BAB II URAIAN TEORITIS
II. 1 Komunikasi Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan hasratnya kepada orang lain, merupakan awal dari keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat (non verbal), kemudian disusun sebagai kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal. Sementara itu sifat dasar manusia yaitu “keingintahuan” yang sangat kuat tentang kejadian-kejadian dan fenomena di dunia ini mendorong manusia untuk terus menerus mengumpulkan, saling menukar dan mengendalikan informasi juga menjadi tonggak penting manusia untuk melakukan komunikasi (Roger Fidler 2003: 83-84 dalam Purba, 2006: 1). Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya defenisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologis, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik, dan lain sebagainya. Namun, kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan Latin, communicare yang berarti berpartisipasi, atau memberitahukan. Kata communis berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana. (Liliweri, 1997: 3).
Universitas Sumatera Utara
II.1.1 Defenisi Komunikasi Beberapa ahli memberikan defenisi mengenai kata komunikasi. Beberapa diantaranya yaitu: (Cangara, 2006: 18-19) 1. Harold D. Laswell Bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” 2. Everett M. Rogers “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” 3. Rogers dan Kincaid (1981) “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”. 4. Shannon dan Weaver (1949) “Komunikasi adalah bentuk interaksi antar manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja.” Sekalipun kata komunikasi telah menimbulkan banyak kesukaran namun komunikasi dapat dipahami sebagai konsep yang serba makna. Artinya komunikasi mengandung berbagai makna, yaitu: (1) komunikasi sebagai proses sosial; (2) komunikasi sebagai peristiwa; (3) komunikasi sebagai ilmu; dan (4) komunikasi sebagai kiat atau keterampilan. Dance (Liliweri 1991: membuat enam kategori dari serba makna defenisi komunikasi yang menunjukkan komunikasi sebagai: 1. Aktivitas dari suatu pihak Communication is the discriminatory respons of an organism to a stimulus (Stevens, 1950). “ Komunikasi adalah yang membedakan respon organime terhadap stimulus” 2. Aktivitas datang dari pihak lain: mempengaruhi The process by which an individual (the communicator) transmits stimulus (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individual (Hoveland, 1948). “ Sebuah proses dari seorang individu (komunikator) yang menyampaikan stimulus (biasanya symbol verbal) dengan maksud mengubah perilaku individu yang lainnya”
Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan adalah sentral Communication is essentially the relationship set up by transmission of stimully and the evocation of response (Cherrey, 1964). “Komunikasi mengutamakan hubungan yang timbul dengan mengirimkan stimulus dan menimbulkan respon. 4. Hasil adalah yang utama, sharing atau pemilikan It is process that makes common to or several what was the monopoly of one or some (Gode, 1959). “ Sebuah proses untuk membuat kesamaan pada satu pihak atau beberapa pihak yang dipengaruhi” 5. Transmisi informasi Communication is an information transformation process which originates at mind and ends at a mind (Toda, 1967). “Komunikasi adalah proses penyampaian informasi yang dimulai dari pikiran dan berakhir pada pemikiran” 6. Penggunaan lambang To designate interaction by means of sign and symbol (Cullen, 1939). “Untuk menandakan interaksi yang menggunakan tanda atau symbol” Harold D. Laswell mengemukakan tiga alasan yang mendasar mengapa manusia perlu berkomunikasi. Tiga alasan tersebut adalah: 1.
2.
3.
Dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dapat Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dimanfaatkan, dipelihara, dan menghindari hal yang mengancam dirinya. Serta melalui komunikasi ia dapat mengetahui sesuatu kejadian, mengembangkan pengetahuan dan informasi yang bias menjadi referensinya. Upaya manusia untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan suatu masyarakat tergantung pada bagaimana masyarakat bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, tidak hanya pada alam namun pada kelompok masyarakat dan manusia yang lain sehingga mampu mencapai suasana yang harmonis. Upaya manusia untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya wajib dan dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku dan peranan. Sehingga kelangsungan transformasi nilai dapat berkembang dari waktu ke waktu.
