BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita akan menemukan peristiwa komunikasi dimana-mana. Karena komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap individu. Dikatakan sebagai hal yang mutlak karena, pada dasarnya manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan kegiatan yang tidak terelakkan lagi. Lazimnya, komunikasi diartikan sebagai kegiatan interaksi dan bertukar pesan, namun berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi dari komunikasi.
II.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah istilah yang populer dewasa ini. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan sama makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti dari bahan yang dipercakapkan (Effendy, 1993:9). Berbicara tentang defenisi komunikasi, tidak ada defenisi yang benar atau salah. Seperti model dan teori, defenisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefenisikan dan mengevaluasinya. Berikut ini adalah beberapa defenisi komunikasi menurut para ahli (Mulyana, 2007: 62-66): 1. Theodore M. Newcomb “setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.” 2. Gerald R. Miller “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku.” 3. Everett M.Rogers “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” 4. Raymond S.Ross “Komunikasi
(internasional)
adalah
proses
menyortir,
memilih
dan
mengirimkan simbol-simbol yang sedemikian rupa sehingga membantu pendengan membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”
Universitas Sumatera Utara
5. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss “Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.” 6. Harold Lasswell “Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?
Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur dasar: a. Who (Siapa) : komunikator, orang yang menyampaikan pesan. b. Says What (mengatakan apa) : Pesan, pernyataan yang didukung oleh lambang, dapat berupa ide atau gagasan. c. In Which channel (Saluran) : media, sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. d. To whom (kepada siapa) : komunikan, orang yang menerima pesan. e. With what effect (dampak) : efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan atau dapat juga diartikan sebagai hasil dari proses komunikasi. Dari defenisi-defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi adalah seni penyampaian informasi untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola, sikap pandangan dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.
Universitas Sumatera Utara
II.1.2 Proses Komunikasi Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan
bisa
berupa
keyakinan,
kepastian,
keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11). Wilbur
Schramm
(Effendy,
1992:32-33)
dalam
karyanya
“How
Communication Works” mengatakan the condition of success in communication diringkaskan sebagai berikut: a. pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud. b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti. c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi yang efektif adalah sejauhmana komunikator mampu berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan, cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh Komunikator (Vardiansyah, 2004:111).
II.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi Komunikasi dapat berjalan baik dan lancar jika pesan yang disampaikan seseorang yang didasari dengan tujuan tertentu dapat diterimanya dengan baik dan dimengerti. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampaiannya menyertakan unsur-unsur berikut: 1. Sumber Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau source, sender atau encoder. 2. Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Media Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar dan media massa lainnya. 4. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai bahkan negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan atau audience. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran. 5. Pengaruh Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biasa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. 6. Tanggapan Balik Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. 7. Lingkungan Lingkungan
atau
situasi
adalah
faktor-faktor
tertentu
yang
dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu (Cangara, 2004:23-27). Aristoteles (Cangara, 2004:22) mengatakan bahwa suatu pesan akan terlaksana dengan baik hanya cukup dengan tiga unsur saja yaitu sumber, pesan dan penerima. Sedangkan Claude E. Shannon dan Warren Weaver menyatakan bahwa proses komunikasi memerlukan unsur pengirim, transmitter, sinyal, penerima dan tujuan.
