TINJAUAN PUSTAKA Proses Komunikasi Theodornoson dan Theodornoson (1969) seperti
diacu dalam Bungin
(2007) memberi batasan lingkup communication berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya terutama melalui simbol-simbol. Dipertegas Effendy (2000) yang mengatakan komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Definisi lain tentang komunikasi (Berlo 1960; Kincaid & Schramm 1987; Rogers 2003) ialah proses penyampaian informasi atau pesan dari sumber kepada penerima, dengan tujuan timbulnya respons dari penerima sehingga melahirkan kesamaan makna. Uraian di atas menyiratkan bahwa lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi sosial orangorang dalam masyarakat; termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi. Beberapa fungsi komunikasi dalam kehidupan, yaitu: 1) Memberikan pengetahuan. Komunikasi dapat digunakan untuk transfer pengetahuan dari pengirim kepada penerima (receiver). Bentuk hubungan penyuluh dengan petani dalam penyuluhan merupakan contoh komunikasi seperti ini. 2) Memotivasi orang lain. Komunikasi dapat digunakan untuk memotivasi orang lain untuk melakukan suatu tindakan atau pekerjaan tertentu. Misalnya dalam bentuk pengarahan, pidato, wejangan dan lain-lain. 3) Mengontrol tindakan seseorang. Mengontrol tindakan seseorang dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Komunikator dapat mengetahui status atau keadaan orang yang diawasinya. Misalnya hubungan atasan-bawahan. 4) Mengekspresikan perasaan dan emosi. Komunikasi digunakan juga untuk mengekspresikan perasaan dan emosi, kepada pihak lain, yang bisa dipercaya.
12 Misalnya mengekspresikan keluh kesah, perasaan sedih dan ekspresi perasaan lainnya. Peran Media Cetak sebagai Penyampai Pesan Komunikasi Pembangunan Komunikasi
pembangunan
merupakan
serangkaian
usaha
mengkomunikasikan program-program pembangunan kepada masyarakat supaya mereka ikut serta dan memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan tersebut. Kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat merupakan unsur yang paling utama dalam komunikasi pembangunan. Tujuannya untuk menanamkan gagasangagasan, sikap mental dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Pembangunan juga dapat dikatakan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka (Rogers 2003). Pesan pembangunan dapat disampaikan melalui media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, film teatrikal dan media cetak lainnya seperti poster, pamflet, spanduk dan lain sebagainya. Media cetak merupakan media generasi kedua sebelum ada teknologi media elektronik. Jahi (1988) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan media cetak yang berkaitan dengan pembangunan adalah surat kabar. Surat kabar di negara-negara Dunia Ketiga, umumnya menunjukkan ciri urban yang kuat dan biasanya dicetak di kota besar, ibu kota negara bagian ataupun ibu kota provinsi dan di kota metropolitan. Sedangkan surat kabar pedesaan yang mulai dikenal sejak tahun 1963, ditandai oleh selebaran pertama dari “Gbarnga Gbele News” di pedalaman Liberia (Depari & MacAndrews 1988). Hasil penelitian de Lawrence (Depari & MacAndrews 1988) tentang surat kabar pedesaan di Liberia menunjukkan betapa murahnya dan efektifnya surat kabar desa yang dicetak menggunakan mimeograph semacam ini dimanfaatkan bagi sumber informasi antar masyarakat desa, maupun sebagai sarana yang mendukung
pembangunan
pendidikan
maupun
kesehatan
Keuntungan-keuntungan dari surat kabar pedesaan tersebut adalah:
masyarakat.
13 1. Program Pemberantasan Butahuruf didukung oleh adanya arus informasi yang mantap dan menarik, mudah dibaca, serta memiliki sifat lokal. 2. Berita dari tiap sudut kota yang dimuat di surat kabar dan stasiun-stasiun radio ibukota disebarkan kembali ke seluruh negeri melalui surat kabar ini. 3. Berita-berita tercetak menjadi lebih mudah disediakan bagi masyarakat yang hidup di pedalaman. Media cetak lainnya yang tidak boleh diabaikan dalam penyampaian pesanpesan pembangunan adalah poster dan kartu pos (Jahi 1988). Poster merupakan salah satu media cetak yang sering juga digunakan dalam kampanye komunikasi di daerah pedesaan. Umumnya digunakan sebagai suplemen metode-metode komunikasi lainnya. Poster sering digunakan untuk memperkenalkan suatu kampanye atau dapat juga digunakan untuk memperkuat suatu upaya pendidikan setelah hal tersebut dimulai (Maunder 1972, diacu dalam Jahi 1988). Kartu pos telah digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada penduduk pedesaan di Bangladesh dan di Filipina. Kartu pos memiliki potensi sebagai media massa, karena beberapa sifat baiknya. Pertama kartu pos biasa dipakai orang untuk memberi tahu kerabatnya tentang sesuatu kejadian. Kedua kartu pos relatif mudah dibuat. Ketiga biaya pembuatannya murah. Keempat praktis, pesannya ringkas, mudah dibaca, mudah pula disimpan dan menimbulkan rasa senang (Jahi 1988). Di samping media-media cetak tersebut di atas, media lainnya seperti folder, pamflet, brosur, leaflet dan booklet juga telah terbukti efektif dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi pembangunan. Folder Folder yaitu suatu publikasi yang dibuat di atas selembar kertas. Umumnya kertas tersebut berukuran A4 atau 21 cm x 29,7 cm dan seringkali dilipat dua, lipat tiga atau lipat empat. Lipatan dapat berupa lipatan ke samping atau ke atas dan setiap bagian merupakan unit yang efektif (Montagnes 1991). Definisi lainnya, folder adalah media cetak yang menyajikan pesannya melalui tulisan, terdiri dari sebuah lembaran kertas yang dilipat sesuai dengan keinginan pembuatnya (Turnbull & Baird 1975, diacu dalam Rochalia 2005).