II.1.2 Tujuan Komunikasi Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka (Naisbitt dalam De Vito, 1997: 31-32):
Universitas Sumatera Utara
a. Menemukan Salah satu tujuan komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery). Bila kita berkomunikasi dengan orang lain, kita belajar mengenai diri sendiri dan orang lain. Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak berkomunikasi. Tetapi komunikasi memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar, dunia yang dipenuhi objek, peristiwa dan manusia lain. b. Berhubungan Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita ingin merasa dicintai dan disukai dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan social. c. Meyakinkan Media massa ada yang sebagaian besar dapat mengubah sikap dan perilaku kita. Kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antar pribadi, baik sebagai sumber maupun penerima d. Bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi untuk bermain dan menghibur diri. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada orang lain
tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang
menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaa tidak terkontrol. Menurut Tubbs dan Moss (Rakhmat, 2004: 13), komunikasi yang efektif menimbulkan lima hal yaitu: 1. Pengertian
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
5.
Penerimaan yang cermat oleh komunikan mengenai isi stimulus atau pesan seperti yang dimaksud oleh komunikator Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian, akan tetapi ada juga yang dilakukan untuk menimbulkan kesenangan, misalnya menanyakan keadaan seseorang. Komunikasi inilah yang membuat hubungan menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan Pengaruh pada sikap Komunikasi seringkali dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi yang efektif ditandai dengan perubahan sikap, perilaku atau pendapat komunikan sesuai dengan kehendak komunikator Hubungan sosial yang baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan social yang baik. Manusia juga adalah makhluk social yang tidak tahan hidup sendiri Tindakan Berhasil atau tidaknya komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikan
II. 2 Komunikasi Antar Pribadi Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi social dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi di antara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi. Ada 3 pendekatan umum yang dikemukakan De Vito dalam komunikasi antar pribadi, yaitu: a. Komunikasi antar pribadi didefenisikan sebagai pengiriman pesan oleh seseorang dan menerima pesan dari orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek langsung b. Komunikasi anatr pribadi merupakan komunikasi antara 2 orang yang ada hubunagn di antara keduanya
Universitas Sumatera Utara
c. Komunikasi antar pribadi merupakan bentuk perkembangan/peningkatan komunikasi pribadi Menurut Schramm (1974) di antara manusia yang bergaul, mereka saling berbagi informasi, gagasan dan sikap. Demikian pula menurut Merril dan Lownstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran para peserta, singkatnya suatu pengertian. Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik langsung. (Liliweri, 1991: 11-12) Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara komunikator dengan komunikan yang terjadi secara tatap muka (face to face). Dalam pengertian ini mengandung 3 aspek, yaitu: 1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlansung terus menerus 2. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbale balik 3. Mengandung makna, artinya sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan II.2.1 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 4 tujuan, yaitu: (De Vito, 1997: 245) 1. Mengurangi kesepian Kontak dengan sesama manusia akan mengurangi kesepian. Adakalanya kita mengalami kesepian karena secara fisik kita sendirian. Di lain pihak, kita kesepian karena meskipun mungkin bersama orang lain, kita mempunyai kebutuhan akan kontak dekat. Dalam upaya mengurangi kesepian, orang berusaha memiliki banyak kenalan. Satu hubungan yang dekat biasanya berdampak lebih baik
Universitas Sumatera Utara
2. Mendapatkan rangsangan Manusia membutuhkan stimuli. Salah satu cara agar manusia mendapatkan stimuli adalah dengan melakukan kontak antar manusia. 3. Mendapatkan pengetahuan diri Sebagian besar melalui kontak antar manusialah kita dapat mengetahui diri sendiri. Persepsi mengenai diri sendiri sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dan pikiran orang lain tentang kita. 4. Memaksimalkan kesenangan, meminimalkan penderitaan Alasan paling umum dan paling mendasar mengapa kita melakukan kontak dengan manusia lainnya adalah untuk memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan penderitaan. Kita perlu berbagi rasa dengan orang lain tentang nasib baik, penderitaan emosi atau mengenai fisik kita. II.2.2 Komponen dan Proses Komunikasi Antar Pribadi Menurut Effendy (2003: 7) yang mencoba mengutip paradigma Laswell, ada 5 komponen penting yang menyebabkan suatu komunikasi dapat berjalan dengan baik dan ini dapat diterapkan dalam komunikasi antar pribadi, yaitu: 1. Who 2. Says what 3. In which channel 4. To whom 5. With what effect
: komunikator, pihak penyampai pesan : pesan, pernyataan yang didukung oleh lambanglambang : media, sarana atau saluran penyampai pesan : komunikan, pihak penerima pesan : efek, dampak yang timbul sebagai pengaruh dari pesan