II.1.4 Fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu: 1. menyampaikan informasi (to inform) 2. mendidik (to educate) 3. menghibur (to entertain) 4. mempengaruhi (to influence)
II.1.5 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu: 1. perubahan sikap ( attitude change) 2. perubahan pendapat (opinion change)
Universitas Sumatera Utara
3. perubahan perilaku (behavior change) 4. perubahan sosial (social change)
II.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi Adapun ruang lingkup komunikasi adalah (Effendy, 2005:7-9): 1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. Komunikasi Persona (personal communication) 1) Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (group communication) 1) komunikasi kelompok kecil (small group communication) a) ceramah (lecture) b) diskusi panel (panel discussion) c) simposium (symposium) d) forum e) seminar f) curahsaran g) dan lain-lain 2) Komunikasi Kelompok Besar (large group communication). a) Rhetorika b) Public Speaking c) Kampanye
Universitas Sumatera Utara
c. Komunikasi Massa (mass communication) 1) Pers 2) Radio 3) Film 4) Televisi 5) Lain-lain d. Komunikasi Media (media communication) 1) Surat 2) Telepon 3) Pamflet 4) Poster 5) Spanduk 6) Lain-lain 2. Berdasarkan sifat komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. tatap muka (face to face) b. bermedia (mediated) c. verbal (verbal) 1) lisan (oral) 2) tulisan/cetak (written/printed) d. Nonverbal (non-verbal) 1) Kial/isyarat badaniah (gestural) 2) Bergambar (pictorial)
Universitas Sumatera Utara
3. Berdasarkan Metode Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. Jurnalistik (journalism) 1) Jurnalistik cetak (printed journalism) 2) Jurnalistik elektronik (electronic journalism) Jurnalistik radio (radio journalism) Jurnalistik televisi (television journalism). b. Hubungan Masyarakat (public relations) c. Periklanan (advertising) d. Pameran (exhibition/exposition) e. Publisitas (publicity) f. Propaganda g. Perang urat saraf (psychological warfare) h. Penerangan. 4. Berdasarkan teknik komunikasi, adalah: a. komunikasi informatif (informative communication) b. komunikasi persuasif (persuasive communication) c. komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication) d. hubungan manusiawi (human relations) 5. Berdasarkan Model Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: a. komunikasi satu tahap (one step flow communication) b. komunikasi dua tahap (two step flow communication) c. komunikasi multitahap (multistep flow communication)
Universitas Sumatera Utara
6. Berdasarkan bidang komunikasi, meliputi: a. Komunikasi sosial (social communication) b. Komunikasi manajemen / organisasi (management / organizational communication) c. Komunikasi perusahaan (bussines communication) d. Komunikasi politik (political communication) e. Komunikasi internasional (international communication) f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi pembangunan (development communication) h. Komunikasi lingkungan (environment communication) i. Komunikasi tradisional (traditional communication)
II.2 Komunikasi Kelompok II.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian kita. Sejak kita lahir, kita sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang dekat yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual kita masuk dan terlibat dalam pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarika kita. Ringkasnya, kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita, karena melalui kelompok, menungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/ Communocation, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self maintenance, or problem solving, such that the member are able to recall personal characteristics of the members accuratelly). Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu : 1. interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan
karakteristik
pribadi
anggota
lainnya.
Kita
mencoba
membahaas keempat elemen dari batasan tersebut dengan lebih rinci. 2. Terminologi tatap muka (face-to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika
jumlah
partisipan
melebihi
20
orang,
kurang
memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenannya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok. 3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan
pemeliharaan
diri
(self-maintenance),
biasanya
memusatkan
perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. 4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.(Sendjaja, 2005:3.3-3.4) Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler
dan
George
Rodman
dalam
bukunya:
Understanding
Human
Universitas Sumatera Utara
Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau grup merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu ( a small collection of people who interact with each other, usually face to face, over time in order to reach goals). Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
II.2.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok a. Komunikasi Kelompok kecil Komunikasi kelompok kecil (small/micro group communication) adalah komunikasi yang : -
ditujukan kepada kognisi komunikan
-
prosesnya berlangsung secara dialogis Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan
pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator. Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil adalah bahwa prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular.
Universitas Sumatera Utara
Umpan balik terjadi secara verbal. Komukan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok kecil, antara lain seperti tela disinggungka diatas, yaitu: rapat, kuliah, ceramah, diskusi panel, forum, simposium, seminar, konfrensi, kongres, curahsaran, briefing, penataran, lokakarya, dan lain-lain. Multi Level Marketing CNI, sebagai salah satu komunkasi kelompok kecil, karena pada dasarnya, komunikasi yang dilakukan secara dialogis, sehingga baik komunikan maupun komunikator bisa secara langsung mengetahui umpan baliknya.
b. Komunikasi Kelompok besar. Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar (large/macro group communication) adalah komunikasi yang: -
ditujukan kepada afeksi komunikan
-
prosesnya berlangsung secara linear Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi
kelompok besar ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Contoh untuk komunikasi kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa disebuah lapangan. Jika komunikasi kelompok kecil umumnya bersifat homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, sama status sosialnya), maka komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen, mereka terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari individu-individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya.