14 Folder dapat menyampaikan bermacam pesan dan sebagai salah satu media cetak (printed material) dapat merupakan alternatif potensial dalam penyebaran informasi dan pengetahuan masyarakat seperti diungkapkan oleh Lozare (Jahi 1988) berikut ini: meskipun ada keterbatasan penggunaan media cetak dalam pembangunan pedesaan, banyak Negara Asia tetap bertahan menggunakan media cetak untuk mencapai khalayak pedesaannya. Hal ini disebabkan beberapa sifat media itu yang menguntungkan, misalnya sifat permanen pesan-pesan yang telah dicetak, keleluasaan pembaca mengontrol keterdedahannya (exposure), mudah disimpan
dan
diambil.
Sifat-sifat
yang
menguntungkan
inilah
yang
mengakibatkan media cetak tetap dianggap sebagai tulang punggung komunikasi. Dalam banyak kasus, folder dirancang dengan ukuran kecil, menggunakan sedikit kata-kata atau gambar, karena desain grafis atau desain komunikasi visual merupakan salah satu bagian dari seni terap yang mempelajari perencanaan dan perancangan berbagai bentuk informasi komunikasi visual. Perjalanan kreatifnya diawali dari menemukenali permasalahan komunikasi visual, mencari data verbal dan visual, menyusun konsep kreatif yang berlandaskan pada karakteristik target sasaran, sampai dengan penentuan visualisasi final desain untuk mendukung tercapainya sebuah komunikasi verbal-visual yang fungsional, persuasif, artistik, estetis dan komunikatif. Desain komunikasi visual dapat dipahami sebagai salah satu upaya pemecahan masalah (komunikasi, komunikasi visual) untuk menghasilkan suatu desain yang paling baru di antara desain yang baru (Tinarbuko 1998). Karena itu, keahlian merencanakan, menulis dan merancang folder sangat dibutuhkan. Bertolak dari uraian di atas, sebenarnya folder sebagai salah satu media komunikasi cetak (printed material) dapat merupakan alternatif potensial dalam penyebaran informasi dan penambah pengetahuan bagi masyarakat. Dilihat dari sasarannya, maka folder ini dapat dikelompokkan ke dalam bentuk media massa, yang diterbitkan secara non-periodik. Rogers (Depari & MacAndrews 1988) mengemukakan bahwa media massa seperti radio, televisi serta media cetak berfungsi sebagai saluran utama dalam mendiseminasikan pesan-pesan pembangunan seperti inovasi. Media cetak dalam komunikasi
15 berfungsi untuk menyalurkan pesan-pesan tertentu yang dapat mendorong pembaharuan. Folder dapat membawa berbagai macam pesan, seperti (Montagnes 1991): a.
meyakinkan pembaca untuk bergabung pada sebuah organisasi,
b.
memberitahu pembaca tentang situasi yang mereka kunjungi,
c.
menyarankan pembaca tentang cara untuk mencegah pembusukan gigi,
d.
menginstruksikan pembaca tentang cara yang terbaik dalam mempersiapkan ladang untuk bertanam,
e.
mengingatkan pembaca tentang bahaya merokok,
f.
menginformasikan pembaca tentang publikasi yang mereka bisa dapatkan dari suatu departemen penyuluhan,
g.
menjelaskan kepada pembaca keuntungan varietas baru dari suatu tanaman. Poster Montagnes (1991) menyatakan bahwa poster merupakan selembar kertas
atau karton dengan sedikit kata-kata dan ilustrasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan sederhana. Poster biasanya dipasang di suatu tempat dimana diharapkan agar orang akan melihatnya berulangkali dan harus dibuat dalam bentuk yang tepat untuk lokasi tertentu. Kegunaan poster adalah untuk: 1) Meminta perhatian. Seseorang mungkin merindukan sebuah pemberitaan surat kabar atau televisi, tetapi sebuah poster yang bagus berada pada tempat yang benar biasanya mencuri mata (catch the eyes). 2) Menyampaikan pesan terus-menerus setiap hari sepanjang poster tersebut masih berdiri terpasang. 3) Mencapai khalayak yang besar dan kecil, khusus dan umum. 4) Diganti dengan mudah jika poster tersebut sudah waktunya diganti dengan pesan baru. 5) Memperkuat pesan-pesan lain dalam suatu program komunikasi. Orang yang melintasi poster sering melihatnya untuk sesaat dan mereka mungkin menyerap pesan tersebut tanpa harus berjalan lambat. Artinya, pesan tersebut harus ringkas, langsung dan besar, sehingga dapat diserap secara cepat. Poster yang efektif dapat membangkitkan berbagai macam tindakan dengan sedikit kata-kata, misalnya: “Jangan Lupa Mencontreng,” “Cuci Tangan Sebelum