Apabila digambarkan secara sederhana kelima komponen yang telah diuraikan di atas melalui proses yaitu komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi antar pribadi dapat berganti peran, artinya suatu ketika komunikator dapat berganti peran sebagai komunikan begitu juga sebaliknya dengan komunikan yang dapat berperan sebagai komunikator. II.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi Menurut Evert M. Rogers dalam Depari (1988) ada beberapa cirri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi yaitu: 1. Arus pesan yang cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya tatap muka 3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
Universitas Sumatera Utara
4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas (terutama selective exposure) yang tinggi 5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar, relative lambat 6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap Liliweri (1991: 13) mengemukakan ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang lain, yaitu: 1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu 2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu 3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidk mempunyai identitas yang jelas 4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun tidak disengaja 5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan 6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan 7. Komunikai antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil 8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna Komunikasi antar pribadi yang baik adalah komunikasi yang memiliki ciri keterbukaan, kepekaan dan bersifat umpan balik. Individu merasa puas berkomunikasi antarpribadi bila ia dapat mengerti orang lain dan merasa bahwa orang lain juga memahami dirinya. Komunikasi antar pribadi antara dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antarpribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki makna dan pemahaman pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam komunikasi antarpribadi pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persepsi si pengamat.
Universitas Sumatera Utara
II.2.4 Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi Percakapan yang sifatnya pribadi, hanya dapat dilaksanakan melalui komunikasi antar pribadi. Hal ini dikarenakan komunikasi antar pribadi melibatkan pribadi dan terjalin melalui interaksi secara langsung di antara pribadipribadi yang sudah saling mengenal, sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah diterima, dimengerti dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketepatan yang tinggi dapat dicapai apabila antara komunikator dan komunikan mempunyai pengalaman dan latar belakan yang sama, dengan demikian keefektifan komunikasi antar pribadi dapat terjadi. Orang tua dan anak yang hidup dalam suatu keluarga tentunya mempunyai pengalaman dan latar belakang yang sama. Anak belajar dari orang tua sehingga pengalaman dan pengetahuan orang tua banyak diberikan kepada anaknya. De Vito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book, menjelaskan karakteristik komunikasi antar pribadi yang efektif dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: 1. Perspektif Humanistik, meliputi sifat-sifat: a. Keterbukaan (Openness) Proses komunikasi antar pribadi dapat berlangsung efektif bila pribadi-pribadi yang terlibat dalam proses komunikasi antar pribadi harus saling memiliki keterbukaan, dengan demikian lebih mudah mencapai komunikasi efektif.
Universitas Sumatera Utara
b. Empati (emphaty) Empati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Adanya empati komunikator dapat merasakan perasaan komunikan sehingga setiap pesan yang disampaikan sesuai dengan keinginan komunikator dan komunikan. c. Perilaku suportif (Supportivness) Dukungan tercapai bila ada saling pengertian dari mereka yang mempunyai kesamaan melalui komunikasi yang efektif, dukungan dapat diberikan. d. Rasa positif (Positivness) Setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, maka rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka. e. Kesamaan (Equality) Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadi lebih kuat apabila memiliki kesamaan pandangan, sikap, ideology dan sebagainya. 2. Perspektif Pragmatis, meliputi sifat-sifat seperti: a. Bersikap yakin (Confidence) Komunikasi antar pribadi lebih efektif apabila sesorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain. b. Kebersamaan (Immediacy) Sikap kebersamaan ini dikomunikasikan secara verbal maupun nonverbal. Secara verbal orang yang memiliki sifat ini dalam
Universitas Sumatera Utara
berkomunikasi selalu mengikutsertakan dirinya dengan orang lain. Secara non verbal, orang yang memiliki sifat ini akan berkomunikasi dengan mempertahankan kontak mata ataupun gerakan-gerakan. c. Manajemen Informasi Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak sehingga tidak seorang pun yang merasa diabaikan. d. Perilaku Ekspresif (Expresiveness) Memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain lebih membuat komunikasi antar pribadi lebih efektif. e. Orientasi pada orang lain Seseorang harus memiliki sifat yang berorentasi pada orang lain untuk mencapai efektifitas komunikasi antar pribadi. Artinya seseorang mampu untuk beradaptasi dengan orang lain selama berlangsungnya komunikasi antar pribadi.