II.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok Kita mendapati bermacam-macam kelompok di masyarakat. Artinya, ada faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya kelompok. Alasan atau motivasi seseorang masuk dalam kelompok dapat bervariasi, antara lain: a. seseorang masuk dalam kelompok pada umumnya ingin mencapai tujuan yang secara individu tidak dapat atau sulit dicapai. b. Kelompok dapat memberikan, baik kebutuhan fisiologis (walaupun tidak langsung) maupun kebutuhan psikologis. c. Kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan mengembangkan harga diri seseorang. d. Kelompok dapat pula memberikan pengetahuan dan informasi. e. Kelompok dapat memberikan keuntungan ekonomis. Oleh karena itu, dalam masyarakat kita dapat menjumpai adanya berbagai macam kelompok yang berbeda satu sama lain. Dengan tujuan yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda atau dengan minat yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda pula (Walgito, 2008: 13-15). Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai. Dalam
fungsi
persuasi,
seorang
anggota
kelompok
berupaya
mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut
Universitas Sumatera Utara
akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan. Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Anggota kelompok memiliki pengaruh yang sama, satu sama lain untuk menjadikan orang yang bersama-sama itu sebuah kelompok, setiap anggota harus terbuka terhadap pengaruh bersama setiap orang dalam kelompok itu harus ikut serta dalam kegiatan mempengaruhi dan dipengaruhi. Semangat timbal balik ini merupakan hal penting bagi integritas suatu kelompok kecil. Perilaku setiap anggota ditentukan dan menentukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang dalam sebuah kelompok dapat berpengaruh sangat penting terhadap perilaku dan pemikiran anggota lain dan keseluruhan proses dalam kelompok tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa orang memberikan kontribusi gagasan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan; beberapa orang lainnya menjaga kelompok tetap terpusat pada tugas. Seorang anggota dapat memberikan kontribusi pada kelompoknya dengan menghentikan ketegangan, berurusan dengan konflik, berpegang pada jadwal, atau bertindak sebagai penyimpan catatan. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi kelompok, tetapi tindakan kepemimpinannya membantu para anggota dalam mencapai tujuan mereka yang sangat diperlukan bagi kesejahteraan kelompok. Setiap anggota dapat dan harus mempengaruhi anggota-anggota lain dan keputusan kelompok. Suatu faktor yang kritis dari partisipasi kelompok adalah
bahwa
setiap
mengesampingkan
anggota
ambisi
harus
pribadi,
bersikap
terbuka
“menyembunyikan
dan
mampu
agenda”,
dan
menghindarkan perilaku lain yang dapat merusak kelompok dan hasil akhir tujuannya.
II.2.4 Karakteristik Komunikasi Kelompok Kelompok dalam suatu kondisi tertentu, akan menimbulkan suatu efek atas individu dalam perubahan perilaku. Dengan kata lain, kehadiran orang-orang tertentu dapat menimbulkan kekuatan yang tidak mampu ditimbulkan oleh individu itu sendiri. Marhaeni Fajar menyebutkan ada enam karakteristik dari komunikasi kelompok, antara lain: 1. Komunikasi dalam kelompok bersifat homogen. 2. Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan pada saat itu juga.
Universitas Sumatera Utara
3. Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung. 4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar). 5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal. 6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
II.3 Teori Perbandingan Sosial Masing-masing orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda sehingga menyebakan dirinya melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Gejala ini disebut sebagai perbandingan sosial. Perbandingan sosial terjadi manakala orang merasa tidak pasti mengenai kemampuan pendapatnya maka mereka akan mengevaluasi diri mereka melalui perbandingan orang lain yang sama. Perbandingan sosial merupakan proses otomatis dan spontan terjadi. Umumnya motif yang dilakukan manusia dalam melakukan perbandingan sosial adalah untuk mengevaluasi diri sendiri, memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan diri sendiri. Manusia dalam melakukan perbandingan sosial berlaku dalil umum sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
•
Persamaan (similarity hypothesis): artinya manusia melakukan perbandingan dengan orang-orang yang sama dengan dirinya (laterla comparison) atau yang sedikit lebih baik dan umumnya manusia tersebut berjuang untuk menjadi lebih baik.