16 Makan” atau “Perangi Narkoba.” Beberapa poster berisikan sedikit tulisan dan pembuatnya mengharapkan agar orang berhenti satu atau dua menit untuk membaca tulisannya. Jika poster semacam itu dipasang dimana orang-orang biasanya duduk atau berdiri di sekitarnya, itu mungkin terbaca secara keseluruhan. Ciri-ciri poster yang efektif menurut Montagnes (1991) harus memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Singkat, sederhana dan dalam ukuran besar: mengharapkan suatu tindakan, 2) Ada unsur kejutan yang meraup perhatian orang-orang yang berjalan melewatinya, 3) Ilustrasinya simpel yang menarik mata dan mendukung pesan, 4) Atas nama sponspor suatu organisasi, 5) Banyak ruang kosong: poster yang penuh gambar/kata-kata tidak menarik, 6) Warna yang kuat (mencolok), 7) Sebuah pesan tambahan ringkas yang mendukung atau menjelaskan permintaan untuk bertindak. Sedangkan menurut Fardiaz (2007), poster adalah media cetak dalam bentuk visual diam tidak diproyeksikan dan bersifat mandiri. Sebagai bentuk visual, maka poster harus dapat dilihat dengan jelas oleh mata pembacanya. Oleh karena itu, jika poster yang dibuat berisi pesan verbal, maka ukuran huruf yang digunakan harus cukup besar sehingga pesan verbal tersebut dapat dibaca pada jarak pandang pembacanya. Umumnya poster dibaca pada jarak antara satu sampai satu setengah meter, sehingga besarnya huruf yang sesuai kira-kira berukuran minimum 18 point atau lebih besar sesuai dengan kebutuhan. Sebagai media komunikasi yang sifatnya mandiri, poster harus bersifat informatif sehingga secara mandiri dapat berkomunikasi dalam memberikan pesan kepada komunikan tanpa harus ada seseorang yang menjelaskannya. Dengan demikian, perancang poster harus hatihati merancang pesan dalam bidang pandang poster yang tersedia. Kalender Rukyatul Hilal Indonesia (2008) menyatakan bahwa pada dasarnya, di dunia ini ada tiga macam bentuk kalender yang berdasarkan pergerakan matahari dan bulan yaitu:
17 a.
Kalender Matahari = Solar Calendar Kalender ini menggunakan matahari sebagai patokan. Satu tahun terdiri dari 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik (365,2422 hari) atau lamanya waktu yang diperlukan bumi untuk mengelilingi matahari. Kalender masehi yang kita gunakan sehari-hari adalah contoh kalender matahari. Kelebihan kalender ini adalah,
kesesuaiannya
dengan
musim.
Indonesia,
contohnya,
biasa
mengalami musim kemarau antara bulan April hingga Oktober. Karenanya, kalender ini digunakan sebagai pedoman beraktivitas sehari-hari (bercocok tanam, menangkap ikan dan lain-lain). b.
Kalender Bulan = Lunar Calendar Kalender bulan memanfaatkan perubahan fase bulan sebagai dasar perhitungan waktu. Dalam perjalanannya mengelilingi bumi, fase bulan akan berubah dari bulan mati ke bulan sabit, bulan separuh, bulan lebih separuh, purnama, bulan separuh, bulan sabit dan kembali ke bulan mati. Satu periode dari bulan mati ke bulan mati, lamanya 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik (29,5306 hari). Periode ini disebut dengan satu bulan. Panjang tahun dalam kalender bulan adalah 12 bulan (12 x 29,5306 hari), yakni 354 hari 8 jam 48 menit 34 detik (354,3672 hari). Kalender bulan biasa digunakan untuk keperluan ibadah. Kalender bulan tertua yang diketahui berusia 17 ribu tahun. Bukti keberadaan kalender ini terpahat di dinding Gua Lascaux, Perancis
c.
Kalender Bulan-Matahari = Luni-Solar Calendar Dalam kalender matahari, awal bulan tidak harus menyesuaikan dengan bentuk fase bulan. Tidak demikian halnya dengan kalender bulan-matahari. Dalam kalender ini, satu tahun lamanya 365,2422 hari (sama seperti kalender matahari) namun pergantian bulan disesuaikan dengan periode fase bulan (1 bulan = 29,5306 hari). Normalnya, kalender ini terdiri dari 12 bulan. Satu bulan ada yang lamanya 29 hari dan ada yang 30 hari. Jika kita hitung, dalam setahun hanya ada 12 x 29.5309 hari = 354 hari. Lebih cepat 11 hari dari yang seharusnya. Agar kalender ini tetap konsisten dengan pergerakan matahari, dibuatlah tahun kabisat yang terdiri dari 13 bulan sebanyak 7 kali dalam 19 tahun. Kelebihan kalender ini adalah, konsistensinya dengan musim sekaligus penggunaannya untuk keperluan ibadah. Contoh kalender matahari-bulan