Selain itu Bocner dan Kelly mengemukakan 5 kemampuan khusus di dalam komunikasi antar pribadi, yaitu: 1.
Empati, atau proses kemampuan menangkap hal-hal yang terdapat di dalam komunikasi dengan orang lain melalui analisi isi pembicaraan, nada suara, ekspresi wajah, sehingga seseorang dapat menangkap pikiran dan perasaan sesuai dengan orang yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2.
Deskripsi, kemampuan untuk membuat pernyataan yang konkrit, spesifik, dan deskriptif
3.
Kemampuan merasakan dan memahami pernyataan yang dibuat dan mempertanggungjawabkannya sehingga tidak menyalahkan orang lain terhadap perasaan yang dialami.
4.
Sikap kedekatan, keinginan untuk membicarakan perasaanperasaan pribadi
5.
Tingkah laku yang fleksibel ketika menghadapi kejadian yang baru dialami.(http://kuliah.dagdigdug.com/01/03/10)
II. 3 Peran Orang Tua Peran adalah tingkah laku yang dibentuk oleh peranan-peranan yang diberikan oleh masyarakat bagi individu untuk melaksanakannya. Dengan kata lain, peranan mengakui bahwa faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi berbeda. Peran orang tua sebagai pendidik bagi anak-anaknya adalah suatu keharusan dan mesti dilakukan orang tua kepada anak-anaknya, sebab menurut Drost (1999:2229) anak-anak sangat membutuhkan beberapa hal berikut ini: 1. Mencintai dan Dicintai Mencintai dan dicintai adalah kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Itu berarti secara konkrit orang tua harus terbuka kepada anaknya agar dapat mengenalinya. 2. Perlindungan hingga merasa aman dan kerasan Percaya mempercayai adalah syarat mutlak menciptakan suasana aman, yaitu suasana keterbukaan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk ikut berbagi kebahagiaan, keberhasilan, juga kegagalan dan keprihatinan dari keluarga. 3. Bimbingan Bimbingan berarti orang tua harus menerima kemampuan anak apa adanya. Supaya kemampuan anak berkembang, orang tua harus menciptakan ruang lingkup yang menggairahkan dan merangsang. Kemudian yang perlu dihindari adalah segala hal yang menekan.
Universitas Sumatera Utara
4. Diakui Artinya orang tua harus menghargai pribadi anak. Meskipun anak masih tergantung pada orang tua, ia harus diperlakukan sebagi pribadi yang dihargai hak-haknya. 5. Disiplin Anak adalah manusia yang didewasakan. Sesuai dengan umurnya sedikit demi sedikit ia harus diajari dan dibiasakan hidup sebagai makhluk sosial. Ia harus bergul dengan orang lain/sesamanya.
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Sebagaian besar interaksi orang tua dan anak memiliki implikasi masa depan karena keluarga adalah tempat masing-masing kita belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Dissanayake (2000) menyatakan bahwa ketika kita datang ke dunia, kita sudah siap berinteraksi dengan manusia lainnya. Para ibu dan ayah ataupun orang lain dalam keluarga berinteraksi dengan berbagai macam cara. Hingga derajat tertentu sifat dari interkasi tergantung pada kerakteristik kepribadian dari orang-orang yang berinteraksi. Semua interaksi dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya memiliki efek terhadap apa yang anak pelajari terhadap hubungannya dengan orang lain. Contohnya, ketika orang tua bermain dengan anaknya, mereka memberikan informasi mengenai bagaiman orang-orang berinetraksi satu sama lian pada situasi social, mengikuti suatu prosedur tertentu, dan terlibat dalam perilaku kerja sama yang semuanya relevan
Universitas Sumatera Utara
