TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Tujuan
komunikasi
dalam
konteks
komunikasi
interpersonal
adalah
“berkomunikasi dengan (to communicate with)” daripada sekedar mempengaruhi. Komunikasi
lebih
merupakan
suatu
proses berbagi
informasi (sharing
information). Pencapaian pengertian bersama untuk menaksir dan mendefinisikan realitas menjadi sangat penting karena keberhasilan berbagai upaya manusia tergantung pada ada tidaknya pengertian bersama. Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses sosial yaitu sesuatu yang bekerja atau berjalan antar manusia (Rogers dan Kincaid, 1981). Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama proses kehidupannya manusia akan selalu terlibat dalam tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal, langsung atau tidak langsung (Djuarsa, 1993). Djuarsa (1993) menjelaskan bahwa komunik asi memiliki beberapa karakteristik yaitu: a. Komunikasi adalah suatu proses. b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari pelaku yang terlibat. d. Komunikasi bersifat simbolis. e. Komunikasi bersifat transaksional f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu.
7
Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi (Communication Network) adalah suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan informasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Menurut Aziz (2002) jaringan komunikasi adalah suatu rangkaian hubungan di antara individuindividu dalam sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu tersebut sehingga membentuk pola -pola atau model jaringan komunikasi tertentu. Hanneman dan McEver (1975) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah pertukaran informasi yang terjadi secara teratur antara dua orang atau lebih. Ditegaskan pula oleh Nan Lin (1975) bahwa bila dua orang atau lebih ikut serta dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan, maka terlibat dalam suatu jaringan. Rogers dan Rogers (1976) menyatakan bahwa suatu jaringan terjadi dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain melalui arus komunikasi yang terpola. Diperjelas lagi oleh Schramm (1963) bahwa jaringan komunikasi terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain, saling mempengaruhi dan berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama. Feldman dan Arnold (1983) membedakan jaringan komunikasi menjadi dua jenis, yaitu jaringan komunikasi formal (menyerupai struktur organisasi) dan jaringan komunikasi informal yang disebut juga sebagai grapevine atau benalu komunikasi. Sajogyo dan Sajogyo (1996) mengistilahkan jaringan komunikasi informal sebagai jaringan komunikasi tradisional. Jaringan komunikasi tradisional merupakan saluran komunikasi yang paling penting untuk mobilisasi desa. Robbin (1984) berpendapat bahwa jaringan komunikasi adalah dimensi vertikal dan horis ontal dalam komunikasi organisasi yang dibangun dalam bermacam-macam pola. Jaringan komunikasi dibagi dalam lima macam jaringan (Gambar 1) yaitu jaringan rantai, jaringan Y, roda, lingkaran dan jaringan semacam saluran (Stoudolar, 1984 ; Koont z, et. al. 1989 ; Sikula, 1981 dalam Moekijat, 1993).
