BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Populasi penelitiannya adalah perusahaan industri makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive sampling dengan menggunakan perusahaan makanan dan minuman yang go public. Data yang digunakan adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi tahun 2004-2005 dalam bentuk triwulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengujian secara parsial membuktikan variabel Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Longterm Debt to Equity Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Penelitian yang dilakukan Siagian (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada PT. INTRACO PENTA, Tbk Medan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba-rugi tahun 2000-2004. Metode penelitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Longterm Debt to Equity Ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
B. Pengertian Struktur Modal Struktur modal (capital structure) mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial structure). Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. 14 Universitas Sumatera Utara
Menurut Sawir (2005: 10) Struktur keuangan adalah bagaimana cara perusahaan mendanai aktivanya. Aktiva perusahaan didanai dengan hutang jangka pendek, jangka panjang, dan modal pemegang saham, sehingga seluruh sisi aktiva dari neraca memperlihatkan struktur keuangan. Sedangkan struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Menurut Riyanto (2001: 22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dengan unsur-unsur modal sendiri. Menurut Brigham & Weston (2005: 150) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan ekuitas. Struktur modal yang optimal adalah gabungan dari hutang dan ekuitas yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Penggunaan besarnya proporsi hutang dalam struktur modal dapat diamati lewat rasio Leverage. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Dengan kata lain bahwa rasio leverage ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya yang dapat diukur melalui Debt EquityRatio/DER dan Debt Ratio/DR. Debt EquityRatio/DER adalah perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt Ratio/DR Rasio adalah
proporsi antara kewajiban yang dimiliki seluruh kekayaan yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
Semakin tinggi presentasenya cenderung semakin besar resiko keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham.. Menurut Warsono (2003: 236) struktur modal perusahaan secara umum terdiri atas tiga komponen, yaitu: 1. Hutang Jangka Panjang (LongtermDebt) Hutang jangka panjang adalah hutang yang masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari 1 (satu) tahun. Komponen modal jangka panjang yang berasal dari hutang biasanya terdiri dari: hutang hipotek (mortgage), obligasi (bond), dan bentuk hutang jangka panjang lainnya. 2. Saham Preferen (Preffered Stock) Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri (saham biasa) dan hutang jangka panjang. Saham preferen biasanya dimasukkan dalam modal sendiri atau ekuitas. 3. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh para investor, yang pemegangnya memiliki klaim atas laba dan kekayaan perusahaan. Pada perusahaan yang berbentuk PT, struktur modal perusahaan dapat dilihat dari sisi pasiva neraca. Untuk lebih jelasnya komponen struktur modal dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kewajiban-Kewajiban Lancar Hutang jangka panjang: -Hipotek -Obligasi Struktur
Struktur
Modal
Keuangan
Aktiva-aktiva Ekuitas saham biasa: - Saham preferen - Ekuitas Saham Biasa •
Saham Biasa
•
Laba Ditahan
Sumber : Warsono (2003: 236) Gamabar 2.1 Struktur Modal Dalam Neraca Perusahaan
Pengaruh utama dari perencanaan struktur pendanaan adalah sifat asset yang dimiliki perusahaan, dimana saat menginvestasikan dalam modal, sebagian asset tetap dalam neracanya, harus mendanai asset itu dengan tipe modal keuangan permanen (jangka panjang). Terlebih lagi pos permanen investasi perushaan dalam asset lancar harus didanai dengan modal permanen. Tujuan dari struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara memaksimumkan harga saham, tujuan ini dapat dipandang sebagai pencarian terhadap panduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan (struktur modal optimal). Masalah yang dihadapi dalam hal ini adalah cara menyeimbangkan berbagai sumber dana dengan cara yang tepat demi kinerja perusahaan yang efektif dan efisien.
Universitas Sumatera Utara
C. Komponen Struktur Modal 1. Hutang Menurut Kuswadi, (2004: 96) hutang adalah kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan pada saat tertentu di masa mendatang atau dengan kata lain tagihan kreditur kepada perusahaan. Hutang merupakan kewajiban perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Hutang merupakan kewajiban hak tagih atas sejumlah dana. Hutang pada umumnya terbagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Hutang jangka pendek dan (2) Hutang jangka panjang. 2. Ekuitas Ekuitas didalam neraca merupakan perbedaan atau selisih antara aktiva dengan kewajiban atau dengan kata lain ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban (Kuswadi, 2004: 97). Terminologi modal, menunjukkan modal jangka panjang pada suatu perusahaan. Modal jangka panjang meliputi semua komponen di sisi pasiva pada neraca perusahaan kecuali hutang lancar. Modal terdiri dari modal hutang dan modal sendiri/ekuitas. Modal sendiri/ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Modal sendiri bersumber dari modal saham preferen dan modal saham biasa.