18 adalah kalender Cina (imlek), kalender Saka, kalender Jawa, Sunda, Bali dan kalender Yahudi. Efektivitas Pesan Komunikasi bisa dikatakan efektif jika: (a) pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan, (b) komunikan bersikap atau berperilaku seperti apa yang dikehendaki oleh komunikator dan (c) ada kesesuaian antar-komponen. Menurut teori tentang efektivitas pesan yang berasumsi bahwa jika komunikasi diharapkan efektif maka pesan-pesannya perlu dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai atau merupakan kebutuhan komunikan. Menarik perhatian, dalam arti baru tidak biasa. Simbol yang digunakan hendaknya mudah dipahami, meliputi bahasa, istilah, kata-kata atau kalimatnya. Komunikator menganjurkan menggunakan sesuatu, maka hendaknya sesuatu tersebut mudah didapat dengan menggunakan cara tertentu, termasuk misalnya tentang tempatnya (Schramm 1973, diacu dalam Hamidi 2007). Berdasarkan teori tersebut, maka unsur-unsur yang mendukung efektivitas pesan adalah: (1) menimbulkan kebutuhan, (2) menarik perhatian, (3) simbol yang dipahami dan (4) cara memperoleh. Pada media cetak, pesan yang efektif adalah personal (langsung ke pembaca atau target sasaran), fokus (terbatas kepada satu pesan yang jelas), menarik (dirancang untuk menarik perhatian pembaca), simpel (gampang dimengerti), ringkas (bebas dari kata-kata yang tidak berguna dan ide yang tidak relevan), dan instruktif (jelas menyatakan tindakan yang harus dilakukan pembaca). Penulisan pesan yang persuasif meliputi tiga ciri yaitu (1) menggunakan pendekatan psikologi, (2) bertujuan untuk mengubah perilaku orang lain dan (3) merupakan proses komunikasi. Persuasi merupakan proses mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang lain berperilaku sesuai keinginan tetapi merasa melakukannya sesuai kehendaknya sendiri. Pada pengembangan pesan terdapat tiga tahapan yaitu: (1) tahap pengembangan ide, yakni meliputi pengumpulan materi pesan, penyeleksian dan penyusunan pesan ke dalam medium yang telah ditetapkan; (2) tahap penetapan tujuan yang akan dicapai, yaitu apakah pesan yang dikembangkan itu dapat mempengaruhi rana kognitif, afektif atau psikomotor khalayak; (3) tahap analisa
19 khalayak, yaitu menyangkut karakteristik khalayak yang dituju. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik khalayak dalam pengembangan suatu pesan diperhatikan. Lazerfeld
(Kincaid
& Schramm 1987)
menyatakan agar
pengembangan pesan dapat efektif sesuai dengan khalayak yang dituju, disarankan sebelumnya untuk mempelajari karakteristik khalayak yang akan dituju, seperti: pendidikan, umur, jenis pekerjaan dan saluran komunikasi yang digunakan. Mengingat kelemahan-kelemahan yang dimiliki media komunikasi cetak, maka
perlu
diusahakan
peningkatan
keefektivannya.
Rogers
(2003)
mengemukakan tiga faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan keefektifan media cetak, yaitu: 1) kode pesan, 2) isi pesan dan 3) wujud pesan. Kode pesan adalah sekumpulan simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga bermakna bagi seseorang. Isi pesan adalah material/bahan yang dipilih. Wujud pesan adalah bentuk pesan yang dipilih sumber mengenai kode maupun isi pesan. Agar isi pesan dapat mempersuasi pembaca maka pembuat pesan harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan (a) merebut perhatian khalayak pada bagian pembukaan, (b) membangkitkan kebutuhan, (c) memberikan pemuasan, (d) penggambaran pada pengembangan dan bahasan ajakan bertindak pada bagian penutup. Hal ini dikarenakan bahwa fungsi pesan yang persuasif adalah melakukan ajakan, penawaran dan penanganan keluhan. Di samping unsur-unsur tadi, pembuat pesan pun harus memperhatikan aspek-aspek pesan yang terdiri dari tujuh komponen yakni: (1) Komposisi pesan, dimana pesan yang akan disampaikan memiliki (a) kesatuan: mempunyai ide pokok dan gagasan tunggal; (b) pertautan: menyambungkan pokok yang satu dengan sub topik/pokok bahasan pesan lainnya; (c) titik berat: memberi penekanan pada isi yang penting; (d) komprehensif: menyentuh sub-sub topik penting saja yang berhubungan dengan tema sentra; dan (e) relevansi: menggunakan contoh, analogi, hipotesis, data statistik, pendapat ahli dan kutipan yang relevan dengan tema sentral. (2) Organisasi pesan merupakan pembagian pesan yang disusun secara anatomis, yakni
pengantar,
pernyataan,
argumen
dan
kesimpulan
yang
akan
20 disampaikan.
