BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Kepariwisataan 2.1.1
Sejarah Pariwisata Pariwisata sebagai suatu aktifitas perjalanan sesungguhnya sudah dilakukan
sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri, yang ditandai dengan adanya pergerakan manusia yang melakukan ziarah atau perjalanan agama lainya. Pada zaman prasejarah, manusia dalam melangsungkan kehidupanya sering melakukan perjalanan berpindah-pindah guna mendapatkan makanan, minuman, pakaian serta tempat dan iklim yang mendukung untuk kehidupanya sehingga perjalanan yang jauh merupakan cara dan gaya untuk bertahan hidup. Sejarah panjang dari gaya hidup nomaden ini mempengaruhi pikiran manusia sehingga secara tidak sadar membuat aktivitas perjalanan secara insting menjadi perilaku yang alamiah. Namun demikian, tonggak-tonggak sejarah pariwisata sebagai fenomena modern ditelusuri dari perjalanan Marcopolo (1254 1324 M) yang menjelajahi Eropa, sampai ke Tiongkok, untuk kemudian kembali ke Venesia, dan kemudian disusul oleh perjalanan Pangran Henry (1394 – 1460 M), dan juga Christopher Colombus (1451 – 1506 M), serta Vasco Da Gama (pada akhir abad ke 15 M). Selanjutnya, pada abak ke 17 – 20 M merupakan era perpindahan dan perjalanan manusia melintasi Negara(internasional) dan bunua (interkontinental). Ini adalah periode migrasi dimana manusia meninggalkan suatu Negara ataupun benua
Universitas Sumatera Utara
untuk bermukim di suatu Negara ataupun benua lain. Mereka mulai membangun tempat tinggal yang baru dan bermukim serta beradaptasi dengan tempat baru seolaholah sebagaimana tempat aslinya. Beberapa orang yang telah mencapai tingkat kesejahteraan dan mempunyai waktu luang mulai melakukan pejalanan bukan untuk memcari tempat bermukim yang baru melainkan untuk mencari kesenangan dan mengisi waktu luang atau untuk alasan budaya dan agama. Fenomena inilah yang menjadi potret awal lahirnya pejalanan pariwisata. Tahun 1840 an perjalanan pariwisata secara terorganisir mulai dilakukan. Adalah Thomas Cook, seorang berkebangsaan inggris mulai memberangkatkan sekelompok orang dalam suatu paket wisata modern. Pada abad ke 20, sekitar tahun 1960 – 1980, tampak adanya peningkatan pesat pada jumlah orang yang melakukan perjalanan wisata. Lebih dari 300 juta wisatawan internasional tercatat tiap tahunya di beberapa Negara tujuan wisata. Di Indonesia sendiri, jejak pariwisata modern ditandai dengan dibentuknya VTV (Vereeneging Toeristen Verkeer), pada tahun 1910 an yang merupakan suatu badan pariwisata Belanda di Batavia. Badan pariwisata ini juga bertindak tour operator dan travel agent, yang secara gencar mempromosikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata khususnya Jawa dan Bali. Pada tahun 1926 dengan berkedudukan di Jakarta berdiri pula sebuah cabang dari Lislind (Lissonne Lindeman) yang pada tahun 1928 berubah menjadi Nitour (Nederlandsche Indische Touriten Bureau), sebagai anak perusahaan pelayaran Belanda (KPM) yang
Universitas Sumatera Utara
mengankut wisatawan melayani pelayaran yang menghubungkan Batavia, Surabaya, Bali, dan Makasar (Pinata dan Diarta : 2009). 2.1.2
Defenisi Pariwisata Untuk memudahkan kita dalam memahami definisi pariwisata sebagai suatu
objek pembahasan ilmiah ada baiknya terlebih dahulu kita pahami mengenai istilah pariwisata itu sendiri. Bila ditinjau dari segi etimologi, istilah pariwisata berasal dari dua suku kata sansekerta yaitu Pari yang berarti berkali-kali atau berkeliling dan Wisata yang berarti perjalanan. Jadi, secara etimologi pariwisata dapat dipahami sebagai suatu aktifitas perjalanan berkeliling. Lebih jelas lagi, guna menyatukan konsep mengenai defenisi pariwisata penulis akan memaparkan beberapa pendapat para ahli mengenai defenisi pariwisata, yaitu sebagai berikut. 1.
Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt (dalam Yoeti, 1996 : 115) “Tourism is the totally of the relationship and phenomena arising from the travel and stay of strangers (Ortsfremde), provide the stay does not imply theestablishment of a permanent resident.”
2.
Prof. Hands Buchli (dalam Yoeti, 1996 : 117) Kepariwisataan adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.
Dr. Hubbert Gulden (dalam Yoeti, 1996 : 117) “Pariwisata merupakan suatu seni dari lalu lintas dimana manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh tinggal atau menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, yang sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan”.
4.
Ketetapan MPRS No 1 II Tahun 1960 Kepariwisataan dala dunia modern pada hakikatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negri) atau negara-negara lain (pariwisata luar negri). Defenisi pariwisata memang tidak dapat persis sama diantara para ahli, hal ini
sering terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga bisa ditemui pada berbagai disiplin ilmu lain. Namun berdasarkan defenisi-defenisi yang telah dipaparkan diatas ada beberapa unsur pokok yang menjadi patokan utama yaitu : a. Adanya unsur travel (perjalanan) merupakan pergerakan dari suatu tempat ke tempat lain b. Adanya unsur “tinggal sementara” di tempat tujuan c. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut adalah untuk kesenangan dan bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan berkeliling yang dilakukan oleh perorangan atau individu maupun kelompok dari tempat asal ke satu atau beberapa tempat yang berbeda dari rutinitas sehari-hari dan menetap sementara dengan maksud untuk bersenang-senang dan bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi dan juga termasuk didalamnya keseluruhan dari elemen-elemen yang terkait dalam penyelenggaraan perjalanan wisata. 2.1.3
Defenisi Wisatawan Kata wisatawan atau dalam bahasa ingris disebut dengan istilah tourist
merujuk pada subjek. Subjek yang dimaksud disini adalah orang yang tengah melakukan perjalanan wisata. Secara umum wisatawan menjadi bagian dari traveller atau visitor. Untuk dapat dapat disebut sebagai wisatawan, seseorang haruslah seorang traveller atau visitor. Secara etimologi, istilah wisatawan berasal dari kata wisata yang berarti perjalanan dan mendapat imbuhan wan yang dalam bahasa Indonesia merupakan suatu imbuhan untuk menyebutkan orang atau pelaku. Sama halnya dengan istilah Tourist dalam bahasa inggris, yang berasal dari kata tour dan mendapat akhiran ist untuk menyebutkan orang atau pelaku. Jadi secara luas dapat dipahami bahwa wisatawan (tourist) adalah seorang atau kelompok yang melakukan perjalan dan aktivitas wisata. Sesorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata diesebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurang –kurangnya 24 jam di daerah atau Negara
Universitas Sumatera Utara
yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal didaerah atau Negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). IUOTO (The International Union of Official Organization) menggunakan batasan mengenai wisatawan secara umum yaitu : Pengunjung (visitor) yaitu, setiap orang yang datang ke suatu Negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Ada dua kategori mengenai sebuta pengujung, yakni: 1.
Wisatawan (Tourist) Adalah pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya 24 jam di suatu daerah yang dikunjungi. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi: a. Pesiar (Leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga. b. Hubungan dagang, seperti mengunjungi sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi, dan sebagainya.
2.
Pelancong (excursionist) Pengunjung sementara yang tinggal di daerah yang di kunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam. Theobald (dalam Pinata : 43) mengemukakan beberapa elemen yang dipakai
sebagai patokan untuk menentukan seseorang dapat dikatakan wisatawan atau tidak menurut standar internasional, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.
Tujuan perjalanan (purpose of trip) Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan selain untuk tujuan bisnis (leisure traveling), walau ada kalanya perjalanan bisnis diikuti kegiatan wisata (non bisnis).