Universitas Sumatera Utara
D. Teori-Teori yang Menyangkut Struktur Modal Menurut Martono & Harjito (2001: 240-246) ada beberapa pendekatandalam analisis struktur modal, yaitu: 1. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach) Pendekatan laba operasi bersih dikemukakan oleh David Durand (1952). Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan. Pendekatan ini mengasumsikan, Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan. Biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan artinya apabila perusahaan menggunakan hutang yang lebih besar, maka pemilik saham akan memperoleh laba yang semakin kecil. Oleh karena itu, tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah. 2. Pendekatan Tradisional (Tradisional Approach) Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal sendiri). Dengan pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang memberikan biaya modal keseluruhan yang terendah dan memberikan harga saham yang tertinggi. Hal ini disebabkan karena berubahnya tingkat kapitalisasi, baik untuk modal sendiri maupun pinjaman setelah perusahaan merubah struktur modalnya (leverage) melewati batas
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Perubahan tingkat kapitalisasi ini disebabkan karena dirasakannya risiko yang berubah. 3. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach) Franco Modigliani dan MH. Miller (disingkat MM) menentang pendekatan tradisional dengan menawarkan pemberlakuan perilaku tingkat kapitalisasi perusahaan yang konstan. MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi. Nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi-asumsi yang digunakan MM adalah: a. Pasar modal adalah sempurna, dan investor bertindak rasional b. Nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua investor sama c. Perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang sama d. Tidak ada pajak Pendapat MM didukung oleh adanya proses arbitrase, yaitu proses mendapatkan dua aktiva yang pada dasarnya sama dan membelinya dengan harga yang termurah serta menjual lagi dengan harga yang lebih tinggi.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Dalam menentukan perimbangan antara besarnya hutang dengan jumlah modal sendiri sebagai tambahan analisis yang telas dibahas, berikut ini adalah faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
yang umumnya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika mengambil keputusan mengenai struktur modal (Brigham dan Weston, 2001:39-41): 1. Stabilitas penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaannya yang tidak stabil. Stabilitas penjualan akan mempengaruhi stabilitas pendapatan, yang pada akhirnya akan digunakan sebagai jaminan bagi pinjaman. 2. Struktur aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung menggunakan banyak hutang, maka pada akhirnya akan digunakan sebagai jaminan bagi pinjaman. 3. Leverage operasi Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko kecil. 4. Tingkat pertumbuhan Perusahaan yang tumbuh pesat lebih banyak mengandalkan dari modal eksternal. Dalam biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk menerbitkan surat hutang, yang mendorong perusahaan lebih banyak mengandalkan hutang. Namun dalam pertumbuhan yang dialami perusahaan, juga terdapat ketidakpastian yang lebih besar, sehingga ia menghindari risiko yang ditimbulkan hutang.
Universitas Sumatera Utara
5. Profitabilitas Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dari perusahaan yang besar telah membuktikan kenyataan bahwa mereka dapat membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dari dana yang berasal dari internal. 6. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan dengan tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut akan sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak tinggi. Karena semakin besar manfaat penggunaan hutang apabila makin tinggi tarif pajak. 7. Pengendalian Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak untuk membiayai
hak
suara
untuk
mengendalikan
perusahaan,
tetapi
tidak
diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih hutang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sudah sangat lemah, sehingga penggunaan hutang dapat menyebabkan adanya risiko kebangkrutan. Tetapi jika jumlah hutangnya kecil manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi perimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan hutang dan ekuitas, karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik bagi manajemen adalah bervariasi dari situasi satu ke situasi lain.
Universitas Sumatera Utara
8. Sikap manajemen Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil dari pada rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen lain cenderung menggunakan hutang lebih besar dalam usaha mengejar laba yang lebih tinggi. 9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan seringkali membicarakan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat sangat memberi masukan yang diterima. 10. Kondisi pasar Kondisi dipasar saham dan obligasi memberi perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. Jika terjadi kekacauan kredit di pasar, pasar obligasi yang bernilai rendah kosong, dan tidak ada pasar dengan tingkat suku bunga yang wajar untuk obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah. Karena itu perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal beralih ke pasar saham atau pasar hutang jangka pendek, tanpa memperlihatkan struktur modal yang ditargetkan.
Universitas Sumatera Utara
11. Kondisi Internal Perusahaan Jika suatu litbang perusahaan merancangkan akan meraih laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Namun kenaikan laba tersebut belum terantisipasi oleh investor, karena belum mencerminkan harga saham.
F. Faktor-faktor Keputusan Struktur Modal Menurut Brigham & Weston (2001: 6) ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu: 1. Risiko bisnis, yaitu tingkat risiko yang terkandung dalam aktiva perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang. Semakin besar resiko bisnis perusahaan, semakin rendah rasio hutang yang optimal. 2. Posisi pajak perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan pajak adalah karena biaya bunga dapat dikurangi dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya. 3. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Para manajer dana perusahaan perlu menyediakan modal untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor keberhasilan jangka panjang. 4. Konservatisme atau agresifitas manajemen. Sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, maka sebagian perusahaan cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba.