8
Roda (star)
Rantai
Y
Lingkaran
Semua saluran
Gambar 1 Jaringan Komunikasi Umum (Robbins, 1984)
Berdasarkan kriteria tersebut tidak ada satupun jaringan yang akan menjadi terbaik untuk semua kejadian (Tabel 1). Apabila kecepatan yang penting maka jaringan roda dan semua saluran yang lebih disukai. Jaringan rantai, jaringan Y, dan jaringan roda mendapat nilai tinggi untuk kecermatannya. Susunan jaringan semua saluran adalah yang terbaik apabila tujuannya adalah untuk mencapai kepuasan anggota yang tinggi. Efektifitas jaringan komunikasi diukur menggunakan empat kriteria sebagai berikut :
9
Tabel 1 Jaringan komunikasi dan kriteria evaluasi Jenis Jaringan Komunikasi Kriteria
Rantai
Y
Roda
Lingkaran
Semua Saluran
Kecepatan
Sedang
Sedang
Cepat
Lamban
Cepat
Kecermatan
Tinggi
Timggi
Tinggi
Rendah
Sedang
Timbulnya Pemimpin
Sedang
Sedang
Tinggi
Tidak ada
Tidak ada
Moril
Sedang
Sedang
Rendah
Tinggi
Tinggi
Sumber : Robbins (dalam Moekijat, 1993) Dalam kaitannya dengan perspektif jaringan maka ada beberapa konsep yang perlu dipahami sehingga dapat mempertaja m analisa terhadap jaringan komunikasi yaitu konsep jaringan sentralisasi versus desentralisasi. Konsep ini memperkenalkan jaringan komunikasi model Y, Bintang, All-Channel, Rantai. Konsep independen (desentralisasi)
dimana anggota bebas memilih posisinya
untuk menjadi apa dalam berkomunikasi sedangkan pada konsep dimana jaringan terpusat atau sentralisasi kejenuhan terjadi karena adanya overload informasi dalam suatu kelompok (Beebe dan Masterson, 1994). Rogers dan Kincaid (1981) membedakan pola atau model jaringan komunikasi ke dalam Jaringan Personal Jari-jari (Radial Personal Network ) yang bersifat menyebar dan Jaringan Personal Mengunci (Interlocking Personal Network ) yang bersifat memusat. Jaringan personal yang memusat mempunyai derajat integrasi yang tinggi, terdiri dari individu-individu yang homopili namun kurang terbuka terhadap lingkungannya. Jaringan personal yang menyebar mempunyai derajat integrasi yang rendah namun terbuka terhadap lingkungannya Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan bahwa jaringan-jaringan komunikasi terdiri atas individu-individu yang berhubungan melalui pola -pola arus informasi. Cara berbagi informasi yang demikian dalam suatu waktu
10
menuntun para individu untuk saling mendekatkan atau saling menjauhkan pengertian bersama me reka mengenai realitas.
Analisis Jaringan Komunikasi Analisis jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interaksi sebagai unit-unit analisis. Salah satu tujuan penelitian komunikasi dengan menggunakan jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem (Rogers dan Kincaid, 1981). Analisis jaringan komunikasi mendiskripsikan hubungan-hubungan antar unsur dan hubungannya dengan struktur komunikasi interpersonal. Struktur komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur yang berlainan yang dapat dikenal melalui pola arus komunikasi dalam suatu sistem. Suatu jaringan komunikasi terdiri dari saling hubungan antar individu melalui arus -arus informasi yang terpola. Arus informasi terjadi diantara partisipan dalam jaringan, dimana masingmasing atau keduanya dapat menjadi pengirim atau penerima informasi secara bergantian. Konsepsi analisis jaringan komunikasi menekankan komunikasi dianggap sebagai suatu proses saling tukar menukar informasi. Itulah sebabnya mengapa model konvergensi dan analisis jaringan demikian sesuai satu sama lainnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis jaringan komunikasi berdasarkan model konvergensi (Kincaid dan Schramm, 1987). Model konvergensi (timbal balik) diagramnya menunjukan garis melingkar, maka wujudnya menyerupai serangkaian lingkaran dengan satu pusat. Jadi merupakan gerak menuju pengertian bersama yang terdapat di pusat. Titik pusat atau akhir tidak akan pernah dicapai secara mutlak. Hal ini mengingat kenyataan bahwa pengertian bersama seperti merupakan proses pertanyaan yang tak pernah mengenal akhir, oleh dua orang atau lebih. Proses bertanya ini selalu dapat berlanjut terus, memasuki tingkat pengertian bersama yang lebih mendalam lagi.