terhadap kemampuan anaka untuk menghadapi orang dewas lain dan juga teman sebayanya. Hubungan yang menyenangkan dan memuaskan di dalam keluarga diasosiasikan dengan kemampuan untuk mengalami empati, rasa percaya diri, dan kepercayaan interpersonal. Umumnya peran orang tua dan komunikasi yang dilakukan terhadap anaknya tidak hanya menyalurkan perilaku anak tetapi juga sikapnya. Peran juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang orang tua dan mempengaruhi arah dari pembentukan dan perilaku anak. Menurut Gunarsa (2000: 31-37) masingmasing pribadi dapat mengetahui perannya di dalam keluarga anatara lain peran ibu dan peran ayah dalam keluarga. 1. Peran Ibu dalam keluarga a. Memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis, artinya kedudukan seorang ibu sebagai tokoh sentral untuk melaksanakan kehidupan. Ibu memenuhi kebutuhan social, psikis yang bila tidak terpenuhi akan mengakibatkan suasana keluarga menjadi tidak optimal b. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar dan konsisten, artinya ibu mempertahankan hubungan-hubungan dalam keluarga, c. Ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan anak, artinya ibu berperan dalam mendidik dan mengembangkan kepribadian anak d. Ibu sebagai contoh dan teladan, artinya dalam mengembangkan kepribadian anak dan membentuk sikap-sikap anak seorang ibu perlu memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima, karena anak belajar melalui peniruan terhadap orang lain e. Ibu memberi rangsangan dan pelajaran, artinya seorang ibu memberi rangsangan social bagi perkembangan anak 2. Peran Ayah dalam Keluarga a. Berperan dalam mencari nafkah, artinya sebagai tokoh utama yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga b. Berpartisipasi dalam pendidikan anak, artinya ayah menjadi model, teladan dalam meberi pengertian pada anak c. Sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana dan mengasihi keluarga, artinya bahwa ayah merupakan tokoh otoritas yang tegas dan penuh wibawa menanmkan sikap-sikap patuh pada anak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam mengembangkan perilaku positif atau bahkan potensi anak, orang tua menjadi katalisator utamanya. Adapun peran orang tua dalam mengembangkan perilaku positif anak, yaitu: (Nuryanti, 2008:64) 1. Menciptakan atmosfir yang penuh penghargaan, waktu yang cukup untuk bermain dan kesempatan untuk mandiri. 2. Mengembangkan pola komunikasi yang positif 3. Menyediakan aturan yang konsisten dan batas-batas yang jelas dari setiap aturan 4. Menyediakan aktivitas yang mendukung penguasaan anak akan keterampilan-keterampilan yang harus dikuasainya dan membuat anak mengembangkan perasaan “mampu” 5. Menyediakan kesempatan untuk merangsang dan belajar dengan anggota keluarga yang lain 6. Menekankan pentingnya belajar Kehidupan pada masa anak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya stimulasi dan perlakuan dari linkungan hidupnya. Kehidupan pada masa anak ini harus dianggap sebagai perode sensitive di mana kualitas perangsangan harus diatur sebaik-baiknya, tentunya orang tuanya yang paling bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian anak menjadi dewasa dan matang sehingga dapat terintegrasi dengan baik II. 4 Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan manusia meliputi perubahan fisik, kognitif dan sosio-emosi sepanjang kehidupannya. Manusia berkembang seperti bulan sabit: bersifat lemah pada usia awalnya, semakin membesar dan kuat pada usia pertengahan dan menjadi lemah kembali pada usia lanjut. Justru, pertumbuhan dan perkembangan manusia meliputi dari saat terbentuknya janin hingga menjadi seorang bayi dan seterusnya berkembang menjadi seorang anak-anak, remaja, dewasa dan berakhir dengan kematian.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya perkembangan manusia, anak-anak yang dilahirkan sentiasa berkembang dari saat kelahirannya hingga ia dewasa. Anak-anak mempunyai ciriciri yang unik dan istimewa di mana ia akan berkembang mengikut tahapantahapannya. Gunarsa (2000: 6) membagi masa perkembangan ke dalam beberapa tahapan, yaitu: 1. masa bayi
: 0-2 tahun
2. masa anak
: masa balita, pra sekolah (2-5 tahun) masa anak sekolah (6-12 tahun) masa pra remaja (10-12 tahun)
3. masa remaja 4. masa dewasa : dewasa muda, dewasa madya dan dewasa lanjut. Selain itu Hurlock (1993: 38) membagi periode perkembangan utama pada manusia, yaitu: 1.
Masa Neonatus (lahir sampai 10-14 hari), yaitu masa periode bayi yang baru lahir. Selama waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya di luar rahim ibu. Pertumbuhan untuk sementara terhenti
2.
