BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas dan struktur modal sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak. Hasil penulisan dari Wald (dalam Harahap 2003:5) pada tahun 1992 bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan struktur modal di beberapa negara seperti Perancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat adalah pajak, rasio leverage, resiko bisnis, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan tingkat pertumbuhan. Hasil penulisan ini menjelaskan bahwa secara konsisten di negara-negara yang diteliti menunjukkan struktur modal berhubungan dengan pajak, R&D (Return and Debt), dan profitabilitas, sedangkan variabel lain hubungannya tidak konsisten di setiap negara. Harahap (2003) dalam penulisannya menggunakan data sekunder yang diolah dan disediakan perusahaan melalui publikasi BEJ dengan jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif yang terdiri dari laporan keuangan dari tahun 1996-2001 pada perusahaan industri pulp dan paper yang terdaftar di BEJ. Penulisan ini meggunakan teknik analisis data regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal sangat berpengaruh terhadap profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional menentukan profit yang diinginkan oleh perusahaan. Namun hasil pengujian hipotesis tersebut tidak menjawab rumusan masalah penulisan yang diutnjukkan dengan tanda negatif pada koefisien b1 (Y=0,22-0,156X). Hasil dari penulisan yang dilakukan oleh Siahaan Andrew (2004) bahwa
Universitas Sumatera Utara
variabel dari struktur modal Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Asset Ratio, Equity to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan. Fakta empiris dapat terlihat dari Adjusted Square sebesar 0,388 dan F-statistik sebesar 11,766. Sehingga hal ini mendukung teori tradeoff. Sedangkan variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi struktur modal adalah DAR (Debt to Asset Ratio), namun dalam penghitungan statistik penulis menemukan adanya gejala multikorelasi yang sangat kuat antara EAR dan DAR sehingga penulis menghilangkan salah satu variabel bebas yaitu DAR (penulis memasukkan rasio EAR dalam multiregresi dan menghilangkan DAR). LDAR dan EAR mempunyai pengaruh yang signifikan, namun LDAR yang paling signifikan mempengaruhi ROE.
B. Pengertian Struktur Modal Pengertian struktur modal harus membedakan antara penentuan panduan pendanaan yang tepat bagi perusahaan, maka dapat kita bagi atas struktur modal dan struktur finansial/keuangan. Struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan adalah paduan semua pos yang muncul di sisi kanan neraca perusahaan. Sehingga dapat didefinisikan struktur modal dengan selisih dari struktur keuangan dengan kewajiban lancar. Tujuan dari struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan, tujuan ini dapat dipandang sebagai pencarian terhadap paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan (struktur
Universitas Sumatera Utara
modal optimal). Masalah yang dihadapi dalam hal ini adalah bagaimana cara menyeimbangkan berbagai sumber dana dengan cara yang tepat demi kinerja perusahaan yang efektif dan efisien.
C. Faktor-faktor Keputusan Struktur Modal Ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu: 1. Resiko bisnis yaitu tingkat resiko yang terkandung dalm operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang. Makin besar risiko perusahaan maka makin rendah rasio hutang yang optimal. Dapat juga didefinisikan sebagai ketidakpastian yang melekat pada proyeksi tingkat pengembalian aktiva (ROA) maupun ekuitas (ROE) masa depan, yang merupakan determinan dari struktur modal, sehingga dapat ditelaah untuk memperkirakan risiko bisnis. Faktor yang mempengaruhi risiko bisnis yaitu variabilitas permintaan, variabilitas harga jual, variabilitas harga masukan, kemampuan menyesuaikan harga keluaran terhadap harga masukan, biaya-biaya bersifat tetap (leverage operasi). 2. Posisi pajak perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan pajak adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya. Akan tetapi apabila sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena perhitungan penyusutan, bunga pada hutang yang beredar saat ini, atau perhitungan pajak yang dikompensasi ke muka, maka tambahan hutang tidak banyak memberi manfaat sebagaimana dirasakan perusahaan dengan tarif pajak efektif lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan memburuk. Para manajer dana perusahaan perlu menyediakan modal untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor keberhasilan jangka panjang. 4. Konservatisme atau agresivitas manajemen. Sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, maka sebagian perusahaan cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, akan tetapi mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan manajer.