2.
Jarak perjalanan dari tempat asal (distance traveled). Untuk tujuan statistik untuk memperhitungkan jarak perjalanan wisata, beberapa Negara memakai jarak total ulang alik (rond trip) antara tempat tinggal dan tujuan wisata. Umumnya jarak yang dipakai berfariasi antara 0-160 km (0-100 mil) tergantung ketentuan masing-masing Negara. Oleh karenanya, perjalanan yang dilakukan seseorang, walaupun bukan untuk bisnis, tetapi bila kurang dari ketentuan yang ditetapkan maka orang tersebut tidak akan disebut sebagai wisatawan.
3.
Lamanya perjalanan (duration of trip) Umumnya definisi mengenai wisatawan mencakup perjalanan paling tidak satu malam (over night) di tempat yang menjadi tunjuan perjalanan. Namun ada kalanya persyaratan ini dikesampingkan pada kasus perjalanan wisata yang memang di desain kurang dari 24 jam tetapi nyata-nyata berdampak pada kegiatan bisnis pariwisata, seperti restoran, atraksi wisata, hotel dan sebagainya, didaerah tujuan wisata.
2.1.4
Sumber Daya Pariwisata Sumber daya merupakan suatu modal utama pada setiap industry yang
menghasilkan suatu produk . Sumber daya yang dimiliki akan sangat menentukan
Universitas Sumatera Utara
kualitas suatu produk yang akan dihasilkan. Menurut Depbudpar (2007), argumentasi tentang sumber daya pariwisata dapat diperluas, termasuk berbagai faktor yang tidak tercakup dalam konseptualisasi secara tradisional yang selalu dihubungkan dengan sumber daya alam. Salah satu karakteristik dari sumber daya pariwisata adalah dapat dirusak dan dihancurkan oleh pemakaian yang tidak terkendali dan kesalahan pengaturan. Dalam dunia pariwisata sumber daya yang terkait diantaranya : 1.
Sumber Daya Alam Usur-unsur
alam
sebenarnya
bersifat
netral
sampai
manusia
mentransformasikanya menjadi sumber daya. Hal ini juga dipengaruhi oleh bagaimana sumber daya alam itu digunakan. Menurut Damanik dan Weber (dalam Pinata dan Diarta, 2009 : 70), sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah : a. Keajaiban dan keindahan alam (topografi) b. Keragaman flora c. Keragaman fauna d. Kehidupan satwa liar e. Vegetasi alam f. Ekosistem yang belum terjamah manusia g. Rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai) h. Lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain) i. Objek megalitik
Universitas Sumatera Utara
j. Suhu dan kelembaban udara yang nyaman k. Curah hujan yang normal. Sedangkan Menurut Fennel (dalam Pinata dan Diarta, 2009 : 71), sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi sumber daya pariwisaya diantaranya adalah sebagai berikut: a. Lokasi geografis Menyangkut karakteristik ruang yang menentukan kondisi yang terkait dengan beberapa variabrel lain, misalnya untuk wilayah eropa yang dingin dan bersalju seperti Swiss mungkin cocok untuk dikembangakan atraksi wisata ski es. b. Iklim dan cuaca Ditentukan oleh latitude dan elevation diukur dari permukaan air laut, daratan, pegunungan, dan sebagainya. Bersama faktor geologis, iklim merupakan penentu utama dari lingkungan fisik yang mempengaruhi vegetasi, kehidupan binatang, angin, dan sebagainya. c. Topografi dan landforms. Bentuk umum dan struktur permukaan bumi membuat beberapa georafis menjadi bentangan alam yang unik (landform). Kedua aspek ini menjadai daya tarik tersendiri yang membedakan kondisi georafis suatu wilayah/benua lainya sehingga sangat menarik untuk menjadi atraksi wisata.