11
Mempelajari perilaku manusia berdasarkan model konvergensi digunakan pendekatan analisis jaringan komunikasi yaitu suatu metoda analisis untuk menentukan struktur komunikasi suatu sistem. Hubungan data tentang alur komunikasi
dianalisis
dengan
menggunakan
beberapa
jenis
hubungan
interpersonal sebagai unit analisa. Dahlan (1997), menemukan dalam penelitiannya bahwa: 1. Jaringan komunikasi sosial yang tumbuh dalam masyarakat sangat informal sifatnya dan jarang terkait atau berhubungan dengan orang-orang yang biasanya dianggap sebagai pemuka formal. 2. Desa yang pranata adatnya sangat kuat memang ada jaringan-jaringan kekerabatan yang kuat, tetapi anggota-anggotanya umumnya menjadi anggota berbagai jaringan komunikasi sosial yang berbeda -beda sepanjang menyangkut informasi yang lain 3. Kepemukaan pendapat dalam jaringan komunikasi sosial di pedesaan ternyata bukan polimorfik tetapi umunya monomorfik, terbatas untuk suatu jenis informasi yang tertentu.
Analisis jaringan komunikasi mempunyai kelebihan dalam memungkinkan peneliti dalam menentukan “dimensi kedua” pengaruh komunikasi yang berupa distribusi akibat komunikasi antar anggota klik dalam suatu sistem, termasuk konsensus atau persetujuan yang timbul diantara individu yang berada dalam jaringan. Knoke dan Kuklinski dalam Setyanto (1993) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi mempunyai dua konsep dasar tentang tingkah laku sosial yaitu: 1. Dalam analisis jaringan harus dilihat bahwa keterlibatan individu yang a da di dalamnya tidak hanya seorang melainkan melibatkan banyak pelaku yang berpartisispasi dalam sistem sosial itu. Sifat hubungan yang terdapat pada individu juga akan terdapat pada individu lain yang terlibat dan mungkin akan dapat mempengaruhi terhadap persepsi, kepercayaan dan tindakan dari masing-masing individu. Di dalam analisis jaringan,
12
langkah-langkah ini tidak hanya berhenti pada penjumlahan dari tingkah laku sosial saja. 2. Dalam jaringan perlu diperhatikan berbagai tingkatan struktur sosial dalam sistem sebab suatu struktur sosial tertentu berisi keteratur an pola hubungan dari suatu keadaan konkrit. Analisis jaringan komunikasi biasanya terdiri dari satu atau lebih prosedur -prosedur penelitian yaitu: 1. Pengidentifikasi klik-klik yang terdapat dalam keseluruhan sistem dan menentukan bagaimana bagian kelompok struktural ini mempengaruhi perilaku komunikasi dalam suatu sistem. 2. Pengidentifikasi peranan komunikasi khusus yang tertentu seperti “Liaison”, ”Bridge”, dan “Isolated/pemencil”. 3. Mengukur berbagai indeks struktur komunikasi seperti “communication connectedness” para individu, pasangan, jaringan personal, klik atau keseluruhan sistem (Rogers dan Kincaid, 1981).
Klik adalah bagian dari sistem dimana anggota -angotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Dengan pengidentifikasian klik dapat diketahui struktur komunikasi yang terbentuk selain itu dapat juga dipakai untuk mengukur derajat struktur komunikasinya. Muhammad (2004) menyatakan bahwa untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya dapat digunakan analisis jaringan. Hasil analisis jaringan dapat memberikan informasi bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam organisasi. Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam jaringan komunikasi yaitu: 1. Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam
13
organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka. 2. Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan untuk menghindarkan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting-penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah s uatu informasi penting atau tidak. 3. Cosmopolite adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu dalam lingkungannya. 4. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lain. Individu ini membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan mengkoordinasi kelompok. 5. Lia ison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara kelompokkelompok organisasi. 6. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya. Struktur komunikasi yang terbentuk dalam analisis jaringan komunikasi akan memperlihatkan seseorang yang muncul sebagai bintang. Menurut Roger dan Kincaid (1981) bintang ini tidak selalu berhubungan dengan kepemimpinan.