Dalam
organisasi
pesan
terdapat
pilihan
cara-cara
pengorganisasiannya, yakni (a) deduktif: gagasan pokok diikuti gagasan penunjang; (b) induktif: dimulai dengan mengungkapkan realitas dilanjutkan dengan hal-hal yang bersifat umum; (c) kronologis: disusun berdasarkan urutan waktu; (d) urutan logis: berdasarkan hubungan sebab-akibat; (e) topikal: berdasarkan urutan topik prioritas. (3) Urutan pesan memiliki 5 (lima) hal yang perlu diperhatikan yakni (a) perhatian (attention), (b) kebutuhan (need), (c) pemuasan (satisfaction), (d) penggambaran (visualization), dan (e) anjuran tindakan (action). (4) Daya tarik pesan (message appeal) adalah (a) menimbulkan rasa takut, tapi jangan berlebihan, (b) ganjaran (menjanjikan sesuatu), (c) motivasional, yaitu mendorong agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan komunikator, (d) emosional ialah untuk membangkitkan emosi, (e) rasional, sejalan dengan cara pikir manusia, disertai bukti-bukti, (f) pembuktian, mengungkap fakta dan data. (5) Gaya pesan yaitu (a) enak didengar, dibaca oleh karena itu harus dibatasi jumlah kata dalam setiap kalimat, (b) mudah dimengerti, maka harus menghindari pemakaian kata-kata/istilah teknis dan asing, (c) kaya dengan kosa kata dan (d) mengungkapkan hal-hal secara konkret. (6) Pilihan kata yaitu (a) jelas: agar tidak mengandung arti ganda gunakan katakata spesifik, sederhana, ungkapkan gagasan yang sama dengan kata yang berbeda, (b) tepat: gunakan kata sesuai keadaan khalayak, situasi komunikasi dan jenis pesannya, hindari kata-kata vulgar, evaluatif, tidak sopan, (c) menarik: bernilai human interest, bisa menyentuh emosi khalayak, dan figuratif. (7) Struktur pesan, terdiri dari dua macam sudut pandang yakni (a) satu sudut pandang: cocok untuk khalayak yang pro pada kita atau bila khalayaknya berpendidikan rendah dan (b) dua sudut pandang: bila khalayaknya kontra atau bila khalayaknya berpendidikan tinggi. Efek Terpaan Pesan Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience akibat keterpaan pesan-pesan media. Berlo (1960) mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam tiga kategori, yaitu perubahan dalam ranah pengetahuan,
21 sikap dan perilaku nyata (tindakan). Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feedback). Demikian pula menurut Lionberger dan Gwin (1982), terdapat tiga jenis efek komunikasi yang dihasilkan dari paparan (exposure) terhadap pesan media massa yaitu efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect), dan efek behavioral (behavioral effect) yang sering disebut efek konatif (conative effect). Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Efek afektif berkaitan dengan perasaan akibat terpaan media massa yang bisa bermacam-macam, senang, sedih, takut, marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemas, sinis, kecut dan sebagainya. Sedangkan efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Terbentuknya perilaku, maka efek konatif sering disebut juga efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif. Maka efek komunikasi menjadi indikator atau tolok ukur keberhasilan komunikasi. Inovasi dan Faktor Sifat Inovasi Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru atau relatif baru oleh seseorang. “Baru” dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Suatu inovasi mungkin telah lama diketahui oleh seseorang beberapa waktu yang lalu (yaitu ketika ia ‘kenal’ dengan ide itu) tetapi ia belum mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadapnya, apakah ia menerima atau menolaknya (Rogers 2003). Secara sederhana, Adam (1988) menyatakan, an innovation is an idea or object perceived as new by an individual. Definisi lain yang disampaikan oleh van den Ban dan Hawkins (1996) menyatakan: an innovation is an idea, method, or object which is regarded as new by individual, but which is not always the result of recent research. Beberapa definisi tersebut menyimpulkan bahwa inovasi merupakan gagasan, metoda, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang, tapi
22 tidak selalu merupakan hasil penelitian terkini. Lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa inovasi mempunyai tiga komponen, yaitu (1) ide atau gagasan, (2) metode atau praktek, dan (3) produk (barang dan jasa). Untuk dapat disebut inovasi, ketiga komponen tersebut harus mempunyai sifat “baru.” Sifat “baru” tersebut tidak selalu berasal dari hasil penelitian mutakhir. Hasil penelitian yang telah lalu pun dapat disebut inovasi, apabila diintroduksikan kepada masyarakat yang belum pernah mengenal sebelumnya. Jadi, sifat “baru” pada suatu inovasi harus dilihat dari sudut pandang masyarakat (calon adopter), bukan kapan inovasi tersebut dihasilkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan diintroduksi kepada masyarakat harus mempunyai banyak kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di petani. Untuk itu, inovasi yang ditawarkan kepada masyarakat harus inovasi yang tepat guna. Strategi untuk memilih inovasi yang tepat guna adalah menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut (Rogers 2003): 1. Keuntungan Relatif: adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Tingkat keuntungan relatif seringkali dinyatakan dengan atau dalam bentuk keuntungan ekonomis, tetapi dimensi keuntungan relatif bisa juga diukur dengan cara lain. Hal ini dapat diasumsikan bahwa ada hubungan positif antara keuntungan relatif dengan kecepatan adopsi. Artinya, lebih besar keuntungan relatif suatu inovasi menurut pengamatan masyarakat, semakin cepat inovasi itu diadopsi. 2. Kompatibilitas (keterhubungan inovasi dengan situasi masyarakat): adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Suatu inovasi mungkin kompatibel dengan (1) nilai-nilai dan kepercayaan sosiokultural, (2) dengan ide-ide yang telah diperkenalkan lebih dulu, (3) dengan kebutuhan masyarakat terhadap inovasi. 3. Kompleksitas (kerumitan inovasi): adalah tingkat di mana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Suatu ide baru mungkin dapat digolongkan ke dalam kontinum “rumit sederhana.” Asumsinya,
23 kerumitan suatu inovasi berhubungan negatif dengan kecepatan adopsinya, yakni makin rumit suatu inovasi bagi seseorang maka akan makin lambat pengadopsiannya. 4. Trialabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi): adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tak dapat dicoba lebih dulu. Asumsi: dapat dicobanya suatu inovasi menurut anggapan anggota sistem sosial berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya. 5. Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi): adalah tingkat di mana hasilhasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Asumsi: observabilitas suatu inovasi menurut anggapan anggota sistem sosial berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya. Kecepatan adopsi adalah tingkat kecepatan penerimaan inovasi oleh anggota sistem sosial. Kecepatan ini biasanya diukur dengan jumlah penerima yang mengadopsi suatu ide baru dalam suatu periode waktu tertentu. Jadi variabel penjelas kecepatan adopsi suatu inovasi salah satunya adalah sifat-sifat inovasi itu sendiri (Rogers 2003). Hal lain yang dapat menjadi variabel penjelas kecepatan adopsi adalah (1) tipe keputusan inovasi, (2) sifat saluran komunikasi yang dipergunakan untuk menyebarkan inovasi dalam proses keputusan inovasi, (3) ciri-ciri sistem sosial dan (4) gencarnya usaha agen pembaru dalam mempromosikan inovasi. Sifat inovasi dan saluran komunikasi mungkin saling berkaitan dalam mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi. Saluran komunikasi seperti media cetak sangat tepat untuk inovasi yang tidak rumit, tapi saluran interpersonal dengan petugas penyuluh lebih tepat untuk inovasi yang rumit. Hubungan antara sifat-sifat inovasi dan saluran komunikasi dengan kecepatan adopsi akan dibahas, maka harus diperhatikan hal-hal berilkut: 1. Pada tahap pengenalan, kompleksitas dan observabilitas inovasi sangat penting 2. Pada tahap persuasi, keuntungan relatif dan observabilitas inovasi yang perlu ditonjolkan 3. Pada tahap keputusan, dapat dicobanya suatu inovasi penting.