•
Dikaitkan dengam atribut (related atribut hypothesis) : artinya manusia melakukan perbandingan dengan melihat usia, etnis dan jenis kelamin yang sama.
•
Downward comparison : manusia kadang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih buruk dari dirinya. Umumnya ini dilakukan untuk mencari perasaan yang lebih baik atau mengabsahkan diri sendiri (self validating). Disini muncul dalil bahwa manusia kadang tidak objektif dalam melakukan perbandingan social. Teori Sosial Comparison menyatakan bahwa setiap orang akan melakukan perbandingan antara keadaan dirinya sendiri dengan keadaan orang-orang lain yang mereka anggap sebagai pembanding yang realistis. Perbandingan sosial semacam ini terlibat dalam proses evaluasi diri seseorang, dan dalam melakukannya seseorang akan lebih mengandalkan penilaian subyektifnya dibandingkan penilaian obyektif. Bila masyarakat terlanjur membentuk pandangan bahwa penampilan fisik yang ideal itu adalah seperti yang dimiliki para model yang ditampilkan dalam media massa, maka akan ada kecenderungan bahwa individu akan membandingkan dirinya berdasarkan standar yang tidak realistis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki proporsi tinggi badan serta berat badan yang normal mungkin saja memiliki penilaian yang negatif mengenai
Universitas Sumatera Utara
tubuhnya karena menggunakan tubuh model-model yang dilihatnya di media masa sebagai pembanding. Sampai batas tertentu, proses berpikir kritis terhadap diri sendiri memang akan membantu seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara sehat dan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Festinger (Sarwono, 2004) menyebutkan bahwa teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interakso sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain. Ada dua hal yang diperbandingkan dalam hubungan ini, yaitu: a. Pendapat (opinion) b. Kemampuan (ability) Perubahan pendapat relatif lebih mudah terjadi daripada perubahan kemampuan. Dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan. Festinger mempunyai hipotesis bahwa setiap orang mempunyai dorongan (drive) untuk menilai pendapat dan kemampuannya sendiri dengan cara membandingkannya dengan pendapat dan kemampuan orang lain. Dengan cara itulah orang bisa mengetahui bahwa pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh kemampuan yang dimilikinya (Sarwono, 2004). Festinger juga memperingatkan bahwa dalam menilai kemampuan, ada dua macam situasi, yaitu: Pertama, kemampuan orang dinilai berdasarkan ukuran yang obyektif, misalnya kemampuan mengangkat barbel. Kedua, kemampuan dinilai berdasarkan pendapat. Misalnya, untuk menilai kemampuan pelukis berdasarkan pendapat orang lain. Sumber-sumber penilaian
Universitas Sumatera Utara
orang akan mengagungkan ukuran-ukuran yang obyektif sebagai dasar penilaian selama ada kemungkinan melakukan itu. Namun, jika tidak, maka orang akan menggunakan pendapat atau kemampuan orang lain sebagai ukuran. Memilih orang untuk membandingkan, dalam membuat perbandingan dengan orang lain, setiap orang mempunyai banyak pilihan. Namun, setiap orang cenderung memilih orang sebaya atau rekan sendiri untuk dijadikan perbandingan. Festinger mempunyai hipotesis mengenai hal ini yaitu: kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain menurun jika perbedaan pendapat atau kemampuan dengan orang lain itu meningkat. Dari hipotesisnya itu, terdapat dua hipotesis ikutan (corollary), yaitu Kalau ia boleh memilih, seseorang akan memilih orang yang pendapat atau kemampuannya mendekati pendapat atau kemampuannya sendiri untuk dijadikan pembanding. Jika tidak ada kemungkinan lain kecuali membandingkan diri dengan pendapat atau kemampuan orang lain yang jauh berbeda, maka seseorang tidak akan mampu membuat penilaian yang tepat tentang pendapat atau kemampuannya sendiri.
