BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Komunikasi Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common).Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu, communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama sama. Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing masing.Sejarah ilmu komunikasi, dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu. 1 Sarah Trenholm dan Arthur Jensen mendefinisikan komunikasi sebagai “ A process by which a source transmits a message to a receiver through some chanel.” (komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai saluran).2 Hoveland mendefinisikan komunikasi demikian : “The process by wich an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individ.” (Komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain). 3
1
Wiryanto.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Grasindo. 2004 hal: 5-7 Ibid, hal 6 3 Ibid,hal 6 2
Menurut Harold D Lasswell, sebagaimana dikutip oleh Sendjajacara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah menjawab pertanyaan berikut : “Who Says What In Which Chanel To Whom And With What The Effect” (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?)4 Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu : Pertama, sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encorder), komunikator (communicator), pembicara(speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. 5 Kebutuhannya bervariasi, mulai dari sekedar mengucapkan “selamat pagi” untuk memelihara hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideologi, keyakinan agama dan perilaku pihak lain. Untuk menyampaikan apa yang ada pada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal atau non verbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding). 6
4
Riswandi.Ilmu Komunikasi: Graha Ilmu. 2009 hal: 3 Ibid,hal 3 6 Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosda Karya. 2009 hal: 67 5
Kedua, pesan yaitu adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerimanya. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. 7 Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah salurannya verbal atau non verbal. Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media (cetak dan elektronik seperti: tv, internet, buku, majalah dan koran) surat pribadi, telephone dan lain sebagainya. 8 Keempat, penerima (receiver), sering juga disebut sasaran atau tujuan (destination), komunikator (communicate), penyandi-balik (decorder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter) yakni orang penerima pesan dari sumber. 9 Kelima, efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia menjadi bersedia). 10
7
Riswandi, loc.cit., Riswandi, op.cit., 4 9 Ibid,hal 4 10 Ibid,hal 4 8
Definisi yang sebagaimana dikemukakan di atas, tentu belum mewakili semua definisi yang telah dibuat para ahli. Namun, paling tidak kita telah mendapatkan gambaran mengenai definisi komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Shannon and Weaver, bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang paling mempengaruhi satu sama lain, sengaja, atau tidak sengaja, dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. 11 Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini berkembang menjadi, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih memmbentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. 12 Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud oleh komunikator. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan 11 12
Wiryanto, Op.cit.,7 Lukiati Komala. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, Dan Konteks. Widya Padjajaran. 2010 Hal: 73 – 74
sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut sebagai komunikasi. 13 2.1.2 Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat. Pihak pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan baik verbal maupun non verbal. 14 Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab dari peserta komunikasi. Kedekatan pihak pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis jenis pesan atau respon non verbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi antarpribadi bebas mengubah topik pembicaraan, kenyataannya komunikasi antarpribadi dapat didominasi oleh satu pihak.Misalnya, komunikasi suami istri didominasi oleh suami,
13 14
Lukiati Komala, op.cit., 73 – 74 Dedy Mulyana, op.cit., 73 -74
komunikasi dosen-mahasiswa oleh dosen, komunikasi atasan dan bawahan oleh atasan. 15 Kita biasanya menganggap pendengaran dan pengelihatan sebagai indra primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampaikan pesanpesan bersifat intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi dan membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera tadi untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepadanya.Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, dan televisi ataupun lewat teknologi komunikasi canggih sekalipun seperti telepon genggam, e-mail, atau telekonferensi, yang membuat manusia merasa terasing. 16 Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) merupakan kelanjutan dari komunikasi intra pribadi.Dengan demikian komunikasi yang berlangsung diantara dua orang atau lebih sangat dipengaruhi oleh hasil dari komunikasi intra pribadi masing-masing orang. Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima 15 16
Dedy Mulyana, op.cit., 73 – 74 Ibid, hal 73 -74
pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya, dan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Pemikiran ini diwakili oleh Bittner yang menerangkan komunikasi antar pribadi berlangsung apabila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara (human voice).Sementara Barnlud mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang, yang terjadi sangat spontan dan tidak berstuktur.Komunikasi antar pribadi mempunyai ciri yaitu spontan, tidak berstuktur, terjadi bisa secara kebetulan, tidak mengejar tujuan yang direncanakan, identitas keanggotaannya tidak jelas, terjadi hanya sambil lalu. 17 Edna Rogers mengemukakan bahwa pendekatan hubungan dalam menganalisis proses komunikasi antar pribadi mengasumsikan, bahwa hubungan antar pribadi dapat membentuk stuktur sosial yang diciptakan melalui proses komunikasi. Pembentukannya mencakup konteks pengembangan proses komunikasi tersebut. Komunikasi tampak sebagai proses sibernetika (umpan balik) yang dihasilkan melalui penegasan diri dalam berhubungan dengan orang lain. Bentuk hubungannya secara alamiah berlangsung terus menerus.Individu berpartisipasi aktif dalam komunikasi. Mereka berimprovisasi, menghubungkan makna, memberdayakan dan memaksakan tindakan satu sama lain. 18 Everett M Rogers mengartikan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara 17 18
Wiryanto, op.cit., 32 – 33 Wiryanto, op.cit., 35
beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antar pribadi menurut Rogers adalah (1) Arus pesan cenderung dua arah, (2) Konteks komunikasinya dua arah (3) Tingkat umpan baliknya yang tinggi (4) Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi (5) Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat (6) Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. 19 2.1.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi dapat digunakan dalam berbagai tujuan.Ada enam tujuan komunikasi antar pribadi yang dianggap penting.Satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri sendiri. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. 20
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain Komunikasi
antar
pribadi
memberikan
kesempatan
pada
kita
untuk
memperbincangkan tentang diri kita sendiri. Dengan berbincang dengan orang lain, kita menjadi mengenal dan memahami diri kita sendiri, dan memahami sikap dan perilaku kita. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita 19 20
Wiryanto, op.cit., 36 Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Graha Ilmu. 2009 hal: 78 – 80.