24 Hasil Penelitian Relevan Beberapa penelitian tentang studi eksperimental media komunikasi seperti yang dilakukan Adawiyah (2003) menunjukkan bahwa: (a) penggunaan media leaflet berbeda nyata penyaruhnya terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa terhadap informasi HIV/AIDS di Universitas X dan Universitas Y; (b) penggunaan media cetak (booklet dan leaflet) dalam penyajian pesan berpengaruh nyata pada peningkatan pengetahuan mahasiswa terhadap informasi HIV/AIDS. Namun demikian media leaflet lebih efektif dalam menyampaikan pesan HIV/AIDS kepada mahasiswa di Universitas Y dan Universitas X; (c) faktor umur, status dan faktor lama tinggal berhubungan dengan skor peningkatan pengetahuan mahasiswa setelah membaca dan mempelajari pesan tentang HIV/AIDS pada media booklet dan leaflet. Penelitian Bangun (2001) tentang kajian jenis grafis dan warna pada buklet panduan pewarnaan bunga potong sedap malam untuk keterampilan petani, menunjukkan bahwa: (a) nilai ketrampilan petani yang membaca buklet panduan gambar garis program adobe photoshop tentang pewarnaan bunga potong sedap malam tidak berbeda nyata dengan nilai ketrampilan petani yang membaca buklet panduan dengan foto; (b) nilai keterampilan petani yang membaca buklet panduan hitam putih lebih tinggi dari nilai ketrampilan petani yang membaca buklet panduan berwarna; (c) nilai ketrampilan petani yang membaca buklet panduan foto hitam putih lebih tinggi dari nilai ketrampilan petani yang membaca buklet panduan dengan kombinasi lainnya. Penelitian lain yang dilakukan Yanti (2002) tentang pengaruh bahasa dan jenis ilustrasi pada buklet terhadap peningkatan pemahaman petani tentang pendayagunaan melinjo membuktikan bahwa: (a) penggunaan bahasa Jambi dan bahasa Indonesia pada buklet tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap peningkatan pemahaman petani tentang pendayagunaan melinjo; (b) buklet dengan ilustrasi foto pada penelitian ini lebih efektif menyampaikan informasi tentang pendayagunaan melinjo; (c) kombinasi penggunaan bahasa dengan ilustrasi pada buklet tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap peningkatan pemahaman petani melinjo, tetapi ada kecenderungan kombinasi bahasa Indonesia dan foto lebih efektif dalam menyampaikan informasi tentang pendayagunaan
25 melinjo; (d) peningkatan pemahaman petani responden tertinggi diperoleh pada materi stik melinjo (26.69%) dan kerupuk melinjo (19.51%) yang merupakan informasi baru bagi responden; (e) secara umum karakteristik responden tidak berhubungan dengan peningkatan pemahaman petani tentang pendayagunaan melinjo, kecuali untuk tingkat pendidikan. Sedangkan Nuh (2004) dalam penelitiannya tentang kajian penggunaan merek dan leaflet sebagai media promosi terhadap persepsi kosumen tentang citra produk buah keranji, hasilnya menunjukkan bahwa (a) promosi produk buah keranji dengan menggunakan merek dan leaflet mempengaruhi tingkat ketertarikan responden terhadap produk buah keranji dalam hal kebaruan (novelty) penampilan dan ekslusivitas produk; (b) produk buah keranji yang dipromosikan dengan menggunakan merek dan leaflet dianggap responden lebih inovatif. Penggunaan merek pada promosi produk buah keranji dipersepsikan responden sebagai legalitas formal agar produk memenuhi etika bisnis dan syarat kesehatan; (c) penggunaan leaflet pada promosi produk buah keranji berpengaruh dalam meyakinkan responden akan manfaat dan keunggulan buah keranji. Gabungan penggunaan merek dan leaflet secara sinergis mampu memotivasi responden untuk mencicipi, mengadopsi dan ikut menyebarkan inovasi tentang manfaat dan keunggulan buah keranji; (d) faktor responden yang mempengaruhi persepsi terhadap citra produk buah keranji adalah karakteristik individu, pengalaman interaksi dengan produk buah keranji, serta kualifikasi dan motivasi responden berbelanja. Rochalia (2005) melakukan penelitian tentang efektivitas media folder bagi penyajian pesan tanaman hias, hasilnya menunjukkan: (a) media folder efektif meningkatkan pengetahuan ibu-ibu konsumen tanaman hias dalam menyampaikan informasi fungsi multiguna tanaman hias yakni tanaman penyerap racun penghias ruangan; (b) faktor karakteristik personal yakni umur, pendidikan, luas lahan pekarangan, dan frekuensi pembelian tanaman tidak berperan terhadap peningkatan pengetahuan khalayak; (c) faktor perilaku komunikasi yang media cetak, berperan terhadap peningkatan pengetahuan khalayak; (d) faktor persepsi responden tentang media berperan terhadap efektivitas folder dalam peningkatan pengetahuan khalayak.