II.4 Motivasi Pengembangan Diri II.4.1 Makna Motivasi Dalam Pengembangan Diri Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Banyak psikolog memakai istilah yang berbeda-beda dalam menyebutkan sesuatu yang menimbulkan perilaku tersebut. Ada yang menyebut sebagai motivasi (motivation), atau motif, kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam penulisan ini kita menggunakan istilah motivasi.
Universitas Sumatera Utara
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang tampak. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut, kekuatan pendororong inilah yang disebut motivasi, rasa lapar, kebutuhan untuk merasa aman, dan kebutuhan terhadap prestasi merupakan beberapa contoh tentang motivasi. Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Para psikolog menyetujui bahwa motivasi dapat dikelompokkan di dalam dua kelompok, yaitu : a. Motivasi fisiologi, yang merupakan motivasi ilmiah (biologis) : seperti lapar, haus dan seks. b. Motivasi psikologis, yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar, yaitu : •
Motivasi kasih sayang (affectional motivation) : untuk menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan dan kepuasan batiniah (emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.
•
Motivasi mempertahankan diri (ego-defensive)
motivation : motivasi
untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari
untuk
tidak
ditertawakan
dan
kehilangan
muka,
mempertahankan prestise, dan mendapatkan kebanggaan diri.
Universitas Sumatera Utara
•
Motivasi memperkuat dan diri (ego-bolstering motivation) : motivasi untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikkan prestasi dan mendapat pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan penguasanya terhadap orang lain.
II.4.2 Latar Belakang Diperlukannya Pengembangan Diri Country Setiawan (1993) mengemukakan bahwa manusia hidup dalam dua kutub eksisitensi, yaitu kutub eksisitensi individual dan kutub eksistensi sosial, dimana keduanya amat terjalin dan menjadi suatu hal yang tak terpisahkan dalam diri manusia (individualisasi dan sosialisasi). Pada suatu pihak ia berhak mengemukakan dirinya (kutub eksistensi inividual), ingin dihargai dan diakui tetapi pada pihak lain ia harus mampu menyesuaikan diri pada ketentuanketentuan yang berlaku didalam
masyarakat, didalam lingkungan sosialnya
(kutub eksistensi sosial). Bila kedua kutub ini ada keseimbangan, maka ia akan mencapai suatu kondisi mental sehat. Tetapi bukan semata-mata keseimbangan inilah yang merupakan makna hidup. Pada umumnya manusia teraspirasi dan dalam mewujudkan aspirasi itu ada suatu jarak yang ditempuh oleh setiap orang, yaitu jarak antara potensi yang dimilikinya dan apa yang ingin dicapainya, jarak antara potensi yang dimilikinya dan apa yang dicapainya, jarak antara mengenal diri sebagaimana ia adanya (konsep diri), prestasinya dan sebagaimana ia ingin menjadi. Apa yang ingin dicapai dan sebagaimana ia ingin menjadi merupakan suatu tantangan dan boleh dikatakan amat sulit dicapai dan itupun memerlukan
Universitas Sumatera Utara
upaya yang amat keras. Tampaknya ada semacam pergeseran yang semakin menjauh mengenai apa yang ingin kita capai. Produk teknologi yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas mengisyaratkan bagi generasi muda untuk secara sadar menjadi “melek karir melek teknologi”, yang merupakan kemampuan substansial bagi diri pribadinya serta keharusannya untuk meguasai masa depan. Berdasarkan penjelasan ini dapatlah kiranya dipahami betapa lebarnya antara potensi diri dengan apa yang dicita-citakan untuk mewujudkan kemandirian dalam tahun-tahun mendatang yang penuh tantangan dan dinamikanya. Dapat dikatakan bahwa manusia yang mampu mewujudkan cita-citanya, dan keinginannya, mampu mengaktualisasikan dirinya dikemudian hari didalam masyarakat yang dilanda arus informasi dan teknologi, adalah manusia generasi muda yang mempunyai kemampuan untuk “menguasai masa depannya”. Kemampuan menguasai masa depan berarti manusia generasi muda mau dan berupaya mengembangkan potensi pribadi secara keseluruhan, memiliki daya ramal yang imajinatif kreatif memiliki motivasi yang kuat, memiliki kepercayaan diri, memiliki disiplin diri yang kuat, tidak takut dan khawatir menghadapi tantangan dan masa depan, memiliki mental sehat, tangguh dalam menghadapi tantangan, mampu menyesuaikan diri, mampu mengantisipasi perkembangan karir serta siap mengembangkan diri.