akan mendapat pespektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih dalam tentang sikap dan perilaku kita. Dalam kenytaanya, persepsi kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang telah kita pelajari tentang diri sendiri, dan dari orang lain melalui komunikasi antar pribadi. 21 2. Mengetahui dunia luar Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita memahami lingkungan kita dengan baik seperti objek dan peristiwa. Banyak informasi yang kita miliki berasal dari hasil interaksi dengan orang lain. Meskipun ada yang menyatakan bahwa, sebagian besar informasi dapat kita peroleh dari media massa, tetapi sesungguhnya informasi dari media massa tersebut dimantapkan dan diperdalam melalui interaksi antar pribadi. Bahan pembicaraan kita dengan teman, tetangga, teman sekantor, atau dengan keluarga kita sendiri seringkali diambil dari berita-berita media massa. Nilai, kepercayaan, dan harapan-harapan kita sebagai pribadi banyak dipengaruhi oleh komunikasi antar pribadi dibandingkan dengan yang diperoleh dari media massa.
3. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna Sebagai mahluk sosial, manusia cenderung untuk mencari dan berhubungan dengan orang lain di mana ia mengadu, berkeluh kesah, menyampaikan ini hati, dan sebagainya. 4. Mengubah sikap dan perilaku 21
Riswandi, op.cit., 87
Dalam komunikasi antar pribadi, kita sering berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Misalnya kita ingin orang lain: mencoba makanan tertentu, membaca buku tertentu, kita banyak menggunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi. 5. Bermain dan mencari hiburan Kita melakukan komunikasi antar pribadi dengan tujuan untuk menghilangkan kejenuhan, dan ketegangan. 6. Membantu Melalui komunikasi antar pribadi, orang membantu dan memberikan saran-saran pada orang lain. 22 Tujuan tujuan komunikasi antar pribadi yang diuraikan tersebut diatas dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu : 1. Tujuan – tujuan ini dapat dilihat sebagai faktor-faktor motivasi motivasi atau sebagai alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antar pribadi. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kita membantu orang lain untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang. 2. Tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi antar pribadi. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa sebagai suatu dari hasil
22
Riswandi. op cit., 88
komunikasi antar pribadi, kita dapat mengenal diri sendiri, membuat hubungan lebih baik, bermakna, dan memperoleh pengetahuan dari dunia luar. 23
2.1.4 Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan.Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis.Artinya, arus balik terjadi langsung.Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak.Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas luasnya. 24 Menurut Kumar efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima karakteristik sebagai berikut : 25 1.
Keterbukaan (opness). Kemauan menghadapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan pribadi;
2.
Empati (empathy). Merasakan apa yang dirasa orang lain;
3.
Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif;
23
Riswandi, op cit., 88 Wiryanto, op.cit., 36 – 42 25 Ibid,hal 36 - 42 24
4.
Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif;
5.
Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai,
berguna,
dan
mempunyai
sesuatu
yang
penting
untuk
disumbangkan. Sumber-sumber informasi di perdesaan dari negara berkembang, seperti Indonesia, cenderung melalui jalur komunikasi antar pribadi.Caranya dengan menggunakan jasa juru penerangan, penyuluh, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.Peranan keempat sumber informasi tersebut cukup penting sebagai agen perubahan dalam menyebarkan ide-ide baru. Kredibilitas keempat sumber sangat terpercaya untuk mengajak setiap orang lain dalam menerima ide baru. 26 2.1.5 Dasar-Dasar Komunikasi Efektif Komunikasi dapat berjalan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, kemudian pesan ditindak lanjuti dengan perbuatan oleh si penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk itu (Hardjana, 2003). Unsur komunikasi antara lain : 27 a. Sumber/ komunikator b. Isi pesan c. Media/ saluran 26 27
Wiryanto, op.cit., 37 Daryanto.Ilmu Komunikasi.PT Sarana Turitorial Nurani Sejahtera. 2011 Hal: 147-160
d. Penerima/ komunikan Sumber atau komunikator adalah siapakah yang menyampaikan komunikasi tersebut tergantung dari seberapa besar pemahamannya akan suatu informasi tersebut, seberapa luas pengeratuannya tentang apa yang disampaikannya. Isi pesan adalah apa yang ingin disampaikan oleh komunikator tersebut. Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian dan penerimanya. Media atau saluran merupakan media apa yang digunakannya sebagai saluran komunikasi. Apakah hanya dengan berbicara, apakah percakapan dilakukan secara tatap muka, melalui telepon, menggunakan media massa atau alat elektronik dan peraga. Penerima adalah orang yang diberikan informasi. Bagaimana karakternya, apa kepentingannya
secara
langsung
maupun
tidak
langsung. 28 Sejalan
dengan
keterampilan yang termuat dalam empat unsur tersebut diatas, ditambah umpan balik. Diperlukan juga kemampuan dalam hal-hal seperti cara berbicara yang baik, kemampuan untuk mendengar, cara mengamati dan dapat menjaga sikap selama komunikasi tersebut berlangsung agar terjadi komunikasi yang efektif. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator terhadap komunikan melalui media tertentu untuk menghasilkan efek dengan tujuan mengharapkan feedback atau umpan balik. Tujuan utama komunikasi adalah membangun atau menciptakan pemahaman atau pengertian bersama.Saling memahami atau mengerti bukan berarti 28
Daryanto, op., cit 147 -148
harus menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial. 29 a.