Universitas Sumatera Utara
d. Surface materials. Menyangkut sifat dan ragam material yang menyusun permukaan bumi, misalnya formasi buatan alam, pasir, mineral, minyak, dan sebagainya, yang sangat unik dan menarik sehingga bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata alam. e. Air Air memegang peran yang sangat penting dalam menentukan tipe dan level dari rekreasi outdoor, misalnya dalam mengembangkan jenis wisata pantai/bahari, danau, sungai, dan sebagainya (sailing, cruisesw, fishing, snorkeling, dan sebagainya) f. Vegetasi Vegetasi merujuk pada keseluruhan kehidupan tumbuhan yang menutupi suatu area tertentu. Kegiatan wisata sangat tergantung pada kehidupan dan formasi tumbuhan seperti misalnya ekowisata pada kawasan konservasi alam/hudan lindung. g. Fauna Beragam binatang berperan cukup signifikan terhadap aktifitas wisata baik dipandang dari sisi konsumsi (misalnya wisata berburu dan mancing) maupun non konsumsi (misalnya birdwatching). 2.
Sumber Daya Budaya Istilah “budaya” tidak hanya sekedar merujuk pada sastra dan seni, tetapi juga pada keseluruhan cara hidup yang dipraktikan manusia dalam kehidupan sehari-
Universitas Sumatera Utara
hari yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta mencakup pengertian yang lebih luas dari lifestyle dan folk heritage. Dalam pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumber daya budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata sering dikenal sebagai pariwisata budaya. Sumbr daya budaya yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata diantaranya adalah sebagai berikut : a. Bangunan bersejarah, situs, monument, museum, galeri seni, situs budaya kuno dan sebagainya. b. Seni patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat desain, studio artis, industry film, penerbit, dan sebagainya. c. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festival, dan even khusus lainya. d. Peninggalan keagamaan, pura, candi, masjid, situs, dan jejak peninggalan agama lainya. e. Kegiatan dan tata cara hidup masyarakat lokal, sestem pendidikan, sanggar, teknologi tradisional, cara kerja dan tradisi yang berlaku pada masyarakat setempat. f. Perjalanan (trekking) ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi tradisional unik (berkuda, delman, dan sebagainya). Mencoba
kuliner
setempat.
Melihat
persiapan,
cara
membuat,
menyajikan,dan menyantapnya merupakan salah satu atraksi budaya yang samgat menarik bagi wisatawan.
Universitas Sumatera Utara
3.
Sumber Daya Manusia Faktor sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakanya. Sebagai salah satu industry jasa, sikap dan kemampuan staff akan sangat berdampak terhadap pelayanan yang diberikan kepada wisatawan yang secara lansung akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan, dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukan. Secara garis besar, karir yang dapat ditekuni dan memerlukan sumber daya manusia dalam dunia kepariwisataan adalah : a. Bidan transportasi, darat, laut, dan udara b. Bidang akomodasi, dari segala macam bentuk akomodasi c. Biro perjalanan wisata d. Instansi pengelola wisata, baik swasta maupun pemerintah e. Dan lain sebagainya.
2.1.5
Objek dan Daya Tarik Wisata Objek dan daya tarik wisata (tourism resources) merupakan satu kesatuan dari
atraksi wisata yang ada dan ditawarkan disuatu daerah tujuan wisata guna menarik minat wisatawan untuk bekunjung ke daerah tersebut. Objek merupakan daerah atau tempat dimana daya tarik wisata itu terdapat sedangkan daya tarik wisata merupakan suatu potensi yang dimiliki suatu daerah dan dikemas dalam bentuk atraksi wisata yang di suguhkan kepada wisatawan yang datang berkunjung ke daerah tujuan wisata.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini memposisikan objek dan daya tarik wisata salah satu pilar utama dalam pengembangan indusri pariwisata. Pengertia objek wisata menurut para ahli. 1.
SK. MENPARPOSTEL NO.KM 98 / PW. 102 / MPPT-87 Menjelaskan bahwa objek wisata adalah tempat atau keadaaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
2.
Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi : a. Ciptaan Tuhan YME, yang mewujudkan keadaan alam serta flora dan fauna seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimbah dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka. b. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan. c. Sasaran wisata minat khusus seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain. Suatu tempat/daerah agar dapat dikatakan sebagai objek wisata harus
memenuhi hal pokok berikut: 1.