Universitas Sumatera Utara
II.4.3 Manfaat Mempelajari Pengembangan Diri Pengembangan diri bukanlah suatu ilmu pengetahuan, bukan pula merupakan cabang disiplin ilmu tertentu melainkan lebih sesuai apabila dikatakan suatu pendekatan humanis yang membantu setiap individu menyadari keberadaan dirinya secara utuh dan selanjutnya berupaya untuk mengoptimalisasikannya sehingga tercapailah kemandirian yang terwujud dalam bentuk aktualisasi diri yang bermakna, Maslow (1987) menyebutkan “becoming more adequate person”. Adapun beberapa manfaat yang bisa diperoleh lewat mempelajari pengembangan diri, yakni : 1. Agar diperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai kekuatan-kekuatan yang kita miliki. Banyak sekali kita tidak menyadari bahkan lupa bahwa kita sebenarnya mempunyai kekuatan-kekuatan tertntu dalam diri kita. Kekuatankekuatan tersebut sebenarnya merupakan sumber energi (energi psikis) yang senantiasa mengalir dan memberi dorongan agar kita dapat dan mampu berbuat yang terbaik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan pada kita, mampu mencapai prestasi belajar yang optimal, mampu menhadapi berbagai macam tantangan serta dapat menyelesaikannya dengan baik serta mampu mewujudkan potensi diri secara optimal. Sehingga sekali waktu kita akan berkata, “ saya mampu”, “saya sanggup”, “saya pasti melaksanakan”, “ah, itu gampang”, dan yang sejenisnya. Nampaknya ada kekuatan ekstra, tetapi itulah sebenarnya energi psikis yang kita alami, yang amat perlu sipertahankan, diperjuangkan, agar menjadi kekuatan yang permanen dalam diri kita.
Universitas Sumatera Utara
2. Agar kita memahami kelemahan-kelemahan yang ada didalam diri kita. Kelemahan-kelemahan yang kita miliki sebenarnya menunjukkan keterbatasan kita sebagai manusia. Tentu kita semua sependapat bahwa amat sulit dan bahkan kita tidak mau dan mampu untuk secara sadar mengoreksi dan mengemukakan kelemahan kita baik diri sendiri terlebih lagi terhadap orang lain. 3. Agar kita lebih memahami, menyadari bahwa kita sebenarnya memiliki apa yang disebut oleh A.Maslow sebagai “Essential Inner Nature” yang Instinctoid, Instrik, Terberi, Natural yang kesemuanya merupakan materi dan bukan hasil yang telah selesai. Yang dimaksud Inner Nature adalh kemampuan, bakat, minat. Struktur, anatomis, aspek psikologis, dasar-dasar temperamennya maupun trauma-trauma yang dialaminya. Inner nature ini dapat dibentuk, diaktualisasi ataupun dihambat perkembangannya. Kesadaran kita pada Essential Inner Nature yang kita miliki akan memberi motivasi untuk mengembangkannya secara maksimal. Kita berupaya mengaktuliasasikannya, menyiapkan kondisi yang dapat mendukung agar segala potensi yang kita miliki dapat terwujud. 4. Agar kita memahami makna motivasi dalam upaya mewujudkan cita-cita kita. Motivasi memerlukan kekuatan internal dalam diri kita untuk melakukan yang terbaik. Motivasi itu dapat timbul baik dari dalam diri sendiri maupun karena faktor diluar diri kita. Ada ahli psikologi yang menyatakan bahwa keberhasilan seseorang untuk mencapai prestasi puncak ditentukan oleh usaha, keringat, kerja keras. Perjuangan sebesar
99 % dan hanya 1 % ditentukan
Universitas Sumatera Utara