Perubahan sikap (attitude change)
Seorang komunikan setelah menerima pesan, kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi, kita berusaha memengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. b. Perubahan pendapat (opinion change) Komunikasi berusaha menciptakan pemahaman.Pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana yang disampaikan oleh komunikator. Setelah memahami arti komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. c. Perubahan perilaku (behavior change) Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku atau tindakan seseorang.Diharapkan perubahan berujung pada pola perubahan yang baik. d.
Pembangunan Sosial (Social change)
Membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain, sehingga hubungan yang terjalin semakin erat dan semakin baik. Dalam komunikasi yang efektif, secara tidak sengaja meningkatkan hubungan komunikasi interpersonal.30 Manfaat komunikasi antara lain adalah :
29 30
Ibid,hal 148 Ibid,hal 149
a. Menyampaikan informasi (to inform) Memberitahu atau menerangkan informasi atau hal-hal yang belum diketahui seseorang maupun publik terhadap apa yang terjadi kepada seseorang ataupun publik sehingga informasi-informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan dan wawasan. b.
Mendidik (to educate) Memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermanfaat secara formal,
nonformal maupun informal sehingga mendorong pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. c.
Membujuk (to persuade) Membujuk, memengaruhi, atau membentuk opini seseorang ataupun publik,
meyakinkan tentang informasi-informasi yang diberikannya sehingga benar-benar mengetahui situasi yang terjadi di lingkungannya.
d.
Menghibur (to entertaint) Memberikan hiburan atau kesenangan sehingga seseorang maupun publik
memperoleh selingan dari kejenuhan yang dialaminya karena tekanan-tekanan, baik pekerjaan, pergaulan, lingkungan, maupun hal-hal lain yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. 31
31
Ibid,hal 150
Berkomunikasi untuk mencapai tahap yang efektif memerlukan teknik yang tepat. Berikut ini adalah cara berkomunikasi dengan teknik yang tepat sehingga komunikasi berjalan efektif dan maksud yang ditujukan sampai kepada si penerima. 32 a.
Cara penyampaian pesan Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan gestures atau isyarat, gerak-gerik,
barang dan expressions. Karakteristik penyampaian pesan ada beberapa hal, diantaranya : 1.
Repetition ; Pengulangan pesan dari individu dilakukan dengan verbal.
2.
Contradiction ; Pertentangan pesan dari individu untuk disampaikan.
3.
Substitution ; Pengganti pesan.
4.
Complementing; Melengkapi pesan verbal.
5.
Accenting: Penekanan yang digaris bawahi.
b.
Peran Bahasa Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang terdiri dari seperangkat bunyi dan
lambang tertulis dan digunakan oleh orang-orang pada suatu negara atau wilayah tertentu untuk berbicara dan menulis. Salah satu cara berkomunikasi yang baik adalah dengan berbicara. Berbicara dapat dibedakan berdasarkan: 32
Ibid,hal 151
1.
Dari segi jarak : bicara langsung (face to face) dan tidak langsung.
2.
Dari segi sarana: bicara melalui surat, telepon, radio, televisi, email ataupun internet.
3.
Dari segi tujuan: berbicara dalam seminar, rapat kerja, kampanye.
4.
Dari segi kedinasan : bicara soal kedinasan.
5.
Dari lawan bicara : satu lawan satu atau satu lawan kelompok
6.
Dari segi hierarki : atasan dengan bawahan, bawahan dengan bawahan.
7.
Dari segi pertumbuhan : sesuai perkembangan. Berbicara membutuhkan keterampilan jika hendak mencapai komunikasi yang
efektif.Keterampilan berbicara harus dilandasi dengan rasa percaya diri, kata-kata yang jelas, irama dan tekanan suara yang jelas.Gaya bicara juga perlu diperhatikan guna mencapai komunikasi yang efektif. Menciptakan hubungan baik, mendengar sehingga mencapai pemahaman yang sama, menciptakan komunikasi yang respektif, langsung, lugas, ramah dan bersahabat, jelas, gagasan yang jelas, responsive, dan jujur merupakan ciri-ciri komunikasi yang efektif. 33 2.2 Pengertian Pola Komunikasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk (stuktur) yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang 33
Ibid,hal 158
dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak. Dengan demikian, pola komunikasi disini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. 34 Istilah pola komunikasi dapat disebut juga sebagai model tetapi maksudnya sama, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat. Pola adalah bentuk atau model yang biasa dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu atau bagaian dari sesuatu khususnya jika yang ditimbulkan cukup mencapai suatu jenis untuk pola dasar yang ditunjukkan atau terlihat.
Pola komunikasi terdiri dari berbagai macam 35 1.
Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan.
2.
Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (two way traffic communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi salung tukar fungsi mereka. Komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang mememulai
34 35
Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. Rineka Cipta. 2004 hal: 1 Syaiful Rohim. Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Bandung,.PT Rineka Cipta. 2008 Hal: 14
percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama memiliki tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut, prosesnya dianalogi, serta di umpan balik terjadi secara langsung. 3.
Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu kelmpok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis dan terus menerus. Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan
keterpautannya unsur unsur yang dicakup beserta keberlangsungannya. Guna memudahkan
pemikiran
secara
sistematik
dan
logis
untuk
memampukan
menggeneralisasikan kasus yang belum teramati. 36
Pola komunikasi dalam keluarga adalah pola-pola yang sering terjadi dalam proses komunikasi dalam keluarga. Pola tersebut berkisar di seputar model stimulusrespon, pola segitiga yang mengasumsikan bahwa sikap seseorang bergantung kepada seseorang yang lain dan saling memberikan informasi serta timbal balik. Dan model pola interaksional. 37 Hubungan bukanlah interaksi yang bersifat statis tetapi memiliki pola-pola interaksi tertentu dimana tindakan dan kata-kata seseorang memengaruhi bagaimana orang lain memberikan tanggapannya. Manusia akan terus menyesuaikan apa yang 36 37
Ibid, hal 12 Syaiful Bahri Djamarah, Op.,,cit hal 38
manusia lakukan dan apa yang manusia katakan dengan reaksi orang lain. Dalam suatu pola hubungan tedapat beberapa pola-pola hubungan. Pola tersebut terdiri dari: 38 1.
Pola hubungan dominan-patuh (dominant sub missive relationship). Pola komunikasi ini adalah pola dimana dalam sebuah hubungan keluarga atau ayah-ibu terdapat salah satu yang lebih dominan dalam komunikasinya dan yang lainnya tinggal mengikuti.Komunikasi terdapat banyak aturan yang dinyatakan tidak secara tegas dan mengutamakan kedekatan antar pribadi.
2.
Pola hubungan simetris (symmetrical relationship) Adalah pola dimana komunikasi terjadi diantara dua orang yang memberi tanggapan dengan cara yang sama. Komunikasi dalam hubungan simetris dapat tercermin dari pemberian respon secara pasif dan atau berperilaku seolah olah mengerti tentang maksud pesan yang disampaikan dan seolah saling memberikan dukungan.
3.
Pola hubungan komplementer (complementary relationship) Pola komunikasi yang terjadi dalam hubungan seperti ini adalah komunikasi yang menitik beratkan pada salah satu sosok yang disegani, sehingga memberikan
tanggapan
yang
berbeda
atas
sebuah
pesan
yang
disampaikan.Hubungan seperti ini biasanya terjadi antara atasan dan bawahan. 2.3Pola Komunikasi Interpersonal atau Antar Pribadi 38
Morissan.Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta. Kencana. 2013 hal: 284-287
Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup secara individu melainkan selalu berkeinginan untuk tinggal bersama sekaligus menjalin hubungan dengan individu-individu lainnya dan saling memerlukan satu dengan lainnya. Karakteristik kehidupan sosial mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah relasi dengan yang lainnya, sehingga akan terjadi sebuah ikantan perasaan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan hubungan interpersonal. Beberapa ciri pola hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut: 39 a.
Mengenal secara dekat Pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan antar pribadi saling mengenal secara
dekat. Semakin banyak mengenal sisi latar belakang diri pribadi orang lain, hal itu menunjukkan kadar kedekatan hubungan antar pribadi. b.
Keterbukaan Pola hubungan antarpribadi, yang ditujukan oleh adanya sikap keterbukaan di
antara keduanya.Hubungan antar pribadi saling memahami sifat-sifat pribadi diantara kedua belah pihak yang saling terbuka sehingga dapat menerima sifat pribadi tersebut.
c.
Kerjasama Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentigan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup 39
Suranto Aw.Komunikasi Interpersonal.Yogyakarta.Graha Ilmu. 2011 hal: 28
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri, membangun kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong. 40 2.4 Sosialisasi Sosialisasi adalah proses belajar warga masyarakat suatu kelompok kebudayaan tentang nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat itu. Melalui proses sosialisasi, kelangsungan hidup suatu kelompok masyarakat budaya dapat terjamin. Sosialisasi adalah proses yang memungkinkan individu mengembangkan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang berguna bagi penyesuaian sosial efektif dalam hidup bermasyarakat. Sosialisasi adalah proses yang berjalan hidup sosial manusia itu sendiri, mulai masa anak sampai masa lanjut usia. Penyesuaian sosial diperlukan pada saat individu menghadapi kondisi dan situasi lingkungan baru yang memerlukan respon tertentu.Dalam perkembangan kebudayaan, sosialisasi berfungsi sebagai sarana internalisasi secara dinamis nilainilai kebudayaan suatu masyarakat dari generasi lebih tua kepada generasi yang lebih muda. Melalui sosialisasi, kontrol sosial menjadi kontrol internal yang pada perkembangan berikutnya akan timbul kesadaran mandiri dalam diri generasi muda.
