BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi Massa Istilah komunikasi kian hari kian populer. Begitu polernya sampai muncul
berbagai macam istilah komunikasi tidak langsung, komuniksi tidak langsung, komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, komuniasi dua arah dan lain sebagainya. Membagi komunikasi atas empat macam, yakni Komunikasi Antar pribadi, Komunikasi Kelompok Kecil, Komunikasi Publik, dan Komunikasi massa. 3 Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 2005)4. Dari pengertian tersebut bisa dikatakan bahwa komunikasi massa adalah penyampaian pesan dengan menggunakan media cetak maupun elektronik kepada khalayak yang heterogen sehingga pesan yang sama ketika disampaikan dapat diterima secara bersamaan. Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner (1967) yang dikutip oleh (Ardianto, dkk, 2007) adalah komunikasi massa adalah produksi dan disrtibusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang continue serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari definisi tersebut tergambar bahwa komunikasi massa
itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan
3
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali. Jakarta. 2006 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. PT. Remaja rosdakarya. Bandung. 2005
4
10
11
komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwi mingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan melalui lembaga, dan membutuhkan teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.5 Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media on-line (internet). (Ardianto, dkk, 2007) Berikut bentuk-bentuk dari media massa: a. Surat kabar b. Majalah c. Radio siaran d. Televisi e. Film f. Komputer dan internet6 Karakteristik media massa ialah bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang. Media massa juga bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima. Bersifat meluas dan serempak, yang artinya 5
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Penghantar, Simbiosa Tekatama Media, Bandung, 2005 6 Ibid
11
dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena media massa memiliki kecepatan.7
2.2
Televisi Sebagai Media Massa Televisi secara harfiah artinya “melihat dari jauh” namun demikian, dalam
pengertian sederhana sebenarnya meliputi dua bagian utama yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal tersebut dan mengubahnya kembali sehingga apa yang di ucapkan dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat dan didengar dari tempat yang jauh. Televisi sebagai media mengirim gambar maupun kombinasi gambar dan suara untuk dipancarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan media udara.8 Penggunaan televisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individu dan kepentingan individu. Televisi sebagai media memusatkan kepada kebutuhan seseorang terhadap informasi dan hiburan. Setiap individu menggunakan televisi dengan empat tujuan, yaitu:9 1. Pengetahuan: seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui sesuatu atau memperoleh informasi tentang sesuatu. 2. Hiburan: kebutuhan dasar lain pada manusia adalah hiburan dan orang mencari hiburan salah satunya kepada media massa. Hiburan dapat diperoleh melalui stimulasi atau relaksasi
7
H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta, 2006 Ciptono Setyobudi, pengantar Teknik Broadcasting,Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005, Hal 2 9 Morissan, manajemen media penyiaran, kencana, Jakarta, 2011, hal 27 8
12
3. Kepentingan sosial: media berfungsi untuk memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan yang lainnya 4. Pelarian: orang menggunakan media massa untuk menghindari aktivitas lain.
2.2.1 Karakteristik Media Televisi Media massa televisi meskipun sama dengan radio dan film sebagai media massa elektronik, tapi mempunyai cirri dan sifat yang berbeda, terlebih lagi dengan media massa cetak seperti surat kabar dan majalah menyampaikan pesanpesannya juga mempunyai kekhususan media cetak dapat dibaca kapan saja, tetapi untuk televisi dan radio hanya dapat dilihat sekilas dan tidak dapat diulang. Drs. J.B Wahyudi dalam bukunya “Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan televisi”, menjelaskan tentang sifat-sifat media televisi sebagai berikut10 1. Proses pemancaran/transmisi 2. Isi pesan audiovisual dapat dilihat dan didengar sekilas sewaktu ada siaran 3. Tidak dapat diulang 4. Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi 5. Dapat menyajikan pendapat (audiovisual) narasumber secara langsung orisinil 6. Penulisan dibatasi oleh detik, menit, jam 7. Makna berkala dibatasi oleh detik, menit, jam 8. Distribusi melalui pemancar 9. Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur)