Masa Bayi (2 minggu sampai 2 tahun), yaitu masa bayi dimana mereka secara bertahap belajar untuk bergantung pada diri sendiri. Perubahan ini disertai timbulnya perasaan tidak suka dianggap seperti bayi dan keinginan untuk mandiri
3.
Masa Kanak-Kanak (2 tahun sampai masa remaja), periode ini terdiri atas 2 bagian:
Universitas Sumatera Utara
a. masa kanank-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau “prakelompok”. Anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial b. akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan, dan 14 tahun pada anak laki-laki) adalah periode di mana terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi yang merupakan usia sekolah atau “usia kelompok” 4.
Masa Puber (11 sampai 16 tahun), yaitu periode yang saling tumapang tindih, kira-kira 2 tahun meliputi akhir masa kanak-kanak dan 2 tahun meliputi masa awal remaja.
II.4.1 Konsep Dan Prinsip Perkembangan Anak Menurut Crow, perkembangan merupakan perubahan secara ‘kualitatif’ serta cenderung ke arah yang lebih baik dari segi pemikiran, rohani, moral dan sosial. Menurut Karl E. Garrison pula, perkembangan merupakan hasil dari tindakan yang saling berkaitan antara perkembangan jasmani dan pembelajaran. Secara ringkas, perkembangan boleh diartikan sebagai proses yang saling berkaitan antara perubahan kuantitatif dan perubahan kualitatif yang menuju ke arah tertentu dan dalam waktu tertentu pula. Perubahan-perubahan yang berlaku ini adalah stabil, berlaku secara teratur dan progresif dalam arah tertentu. Misalnya anak-anak akan mulai mengenal objek, memberi nama kepada objek, mengenal huruf, mengaitkan huruf dengan objek, mengenal perkataan dan mengaitkannnya dengan objek (http://el-children.blogspot.com/01/03/2010).
Universitas Sumatera Utara
Adapun konsep dan prisnsip perkembangan anak meliputi: 1. Perkembangan kognitif anak ialah tahap-tahap kemampuan seorang anak dalam memperhatikan, meneliti, menyimpan, menafsirkan fikirannya, maupun menyelesaikan masalah. 2.
Perkembangan emosi anak merupakan peningkatan kemampuan seorang anak dalam merasakan sesuatu, mengontrol perasaan dan menghayati peristiwa dan fenomena alam.
3. Perkembangan social anak ialah peningkatan kemampuan berinteraksi dalam kelompok, berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkunagnnya. Anak-anak yang sosialnya belum berkembang akan bersifat egosentrik iaitu sifat mementingkan diri sendiri dan menganggap orang lain juga berfikiran sepertinya. 4. Perkembangan moral ialah peningkatan tahap kesadaran akhlak, peraturan, nilai dan norma yang telah disepakati bersama. Maksudnya, anak-anak yang telah ada kesadaran moral akan mengerti untuk menghormati orang dewasa dan mengapa perlu mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. 5. Perkembangan rohani meliputi kesadaran tentang perasaan hati, hakikat kehidupan dan keberadaan Tuhan Dalam penelitian ini, akan dibahas lebih jauh mengenai perkembangan anak 6-12 tahun. Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah. Banyak aspek perilaku dibentuk melalui penguatan (reinforcement) verbal, keteladanan, dan identifikasi. Menurut Havighurst, anak-anak pada masa ini harus menjalani tugas-tugas perkembangannya yakni: (Hurlock, 1993: 40)
Universitas Sumatera Utara
10. Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak 11. Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organisme yang tumbuh 12. Belajar bergaul dengan teman sebaya 13. Belajar memainkan peran pria dan wanita yang sesuai 14. Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca menulis, dan berhitung 15. Mengembangkan konsep yang diperlukan untuk sehari-hari 16. Mengembangkan nurani, moralitas, dan suatu skala nilai 17. Mencapai kemandirian pribadi 18. Membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga social Dalam perkembangan ini anak tetap memerlukan penambahan pengetahuan melalui belajar. Belajar secar sistematis di sekolah dan mengembangkan sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian dan pujian perilaku bila prestasi-prestasinya baik, baik di rumah maupun sekolah. Anak tetap memerlukan pengarahan dan pengawasan dari guru dan khususnya orang tua untuk
memunculkan
kebiasaan-kebiasaan
yang
baik
dan
keterampilan-
keterampilan baru. II.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan anak: 1. Faktor-faktor tersebut ialah faktor alamiah (genetis) Faktor alamiah atau genetis merujuk kepada ciri-ciri biologi, atau gengen yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Factor ini memainkan