Sosialisasi bertujuan untuk dapat mengantarkan generasi muda pada kebutuhan dan tuntutan untuk dapat terus bertahan hidup di bidang fisik maupun sosial budaya.Dalam konteks fisik, proses sosialisasi harus dapat membekali generasi muda 40
Ibid, hal 29
dengan kemampuan-kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis dasar yang diperlukan untuk terus hidup dalam lingkungan fisik mereka. Dalam konteks sosial budaya, proses sosialisasi harus dapat membantu membekali generasi muda dengan pemahaman tentang sistem norma dan peran yang dikembangkan dalam suatu masyarakat. Proses sosialisasi berjalan berkelanjutan, mulai dari masa anak sampai dengan masa tua. Terdapat banyak saluran yang dapat dimanfaatkan bagi berlangsungnya proses sosialisasi secara lancar. Saluran-saluran sosialisasi yang penting di antaranya adalah keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan media massa. Keluarga merupakan salah satu agen atau saluran utama sosialisasi dalamperkembangan awal anak.Komponen utama keluarga seperti ayah, ibu, dan saudara memiliki peran yangpenting dalam perkembangan anak untuk mengenal nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan sosial budaya yang dianut oleh sebuah keluarga.
Perbedaan praktik-praktik sosialisasi pada keluarga-keluarga dengan kelompok etnik yang berbeda menggambarkan nilai dan norma setiap kelompok itu tentang proses sosialisasi. Proses sosialisasi terjadi dalam pengembangan generasi muda untuk menerima nilai-nilai sosial budaya tertentu. 41
2.5
Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat.Keluarga merupakan kelompok 41
Fattah Hanurawan. Psikologi Sosial. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2010 hal: 54 - 56
primer yang terpenting dalam masyarakat.Kelompok ini, dalam hubungannya dalam perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan primary group.Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. 42
Tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunannya saja.Banyak hal yang mengenai kepribadian yang dapat dirunut dari keluarga yang pada saat ini sering dilupakan oleh orang-orang.Perkembangan intelektual kesadaran lingkungan oleh seorang individu seringkali dilepaskan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga.Hal-hal secamam ini yang sering menimbulkan masalah sosial, karena kehilangan pijakan. 43
Keluarga sudah seringkali terlihat kehilangan perannya.Keluarga harus dapat dilihat dari skala prioritas yang pas.Keluarga pada umumnya terdiri dari individuindividu yang disebut suami dan isteri yang selalu berusaha menjaga rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi suka dan duka hidup dalam eratnya ikatan luhur berkeluarga.Keluarga yang terdiri atas suami, isteri, dan anak-anak. Anak-anak inilah yang nantinya akan berkembang dan mulai bisa melihat serta mengenal arti diri sendiri, dan belajar dari pemahaman itu. Apa yang dilihatnya pada akhirnya memberinya suatu pengalaman individual. Individu ini pada tahap selanjutnya akan merasakan hubungan fungsional dengan individu-individu lainnya. 44 42
Abu Ahmadi. Ilmu Sosial Dasar.PT Rineka Cipta. 2003 hal: 87 – 88 Ibid,hal 87 44 Ibid, hal 87 43
Individu tersebut adalah keluraganya yang memelihara cara pandang dan menghadapi masalah-masalahnya, membinanya dengan cara menelusuri dan meramalkan hari esoknya, mempersiapkan pendidikan, keterampilan dan budi pekertinya. Akhirnya keluarga menjadi model untuk mengidentifikasikan sebagai keluarga yang broken home, moderat dan keluarga sukses. 45 Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan individu sebelum maupun setelah terjun langsung secara individual di masyarakat. 46 2.5.1 Fungsi Keluarga Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan biasanya disebut dengan fungsi.Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu. Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan atau dirinci ke dalam beberapa fungsi, yaitu : 47 a.
Fungsi Biologis Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-
persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Karena dengan perkawianan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dalam setiap manusia hakikatnya terdapat kelangsungan 45
Ibid, hal 88 Ibid, hal 88 47 Abu Ahmadi, op.cit.,89 – 94. 46
biologis bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui perkawinan.Persiapan perkawinan dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya melalui pembelajaran seperti sex education, hak dan kewajiban wanita dan pria, dan pendidikan yang memadai untuk mengarungi bahtera rumah tangga.Dalam Persiapan yang sudah matang ini diharapkan dapat membentuk keluarga yang harmonis dan sejahtera.
b.
Fungsi Pemeliharaan Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggota keluarganya
terlindungi dari berbagai gangguan yaitu seperti : gangguan penyakit, gangguan udara atau polusi, gangguan bahaya serangan dari luar dirinya dan rumahnya. Bila dalam keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan sebaik-baiknya sudah barang tentu akan membantu terpeliharanya keamanan dalam keluarga tersebut dan kenyamanan dalam masyarakat. c.
Fungsi Ekonomi Keluarga harus berusaha menyelenggarakan kebutuhan sandang, pangan dan
papan.Berhubungan dengan fungsi tersebut, orang tua diwajikan untuk berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan baik.Orang tua diwajibkan memeuhi kebutuhan jasmaniah
dari
anggota
keluarganya
itu
maupun
memenuhi
kebutuhan
rohaniahnya.Memenuhi segala aspek kebutuhan tersebut adalah tugas dan peran orang tua yang sangat penting dan prisip dalam kehidupan. d.