10
J.B Wahyudi, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Grafiti, Jakarta, 1996, hal 8-9
13
10. Kalimat singkat, padat, sederhana dan jelas Menurut Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya dalam bukunya “komunikasi massa suatu penghantar”, Karakter televisi11 1. Audiovisual 2. Berfikir dalam gambar 3. Pengoprasian lebih kompleks
2.2.2
Kelebihan dan Kekurangan Televisi Sama seperti media massa lain, Televisi juga memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan sendiri. Keunggulan televisi dapat dilihat dari sisi pragmatis yaitu: 1. Menyangkut isi dan bentuk, Media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realitas dan tidak terbatas. 2. Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya dan intim. 3. Memilik tokoh berwatak, sementara media lain hanya memilik bintang yang direkayasa. Dibalik keuntungan atau kelebihan, televisi juga memiliki kelemahankelemahan ini berkaitan langsung dengan kelebihannya. Berikut merupakan kelemahan televisi 1. Kecendrungan televisi untuk menempatkan khalayaknya sebagai objek pasif, sebagai penerima pesan. 11
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Penghantar, Simbiosa Tekatama Media, Bandung, 2005, hal 128-130
14
2. Mendorong proses alih nilai dan pengetahuan yang cepat. Hal ini terjadi tanpa mempertimbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya dan peradaban yang ada di wilayah jangkaunnya. 3. Sifatnya sangat terbuka dan menjadikannya sulit untuk dikontrol dampak negatifnya. 4. Pergerakan teknologi penyiaran televisi yang begitu cepat mendahului perkembangan masyarakat dan budaya khalayak pemirsanya. Hal ini pada gilirannya melahirkan pro-kontra tentang implikasi cultural dan televisi. 5. Kecendrungan para pengelola televisi yang memanfaatkan kelebihankelebihan televisi dan lebih berorientasi pada pertimbangan komersial atau bisnis, sehingga menyampingkan faktor pendidikan.
2.2.3
Fungsi Media Televisi Fungsi televisi pada dasarnya sama dengan fungsi media massa lainnya,
yaitu sebagai media yang memberikan atau menyampaikan informasi, menghibur, membujuk, dan juga mendidik. Pada televisi fungsi menghibur lebih dominan dibandingkan pada media massa lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya khalayak menonton televisi yang utama adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.12 Televisi memberikan kelebihan dibanding dengan media yang lainnya. Televisi dapat dinikmati dengan mudah. Televisi seolah-olah menjadi wakil mata pemirsa yang langsung bisa melihat kenyataan tanpa harus berimajinasi seperti 12
Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, Op cit, Bhineka Cipta, Jakarta, Hal 4
15
kita membaca koran ataupun ketika kita mendengarkan radio. Jangkauan pemirsa dalam televisi lebih banyak ketimbang media yang lain. Karena televisi dapat dinikmati aksesnya oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun lanjut usia. Televisi adalah media yang relatif murah dibanding media yang lain. Untuk menoton film, masyarakat tak perlu lagi berbondong-bondong pergi ke bioskop, tetapi cukup bisa melihat melelui televisi. Televisi tidak perlu berlangganan untuk mengakses cenel nasional yang telah disediakan. Berbeda dengan koran atau internet yang harus mengeluarkan uang ketika kita akan menikmatinya. Televisi adalah media yang luas jangkauanya. Semua kalangan hingga ke pelosok negeri telah mengenal media televisi ini dalam kehidupan sehari-harinya. Televisi tak hanya mampu menyalurkan informasi saja sebagai fungsi media, akan tetapi televisi mempunyai kemampuan lebih untuk menyajikan acara hiburan dibandingkan dengan media yang lainya. 13
2.3
Program Berita Berita berasal dari bahasa sangsakerta, yakni Vrit yang dalam bahasa
Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta, artinya”kejadian” atau dalam bahasa Indonesia menjadi berita atau warta. 14 Menurut Mitchel V Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap dan untuk keperluan praktis-layak kita jadikan acuan. Berita adalah
13 14
Morissan, op.cit., 27 Totok Djunarto, Manajemen penerbitan pers,Remaja Rosada Karya, Bandung, 2000
16
laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian factual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. 15 Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu berita berat (Hard News) dan berita ringan (Soft News). Berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya dapat dipilih menjadi berita diduga atau berita tak terduga.16
2.3.1
Jenis-Jenis Berita