D. Teori-Teori yang Menyangkut Struktur Modal 1. Teori Trade-off (Trade-off Theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat pengembalian. Teori trade-off menerangkan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan financial (the cost of financial distress) dari penambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang di trade-off (saling tukar) satu sama lain. Menurut teori trade-off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum (Brigham et.al, 2001:431). Menurut teori ini juga menggunakan semakin banyak hutang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham (ekuitas) dan juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian
Universitas Sumatera Utara
yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dengan pengembalian yang memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston 2001:5-6). Dalam teori trade-off
menjelaskan posisi struktur modal harus
menargetkan pada posisi kesimbangan biaya dan keuntungan marjinal dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum, maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah keuntungan dari pajak, biaya-biaya finansial, dan biaya keagenan yang dapat memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001:6). 2. Teori Keagenan (Agency Theory) Masalah keagenan timbul jika para manajer dan pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik tersebut mungkin saja terjadi apabila manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak uang kas yang digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkannya atau untuk fasilitas pribadi. Arus kas bebas (free cash flow) adalah arus kas lebih yang dibutuhkan untuk mendanai semua proyek yang memiliki nilai sekarang netto saat didiskonto pada biaya modal yang relevan. Jensen berpendapat dalam arus kas bebas yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Sebaliknya dengan arus kas yang bebas yang terbatas, manajer seharusnya mengurangi pengeluaran yang terlalu boros. Mengurangi arus kas berlebih dengan mengalirkan arus kas kembali ke pemegang saham melalui dividen yang lebih tinggi atau pembelian kembali saham, dengan cara ini
Universitas Sumatera Utara
perusahaan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dengan cara meningkatkan harga saham (Keown, 2000:557-558). Dari kedua hal ini terdapat pertentangan antara tujuan manajer dengan tujuan dari perusahaan tersebut. Karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka mereka dituntut untuk mengikuti keinginan pemegang saham (the best of interest of stockholders), namun manajer tidak ingin kepentingannya juga terabaikan. Leveraged buyout (LBO) adalah salah satu cara mengurangi kelebihan kas untuk
mengurangi
pemborosan
perusahaan.
Seperti
yang
dikemukakan
pembayaran hutang tinggi akan memaksa manajer untuk menahan kas dengan meniadakan pengeluaran lain yang tidak perlu. Namun terdapat risiko apabila meningkatkan hutang dan mengurangi arus kas karena meningkatkan risiko kebangkrutan. 3. Teori pecking order (Pecking Order Theory) Pandangan alternatif dari manajer meramalkan bagaimana cara mendanai anggaran modal perusahaannya denga teori struktur modal, sekarang dikenal dalam literatur ekonomi keuangan sebagai teori pecking order (Gordon, 1961). Teori pecking order (dalam Brigham, Houston 2001:5-6) pertama sekali dikemukakan Myers dan Majluff (1984) dan pada teori ini Myers (1989) secara ringkas mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal dengan 4 poin ini, yaitu: a. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan berinvestasi. b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.
Universitas Sumatera Utara
c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan perusahaan akan pertama memilih menerbitkan sekuritas hutang dahulu, lalu menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir. Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai proyek dengan nilai sekarang positif, pendapatan pecking order akan mengikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang lebih beresiko, modal preferen dan modal biasa akan sebagai pilihan terakhir. Dalam teori pecking order menjelaskan dimana perusahaan akan menentukan hierarki dana yang paling disukai. Jika dalam pemenuhan kebutuhan dana perusahaan lebih mengutanakan dari sumber ekstern yang berupa hutang saja, maka ketergantungan pada pihak luar akan semakin besar dan risiko finansialnya
ikut
menjadi
besar.
Sebaliknya
jika
perusahaan
hanya
menggantungkan dananya pada saham saja, maka biaya modal yang timbul akan semakin mahal. Oleh karena itu harus ada keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut. Dari teori ini dapat dilihat target debt equity ratio, karena ada dua jenis modal yang berperan dalam perusahaan yaitu eksternal dan internal, perusahaan membatasi jumlah pinjaman karena mereka menargetkan external financing yang rendah. Akhir dari teori ini tak ada tingkat pengungkit yang setepatnya ditemukan, hal ini karena rasio pengungkit yang diteliti (total hutang atas asset) hanya mencerminkan kumulatif pendanaan eksternal yang dibutuhkan perusahaan sepanjang waktu.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Dalam menentukan perimbangan antara besarnya hutang dengan jumlah
Universitas Sumatera Utara
modal sendiri sebagai tambahan analisis yang telah dibahas diatas, berikut ini adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan perusahaan (Brigham dan Houston. 2001:39-41): 1. Stabilitas penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan denagn perusahaannya yang tidak stabil. Stabilitas penjualan akan mempengaruhi stabilitas pendapatan, yang pada akhirnya akan digunakan sebagai jaminan bagi pinjaman. 2. Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung menggunakan banyak hutang, maka pada akhirnya akan diguanakan sebagai jaminan bagi pinjaman. 3. Leverage Operasi Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena akan mempunyai risiko lebih kecil. 4. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan yang tumbuh pesat lebih banyak mengandalkan dari modal eksternal. Dalam biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk menerbitkan surat hutang, yang mendorong perusahaan lebih banyak mengandalkan hutang. Namun dalam pertumbuhan yang dialami perusahaan juga ketidakpastian yang lebih besar, sehingga ia menghindari risiko yang ditimbulkan hutang.