26 Penelitian lain tentang pengaruh bentuk imbauan dan simpulan pesan folder tentang bahaya limbah rumahtangga pada peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap menurut jender yang dilakukan Bangun (1994) membuktikan bahwa: (a) folder dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan berbagai macam informasi tentang bahaya limbah rumahtangga untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikapnya tentang bahaya limbah rumahtangga; (b) bentuk imbauan pesan yang digunakan dalam folder tentang bahaya limbah rumahtangga berpengaruh sangat nyata pada peubahan sikap responden. Akan tetapi bentuk imbauan pesan tidak berpengaruh nyata pada peningkatan pengetahuan responden.
Skor perubahan sikap wanita pada setiap kelompok
perlakuan lebih tinggi dibanding skor perubahan sikap pria. Sedangkan Harahap (1994) melakukan kajian tentang pengaruh bentuk dan frekuensi penyajian pesan gizi seimbang melalui folder, hasilnya menunjukkan bahwa: (a) folder gizi seimbang yang dirancang dengan menggunakan bentuk pesan positif dan negatif tidak memberikan pengaruh yang berbeda dalam menambah pengetahuan dan mengubah sikap responden terhadap gizi seimbang; (b) frekuensi penyajian pesan berulang dan satu kali memberikan pengaruh yang berbeda untuk menambah pengetahuan dan mengubah sikap responden terhadap gizi seimbang: (c) frekuensi penyajian berulang lebih efektif untuk menambah pengetahuan dan mengubah sikap daripada frekuensi penyajian hanya satu kali; (d) kombinasi bentuk pesan positif dan negatif dengan frekuensi penyajian berulang dan satu kali tidak memberikan pengaruh yang berbeda dalam menambah pengetahuan dan mengubah sikap responden terhadap gizi seimbang. Berdasarkan penelitian tentang media booklet dan leaflet yang dikaji oleh Adawiyah (2003), Bangun (2001), Yanti (2002) dan Nuh (2004) telah membuktikan bahwa media komunikasi berbentuk cetak tersebut sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap khalayak sasarannya. Pengaruh bahasa daerah dan bahasa nasional tidak berbeda nyata terhadap tingkat pemahaman dari responden. Sedangkan faktor umur, pendidikan, status ekonomi, hasilnya tidak sama pada penelitian yang dilakukan Adawiyah (2003) dan Yanti (2002). Gambar foto dan tampilan berwarna serta penggunaan bahasa nasional menunjukkan hasil yang sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan
27 merubah sikap responden. Penelitian yang dikaji oleh Rochalia (2005), Bangun (1994) dan Harahap (1994) juga telah membuktikan bahwa media folder tersebut efektif dalam meningkatkan pengetahuan. Sedangkan penelitian lain oleh deVreese dan Boomgaarden (2005) tentang arus pesan satu arah melalui media yang dikondisikan dan komunikasi interpersonal pada opini publik telah membuktikan beberapa faktor variabel yang ditelitinya menyumbangkan perubahan sikap yang signifikan. Disamping itu, kajian difusi Internet oleh Auter (2007) melalui media berita TV dan programprogram hiburan telah terbukti efektif dalam meningkatkan penggunaan Internet di Amerika Serikat. Begitu pula dalam kajian Cheng et al. (2005) tentang pengaruh media massa dan komunikasi keluarga terhadap perokok anak remaja terbukti bahwa media TV merupakan saluran yang amat kuat untuk menyampaikan pesan anti merokok kepada anak remaja. Zodia: Tanaman Pengusir Nyamuk Pentingnya pesan indigenious seperti khasiat tanaman Zodia selayaknya diinformasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia dimana wabah DBD sering terjangkit. Zodia atau Evodia suaveolens Scheff-Zodia dalam bahasa Inggris disebut Euodia suaveolens merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari daerah Irian (Papua). Oleh penduduk setempat tanaman ini biasa digunakan untuk menghalau serangga, khususnya nyamuk apabila hendak pergi ke hutan, yaitu dengan cara menggosokkan daunnya ke kulit, maka Zodia termasuk dalam kategori biopestisida. Namun, saat ini sudah banyak tumbuh di Pulau Jawa. Habitat tanaman Zodia berada di pekarangan rumah atau kebun dan tumbuh baik di ketinggian 400-1000 m dpl. Tanaman berjenis perdu ini mempunyai tinggi 0,3 sampai dua meter dan panjang daun tanaman dewasa 20-30 cm. Daunnya berwarna hijau agak kekuningan, pipih panjang tapi lentur. Perbanyakan Zodia dapat dilakukan secara generative melalui biji dan stek batang. Adapun manfaat dari tumbuhan Zodia ini adalah dapat disuling untuk menghasilkan minyak Atsiri (essential oil) yang mengandung bahan aktif evodiamine dan rutaecarpine yang menghasilkan aroma cukup tajam, sehingga dapat mengusir serangga terutama nyamuk. Selain itu, rebusan kulit batangnya bermanfaat sebagai pereda demam