oleh aspirasi. Begitu besarnya faktor motivasi yang mempengaruhi kesuksesan seseorang untuk mencapai keberhasilan. 5. Agar kita memahami makna disiplin dalam kehidupan kita. Disamping kita memiliki motivasi yang kuat, disiplin diri untuk melaksanakan sesuatu, atau apa yang kita rancang amat menetukan keberhasilan. Disiplin diri menunjuk pada kemampuan kita untuk menaati waktu, tata aturan kerja, ketegaran melaksanakan tugas, kualitas kerja, tidak mudah putus asa, berani mengambil resiko. Kualitas diri kita akan amat ditentukan oleh adanya disiplin yang kuat. 6. Agar kita memahami makna kepercayaan diri dalam kehidupan pribadi kita. Banyak orang yang berhasil mencapai prestasi puncak dalam bidang apa saja amat ditentukan oleh kepercayaan dirinya. Kepercayaan diri amat mendukung pengembangan kemampuan intelktual kita. Ada orang yang cukup pintar, bahkan amat pandai tetapi ia tidak mampu menunjukkan kepandaiannya itu dalam karya tulis. 7. Agar kita memahami makna rasa takut dan khawatir dalam menghadapi kenyataan hidup hari kini, dimasa didepan, dan berupaya untuk mengatasinya. Rasa takut dan khawatir boleh dikatakan sebagai karunia dalam kehidupan kita pada sisi yang satu, dan pada sisi yang lain sebagi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Sebagai karunia kita boleh dikatakan, “andaikata manusia tidak dikaruniai rasa takut dan khawatir pada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka kita manusia akan menjadi orang-orang yang congkak dan melawan kehendak Tuhan. Sebagai bagian dalam kehidupan, rasa takut dan khawatir tampaknya seperti benih yang siap berbiak dan tidak pernah dapat
Universitas Sumatera Utara
dimatikan. Dia selalu hadir dalam setiap saat dan dalam segala situasi. Dan kadarnya pun berbeda menurut situasi yang kita hadapi. Tetapi perlu diperhatikan “rasa takut dan khawatir itu lebih besar peranannya dalam hidup kita”. Kalau peranannya besar maka kita amat sulit untuk mengembangkan kemampuan, dan potensi-potensi yang kita miliki. Rasa takut dan khawatir perlu kita minimalkan agar tidak menggeroti kehidupan kita sehingga kita mampu mengaktulisasikan potensi yang kita miliki. 8. Agar kita memperoleh pemahaman tentang arti, makna serta dampak stress dalam kehidupan kita sehingga diperoleh kemampuan untuk mengelola, meminimalkannya. Dengan demikian kita akan mendapat peluang untuk mengembangkan kemampuan, potensi, bakat, serta kesempatan-kesempatan yang kita miliki. 9. Agar
kita
memperoleh
pemahaman
tentang
dampak
prokrastinasi.
Prokrastinasi adalah perbuatan yang tidak efektif dan tidak efisien. Banyak diantara kita ataupun mungkin kita sendiri tergolong prokrastinator yaitu orang yang suka menunda-nunda pekerjaan. Kesadaran kita tentang dampak prokrastinasi membuat kita berupaya untuk menghilangkannya sehingga kita dapat mewujudkan kemampuan dan cita-cita kita. 10. Agara kita memperoleh pemahaman tentang arti dan makna ketangguhan diri dalam mencapai keberhasilan dalam kehidupan. Ketangguhan pribadi amat diperlukan dalam memperjuangkan cita-cita. Orang yang teguh tidak mudah putus asa, tidak mudah menyerah, berani mengambik resiko, ulet, bertanggung jawab, mencari pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya dan senantiasa
Universitas Sumatera Utara
memperjuangkan ide, gagasan terbaiknya untuk kepentingan banyak orang. Ketangguhan diri amat perlu kita miliki, kembangkan dan lestarikan agar kita mampu mengembangkan potensi, kemampuan kita secara maksimal. 11. agar diperoleh pemahaman tentang arti dan makna penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dan lingkungan sosial dimanapun kita berada. Kemampuan menyesuaikan diri amat perlu kita miliki. Penyesuaian diri dari segala macam tuntutatn
lingkungan.