Jenis-jenis berita televisi terdiri dari17: 1. Hard News Yaitu berita yang baru saja terjadi atau laporan yang saat peristiwa tersebut terjadi masih hangat dibicarakan oelh masyarakat. Dan sifat berita hard news bertutur tentang konflik yang menyentuh emosi tinggi seperti berita peperangan, kerusuhan, penggantian mendadak seorang tokoh publik dan bidang kebijakan Pemerintah, Politik, Ekonomi, Budaya dalam dan luar negri. 2. Soft news Yaitu berita lanjutan laporan peristiwa ( infotaiment ) yang tidak terikat oleh waktu lebih menekan pada aspek Human Interest, perilaku dan tempat-tempat yang bisa mempengaruhi banyak orang. Soft News dapat
15
Fajar Junaedi, Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi, Kencana, Jakarta, 2013 Asep Samsus M Romli. Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Rosadakarya, Bandung, 2005 17 Ibid 16
17
juga
merupakan
suatu
berita
peristiwa
rutin,
seperti
informasi
pembangunan, seminar untuk budaya, pelantikan pejabat. 3. Indept news Indept news atau berita mendalam lebih dari pada paparan fakta lepermukaan, biasanya dikemas dalam format feature akan tetapi bisa juga bahasa sisipan, dengan syarat penekanan isinya terletak pada proses pendalaman kasus/tinjauan aspek dalam suatu peristiwa. Seperti kasus koruptor
yang
diangkat
kembali
karena
sifatnya
yang
bisa
berkesinambungan di radio/televisi dikenal dengan istilah Continous news atau up dating news. Yaitu suatu topic yang disiarkan berkali-kali dalam satu hari, bahkan dalam satu minggu, berita itu di hadirkan kembali untuk mengikuti perkembangan kasus yang terjadi, detik demi detik, mengikuti proses aktifitas reporter. 4. Straight news Berita yang bersifat langsung pada saat peristiwa terjadi, contoh seperti berita terbakarnya DEPO Pertamina di daerah Plumpang Jakarta Timur yang berlangsung pada hari Minggu tanggal 18 Januari 2009 dan berita itu berlangsung disiarkan kepada khalayak. 5. Investigative News Berita Investigasi mengandung controversial serta dapat merugikan masyarakat luas serta memerlukan tanggung jawab moral dan memerlukan waktu yang panjang dan penuh dengan kehati-hatian, keuletan, mengandung tantangan. Format berita investigasi harus lebih profesioanal
18
dan adanya muatan edukatif bagi publik pada akhirnya dapat membuat suatu perubahan dari dampak pemberitaan tersebut sebuah gambaran dan narasi
sebagai
kesatuan
yang
terus-menerus
diharapkan
dapat
menampilkan realitas dari sebuah peristiwa, untuk dapat memancing publik terhadap peristiwa agar mendapat perhatian dan perubahan.
2.3.2
Unsur-Unsur Berita Proses pembelajaran untuk memahami sebuah berita terdapat unsur-unsur
yang perlu diketahui seperti:18 1. What Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what, yaitu berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa. 2. Who Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa. 3. When Suatu
berita
dikatakan
baik
jika
memenuhi
unsur when,
yaitu
menyebutkan waktu kejadian peristiwa. 4. Where Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu berisi deskripsi lengkap tentang tempat kejadian.
18
Asep Samsus M Romli, op.cit
19
5. Why Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur why, yaitu disertai alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa. 6. How Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang ditimbulkan.
2.3.3
Nilai Berita Nilai berita adalah seperangkat criteria untuk menilai apakah sebuah
kejadian cukup penting untuk dilipiut. Menurut Meneher ada 6 nilai berita yaitu 19 1. Kedekatan ( proximity ) Ada dua hal tentang kedekatan. Pertama dekat secara fisik dan kedua, kedekatan secara emosional. Orang cenderung tertarik bila membaca berita yang peristiwa atau kejadiannya dekat dengan wilayahnya dan juga perasaan emosional berdasarkan ikatan tertentu. 2. Ketenaran ( prominence ) Berita yang didapatkan dari orang terkemuka/terkenal. 3. Aktualitas ( timelines ) Berita, khususnya straight news, haruslah berupa laporan kejadian yang baru-baru ini terjadi atau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa depan.
19
J.B Wahyudi, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Grafiti, Jakarta, 1996
20
4. Dampak ( impact ) Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas memiliki nilai berita yang tinggi. Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat, semakin tinggi pula nilai beritanya. 5. Keluar biasaan ( magnitude ) Sebenarnya hamper sama dengan dampak, namun magnitude disini menyangkut sejumlah orang besar, prestasi besar, kehancuran yang besar, kemenangan besar dan segala sesuatu yang besar. 6. Konflik ( conflict ) Berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun nonfisik, selalu menarik. Misalnya bentrokan antar manusia, manusia dengan binatang, antar kelompok, antar bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang, dan sebagainya.