Adanya something to see. Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat.
Universitas Sumatera Utara
2.
Adanya something to buy. Maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli.
3.
Adanya something to do. Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu. Setiap daerah tujuan wisata memiliki objek dan daya tarik berbeda-beda yang
ditawarkan kepada wisatawan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Secara garis besar objek wisata terbagi dalam dua jenis diantaranya yaitu: 1.
Daya tarik wisata alam (natural tourist attractions), segala bentuk daya tarik yang dimiliki oleh alam, misalnya: laut, pantai, gunung, danau, lembah, bukit, air terjun, ngarai, sungai, hutan
2.
Daya tarik wisata buatan manusia (man-made tourist attractions), meliputi: Daya tarik wisata budaya (cultural tourist attractions), misalnya: tarian, wayang, upacara adat, lagu, upacara ritual dan daya tarik wisata yang merupakan hasil karya cipta, misalnya: bangunan seni, seni pahat, ukir, lukis. Objek dan daya tarik wisata (Tourism resources) oleh Prof. Marioti disebut
dengan istilah “attractive spontanee”, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya ialah: 1.
Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah pariwisatadisebut dengan istilah Natural Amenities. Termasuk kelompok ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Iklim, misalny cuaca cerah (clean air), banyak cahaya matahari (sunny day), sejuk (mild), kering (dry), panas (hot), hujan (wet), dan sebagainya. b. Bentuk tanah dan pemandangan (Land configuration and landscape), tanah yang datar (plains), lembah pegunungan (scenic mountain), danau (lakes), sungai (river), pantai (beaches), air terjun (water-fall), gunung berapi (volcanos), dan pemandangan yang menarik (panoramic views). c. Hutan belukar (The Sylvan Elements), misalnya hutan yang luas (large forest), banyak poho-pohon (trees). d. Fauna dan flora, seperti tanaman-tanaman yang aneh (uncommon vegetation), burung-burung (birds), ikan (fish), binatang buas (wild life), cagar alam (national park), daerah perburuan (hunting and photographic safari), dan sebagainya. e. Pusat-pusat kesehatan (Health Center) dan yang termasuk kelompok ini, misalnya sumber air mineral (natural spring of mineral water), mandi lumpur (mud baths), sumber air panas (hot spring), dimana kesemuanya itu diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit. 2.
Hasil ciptaan manusia (man-made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat bagian yang penting, yaitu: a. Benda-benda yang bersejarah, kebudayaan dan keagamaan (Historical, cultural and religious), misalnya: •
Monumen bersejarah dan sisa peradapan masa lampau.
Universitas Sumatera Utara
•
Museum, art galerry, perpustakaan, kesenian rakyat, handicraft.
•
Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, upacara perkawinan, upacara khitanan, dal lain-lain.
•
Rumah-rumah ibadah, seperti masjid, gereja, kuil atau candi maupun pura.
3.
Tatacara hidup masyarakat (The Way Life). Tata cara hidup tradisional dari suatu masyrakat merupakan salah satu sumber yang amat penting untuk ditawarkan pada wisatawan. Bagai mana cara kehidupan dan adat istiadatnya, semua merupakan semua merupakan daya tarik bagi wisatawan. Hal semacam ini sudah terbukti, betapa pengarhnya dan dapat dijadikan suatu events yang dapa dijual oleh tour operator. Contoh yang terkenal diantaranya adalah: a. Upacara pembakaran mayat (ngaben) di Bali b. Upacara pembakaran mayat di Toraja c. Upacara Batagak panghulu di Minangkabau d. Upacara khitanan di daeraqh parahyangan e. Upacara sekaten di Yogyakarta f. Tea ceremony di Jepang g. Upacara Waysyak di candi Mendut dan Borobudur, dan lain-lain.
Menurut Prof. Mariotti, ketiga hal tersebut diatas yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke suatu daerah. Jadi ketiga hal tersebut lah yang merupakan objek dan atraksi wisata.