Universitas Sumatera Utara
G. Rasio Leverage Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Dengan kata lain bahwa rasio leverage ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya (Brigham & Weston (2005: 150). Rasio Leverage ini mempunyai manfaat yaitu: 1. Agar para pemberi kredit dapat melihat batas keamanan pemberian kredit (margin of safety) yang akan diberikan kepada pemilik perusahaan. 2. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh wewenang pengawasan perusahaan hanya dengan investasi kecil. 3. Apabila perusahaan memperoleh laba yang lebih besar dari beban bunga atas pinjamannya, maka keuntungan bagi pemilik modal sendiri menjadi semakin besar. Penggunaan leverage didalam perusahaan tidak selamanya mendapat laba karena jika besar laba perusahaan di bawah beban bunga pinjaman, maka perusahaan tidak dapat melaksanakan kewajibannya atau kekurangan bunga pinjaman yang harus dibayar oleh pemilik modal sendiri. Rasio-rasio leverage yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Debt Equity Ratio/DER Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt Equity Ratio / DER =
Total Debt Total Equity
Universitas Sumatera Utara
b. Debt Ratio/DR Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi presentasenya cenderung semakin besar resiko keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham. Debt Ratio / DR =
Total Debt Total Assets
Menurut Warsono (2003: 204) Leverage adalah setiap penggunaan asset atau dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap. Tujuan perusahaan menggunakan leverage keuangan adalah untuk meningkatkan hasil pengembalian (return) bagi para pemegang saham biasa (pemilik) perusahaan. Leverage keuangan didefinisikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per saham (EPS). Secara konseptual, perusahaan mempunyai sejumlah risiko yang melekat pada operasinya. Ini adalah risiko bisnis, yang didefinisikan sebagai ketidakpastian pada proyeksi ROE untuk masa yang akan datang. Dengan menggunakan hutang dan saham preferen (leverage keuangan) perusahaan membebankan seluruh risiko bisnis kepada pemegang saham biasa. Leverage keuangan akan mempengaruhi laba per saham yang diharapkan perusahaan, tingkat risiko dari laba tersebut, dan karena itu juga harga saham perusahaan. Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang pertama kali akan naik pada saat sebagian ekuitas digantikan dengan hutang dan nilai tersebut kemudian akan mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu akan menurun setelah penggunaan hutang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS = Earning Per Share) yang mengakibatkan perubahan harga saham. EPS yang diharapkan akan jauh lebih tinggi jika leverage keuangan digunakan, namun resiko terjadinya sebagai sumber pendanaan. Penggunaan leverage keuangan mempunyai efek yang baik dan buruk. Leverage yang lebih tinggi akan memperbesar laba per saham yang diharapkan, tetapi juga memperbesar risiko perusahaan. EBIT tergantung pada leverage operasi. Jika perusahaan dengan leverage operasi yang tidak optimal dianalisis, maka beban tetap dan beban variabel akan berbeda. Perbedaan EBIT untuk berbagai penjualan akan mengecil. Jika perusahaan menggunakan tingkat leverage operasi yang kecil, tetapi perbedaan tersebut akan lebih besar apabila leverage operasi tinggi. Leverage operasi mempengaruhi laba setelah bunga dan pajak. Leverage keuangan memperbesar pengaruh tingkat penjualan terhadap laba per saham.
H. Profitabilitas Profitabilitas adalah merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen (Sawir, 2005: 17). Profitabilitas dimaksudkan adalah kemampuan perusahaan untuk
memperoleh
laba.
Rasio
profitabilitas akan
memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan. Riyanto (2001: 331) mengemukakan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Ada beberapa pengukuran tentang profitabilitas perusahaan dimana masingmasing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva, dan modal
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini memungkinkan seorang penganilisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan dapat dicapai bila perusahaan berada dalam keadaan menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Adapun rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal perusahaan secara teoritis yaitu ROE. Rasio ini digunakan manajer keuangan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal maka semakin meningkat ROE suatu perusahaan (Sartono, 2000: 296). Dalam mengukur efektivitas manajemen dalam pengelolaan perusahaan ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai sebagai berikut: 1. Gross Profit Margin Gross profit margin merupakan persentase dari laba kotor dibandingkan penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik operasi perusahaan. Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Gross Pr ofit M arg in =
Laba Kotor Pejualan Bersih
Universitas Sumatera Utara
2. Net Profit Margin Net profit margin merupakan rasio yang mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
Net Pr ofit M arg in =
Laba Bersih Penjualan Bersih
Net profit margin merupakan ukuran keuntungan penjualan perusahaan setelah menghitung seluruh biaya pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan penghasilan bersih perusahaan per rupiah atas penjualan. 3. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Re turn on Asset (ROA) =
Laba bersih Total asset
Return on Asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. 4. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri.
Re turn on Equity (ROE ) =
Laba bersih Ekuitas
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh, semakin baik pemilik perusahaan. 5. Earning Per Share Earning Per Share yaitu ukuran investor dalam menghitung profitabilitas dengan dasar saham yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal setiap satu lembar saham.
Earning Per Share =
Laba bersih Jumlah Saham Yang Beredar
6. Basic Earning Power Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.
Basic Earning Power =
Laba Sebelum Bunga dan Pajak Jumlah Aktiva
Universitas Sumatera Utara