2.3.3
Corak Penyajian Berita Pada program berita terdapat berbagai macam-macam cara menyajikan
berita dan corak penyajian berita. Berita yang terikat waktu disebut berita harian, sedangkan berita yang tidak terikat waktu disebut berita berkala.20 1. Berita Harian, adalah berita yang perlu segera disampaikan kepada masyarakat. Corak berita semacam ini sangat terikat dengan waktu. Biasanya bersifat linier langsung. 20
AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2008
21
2. Berita Berkala, yang bersifat Time less ( tidak terikat waktu ) memiliki kemungkinan-kemungkinan penyajian yang lebih lengkap dan mendalam. Model berita berkala biasanya merupakan karya jurnalistik. Formatnya dari karya jurnalistik, berupa program dokumenter, feature, magazine.
2.3.4
Berita Politik Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti Negara kota.
Secara etimologi kata politik masih berhubungan erat dengan kata politis yang berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata politisi berarti orang-orang yang menekuni hal-hal yang berkaitan dengan politik. 21 Pada era reformasi terdapat dua undang-undang partai politik yaitu UU No.2 tahun 1999 dan UU No.31 tahun 2002. Pembentukan partai politik menurut UU No.31 tahun 2002 lebih ketat dibandingkan UU No.2 tahun 1999, pengawasan terhadap partai politik menurut UU No.2 tahun 1999 dilakukan oleh pemerintah, sedangkan menurut UU No.31 tahun 2002 dilakukan oleh Depkeh dan HAM, KPU, Depdagri. 22 Demokratisasi dalam UU No.31 tahun 2002 memuat ketentuan yang akuntabilitas dan transparansi sumbangan-sumbangan yang diterima partai politik. Unsur-unsur demokrasi yang ada dalam UU No.2 tahun 1999 dan UU No.31 tahun 2002 adalah kedaulatan rakyat, transparansi, keadilan, aspirasi, tanggung jawab dan perlakuan tidak diskriminatif. Dari unsur-unsur tersebut terlihat jelas
21
Fajar Junaedi, Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi, Kencana, Jakarta, 2013, hal 9
22
Ibid, hal 13
22
bahwa UU No.31 tahun 2002 lebih demokratis karena pada unsur keadilan, aspirasi, tanggung jawab dan perlakuan tidak diskriminatif lebih mengutamakan kepentingan anggota partai politik, masyarakat, bangsa dan negara demi terwujudnya demokratisasi di Indonesia.
2.4 Tuntutan Jurnalisme Para wartawan dibekali oleh bermacam tuntutan jurnalisme: 23 a.
Tuntutan teknis Sebuah laporan seyogyanya mempunyai kelengkapan berita yang
terangkum dalam rumusan 5W + 1 H dan mengupayakan pemberitaan yang cover both side atau cover all side. b.
Tuntutan idealisme Pers dituntut untuk bersikap obyektif dan memperjuangkan kebenaran.
Komponen obyektivitas pemberitaan itu sendiri, mencakup faktor faktualitas yang mengandung nilai kebenaran dan relevan, serta faktor impartialitas yang mencerminkan keseimbangan dan netralitas c.
Tuntutan Pragmatis Pers dituntuntut untuk memiliki sikap yang dinamika kepada internal dan
eksternal sebuah media. 2.5
Ideologi Jurnalis Produksi berita yang menjadi dasar dari proses produksi adalah adanya ide
semacam consensus yang merupakan bagaimana suatu peristiwa dipahami 23
Agus Sudibyo, Jurnalistik & Ideologi, Penerbit UNM, Malang, 2011
23
bersama dan dimaknai. Peristiwa bisa dipahami dalam perspektif yang berbeda didasarkan pada kesepakatansuatu/dalam komunitas. Kelompok yang berbeda diluar kesepakatan dipandang sepabagai menyimpang. 24 Bidang jurnalistik dibagi kedalam tiga bidang/wilayah yang menjelaskan bagaimana peristiwa dipahami dan ditempatkan oleh wartawan dalam peta Ideologis.25 1.
Wilayah Penyimpangan Suatu peristiwa, gagasan, atau perilaku tertentu yang dikucilkan dan
dipandang menyimpang dari kelompoknya 2.
Wilayah Kontroversi Dalam area ini realitas masih diperdebatkan. Berita tidak serta merta
dipandang sebagai perbuatan yang menyimpang tetapi diperdebatkan 3.