Universitas Sumatera Utara
Dalam bukunya "Tourism: The International Business" (1990): "Attractions draw people to a destination". Robert Christie Mill. Mengatakan bahwa. Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen produk pariwisata karena dapat memunculkan motivasi bagi wisatawan dan menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, hal demikian terlebih terjadi di destinasi pariwisata yang memilki sangat beragam dan bervariasi daya tarik wisata. 2.1.6
Pengelolaan Objek Wisata Suatu objek wisata, agar memiliki nilai jual dan dapat menarik wisatawan
untuk berkunjung dan menikmati atraksi wisata yang ditawarkan haruslah dapat dikemas semenarik mungkin. Tanggung jawab pengemasan potensi wisata yang ada hingga menjadi sebuah paket wisata yang siap jual tidak terlepas dari campur tangan manusia dalam mengolah dan mengelola potensi yang ada. Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapatkan tambahan konfiks pe-an. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan pengelolaan secara umum sebagai penyelenggaraan. Dengan arti luasnya adalah suatu penyelenggaraan rencana pengembangan yang dilakukan instansi pemerintah maupun swasta terhadap sesuatu hal atau suatu keadaan. Dalam dunia pariwisata pengelolaan dihadapkan pada adanya perubahan selera pengunjung pada daya tarik suatu objek. Untuk menghadapi situasi yang demikian pengelola maupun pemerintah harus cepat tanggap dan kreatif untuk dapat penyesuaian produk-produk dengan selera pengunjung. Misalnya saja mengadakan
Universitas Sumatera Utara
perubahan penyajian dalam pelaksanaan promosi, sehingga objek dan daya tarik wisata tersebut dapat dihidupkan lagi dengan produk yang baru. Pembangunan suatu objek harus dirancang dengan bersumber pada potensi yang dimiliki objek tersebut. Dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan. Dalam mengelola suatu DTW, harus memiliki strategi khusus yang bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan berkualitas, seimbang dan bertahap. Di berbagai objek pariwisata ada berbagai unsur yang saling bergantungan, yang mana unsur – unsur ini perlu dikembangkan agar dapat menarik minat wisatawan. Pada dasarnya seorang wisatawan berkunjung ke suatu daerah adalah untuk memperoleh kepuasan. Adapun unsur – unsur yang perlu dikembangkan antara lain atraksi yakni hal-hal yang menarik perhatian wisatawan; fasilitas yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan wisatawan selama berada di objek wisata;infrastruktur seperti jalan raya dan fasilitas kesehatan; transportasi yaitu jasa – jasa pengangkutan menuju objek wisata; hospitality atau keramahtamahan dan kesediaan untuk menerima pengunjung di objek tersebut. Atraksi dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar seperti jalan raya, sistem pengairan, jaringan komunikasi, terminal pengangkutan, sumber listrik maupun sistem keamanan. Infrastruktur harus dikelola sedemikian rupa agar dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan kepada pengunjung. Pengembangan infrastruktur akan dapat dinikmati oleh banyak pihak, bukan hanya wisatawan tetapi juga masyarakat yang berada di sekitar objek wisata.
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan infrastruktur merupakan satu hal yang paling penting untuk meningkatkan industri pariwisata di suatu daerah.
2.2 Kebudayaan 2.2.1
Defenisi Kebudayaan Budaya merupakan suatu hasil karya cipta dan olah pikir manusia yang
diwujudkan dalam bentuk gagasan, aktivitas dan artefak (kebendaan) kebudayaan pada setiap kelompok masyarakat tertentu memiliki suatu ciri dan keunikan tertentu yang membedakanya denga kebudayaan dari kelompok masyarakat yang lain. Secara etimologi budaya yang dalam bahasa inggris disebut culture berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang. Istilah kebudayaan yang kita kenal di Indonesia berasal daribahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, dan diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan beberapa pendapat para ahli mengenai kebudayaan diantaranya: 1.
Edward B. Taylor Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.
R. Linton Kebudayaan adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsur pembentukanya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
3.