14
Sebagai orang yang paling banyak dihubungi, bintang mempunyai karakteristik yang dapat diterima oleh sebagian besar anggota sistem sosial Purnomo (2002) dalam penelitiannya menjelaskan salah satu peranan individu dalam jaringan komunikasi yaitu bintang (Star). Bintang ditunjukkan oleh jumlah pilihan terbanyak yang ditujukan pada seorang taruna dari tarunataruna lain yang merupakan anggota jaringan komunikasi. Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bintang (Star) adalah individu yang mendapatkan jumlah pilihan terbanyak dari individu-individu lain yang terlibat dalam jaringan komunikasi. Selain beberapa istilah di atas, dalam jaringan komunikasi juga dikenal istilah yang mengungkapkan hubungan antar manusia dalam berbagi informasi yaitu: 1. Indeks keterhubungan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya. 2. Indeks keragaman (Diversity Index) adalah derajat keheterogenan anggota dalam jaringan komunikasi. 3.
Indeks integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan komunikasi yang ditunjukan langkah-langkah hubungan komunikasi.
4. Indeks keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981).
Karakteristik Individu Nelly (1988) menyatakan bahwa karakteristik individu akan sangat mene ntukan atau mempengaruhi perilaku komunikasinya. Karakteristik individu ialah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Menurut Lionberger karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya
15
Ditambahkan oleh McLeod dan O’Keefe bahwa variabel demografi seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk menerangkan perilaku komunikasi (Lionberger, 1960; McLeod dan O’Keefe, 1972, dalam Saleh, 1988). Beberapa penelitian menyatakan bahwa profil petani yakni umur, pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, partisipasi dalam kelompok dan jarak ke sumber informasi berhubungan dengan upaya memperoleh informasi melalui saluran komunikasi interpersonal maupun media massa (Wardhani, 1994; Istina 1998, dalam Aziz, 2002). Penelitian Djamali (1999) memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik individu dengan keikutsertaan dalam jaringan komunikasi agribisnis sarang burung walet. Kecenderungan yang terjadi pada seorang pewalet bahwa semakin muda, semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pengalaman maka seorang pewalet cenderung ikut serta dalam jaringan komunikasi. Disamping itu terpaan media memperlihatkan ada hubungan yang dengan keikutsertaan individu dalam jaringan komunikasi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sopiana (2002) yang menunjukkan terdapat hubungan antara umur, pendidikan luas lahan garapan dan terpaan media terhadap perilaku (penge tahuan dan pelaksanaan) usahatani tebu. Media massa sebagai salah satu saluran komunikasi berperan penting dalam mengubah perilaku individu. Terpaan media memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan terhadap audience. Hedebro
dalam Nasution
(1992) mengemukakan peranan-peranan komunikasi dalam pembangunan dan diantaranya terdapat peranan media massa dapat menciptakan perubahan dengan membujukkan nilai-nilai dan sikap mental untuk menunjang modernisasi. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan tradisional dengan membawakan pengetahuan kepada massa. Disamping itu pula media
massa
pengetahuan.