Wilayah Konsensus Menunjukan bagaimana realitas tertentu dipahami dan disepakati secara
bersama sebagai realitas yamg sesuai dengan nilai ideology kelompok
2.6
Konstruksi Realitas Media Konsep media secara aktif menjadi relevan dalam kaitannya dengan
permasalahn yang akan
diteliti. Hal ini juga sesuai dengan paradigm
konstruksionis yang digunakan,yang memandang media dilihat bukan sebagai saluran yang bebas atau netral melainkan sebagai subyek yang mengkonstruksi
24
Ibid
25
Eriyanto, Op.cit, 127
24
realitas, dimana para pekerja yang terlibat dalam memproduksi pesan juga menyertakan pandangan,bias dan pemihakannya. Karenanya, sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda. Wartawan bisa mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiwa itu, yang diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan konstruksi social, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang real. Realitas bukan dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Proses internalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasildari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut. 26 Konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman (1996) melalui bukunya “The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge”, dan kemudian diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia dibawah judul “Tafsir Sosial atas Kenyataan : Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan” (1990). Dalam buku tersebut mereka menggambarkan proses social melalui tindakan dan interaksinya,dimana individu secara intens menciptkana suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.27 Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan
26
kepentingan-kepentingan
(Bungin,
2008:
192).
Bagi
kaum
Eriyanto, Op.cit, 127 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Remaja Rosada Karya, Bandung, 2006, cet-4, hal 161-162 27
25
konstruktivisme, realitas (berita) itu hadir dalam keadaan subjektif. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dan ideologi wartawan. Secara singkat, manusialah yang membentuk imaji dunia. Sebuah teks dalam sebuah berita tidak dapat disamakan sebagai cerminan dari realitas, tetapi ia harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas.Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.28
2.7 Analisis Framing Framing ialah sebuah cara bagaimana media menyajikan peristiwa dan mengkonstruksi fakta. Penyajian dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas atau peristiwa. Media menseleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat khalayak.29 Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya yang menentukan fakta-
28
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Pt.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal 192 & 203 29
Eriyanto, Op.cit
26
fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut30 Analisis framing dalam penelitian karena framing merupakan analisis yang dilakukan media untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lain-lain). Pembingkaian tersebut merupakan konstruksi yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan makna dan cara tertentu. Framing digunakan media untuk menojolkan atau memberikan penekanan aspek tertentu sesuai dengan kepentingan media. Akibatnya hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.31 Analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi. Sosiologi terutama sumbangan pemikiran Peter L. Berger dan Erving Goffman, sedangkan teori psikologi terutama berhubungan dengan skema dan kognisi. Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif , Peter L. Berger. Menurut Berger, realitas itu tidak dobentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.
30 31
Kriyantono, Metode Kualitatif,. Jakarta, 2006 Ibid
27
2.7.1
Model Analisis Zhongdang pan dan Gerald M. Kosicki Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah
model analisa yang digunakan untuk melihat realitas di balik wacana dari media massa dan merupakan seni yang bisa jadi menghasilkan kesimpulan berbeda apabila analisa dilakukan oleh orang yang berbeda, kendati kasus yang diteliti sama. Model Framing Zhongdang pan dan Gerard M. Kosicki dikembangkan dengan empat struktur besar yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. 32 Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Dalam hal ini digunakanlah sebuah perangkat yang dapat dikonseptualisasikkan ke dalam elemen konkrit dalam suatu wacana33
2.7.2
Model Analisis Murray Edelmen Metode murray edelmen lebih condong pada bagaimana politisi
menciptakan bahasa dan simbol politik untuk mempengaruhi opini publik. Edelmen melihat bagaimana para politisi dengan menggunakan kata-kata tertentu untuk menarik dukungan dan mempengaruhi pendapat umum dan menciptakan pendapat umum yang menguntungkan dirinya.34
32
Eriyanto, Op.cit
33
Alex Sobur. Analisis Teks Media. Rosda Karya. Bandung. 2012
34
Ibid
28
Model edelmen mengajak khalayak berfikir dengan kata dan simbol yang dibuat untuk menenangkan dukungan publik. Model edelmen tidak sesuai untuk pemberitaan yang berkaitan dengan bidang agama.
2.7.3
35
Model Analisis William A. Gamson dan Andre Modigliani Framing William A. Gamson dan Andre Modigliani adalah ide sentral
yang didukung oleh wacana lain. Model ini tidak sesuai dengan konsep pemberitaan ditelevisi. Frame dipandang sebagai cara bercerita (story line) atau gagasan ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghasilkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Konstruksi makna disini merupakan sebuah kemasan (package) yaitu rangkaian ide yang menunjukan isu apa yang akan dibicarakan dan isu mana yang relevan.36
2.7.4
Model Analisis Robert N. Entman Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakan dasar-dasar
bagi analisis framing untuk studi isi media. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas yang dibangun oleh media massa. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas, sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Selain itu, framing juga memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian
35
Alex Sobur, op.cit
36
Ibid
29
mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. Dengan bentuk seperti itu, sebuah gagasan atau informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. 37
37
Eriyanto, op.cit,.