peranan
yang
penting
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan anak-anak. Sebagai contoh jika orang tuanya berkulit hitam anak mereka juga akan berkulit hitam. Sifat-sifat seseorang itu ditentukan oleh gen. Apek-aspek yang dipengaruhi oleh faktor genetis adalah seperti fisik, mental, personalitui, dan emosi.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dan budaya masyarakat juga
mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.. Pengaruh teman sebaya juga adalah aspek-aspek yang mendorong perkembangan anak-anak. Ini karena teman sebaya yang baik perilakunya dan tinggi kecerdasan dapat membantu membentuk kepribadian yang positif. Guru dan sekolah juga turut memberi pengaruh (http://el-children.blogspot.com/01/03/2010). II.5 Teori Perilaku, Perilaku Positif dan Sosial Kognitif Bandura (Gunarsa, 1997:3), menekankan bahwa perilaku dapat mempengaruhi faktor orang/kognitif, begitu juga sebaliknya. Aktivitas kognitif orang dapat mempengaruhi lingkungan, lingkungan dapat mempengaruhi kognisi seseorang, dan seterusnya. Gunarsa menggambarkan perilaku ialah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan. Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan pada dua kemungkinan yaitu: 1. Perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk insting-insting biologis lalu dikenal dengan penjelasan "nature", artinya bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup 2. Perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture”, yaitu bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh lingkungan
Universitas Sumatera Utara
II.5.1 Pembentukan Perilaku Menurut Erik Erikson (Ibung, 2009: 5-6) menyatakan dasar-dasar perilaku pada anak terbagi ke dalam tahapan usia sebagai berikut: 1. Usia 0-2 tahun Anak sepenuhnya bergantung pada ibu, ketika ibu memenuhi kebutuhan si anak dari fisik sampai mental sehingga tumbuhlah kepercayaan. 2. Usia 2-4 tahun Pada tahap ini anak meyakini adanya hubungan erat dengan ibu maka mulailah anak-anak mengembangkan diri sendiri, mulai belajar mandiri dengan batasn tertentu. 3. Usia 4-6 tahun Anak dalam usia ini sudah mempunyai kepercayaan diri dan sadar dengan eksistensi dirinya, anak akan mulai berinisiatif untuk mengatasi konflik. 4. Usia 6-8 tahun Pada tahap ini anak mulai belajar banyak hal disekolah, juga merupakan usia awal sekolah 5. Usia 9-10 tahun Pada tahap ini anak mulai merasa kurang pantas dan tidak senang bermain dengan lawan jenis dan mulai terpengaruh dengan kedekatan pada teman sebaya 6. Usia 11-12 tahun Pada tahap ini anak sudah mulai mencapai pengertian bijaksana, mulai berpikir logis. Rakhmat (2004; 32-47) merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku manusia, yaitu terdiri dari factor personal dan situasional. 1. Faktor Personal a. Faktor Biologis Warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. b. Faktor sosiopsikologis Karena manusia makhluk social, dari proses social ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya, yang
Universitas Sumatera Utara
dapat dikelompokkan menjadi komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. 2. Faktor Situasional a. Faktor Ekologis, Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. b. Faktor rancangan Satu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi di antara orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu c. Faktor Temporal Pengaruh waktu dapat mempengaruhi bioritma manusia. Yang mempengaruhi manusi bukan saja di mana mereka berada tetapi juga bilamana mereka berada d. Suasana perilaku Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku orang-orang di dalamnya. e. Teknologi Pengaruh teknologi terhadap perilaku manusia sudah sering dibicarakan orang. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku social. f. Faktor-faktor sosial Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi adalah factor-faktor social yang menata perilaku manusia.
Universitas Sumatera Utara
g. Lingkungan pikososial Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan kita akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. h. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku Ada situasi yang memberikan rentangan kelayakan perilaku, dan situasi yang banyak memberikan kendala pada perilaku. Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa malu. Sebaliknya, situasi restriktif menghambat orang untuk berperilaku sekehendak hatinya. II.5.2 Perspektif Perilaku Ada empat perspektif dalam memahami perilaku yaitu : i.