W.H. Kelly dan C. Klockhohn Kebudayaan adalah pola hidup yang tercipta dalam sejarah, yang eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
4.
William H. Haviland Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.
5.
Koentjaraningrat Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
6.
Ki Hajar Dewantara Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran
Universitas Sumatera Utara
didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu: a. Sistem religi b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial c. Sistem pengetahuan d. Bahasa e. Kesenian f. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi g. Sistem peralatan hidup atau teknologi Menurut J.J. Hoenigman (dalam Wiranata, 2011 : 103) bila dikelompokan secarawujudnya kebudayaan dibedakan menjadi tiga,yaitu: 1. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ideide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. 3. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Setiap kelompok masyarakat memiliki ciri dan keunikan budaya nya sendiri. Ciri dan keunikan yang berbeda ini merupakan identitas bagi suatu kelompok masyarakat yang membedakanya dengan masyarakat lainya. Di lain hal, perbedaan kebudayan yang ada pada setiap kelompok masyarakat bukan lah menjadi suatu pemisah bagi suatu kelompok masyarakat dengan masyarakat lainya untuk saling
Universitas Sumatera Utara
berinteraksi dan membaur tanpa harus meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang masing-masing mereka miliki. Seiring perkembangan zaman dan semakin pesatnya perkembangan teknologi secara perlahan tantpa disadari bentuk-bentuk kebudayaan lama mulai ditinggali bahkan oleh masyarakatnya sendiri sehingga tradisi yang dulunya dianggap suatu keharusan bahkan pada saat sekarang ini menjadi suatu yang aneh dan dianggap bagi masyarakat generasi modern sakarang ini. Namun disisi lain, hal ini menjadi daya tarik bagi masyarakat modern untuk dipelajari dan diteliti atau sekedar menikmati keunikan bentuk kebudayaan tradisional yang masih bertahan ditengah arus modernisasi. Sehingga dengan demikian hal ini menjadikan kebudayaan sebagai salah satu dari bentuk aktifitas wisata dengan menyuguhkan segala bentuk keunikan dari kebudayaan sebagai atraksi wisata. 2.2.2
Budaya Sebagai Objek Wisata Dari uraian mengenai suber daya pariwisata yang telah kita bahas
sebelumnya, keunikan kebudayaan merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan sebagai salah satu atraksi objek wisata. Kegiatan wisata ini kita kenal dengan wisata budaya. Wisata budaya merupakan suatu kegiatan wisata yang berorientasi pada keunikan unsur-unsur kebudayaan sebagai atraksi utama dari kegiatan wisata nya. Sebagai negara yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya, indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan parwisata khususnya wisata budaya.
Universitas Sumatera Utara
Ada banyak objek budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata diantaranya adalah : 1. Upacara Adat Mencakup segala bentuk kegiatan upacara adat yang terdapat pada masyarakat lokal de daerah wisata budaya. 2. Kesenian Aradisional Mencakup segala bentuk kesenian asli dari budaya masyrakat setempat, dapat berupa seni tari, musik, kerajinan tangan. 3. Benda-Benda peninggalan sejarah Dapat berupa patung arca, rumah adat, peralatan sehari-hari, pakaian, peralatan kesenian dan lain sebagainya. 4. Sitim Religi Mencakup sistim kepercayaan norma-norma yang berlaku di dalam suatu kebudayaan tertentu. Selain untuk sekedar menikmati atraksi dan keunikan dari kegiatan wisatanya, Pengembangan suatu objek wisata budaya merupakan salah satu bentuk pendidikan budaya yang bertujuan untu melestarikan budaya dengan cara mengenalkan kepada masyarakat mengenai suatu kebudayaan sehingga dapat dipahami dan dicintai masyarakat. Sehingga kelansungan dari keberadaan suatu budaya akan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Seperti halnya sebuah industri, keberadaan suatu objek wisata di suatu daerah tertentu sudah pasti diharapkan mampu memberikan kotribusi positif terutama bagi