Universitas Sumatera Utara
6. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut akan sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak tinggi. Karena itu semakin besar manfaat penggunaan hutang apabila makin tinggi tarif pajak. 7. Pengendalian Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak untuk membiayai hak suara untuk mengendalikan perusahaan, tetapi tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih hutang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sudah sangat lemah, sehingga penggunaan hutang dapat menyebabkan adanya risiko kebangkrutan. Tetapi jika jumlah hutangnya kecil manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi pertimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan hutang atau ekuitas, karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik bagi manajemen adalah bervariasi dari situasi satu ke situasi lain. 8. Sikap Manajemen Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil daripada rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen lain cenderung menggunakan hutang besar dalam usaha mengejar laba yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan sering membicarakan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat sangat memberi masukan yang diterima. 10. Kondisi pasar Kondisi di pasar saham dan obligasi memberi perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. Jika terjadi kekacauan kredit di pasar, pasar obligasi yang bernilai rendah kosong, dan tidak ada pasar dengan tingkat suku bunga yang wajar untuk obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah. Karena itu perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal beralih ke pasar saham atau pasar hutang jangka pendek, tanpa memperhatikan struktur modal yang ditargetkan. 11. Kondisi internal perusahaan Jika suatu litbang perusahaan merancangkan akan meraih laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Namun kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor, karena belum mencerminkan harga saham.
F. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan memanfaatkan semua sumber daya yang terdapat pada perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui rasio Return On Equity (ROE) dan rasio Return
Universitas Sumatera Utara
On Asset (ROA). ROE berguna untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. ROE menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan pengembalian pada pemegang saham, semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Return On Asset (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. ROA dapat
dipergunakan
untuk
menilai
apakah
perusahaan
efisien
dalam
memanfaatkan aktivanya untuk kegiatan operasional perusahaan. ROA dapt diperoleh dari Net Profit Margin dikalikan Asset Turn Over (Darsono dan Ashari, 2005:5657). Dalam mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam pengelolaan perusahaan ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai, yaitu: 1. Rasio margin laba kotor, yang diperoleh dengan membandingkan laba kotor dengan penjualan bersih. Rasio margin laba kotor menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam mengendalikan harga pokok atau biaya produksi dan pajak.
Rasio Margin Laba Kotor =
Laba Kotor Penjualan Bersih
2. Rasio margin laba bersih (Net Profit Margin Ratio) diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih.
Rasio Margin Laba Bersih =
Laba Bersih Penjualan Bersih
Kedua rasio ini dipakai bersama-sama jika ingin membuktikan operasi perusahaan yang sudah efektif. Apabila margin laba kotor perusahaan tidak
Universitas Sumatera Utara
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sedangkan margin laba bersih menurun pada periode yang sama, maka ada anggapan bahwa perusahaan dalam keadaan memiliki banyak biaya terhadap penjualan (Kuswadi, 2004:189-190). 3. Rasio pengembalian aktiva (ROA/ Return on Asset) adalah membandingkan laba bersih operasi perusahaan dengan total aktiva. Rasio ini menghitung bagaimana perusahaan menggunakan modal perusahaan yang berada di dalam aktiva maupun dalam ekuitas dan pinjaman. Rasio Pengembalian Aktiva =
Laba Bersih Total Aktiva
4. Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE/ Return on Equity) yaitu perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Yang disebut ekuitas di sini adalah modal pemegang saham dan laba ditahan. Jadi dimaksudkan disini bagaimana perusahaan dapat mengelola modal pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan dapat memperoleh penghasilan yang tinggi. Rasio Pengembalian Ekuitas =
Laba Bersih Ekuitas
5. Earning Per Share ukuran investor dalam menghitung profitabilitas dengan dasar saham yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal setiap satu lembar saham.
EPS =
Laba Bersih Jumlah Saham Yang Beredar
6. Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.
Universitas Sumatera Utara
Basic Earning Power =
7. Contribution
Margin
yaitu
Laba Sebelum Bunga dan Pajak Jumlah Aktiva
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.
Contribution Margin =
Laba Kotor Penjualan
8. Productivity Ratio yaitu menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dan menggunakan aktiva yang dimiliki. Apabila ada ketidakefisienan dalam menggunakan asset perusahaan akan menuntut penghentian asset-asset yang menganggur, sehingga biaya untuk asset tersebut akan bisa dikurangi atau bisa diinvestasikan pada aktiva yang lebih produktif. Productivity Ratio =
Penjualan Bersih Rata - rata Aktiva
G. Hubungan Struktur Modal dengan Profitabilitas Suatu perusahaan dapat bertahan apabila ia dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Upaya ini dapat dilakukan dengan mengukur struktur modal dalam mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. Struktur modal sering dihubungkan dengan nilai perusahaan dan memiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas manajemen yang dihitung oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Sedangkan cara menghitung rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal salah satunya adalah dengan Return on Equity (ROE). Menurut Sartono (2000:296) semakin besar
Universitas Sumatera Utara
penggunaan hutang dalam struktur modal maka ROE suatu perusahaan semakin meningkat, berbeda dengan Weston dan Brigham (2001:150) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian investasi (profitabilitas) yang tinggi cenderung memiliki hutang dalam jumlah kecil. Dalam penulisan ini penulis menggunakan Return on Equity (rasio pengembalian ekuitas) untuk mewakili hubungannya dengan rasio DAR, DER, LDER.
Universitas Sumatera Utara