28 malaria. Rebusan daunnya dipakai sebagai tonik penambah stamina tubuh (Plantus 2008). Tanaman ini berfungsi ganda, selain sebagai tanaman hias yang dapat menyejukkan suasana rumah ketika dilihat, juga berfungsi sebagai anti nyamuk yang handal. Saat ini sebagian masyarakat menyimpan tanaman Zodia pada pot di dalam ruangan, sehingga selain memberikan aroma yang khas, juga aromanya dapat menghalau nyamuk dari ruangan. Namun demikian tidak berarti bahwa nantinya di dalam ruangan terdapat beberapa bangkai nyamuk sebagai akibat dari tanaman ini, nyamuk hanya terusir karena tidak menyukai aroma tanaman ini. Biasanya tanaman ini mengeluarkan aroma apabila tanaman tergoyah oleh tiupan angin sehingga di antara daunnya saling menggosok, maka keluarlah aroma yang wangi. Penyimpanan tanaman juga sering diletakkan di sekitar tempat angin masuk ke dalam ruangan, nyamuk yang hendak masukpun terhalau. Tanaman Zodia jika dibandingkan dengan tanaman lain yang mempunyai khasiat yang sama, mempunyai keunggulan tertentu yaitu memiliki karakteristik yang mudah diadopsi oleh khalayak. Karakteristik tersebut adalah: (a) aroma tanaman Zodia tidak mengganggu pernafasan dan tidak beracun; (b) tanaman Zodia mudah didapat dan relatif murah (terjangkau); (c) tanaman ini dapat ditanaman dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor); dan (d) mudah dalam penanaman, pemeliharaan maupun perbanyakannya. Faktor Karakteristik Individu Umur Salkind (1985) menyatakan bahwa umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan harus terjadi. Umur dapat dipakai sebagai indeks perkembangan komponen yang penting dalam perkembangan manusia. Perbedaan umur antara kelompok dapat menunjukkan faktor kedewasaan. Hasil penelitian Arafah (1999) menunjukkan bahwa umur antara 25 – 44 tahun merupakan kelompok umur yang cukup efektif dalam menerima dan memahami pesan yang mereka terima atau pelajari. Nurfathiyah (2006) menyatakan bahwa umur yang muda cenderung beban fikiran yang ada masih lebih ringan daripada umur yang sudah tua, karena tuntutan kebutuhan. Diperkuat hasil penelitian Mamoto (Nurfathiyah 2006) bahwa kemampuan seseorang untuk belajar berkembang secara gradual sejalan dengan meningkatnya umur.
29 Kemampuan belajar ini dapat menurun secara nyata karena kemampuan panca indera dan daya dukung otak untuk menerima pesan. Kemampuan belajar ini akan menurun setelah mencapai umur di atas 55 tahun. Pendidikan Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta merubah perilaku, dan meningkatkan kualitas menjadi lebih baik.
Semakin
tingginya
kehidupan
sosial
masyarakat
sejalan
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah semakin meningkatkan tuntutan kebutuhan kehidupan sosial masyarakat. Pada akhirnya tuntutan tersebut bermuara kepada pendidikan, karena masyarakat meyakini bahwa pendidikan mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan tersebut (Fattah 2004). Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat dijadikan sebagai cara untuk dapat membawa kepada perubahan. Pendidikan merupakan tingkat intelegensia yang berhubungan dengan daya pikir, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin luas ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan cara pikir yang lebih baik. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif dan bobot atau derajat ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang (Rochalia 2005). Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang didapat secara rutin, biasanya sebagai pembayaran dari hasil kerja seseorang atau bunga dari sebuah investasi (Longman 1989). Motivasi Perkataan motivasi berasal dari Bahasa Inggris - "motivation" asalnya ialah "motive" yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu/Bahasa Malaysia untuk kata motif, yakni mempunyai arti tujuan. Jadi ringkasnya, oleh karena perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras dalam mencapai atau mendapatkan apa yang diinginkannya secara negatif atau positif.
30 Oleh karena itu, motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan yang menunjuk hubungan sistematik antara suatu respons atau suatu himpunan respons dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila dorongan dasar itu bersifat bawaan, maka motif itu hasil proses belajar. Beberapa definisi motif menurut Ahmadi (2007) berturur-turut dikatakan bahwa: 1. Motif itu merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. 2. Motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. 3. Motif sebagai suatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan. 4. Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu. Disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat sesuatu. Peningkatan Pengetahuan Kognisi atau pengetahuan dalam proses komunikasi sering dipandang sebagai salah satu hasil akhir atau tujuan yang terpenting. Kincaid dan Schramm (1987) diacu dalam Kriyantono (2007) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan wujud dari kenyataan atau kebenaran, informasi dan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh umat manusia. Seseorang mengetahui berarti ia mengamati secara langsung, memiliki pengalaman, mengenali, atau sudah biasa terhadap sesuatu hal, menginsafi kesamaan dengan sesuatu yang sudah lebih dulu diketahui, memahami, meyakini, atau merasa pasti serta menyadari kebenaran tentang sesuatu hal.
31 Berdasarkan hal tersebut, Hanafi (1984) mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan atau kognisi adalah tingkat keluasan pengetahuan sumber mengenai apa yang dibicarakan yang juga akan mempengaruhi pesan-pesan yang disampaikan. Seseorang tidak dapat mengomunikasikan apa yang ia tidak ketahui, seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan efektif mengenai hal-hal yang tidak ia mengerti. Pengetahuan mengenai proses komunikasi dapat juga mempengaruhi perilaku sumber.