Tetapi perlu
diperhitungkan
“untuk
apa kita
menyesuaikan diri dari”. Dengan demikian penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan haruslah tidak menghilangkan nilai, norma yang kita anut. Kita tetap memegang teguh prinsip-prinsip hidup kita, tetapi kita harus mampu secara fleksibel dalam menyesuaikan diri. Agar kita diterima oleh lingkungan dan juga kita menerima kenyataan-kenyataan yang ada dengan tidak menghilangkan prinsip kehidupan kita. 12. Agar diperoleh pemahaman tentang arti dan makna kreativitas dalam menapak karierdan juga dalam upaya peningkatan kualitas kemampuan intelektual. 13. Manfaat yang terakhir ini, dengan mempelajari pengembangan diri agar kita mau dan bersaing dengan diri kita sendiri. Bukan bersaing dengan orang lain. Bersaing dengan diri kita sendiri dimaksudakan agar kita secara sadar mau meningkatkan, mengoptimalkan potensi, bakat, kemampuan yang kita miliki. Kemauan dan kemampuan mengembangkan seluruh potensi yang kita miliki akan sangat memberi peluang bagi tercapainya aktualisasi diri. Aktualisasi diri akan terwujud dalam bentuk karya, buah pikiran yang cemerlang, dan amat
Universitas Sumatera Utara
berguna bagi banyak orang serta adanya ketentraman dan kedamaian bathin yang lestari.
II.4.4 Konsepsi Pengembangan Diri Pengembangan Diri adalah pengembangan keseluruhan potensi diri yang mencakup aspek/ranah: 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif merujuk pada pengayaan pengasahan otak agar kita menjadi melek pikir, melek teknologi yang merupakan kemampuan substansial dalam kehidupan kita kini dan masa mendatang. Kita menjadi pandai, pintar berpengetahua, menguasai teknologi sehingga menjadi manusia yang mandiri. Pengasahan otak ini dapat ditempuh lewat pendidikan formal. Berbagai mata pelajaran yang diperoleh yang dirancang dalam kurun waktu tertentu sehingga memperoleh keahlian baik yang bersifat akademik maupun profesional, tentunya lembaga dimana kita belajar, pengasahan otak seyogyanya pula dilakukan lewat kesadaran dan kemauan diri sendiri. 2. Ranah Afektif. Ranah afektif menunjuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan berfikir
kreatif,
motivasi,
disiplin,
kepercayaan
diri,
meminimalkan/mengendalikan rasa takut dan kuatir, mengelola stres, ketangguhan diri, penyesuaian diri, aktualisasi diri dan suara hati, tanggung jawab dan nilai, norma yang kalau semuanya itu direkatkan pada diri kita akan
Universitas Sumatera Utara
memberi kontribusi yang amat bermakna bagi perkembangan kemampuan kognitif, psikomotorik dan interaktif. 3. Ranah Psikomotorik. Ranah
psikomotorik
menunjuk
pada
pengayaan,
pengasahan
kemampuan, keterampilan motorik. Artinya keterampilan nyata yang ditunjukkan seperti keterampilan mengetik komputer, mengetik manual menggunakan perangkat komputer, penampilan diri, menata kecantikan, ketampanan, membuat segala macam surat dalam segala bentuknya, menggunakan telepon, dan jenis keterampilan lainnya yang dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan manajemen administratif. 4. Ranah Interaktif. Ranah interaktif menunjuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan beradaptasi dalam segala situasi, kemampuan berkomunikasi, negosiasi yang amat dituntut dalam kegiatan-kegiatan bisnis serta kegiatan jasa lainnya. Ranah interaktif juga akan dipelajari khususnya kemampuan adaptasi. Keempat ranah tersebut amat diperlukan untuk dikembangakn agar dengan demikian semua potensi yang kita miliki dapat teraktualisasikan secara maksimal (Rismawaty 2008:25).
Universitas Sumatera Utara