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan masyarakat setempat dan pemerintah. Seperti terbukanya lapangan pekrjaan bagi masyarakat setempat. Namun demikian, aktifitas wisata yang menggunakan budaya sebagai atraksi wisatanya terkadang juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan budaya itu sendiri. Terutama di daerah tujuan wisata budaya. Ini disebabkan oleh adanya interaksi yang dilakukan secara langsung oleh wisatawan dan masyarakat di daerah objek wisata budaya. Selain itu juga disebabkan oleh tuntutan pasar pariwisata itu sendiri yang pada akhirnya memaksa ekspresi kebudayaan lokal untuk dimodifikasi agar dapat menarik wisatan untuk datang berkunjung. 2.2.3
Wisata Budaya dan Perubahan Nilai Gejala pariwisata sesungguhnya tidak terlepas dari kebudayaan sebuah
masyarakat. Pada prosesnya, aktifitas pariwisata terutama yang berorientasi pada kebudayaan akan terjadi kontak kebudayaan dari hasil interaksi wisatawan dengan masyarakat setempat. Perbedaan kebudayaan yang dimiliki wisatawan dengan kebudayaan masyarakat pada daerah yang dikunjunginya juga mempengaruhi interaksi yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat setempat. Ketika seorang wisatawan berkunjung kesuatu daerah maka proses interaksi yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat setempat akan memberikan dan menambah pemahaman seseorang atau suatu kelompok wisatawan mengenai kebudayaan masyarakat di daerah yang dikunjunginya sehingga dengan sengaja atau tidak wisatawan akan meniru dan membawa nilai-nilai kebudayaan yang dianggap baik dan sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
kebudayaan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Dan begitu juga sebaliknya yang terjadi pada masyarakat daerah tujuan wisata. Namun dalam hal ini, terkadang interaksi yang terjadi antara wisatawan dengan masyarakat setempat tidak hanya melahirkan suatu nilai positif yang baru terhadap suatu kebudayaan. Ketiak mampuan wisatawan maupun masyarakat setempat yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman dalam menilai dan meniru suatu kebudayaan akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kebudayaan terutama di daerah tujuan wisata. Karna ketidak mampuan itu secara tidak lansung nilai-nilai budaya yang tidak sesuai dengan suatu kebudayaan secara tidak sengaja tanpa disadari mulai dibiasankan dalam kehidupan sehari-hari baik bagi wisatawan maupun masyarakat di daerah tujuan wisata. Sehingga pada akhirnya nilai dasar dari kebudayaan yang dimiliki terutama pada masyarakat setempat lambat laun akan memudar dan bahkan dapat mengalami kepunahan. 2.2.4
Upaya Pelestarian Budaya Kelestarian nilai-nilai kebudayaan sangatlah berperan penting dalam menjaga
tatanan kehidupan masyarakat pada satu daerah dimana budaya tersebut berkembang. Bahkan upaya pelestarian budaya ini menjadi salah satu program penting pemerintah dalam penyelenggaraan tatanan sosial pada masyarakat. Melalui program-program kerja nya, pemerintah terus berupaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan. Hal ini terbukti dengan adanya peraturan dan undang-undang yang dikeluarkan pemerintah mengenai kebijakan upaya pelestarian kebudayaan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun peraturan dan undang-undang tersebut diantaranya yaitu: f.
Peratuaran Pemerintah No 10 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaa UU No 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya
g.
Peraturan Bersama Mentri Dalam Negri Dan Mentri Kebudayaan Dan Pariwisata No 42 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelestarian Budaya
h.
Undan-undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
Selain pemerintah dengan peraturan dan undang undang yang telah ditetapkan, pada hakikatnya upaya pelestarian budaya adalah menjadi tanggung jawab dari seluruh lapisan masyarakat terutama bagi masyarakat yang menganut sistim krbudayaan tersebut. Dan hal ini juga merupakan amanat dari para leluhur kita yang telah bersusah payah membangun dan menciptkan tatanan adat dan tradisi serta nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta tetap dijaga dan dilestarikan oleh generasi selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara