula yang menyebutkan
Universitas Sumatera Utara
40 komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan (berupa lambing, suara, gambar dan lain-lain) dari sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu. Demikian pula komunikasi melalui radio siaran. Pesan dalam komunikasi yang demikian tentu saja disampaikan dalam sarana itu baik berupa ucapan penyiar, lagu-lagu atau bentuk-bentuk siaran kata lainnya. Menurut Wilbur Scharmm dalam Suprapto (2006: 3-4) menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process), yaitu “komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi (commonness) dengan seseorang yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian yang sama terhadap sesuatu pesan tertentu”.
II.2. Komunikasi Massa Sekarang kita tidak bisa lagi menyamakan “komunikasi massa” atau “media massa” dengan “jurnalisme” dalam menyebut media selain Koran dan majalah. setiap komunikasi membutuhkan medium atau sarana pengirim pesan seperti kolom di koran atau gelombang siaran. Namun komunikasi massa merujuk ke keseluruhan institusinya yang merupakan pembawa pesan, koran , majalah, stasiun pemancar, yang mampu menyampaikan pesan-pesan kejutaan orang nyaris serentak. Oleh sebab itu komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, pertama, komunikasi oleh media, dan kedua komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi massa untuk semua orang. Media tetap cenderung
Universitas Sumatera Utara
41 memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayakpun memilih-milih media (Peterson dkk, 2003:18). Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide dan sikap kepada banyak orang, biasanya dengan menggunakan mesin, atau media yang diklasifikasikan kedalam media massa seperti radio siaran, televisi siaran, surat kabar, majalah dan film (Suprapto, 2006:11). Pengertian komunikasi massa merupakan bentuk komuniksi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh dan terpencar, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Ahli komunikasi Joseph A. Devito dalam buku “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Devito mengemukakan defenisinya dalam dua item : pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang dirtujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau audio visual (Ardianto,2004:6). Rahmat merangkum defenisi komunikasi massa tersebut menjadi “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”. (Ardianto dkk, 2004:3-7).
Universitas Sumatera Utara
42 Menurut Severin dan Tankad yang dikutip Suprapto dalam bukunya “Pengantar Teori Komunikasi” (2006 : 13-14) bedasarkan sifat-sifat komponen, komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut : 1. berlangsung satu arah. Bandingkan dengan komunikasi antar pesona yang berlangsung dua arah. Dalam komunikasi massa feedback baru akan diperoleh setelah komunikasi berlangsung. Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi komunikasi yang hanya berjalan satu arah itu akan memberikan konsekuensi umpan balik yang sifatnya tertunda atau tidak langsung. 2. komunikator pada komunikasi masssa melembaga. Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud adalah menyerupai sebuah sistem. Yang dimaksud sistim disini adalah “sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, symbol, lambing menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Menurut Alexis S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak, kesejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stastiun radio, majalah atau penerbit buku). Media
Universitas Sumatera Utara
43 massa ini bisa disebut organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang bertanggung jawab dalam proses komunikasi massa tersebut. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya punya ciri kumpulan individu, dalam komunikasi individu tersebut terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, dan apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomi. 3. pesan-pesan bersifat umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus, yang artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. 4. melahirkan keserempakan. Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya. Serempak disini berarti khayalak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Hanya karena wilayah jangkauannya saja yang berbeda memungkinkan perbedaan penerimaan. Tetapi, komunikator dalam media massa itu berupaya meyiarkan informasinya secara serentak.
Universitas Sumatera Utara
44 5. komunikasi-komunikasi massa bersifat heterogen. Kemajemukan audience komunikasi massa menyebabkan pelaksana komunikasi massa harus benar-benar mempersiapkan semua ide atau informasi yang akan disampaikan sebaik mungkin sebelum disebarluaskan. Disamping memiliki cir-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto dkk dlam bukunya “Komunikasi massa suatu pengantar” (2004 : 15-18) adalah sebagai berikut : 1. Pengawasan (surveillance) Pengawasan mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang memperkerjakan pengawasan. 2. Interpretasi ( Interpretation). Media massa tidak hanya menyajikan fakta atau data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau siaran televisi. 3. Hubungan (linkage). Media massa mampu menghubungkan unsu-unsur yang terdapat didalam. masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Fungsi hubungan yang dimiliki media yang sedemikian berpengaruhnya kepada masyarakart yang dijuluki “public making” ability of the mass media atau kemampuan membuat sesuatu menjadi umum dari media massa.
Universitas Sumatera Utara
45 4. Sosialisasi Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku atau nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat dan dengan membaca, mendengar dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting. 5. Hiburan (entertainment) Fungsi hiburan sangat jelas tampak pada televisi, film, radio dan rekaman suara. Fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membacara berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
II.3. Teori Uses and Gratifications Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenal pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Comunications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumer dan katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin,2003:181).
Universitas Sumatera Utara
46 Pada awal kemunculan media massa, khalayak dianggap sebagai korban dari kekuatan media. Dengan kata lain, khalayak akan menerima setiap informasi yang disajikan oleh media massa, tanpa ada selektivitas. Teori ini dikenal dengan Teori Magic Bullet. Pandangan ini kemudian digantikan oleh Teori Limited Effect, yang menyebutkan efek perorangan anggota individu berbeda dan kehidupan sosial meminimalkan efek media. Di dalam pandangan individu yang berbeda, kekuatan media dibentuk oleh faktor perorangan seperti tingkat intelgensia dan penghargaan diri, dimana kekuatan media dibatasi oleh organisasi khalayak dan keanggotaan dalam kelompok. Namun demikian, teori ini tetap memandang bahwa khalayak bersifat pasif. (http://www.mhhe.com/mayfiledpub.westturner/instructor). Di tahun 1942, teori ini dikritik oleh Herta Herzoa dan Paul Lazasfield. Ketika itu mereka mempelajari bahwa pendengar radio memiliki kebutuhan yang berbeda dan mempunyai selektivitas dalam penggunaan radio. Penilitian inilah merupakan reaksi terhadap Teori Magic Bullet, yang kemudian digunakan sebagai dasar Teori Uses and Gratification. Penelitian ini menegaskan khalayak media aktif, meghancurkan ketentuan paradigma efek media yang dominant pada tahun 1950-an. Tidak ada lagi yang berkata “apa yang dilakukan media kepada khalayak (what media do it the people)”, tertapi “apa yang dilakukan khalayak kepada media (what people do to the media)”. Teori ini sendiri diperkenalkan oleh Ellihu Katz akhir tahun 1950. (http://www.ascusc.org/jcmc/vo16/issue1/eberseld/html). Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum hipodermik. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayak, tetapi ia tertarik pada apa
Universitas Sumatera Utara
47 yang dilakukan khalayak terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul istilah uses dan gratification (Rakhmat, 2002:65). Uses and Gratifications Model merupakan pengembangan dari jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. khayalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatka kepuasaan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Penelitian yang menggunakan uses dan gratification memusatkan pehatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan (Ardianto dkk, 2004:70). Model Uses and Gratifications membahas juga motif-motif dan alternatif fungsional untuk memenuhi kebutuhan. Sebagaian besar individu mempunyai kebutuhan dasar untuk mengadakan interaksi sosial, yang kemudian berharap bahwa konsumsi dan penggunaan media massa tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya. Hal ini menuntun pada kegiatan menonton program televisi, membaca majalah atau surat kabar dan juga mendengarkan radio. Kegiatan ini menghasilkan gratifikasi kebutuhan, tetapi dapat pula menimbulkan ketergantungan dan perubahan kebiasaan pada individu. Dalam hal ini penggunaan media dapat dikatakan merupakan alternative fungsional bagi interaksi yang sesungguhnya.
Universitas Sumatera Utara
48 Teori uses dan Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain (http://www.Teory uses & gratifications « Nengnongnengdee’s Weblog.htm). Menurut Nurudin (2004:183) teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan berikut ini:
Kebutuhan khalayak: Lingkungan Sosial: 4. Ciri-ciri demografis 5. Afiliasi kelompok 6. Ciri-ciri kepribadian
6. Kognitif 7. Afektif 8. Integratif Personal 9. Integratif Sosial 10. Pelepa san ketegangan/ melarikan diri dari kenyataan
Sumber pemuasan non media: 4. Keluarga, teman 5. Komunikasi interpersonal 6. Hobi, tidur
Penggunaan media massa: 5. Jenis media: SK, TV, Radio, buku 6. Isi media 7. Terpaan media 8. Konteks sosial dan terpaan media
Pemuasan media: 5. Informasi 6. Hiburan 7. Identitas sosial 8. Hubungan sosial
Universitas Sumatera Utara
49 Katz, Blumer & Gurevitch dalam Ardianto (2004:71) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari pendekatan Uses and Gratifications: 6. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 7. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemiliham media terletak pada khalayak. 8. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhannya yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 9. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 10. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message and Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya teori uses and gratifications. Janji Imbalan ------------------------------------ = probabilitas seleksi Upaya yang Diperlukan Imbalan disini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan itu memenuhi kebutuhan khayalak. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat bergantung pada tersedia tidaknya
Universitas Sumatera Utara
50 media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, maka akan memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu (Nurudin,2003:182). Ada berbagai macam riset yang berangkat dari model Uses & Gratifications, salah satunya adalah yang dilakukan oleh Philip Palmgreen dari Kentucky University. Kebanyakan riset Uses & Gratifications memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media. Palmgreen kendati juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang mengggunakan media didorong oleh motifmotif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh model Palmgreen ini lebih tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dipenuhi oleh media. Dengan kata lain, apakah khalayak puas setelah menggunakan media. Konsep mengukur kepuasan ini disebut GS (Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained). Penggunaan konsep-konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori Uses & Gratifications, yaitu teori Expectancy Values (nilai pengharapan). Gratifications Sougth adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (radio, tv, Koran). Gratification sougth adalah motif yang mendorong seseorang mengkonsumsi media. Sedangkan gratification obtained kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (Palmgreen, 1985:27). Dengan kata lain menurut Palmgreen, gratifications sougth dibentuk dari kepercayaan seseorang mengenai apa yang media dapat berikan dan evaluasi seesorang mengenai isi media. Gratification obtained mempertanyakan hal-hal yang khusus mengenai apa saja yang telah diperoleh setelah menggunakan media dengan menyebutkan acara atau rubrik tertentu secara spesifik.
Universitas Sumatera Utara
51 Bisa dikatakan bahwa Uses & Gratifications bukanlah proses komunikasi linier yang sederhana. Banyak faktor, baik personal maupun eksternal, yang menentukan kepercayaan dan evaluasi seseorang. (Kriyantono,2006:206).
II.4. Radio Siaran Dari kajian literature kepenyiaran, Chester, Garisson, dan willis dalam bukunya “Television and Radio”menyatakan bahwa penyiaran sebagai pancaran melalui ruang angkasa oleh sumber frekuensi dengan sinyal yang mampu diterima ditelinga atau didengar dan dilihat publik. Tipe penyiaran dibagi dua yaitu penyiaran berbunyi standar atau AM (Amplitude Modulation) dan penyiaran FM (Frequency Modulation) bentuk ketepatan
tinggi
dari
bunyi
pancaran;
televise:
pancaran
dari
gambar
dan
bunyi.(Prayudha, 2004 : 2). Guglielmo Marconi, seorang jenius Italia yang pertama mengirimkan pesan menggunakan gelombang (radio) elektromagnetik. Para penemu teknologi tanpa kabel lainnya memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi penyempurnaan yang sangat berarti bagi penyempurnaan alat temuan Marconi. Gelombang elektromagnetik membawa transmisi penyiaran (frekuensi radio) dari stasiun ke alat penerima. Fungsi alat transmisi adalah membangkitkan dan membentuk gelombang radio agar sesuai dengan frekuensi stasiun yang telah ditunjuk oleh Komisi Komunikasi Federal (Federal Communication Commission/FCC). Radio siaran yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa kemudian disebut sebagai radio siaran (keith, 2002 : 16). Pesawat radio yang pertama kali diciptakan, memiliki bentuk yang besar dan tidak menarik serta sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari baterai yang
Universitas Sumatera Utara
52 berukuran besar. Tahun 1926 perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas produknya. Pesawat radio sudah menggunakan tenaga listrik yang ada di rumah sehingga lebih praktis, menggunakan dua knop untuk mencari sinyal, antena dan penampilannya yang lebih menyerupai peralatan furnitur. Tahun 1925 sampai sampai dengan tahun 1930, sebanyak 17 juta pesawat radio terjual kepada masyarakat dan dimulailah era radio menjadi media massa. Radio awalnya cenderung diremehkan dan perhatian kepada penemuan baru tersebut hanya terpusat pada sebagai alat teknologi transmisi. Radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita yang lebih banyak dimanfaatkan para penguasa untuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum. (Morissan, 2008 : 3). Radio siaran yang pertama di Indonesia adalah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Sampai akhir tahun 1966 adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada massa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Sejalan dengan perkembangan sosial budaya serta teknologi, maka bermunculan radio siaran amatir yang diusahakan oleh perorangan. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi control sosial seperti surat kabar, disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan
Universitas Sumatera Utara
53 persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai Negara (Ardianto dkk,2004:119). Dibandingkan dengan media massa lain, radio memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media massa lain, yaitu kecepatan dalam menyampaikan informasi, kemudahan dalam mengakses siaran radio, biaya murah, luasnya jangkauan siar, membangun imajinatif pendengar, bersifat personalitas atau dapat didengar dimanapun kita berada dan sambil melakukan aktivitas sehari-hari. Keefektifan media penyiaran radio tergantung kepada seberapa banyak pendengar yang menikmati dan mendengar program-program radio. Tidak ada sistem penyiaran radio yang dapat bertahan tanpa pendengar. Pendengar merupakan orang-orang loyal dan sangat bersahabat serta memiliki rasa kekeluargaan yang sangat kuat terhadap stasiun radio yang mereka dengarkan. Tetapi jika sebuah stasiun tidak memuaskan pendengarnya, para pendengarnya akan segera mematikan gelombang tersebut, dan mereka akan pindah ke gelombang radio lain. Pendengar yang dapat dikatakan benarbenar loyal terhadap sebuah stasiun penyiaran radio akan cenderung melakukan pilihan sesuai dengan kebutuhan dan selera masing-masing. Tetapi , bisa saja pedengar hanya loyal terhadap satu mata acara pada stasiun penyiaran radio tersebut. Oleh karena itu batasan pendengar radio dibedakan berdasarkan suka atau tidak suka pada program siaran yang ditawarkan oleh stasiun radio (Prayuda,2004:119).
Universitas Sumatera Utara
54 II.4.1. Kekuatan Siaran Radio Menurut Effendy yang dikutip Ardianto dkk dalam buku “Kamunikasi Massa Suatu Pengantar” (2004:120-122) faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran adalah daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. 1. Daya Langsung Daya langsung berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat. Suatu pesan yang disampaikan melalui surat kabar akan membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan membutuhkan waktu relatife lama. Sedangkan dalam radio siaran, berita yang sudah dikoreksi dan sudah dicek kebenarannya dapat langsung dibacakan, bahkan radio dapat menyiarkan peistiwa yang tengah berlangsung melalui reportase atau siaran pandangan mata. 2. Daya Tembus Kekuatan lain dari radio siaran adalah daya tembus, melalui benda kecil yang namanya radio kita dapat mendengarkan siaran berita BBC dari London, dan ABC dari Australia. Dengan mudah kita memindahkan channel dari stasiun radio kepada stasiun radio lainnya, padahal jarak Indonesia dengan Inggris atau Australia sangat dan dipisahkan oleh luasnya laut dan tinggi gunung. Dengan demikian radio tidak mengenal jarak dan rintangan. 3. Daya Tarik Daya tarik disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-kata, dan efek suara. Tulang punggung adalah musik. Orang menyetel pesawat radio siaran, terutama adalah untuk mendengarkan musik karma acara tersebut merupakan hiburan. Oleh karenanya hampir setiap acara radio siaran dikemas dalam
Universitas Sumatera Utara
55 bentuk hiburan, setidaknya acara kata pun diselingi oleh musik atau efek suara. Efek suara tersebut menjadikan daya tarik sendiri bagi pendengar radio siaran dan pendengar terbawa pada suasana yang sedang digambarkan.
II.4.2 Karakteristik Siaran Radio Karakteristik radio siaran sebagai berikut : 5. Imajinatif, karena hanya indra pendengar yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi. 6. Auditori, sifat auditori sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar. Karena kemampuan manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio siaran diterima dengan selintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali informasi yang tidak jelas diterimanya, karena ia tidak bisa meminta penyiar untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya. 7. Akrab, sehari-hari kita jarang mendengarkan acara radio secara khusus duduk dan telinga kita didekatkan pada pesawat radio. Pada umumnya kita mendengarkan radio sambil mengerjakan pekerjaan lainnya. 8. Gaya Percakapan, komukator radi siaran seolah-olah bertamu kerumah atau menemani pendengarnya dimanapun berada, maka dalam keadaan demikian tidak mungkin ia berbicara secara bersemangat dan berteriak. Sekalipun pesannya didengar oleh ribuan orang, tetapi pendengar berada ditempat yang terpisah dan bersifat pribadi.
Universitas Sumatera Utara
56 II.4.3 Fungsi Sosial Radio Didalam proses komunikasi sosial, peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadai sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan tersebut akan membuat radio kehilangan fungsi sosial, kehilangan pendengar, dan pada akhirnya akan digugat masyarakat sebab tidak berguna bagi mereka. Para insan radio dewasa ini sadar betul bahwa fungsi sosial mereka sedang disorot. Ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media publik, atau yang dikenal dalam konsep radio for society. Pertama, radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilitas pendapat public untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan. Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. Beberapa fungsi tersebut bisa diemban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya salah satu saja. Yang penting adalah konsistensinya dan optimalisasinya pada satu peran (Masduki, 2001:2-3).
II.5. Talk Show Wawancara dalam bahasa Inggris disebut interview, yaitu dari kata inter (antara) dan view (pandangan). Makna ini menunjukkan terjadi saling pandangan atau kontak antara pewawancara dan yang diwawancarai. Meskipun demikian, saling pandang ini tidak selalu bemakna tatap muka, sebab wawancara telepon tidak memenuhi syarat itu. Wawancara adalah proses komunikasi selaku makhluk sosial. Siapapun pasti pernah
Universitas Sumatera Utara
57 melakukan kegiatan wawancara. Hanya saja dalam komunikasi radio, wawancara tidak sekedar percakapan spontan, tetapi merupakan bentuk komunikasi efektif, yang pertama dipersiapkan, kedua dilaksanakan dan yang ketiga hasilnya untuk kegiatan berkomunikasi juga. Defenisi yang paling sering digunakan untuk menjelaskan arti wawancara adalah salah suatu bentuk komunikasi tutur yang melibatkan dua pihak, satu pihak diantaranya dirancang sebagai penyampai sesuatu untuk tujuan yang serius. Kedua belah pihak melakukan kegiatan bertutur, saling mendengarkan dari waktu ke waktu. Tujuan wawancara adalah untuk menggali fakta, alasan, dan opini atas sebuah peristiwa, baik yang sudah, sedang, maupun yang akan berlangsung, dalam jurnalistik radio, setiap kegiatan wawancara memiliki tujuan khusus, sesuai dengan format program yang akan disiarkan (Masduki,2001:37-38). Talk show dewasa ini merupakan program primadona. Sebab, bisa disiarkan secara langsung atau interaktif dan atraktif. Ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment), karena salah satu “keharusan” sifat berita radio, yang sampai saat ini masih mengandung kontroversi. Entertainment sebenarnya bukan sekedar berarti menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemuda atau moderator sangat menentukan sukses tidaknya acara ini. Metode talk show menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talk show skill, berupa kemampuan pemandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi : 6. Mengambil Keputusan 7. Menyusun Topik dan Pertanyaan Dengan Cepat 8. Memotong Pembicaraan Narasumber Yang Melenceng
Universitas Sumatera Utara
58 9. Kemampuan Melakukan Kompromi dan Meyakinkan Narasumber 10. Memadukan Kemasan Program Secara Interaktif. Perbedaan paling penting antara talk show dan wawancara berita adalah talk show bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan, dan jam tayangnya fleksibel. Talk show dapat dimasukkan kedalam kategori program special atau program wawancara sebagai acara. Bahkan ada yang menyebut setiap siaran kata adalah talk show, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk (obrolan) dan Show (gelaran). Dua komponen yang selalu ada dalam program talk show adalah obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan (Masduki, 2001:44-45). Talk show merupakan perpaduan antara seni panggung, dan teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela-sela pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jadi sifatnya santai. Pemandu acara dalam talk show memiliki peran ganda, yaitu selain sebagai pembawa acara, sekaligus pewawancara (Wahyudi.1996:90). Pertanyaan diajukan secara santai, tetapi harus tetap berbobot, misalnya tentang keberhasilan usaha pelayanan kepada masyarakat. Acara talk show diudarakan untuk pertama kali pada 27 September 1954 oleh jaringan telivisi NB, dengan judul mata acara Tonight Show (Wahyudi, 1996:91). Mata acara ini dengan cepat menjadi kegemaran khalayak pemirsa karena narasumber yang ditampilkan sangat variatif dan dinamis. Jika suatu wawancara diselenggarakan ditengah-tengah show, maka acara ini disebut talk show. Disini, pembawa acara juga berfungsi sebagai pewawancara. Pembawa acara bisa juga dibantu oleh pewawancara untuk melakukan wawancara dengan narasumber (Wahyudi, 1996:92).
Universitas Sumatera Utara