dapat
bertindak
sebagi
pengganda
sumber -sumber
daya
16
Perilaku
Salah satu cara untuk memahami perilaku manusia adalah dengan mengamati hubungan-hubungan sosial yang terjadi antar manusia karena didalamnya ada proses komunikasi interpersonal yang terjadi dalam jaringan komunikasi. Arif (1995) menjelaskan bahwa perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang me nunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari polapola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatan. Menurut Thorndike dan Watson dalam Rakhmat (2001) perilaku adalah hasil pengalaman; dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Didukung oleh Lewin dalam Rakhmat (2001) yang menyatakan bahwa perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimuli tetapi juga dipengaruhi oleh tujuan dan kebutuhan hidup, semua faktor yang disadarinya dan kesadaran diri. Lewin memperkenalkan rumus B= f(P,E), artinya Behavioral (perilaku) adalah hasil interaksi antara person (diri orang itu) dengan environment (lingkungan psikologis). Lingkungan memberikan pengaruh cukup besar da lam menentukan perilaku manusia tetapi manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yang dihadapinya sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Menurut Rakhmat (2001), sistem peranan yang ditetapkan dalam masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor -faktor sosial yang menata perilaku manusia. Dalam kelompok dan organisasi hubungan antara anggota dan ketua serta besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi jaringan komunikasi. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis akan mempengaruhi pola-pola perilaku anggota populasi tersebut. Jaringan komunikasi membentuk suatu struktur komunikasi dalam suatu sistem. Setiap individu dalam suatu sistem akan berhubungan dengan individu lain (interpersonal) yang terpolakan dalam suatu kurun waktu. Suatu struktur jaringan komunikasi (atau jaringan) tumbuh secara relatif stabil dan perilaku orangnya juga dapat diprediksi. Jadi jaringan komunikasi adalah suatu hubungan
17
yang relatif antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan informasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Pengetahuan menurut Hutabarat merupakan informasi yang diketahui seseorang yang akan diperoleh melalui proses belajar atau pengalaman (Thirtawati, 2000). Diperjelas oleh Walgito (2002) yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah mengenal suatu objek baru selanjutnya menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang objek itu. Tindakan adalah tahapan dimana pengetahuan atau informasi mulai dilaksanakan oleh seseorang di dalam bertingkah laku yang didasarkan pada kebutuhan dan motivasi. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku akan dapat membentuk sebuah motivasi (Ahmadi, 1991).
Pemasaran Hasil Pertanian FAO (1958) dalam Sudiyono (2002) mendef inisikan pemasaran hasil pertanian atau tataniaga hasil pertanian merupakan serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan konsumen. Menurut Mubyarto (1989), istilah pemasaran diartikan sama dengan tataniaga atau distribusi. Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Disebut tataniaga karena “niaga” berarti dagang, sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan. Perdagangan biasanya dijalankan melalui pasar sehingga tataniaga disebut juga pemasaran. Menurut Sudiyono (2002) pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga -lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi pemasaran. Beberapa masalah pemasaran komoditi pertanian menurut Soekartawi (1993) yang terjadi di Indonesia antara lain:
18
1. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah yang cukup dan kontinu. 2. Fluktuasi harga. 3. Pelaksanaan pemasaran yang tidak efesien karena tidak ”fair”nya pelaku pasar dalam mekanisme pemasaran. 4. Tidak memadainya fasilitas pemasaran seperti transportasi, gudang dan tempat komoditi pertanian dipasarkan. 5. Terpencarnya lokasi produsen dan konsumen. 6. Kurang lengkapnya informasi pasar. 7. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran. 8. Kurangnya respon produsen terhadap permintaan pasar. 9. Tidak memadainya peraturan-peraturan yang mendukung. Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran produk mereka adalah faktor harga. Harga menurut Mubyarto (1989) adalah ukuran nilai dari suatu barang dan jasa. Suatu barang mempunyai harga karena barang tersebut berguna dan jumlahnya terbatas. Barang disebut barang ekonomi karena mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut mempunyai kegunaan sedangkan suatu barang mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas. Tinggi rendahnya harga barang dan jasa akan dipengaruhi oleh mutu dan mutu dapat diperoleh dari standarisasi. Standar mutu berarti penentuan atau penetapan standar golongan (kelas atau derajad). Standar mutu adalah suatu ukuran atau ketentuan mutu yang diterima oleh umum sebagai sesuatu yang mempunyai nilai tetap (Hanafiah dan Saefudin, 1983). Suatu standar ditentukan atas dasar ciri-ciri produk yang dapat berpengaruh pada nilai komersil dari barang. Ciri-ciri yang dimaksud dapat berupa ukuran, bentuk, warna, rasa, kandungan air, kandungan unsur-unsur kimia dan lain lain atau kombinasi dari ciri-ciri tersebut.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran Petani tentunya memerlukan peran komunikasi dalam usaha taninya. Komunikasi ini diperlukan dalam berbagai hal seperti mendapatkan informasi tentang sarana produksi (pupuk, obat-obatan dan alat-alat pertanian), cara budidaya dan cara serta tujuan memasarkan produk mereka. Kenyataan yang terjadi petani pada petani lidah buaya di Pontianak adalah kesulitan dalam hal pemasaran yang disebabkan karena kekurangtahuan akan informasi harga jual, mutu dan bentuk produk yang diinginkan konsumen maupun tujuan penjualan. Untuk mendapatkan informasi ini petani memerlukan bantuan dari berbagai pihak dengan
melakukan
interaksi
komunikasi sehingga
membentuk
jaringan
komunikasi. Informasi mengenai pemasaran khususnya harga jual, mutu dan bentuk produk serta tujuan penjualan sangat dibutuhkan oleh petani karena dengan mengetahui informasi ini petani akan dapat mengambil peran yang aktif dalam menentukan harga. Dengan berperannya petani dalam mene ntukan harga maka petani akan lebih kuat dalam posisi tawar menawar produk mereka dan akhirnya akan dapat menaikkan pendapatan sebagai tujuan akhir usahatani mereka. Salah satu cara untuk memahami jaringan komunikasi pada pemasaran lidah buaya adalah dengan mengamati hubungan-hubungan sosial yang terjadi akibat dilakukannya proses komunikasi interpersonal. Hal ini tidak lain karena manusia selain mahluk individu adalah juga sebagai mahluk sosial yang hanya bisa mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi tentunya diawali kontak yang mengarah pada kecenderungan untuk berbagi informasi dengan individu lain dan perwujudan interaksi dengan individu lain akan mengarah kepada siapa berhubungan dengan siapa. Petani akan membentuk jaringan komunikasi dalam berbagi informasi tentang pemasaran.
Jaringan komunikasi ini dapat dilihat dari indeks
20
keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index). Diduga karakteristik individu petani dapat mempengaruhi jaringan komunikasi dan jaringan komunikasi dapat mempengaruhi perilaku petani dalam kasus pemasaran produk lidah buaya. Karakteristik individu meliputi umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman berusahatani dan terpaan media (media exposure) yang terdiri dari keterdedahan media dan kepemilikan media sedangkan jaringan komunikasi meliputi indeks keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index), indeks keterbukaan (oppeness index). Penelitian ini berupaya memahami: 1. Keragaan dan struktur jaringan komunikasi di kalangan petani lidah buaya. 2. Hubungan faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan jaringan komunikasi petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak. 3. Hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak. 4. Hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak. Jaringan komunikasi lidah buaya beranggotakan petani-petani dimana di dalamnya terjadi komunikasi interpersonal. Komunikasi yang terjadi di dalam jaringan tersebut dianggap efektif apabila terjadi kesamaan pemahaman dari tujuan antara sumber dan penerima informasi. Kesamaan pemahaman tersebut akan menghasilka n kesamaan pengetahuan, sikap mental dan tindakan-tindakan tertentu yang berkaitan dengan pemasarannya. Analisis jaringan komunikasi serta faktor -faktor yang mempengaruhinya dapat digambarkan pada dia gram alur kerangka pemikiran berikut ini:
21
Jaringan Komunikasi: 1. Derajat Keterhubungan 2. Derajat Integrasi 3. Derajat Keterbukaan
Faktor Internal 1. Umur 2. Pendidikan 3. Luas lahan 4. Pengalaman
Faktor Eksternal 1. Keterdedahan media 2. Kepemilikan media
Perilaku Pemasaran: 1. Pengetahuan 2. Tindakan
Gambar 2 Diagram Alur Kerangka Pemikiran
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah: 1.
Terdapat hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan jaringan komunikasi petani lidah buaya .
2.
Terdapat hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya.
3.
Terdapat hubungan faktor internal dan faktor eksternal perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya.
dengan