Perspektif Perilaku (behavioral perspectives) Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941). bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang, seyogianya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh seseorang. Lebih baik kita memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan mempertimbangkan proses mental seseorang, kita tidak terbantu memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak reliabel untuk memprediksi perilaku. Misalnya tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang sesuatu, akan juga berperilaku negatif.
Universitas Sumatera Utara
ii.
Perspektif Kognitif (cognitive perspectives) Perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang
iii.
Perspektif Stuktural (structural perspectives) Perspektif struktural menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku seseorang merupakan reaksi terhadap harapan orang-orang lain. Contohnya, seorang mahasiswa rajin belajar, karena masyarakat mengharapkan agar yang namanya mahasiswa senantiasa rajin belajar. Seorang ayah rajin bekerja mencari nafkah guna menghidupi keluarganya. Mengapa ? Karena masyarakat mengharapkan dia berperilaku seperti itu, jika tidak maka dia tidak pantas disebut sebagai "seorang ayah".
iv.
Perspektif Interaksionis (interactionist perspectives). Perspektif
interaksionis
lebih
menekankan
bahwa
manusia
merupakan agen yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun harapan-harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk interaksi dan harapannya. (http://home.unpar.com/01/03/2010)
Universitas Sumatera Utara
Selain itu ada juga yang dikenal dengan teori sosial kognitif yaitu merupakan teori tentang perilaku yang mempertimbangkan pikiran seseorang. Teori ini menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan orang/kognisi merupakan faktor penting dalam perkembangan. Orang/ kognisi mengacu pada karakteristik pribadi (contohnya introvert dan extrovert dan percaya bahwa seseorang dapat mengendalikan pengalaman diri secara efektif) dan pada proses kognitif yang menengahi hubungan antara lingkungan dan perilaku. II.5.3 Perilaku Positif Hurlock (1993: 262) mejelaskan pola perilaku positif pada anak yang meliputi: 1. Kerja sama Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja sama dengan anak lain agar mereka semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk cepat belajar melakukan sesuatu . 2. Persaingan Jika persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. 3. Kemurahan hati Kemurahan hati, sebagaimana terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain dan kemurahan hati menghasilkan penerimaan sosial 4. Hasrat akan penerimaan sosial Jika hasrat untuk diterima kuat, hal ini mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
Universitas Sumatera Utara
5. Simpati Mereka mengekspresikna simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih 6. Empati Empati adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain.dan menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain 7. Ketergantungan Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. 8. Sikap ramah Anak memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau bersama anak/orang lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka 9. Sikap tidak mementingkan diri sendiri Anak yang mempunyai kesempatan dan mendapat dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki 10. Meniru Dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri sendiri
Universitas Sumatera Utara
11. Perilaku kelekatan Anak mengalihkan pola perilaku ini kepada anak/ orang lain dan belajar membina persahabatan dengan mereka setelah mengembangkan kelekatan pada ibu sewaktu bayi.
Walgito (2004: 13-14) menjelaskan bagaimana cara orang tua dalam membentuk perilaku sesuai dengan yang diharapkan, dalam hal ini adalah perilaku positif, yaitu: 1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan. Salah satu cara pembentukan perilaku ini dapat ditempuh dengan kondisioning atau kebiasaan. Dengan caramembiasakan diri anak untuk berperilaku sesuai yang diharapkan, akhirnya akan terbentuk perilaku tersebut. Misalnya, anak dibiasakan menyikat gigi sebelum tidur ataupun membiasakan diri tidak dating terlambat ke sekolah. Cara ini didasarkan pada teori belajar Pavlov maupun oleh Thorndike dan Skinner 2. Pembentukan perilaku dengan pengertian. Cara ini didasarkan pada teori belajar kognitif yang diperkenalkan oleh Kohler, yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian, misalnya apabila dating ke sekolah terlambat maka akan mengganggu orang lain 3. Pembentukan perilaku berdasarkan model. Cara ini didasarkan atas teori belajar social yang dikemukakan Bandura (1977). Misalnya. Kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya. Ini menunjukkan pembentukan perilaku positif dengan menggunakan model.
Universitas Sumatera Utara