Fungsi Keagamaan
Di Negara Indonesia yang berideologi Pancasila, setiap warganya wajib menghayati, mendalami, mengamalkan pancasila di dalam perilaku dan kehidupan keluarganya.Dengan dasar ini, setiap individu di Indonesia diwajibkan untuk mengamalkan ajaran taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan undang undang dan garis keturunan yang berlaku.Untuk seorang individu yang belum berusia 17 tahun masih mengikuti keyakinanorang tuanya, setelah itu dapat memilih sendiri keyakinan yang diyakini oleh dalam dirinya. e. Fungsi Sosial Dengan fungsi ini keluarga berusaha mempersiapkan anak-anaknya dengan bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap yang dianut masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak ketika sudah dewasa. Dengan demikian terjadilah apa yang disebut sebagai sosialisasi. Dengan fungsi ini diharapkan dalam keluarga selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai budaya. Kebudayaan yang diwariskan itu adalah kebudayaan yang dimiliki oleh generasi orang tua terhadap anak-anak mereka yang dibentuk antara lain dari sopan santun, bahasa, tata cara bertingkah laku, dan ukuran tentang baik buruknya suatu perbuatan. Fungsi-fungsi keluarga yang lain juga dapat meliputi pembentukan kepribadian seperti menurunkan kebiasaan nenek moyang pada anak-anak dan keturunan, contohnya seperti mengajarkan keturunan untuk mengucapkan salam dan terimakasih. Keluarga merupakan penerus keturunan lebih lanjut dari generasi ke
generasi dengan proses reproduksi. Keluarga merupakan eksoponen dari kebudayaan masyarakat. 48
Pada masyarakat primitif keluarga adalah hal yang maha penting dalam transmisi kebudayaan, sekalipun sudah ada perantara lain namun demikian, peranan keluarga terbantukan dengan adanya teknologi berkembang seperti media massa dan teknologi. Keluarga merupakan pusat perekonomian dan juga pendidikan moral dan pelajaran yang paling pokok. 49
2.5.2 Orang Tua dan Anak dalam Keluarga Orang tua dan anak adalah satu ikatan jiwa.Dalam keterpiahan raga, jiwa mereka bersatu dan tidak ada seorang pun yang dapat memisahkannya.Ikatan yang terbentuk dalam hubungan emosional tersebut tercerminkan pada perilaku. Orang tua dan anak memiliki kedudukan yang berbeda anak adalah tumpuan masa depan yang harus dipelihara dan dididik. 50 Dalam pemeliharaan tersebut, terdapat proses komunikasi. Pola-pola komunikasi menjadi bagian terpenting dalam suatu proses pendidikan pada anak hingga tercipta pemahaman dan pola pikir yang hampir menyerupai orang tuanya. Termasuk mengenai budaya, agama dan hal-hal prinsipil lainnya dalam keluarga.
2.6
Pengertian Kebudayaan dan Upacara Adat Bali
48
Ibid, hal 93 Ibid, hal 94 50 Syaiful Bahri Djamarah. Op. cit., hal 27 49
Para pakar antropologi budaya Indonesia umumnya sependapat bahwa kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah.Kata buddhayah adalah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.Secara etimologis kata kebudayaan berarti hal-hal yang berkaitan dengan akal. Namun ada pula anggapan bahwa kata budaya berasal dari kata majemuk budi daya yangberarti ‘daya dari budi’ atau ‘daya dari akal’ yang berupa cipta, karsa, dan rasa. 51 Kata “kebudayaan” itu sepadan dengan kata culture dalam bahasa inggris. Kata culture itu sendiri berasal dari bahasa latin colere yang berarti merawat, memelihara, menjaga, mengolah, terutama mengolah tanah atau bertani. Kata Latin cultura baru dipakai pada abad ke-17.Sedangkan pada abad pertengahan orang belum menggunakan kata tersebut.Yang dibicarakan pada abad pertengahan bukan cultura melainkan humanitas, civitas. 52
Setelah merangkum beberapa pandangan pakar budaya tentang hakikat kebudayaan, H.A.R. Tilaar menyimpulkan, bahwa inti dari setiap kebudayaan ialah manusia. Dengan kata lain kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya dan membudaya.Menurut E.B Tylor mendefinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adatistiadat dan lainnya serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan sebagai anggota masyarakat. 53
51
Rafael Raga Maran.Manusia & Kebudayaan. Rineka Cipta. 2000 hal: 1 – 2 Ibid, hal 2 53 Jnana Budaya : Media Informasi, Sejarah, Sosial, dan Budaya. Denpasar : 2012 52
Bila mengacu pada pengetian budaya tersebut maka kebudayaan merupakan seluruh aktivitas manusia baik dalam bentuk kebendaan maupun abstrak yang sifatnya sangat kompleks dalam arti yang seluas-luasnya.Budaya kebendaan (tangiable) merupakan hasil karya cipta manusia dalam bentuk nyata seperti patung, candi, rumah, mobil dan sebagainya yang dapat dilihat secara kasat mata.Sedangkan budaya yang bersifat abstrak adalah cipta rasa karsa masyarakat yang meliputi jiwamanusia untuk mewujudkan kaidah dan nilai etika tata karma sebagai ramburambu kehidupan dalam bermasyarakat. 54
Di dalamnya termasuk ajaran agama, aliran kebatinan, ideology, pengetahuan, dan sebagainya yang dimiliki oleh setiap komunitas masyarakat, hanya saja ada perbedaan tingkat-tingkat kemampuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti geografis daerah, tingkat pendidikan masyarakat, jumlah anggota masyarakat dalam komunitas tertentu dan sebagainya yang nantinya mewujudkan pernyataan adanya kebudayaan yang kurang sempurna atau lebih rendah dan kebudayaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. 55
Di sisi lain pula kebudayaan yang berposisi ganda yakni sebagai budaya benda (material) dan budaya tak benda (abstrak). Di dalamnya termasuk cipta karya, dan karsa manusia yang berupa keris, wayang, simbol-simbol keagamaan dan lain sebagainya. Dinyatakan demikian karena bendanya jelas tampak, dapat dilihat secara 54 55
Ibid Ibid
kasat mata (sebagai budaya benda), kemudian di lain sisi terdapat nilai magis pada benda budaya tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa benda budaya ini memiliki posisi ganda tergantung subjektivitas dari orang yang memandangnya. 56
Kebudayaan Bali memiliki jati diri yang jelas dalam kandungan watak ekspresif dan proposif yang dilandasi filosofi harmoni dan kesinambungan. Kebudayaan Bali memiliki resistensi yang besar, di satu pihak karena bersifat bhineka tunggal ika dan variatif, serta di pihak lain hidup dan tertambat melalui simpul-simpul kelembagaan tradisional (banjar, desa adat, subak, sekaa, dadia). Kebudayaan Bali sangat kolektif dan konfirmitas dengan pendukung budaya yang beragam, kompleks, dan juga segmentatif. Kondisi tersebut, di satu pihak dapat menyuburkan stabilitas psikososial-kultural, namun di pihak lain sekaligus juga rawan dan dalam konflik internal.
Profil kebudayaan Bali seperti itu yang tidak bebas dari nilai baik dan buruk, ciri rwa bhinneda, terbuka dan dinamik, adaptif, dan permisif, telah membangun citra ke dalam dan keluar.Ke dalam, bagi orang Bali atau etnik Bali sebagai pendukung dan subjek yang mengkonstruksi kebudayaan, keluar, bagi orang asing sebagai pemerhati, pengkaji, dan penikmat kebudayaan.Secara kebudayaan, Bali berhasil membangun citra yang positif yang berkiblat pada konotasi peradaban, estetik tinggi, kekayaan batinnya dan spiritual, harmoni, dan seimbang, kreatif-adaptif. 57
56 57
Ibid Jnana Budaya Media Informasi, hal 17 – 19
Citra positif tersebut terkristalisasi ke dalam mitos tentang Bali yang positif (Pulau Dewata, Pulau Surga, dan lain-lain) secara etnik maupun etik.Citra dan mitos kebudayaan ini sangat menunjang pembangunan Bali berwawasan budaya dan pengembangan sektor yang bertumpu pada kebudayaan seperti industry, kerajinan, pertanian, dan pariwisata. 58
Masyarakat dan kebudayaan Bali, dalam perspektif sejarah, berubah dan berlanjut
menurut
tiga
transisi
utama.Perkembangan
kebudayaan
Bali
mengintegrasikan tiga tradisi utama tersebut tidak mengikuti hukum linier-monistis, namun cenderung bersifat interaktif-dialogis.Ketiga tradisi itu adalah “Tradisi kecil” (pra Hindu), “Tradisi Besar” (Hindu), “Tradisi Modern” (atau tradisi nasional dan global).
Tradisi kecil merupakan tradisi pra Hindu, di mana pola-pola kehidupan komunal yang religious, estetis merupakan ciri dasar kehidupan masyarakat.Dalam kehidupan seperti itu nilai-nilai keagamaan, keindahan, dan kebersamaan (solidaritas) sangat dominan. Ketiga nilai tersebut merupakan sistem nilai budaya Indonesia asli sebagai refleksi suatu kebudayaan yang ekspresif. 59
Tradisi besar merupakan tradisi yang berkembang bersamaan dengan kuatnya pengaruh agama Hindu di daerah Bali. Tradisi ini memperkenalkan unsur-unsur baru dalam kehidupan masyarakat Bali, seperti : (1) Sistem kepercayaan menurut konsepsi 58 59
Ibid, hal 17 Ibid, hal 17
Panca Sradha; (2) Sistem kerajaan ; (3) Sistem pembagian kerja (warna kewangsaan); (4) Etos kerja; (5) Konsepsi Catur Purna Artha (dharma, artha, kama, moksa); dan (6) Konsepsi Yadnya. Konsepsi Tri Hita Karana yang menekankan pada keseimbangan dan harmoni diasumsikan merupakan bagian dari tradisi ini. Tradisi besar, dalam perspektif sistem nilai, di satu pihak memantapkan secara berkelanjutan keberadaan dan fungsi nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai religious, nilai estetis, nilai kebersamaan, serta tambahan pula menumbuh kembangkan nilai-nilai lain seperti : (1) nilai dharma ; (2) nilai keseimbangan ; (3) nilai etoskerja ; (4) nilai keterikatan ; (5) nilai musyawarah ; (6) nilai keterbukaan yang dianut.60
Kesinambungan dan integrasi yang utuh antara tradisi kecil dan tradisi besar dengan jiwa Agama Hindu telah meletakan dasar-dasar yang amat kokoh tentang landasan identitas manusia dengan kebudayaan Bali.Dalam perspektif sistem nilai, integrasi tersebut telah membangun satu konfigurasi nilai budaya lokal yang kuat dan memegang teguh kehidupan dan dinamika masyarakat Bali.61
2.7
Ngaben Ngaben adalah suatu upacara adat Bali, merupakan suatu upacara penyucian
dan peleburan jenazah dari unsur mikrokosmos dikembalikan kepada unsur makrokosmos. 62 Pada upacara ngaben yang terselenggara di Bali biasanya dilakukan
60
Ibid,hal18 Jnana Budaya Media Informasi, op.cit., 19 62 Wayan Suarjaya. Panca Yadnya. Denpasar. Widya Dharma. 2008 hal: 84 61
oleh sebuah keluarga yang bernaung pada suatu adat.Upacara tersebut mengikuti aturan adat yang sudah terbentuk berates-ratus tahun lamanya.
Aturan adat yang dilakukan membuat pelaksanaan upacara ngaben ini tidak luput dari perbedaan di setiap daerahnya. Pada hakikatnya ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah menggunakan api, yang dilakukan umat Hindu Bali sebagai upacara penghormatan terakhir kepada orang tua atau keluarga yang telah meninggal dunia. Ngaben dilakukan sebagai perwujudan rasa hormat dan bakti kepada orang tuadan sebagai balas budi serta membayarkan hutang anak terhadap orang tuanya. Ngaben merupakan upacara terbesar umat Hindu Bali dan juga merupakan upacara keagamaan yang telah menjadi keharusan atau tradisi yang berkembang di Bali.Seiring berjalannya upacara, umat percaya bahwa ngaben adalah merupakan kendaraan yang mengantarkan seseorang untuk kembali ke nirwana.Upacara ngaben sendiri dapat segera dilaksanakan ataupun ditunda pelaksanaannya tergantung dari kondisi keluarga yang ditinggalkan maupun tergantung dari kondisi adat setempat. 63
Bermulanya upacara Ngaben itu tidak luput dari cerita Mahabrata.Dalam gugurnya Begawan Bisma saat perang Bharatayuda. Diceritakan di dalam peperangan di Kuru Ksetra, Begawan Bisma sebagai senopati perang dipihak Korawa sedangkan di pihak Pandawa adalah Dewi Sri Kandhi, hal itu terjadi karena hasil pemikiran dari penasehat perang yakni Sang Kresna dikarenakan Pandawa sangat khawatir akan kesaktian Begawan Bisma, oleh karena itu Dewi Sri Kandhilah yang diangkat sebagai 63
Ibid, hal 84
Senopati Pandawa, didampingi oleh Sang Arjuna dan Deresta Jumena, Sang Kresna yang mahatahu bahwa Dewi Sri Kandhi adalah penjelmaan dari Dewi Ambha (istri Begawan Bisma) bahwa sudah masanya Begawan Bisma untuk menerima hasil kutukan Dewi Amba, sehingga dalam peperangan tersebut, terpanahlah Begawan Bisma oleh panahnya Dewi Sri Kandhi, dibantu dengan seribu anak panah Arjuna, maka robohlah Guru Besar Keluarga Bharata, peperangan dihentikan dan kedua belah pihak mendekati Sang Guru Bisma. Pada saat itu Begawan Bisma meminta sebuah bantal kepada Raja Duryodana lalu, diambilkanlah bantal yang empuk, namun ditolak oleh Sang Begawan Bisma, kemudian Sang Guru meminta kepada Arjuna, sekejap Arjuna merentangkan tiga anak panahnya kearah kepala Begawan Bisma dan tepat katuh di belakang kepala Bisma yang lalu digunakan untuk menyangga kepala Bisma.
Sesaat kemudian Begawan Bisma meminta seteguk air minum kepada Raja Duryodana, diambilkanlah air dengan tempat sebuah kendi manik, Sang Guru pun menolaknya, akhirnya Beliau meminta kepada Arjuna, Arjuna merentangkan busur panahnya yang kemudian jatuh tepat disamping kanan kepala Sang Guru, tiba-tiba memancurlah air dari dalam tanah. Menjelang detik-detik meninggalnya Begawan Bisma, Beliau meminta air untuk membersihkan dirinya karena merasa kotor akibat Raja Duryodana, dibawakanlah air memakai tempat sebuah tempayan emas, tetapi Sang Guru menolaknya, bukan itu yang dimaksud melainkan air dari panahan Arjuna.Arjuna pun merentangkan anak panahnya kemudian jatuh tepat di atas kepala Bisma dan muncullah air dari dalam tanah, mengalir kearah Sang Guru. Setelah
matahari terbitpertanda Bisma akan meninggal lalu Beliau berpesan kepada Arjuna untuk membakar jazadnya. Ketika Beliau benar-benar tiada, Arjuna melakukan Puja dan merentangkan anak panahnya yang berisi “Gni Astra” atau api keabadian dan diarahkanlah ke arah badan Sang Bisma. 64 Sampai akhirnya agama Hindu yang berkembang di Bali pada zaman majapahit melakukan ritual membagi bagi kuburan di Bali.Dalam pembagian tersebut diisyaratkan bahwa tidak adalagi pembagian ataupun pelebaran luas kuburan.Maka dari itu setiap orang yang meninggal, mayatnya haruslah di bakar ataupun tulang belulangnya yang dibakar agar tidak menimbulkan kesedihan yang berkepanjangan dan tidak membuat kuburan menjadi penuh. Zaman ini, ngaben bukan hanya sekedar menjadi tradisi, ritual dan upacara adat keagamaan, namun ngaben menjadi pariwisata bali dan juga ajang pamer gengsi di masyarakatnya. Dalam perkembangan dunia menuju modernitas, ngaben yang sangat kaya akan unsur budaya itu masih tetap terus terjaga. 65
64 65
I Ketut Supartika.Ngaben Ngelanus. Surabaya. Paramita. 2011 hal: 11 – 12 Wawancara dengan pinandita Hindu di Pura Rawamangun. Mangku Wayan Lodjie. 19 April 2013. 12.45 WIB