BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Pengertian kesehatan reproduksi menurut hasil konfrensi Internasional Conference Population Development, kependudukan dan pembangunan (ICPD) di Kairo yaitu: Keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik mental dan sosisal dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (BKKBN, 2000). 2. Alat-Alat Reproduksi Pengenalan dasar-dasar anatomi dan fisiologi alat-alat reproduksi manusia baik wanita maupun pria adalah sangat penting. Menurut Bobak (2005) organ reproduksi manusia dibedakan atas : a. Organ Reproduksi Perempuan 1. Alat reproduksi bagian luar Bagian luar atau vulva secara berurutan terdiri dari mons pubis (mons venires), labia mayora dan minora, klitoris, prepusium klitoris, vestibulum, fourchette dan perineum. a. Mons Pubis Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak
8
9
kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. b. Labia Mayora Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina). c. Labia Minora Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang memanjang ke arah bawah dan bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu, merah muda dan basah. Ruangan diantara labia minora disebut vestibulum. d. Klitoris Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari
10
pada badanya. Saat wanita secara seksual terasang glans dan badan klitoris membesar. e. Prepusium Klitoris Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Kadang-kadang prepusium menutupi klitoris. f. Vestibulum Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperi perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris, dan fourchtte. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak belendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. g. Fourchette Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora digaris tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosanavikularis terletak diantara fourchette dan himen.
11
h. Perineum Perineum ialah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum. 2. Alat reproduksi bagian dalam a. Indung telur atau Ovarium Seseorang mempunyai dua buah indung telur, ovarium terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan dibelakang tuba fallopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral dan ligamentum ovarii proprium yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. b. Tuba Fallopi (saluran tuba) Merupakan saluran sel telur yang menghubungkan ovarium dengan rahim, tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Tonjolantonjolan infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik kedalam tuba dengan gerakan-gerakan seperti gelombang. c. Uterus Antara kelahiran dan masa pubertas, uterus secara bertahap turun dari bagian bawah abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus biasanya terletak digaris tengah pada pelvis sejati, posterior terhadap simpisis pubis dan kandung kemih, serta anterior
12
terhadap rektum pada kebanyakan wanita saat kandung kemih kosong, uterus berada dalam posisi anteversi (ujung condong kedepan), dan sedikit antefleksi (melengkung kedepan), dengan korpus bersandar pada bagian atas dinding posterior kandung kemih. d. Serviks Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks uteri dengan vagina membagi serviks menjadi bagian supra vagina yang panjang (diatas vagina) dan bagian vagina yang lebih pendek, panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol kedalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis. Serviks seorang wanita nuli para mempunyai bentuk seperti gumparan yang hampir seperti kerucut, bundar, agak padat. e. Vagina Suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum dan dibelakang kandung kemih dan uretra memanjang dari introtus (muara eksterna di vestibulum diantara labia minora vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu merenggang secara luas. Vagina berfungsi sebagai penghubung antara rahim dan bagian luar dari
13
tubuh. Melalui vagina darah menstruasi dikeluarkan. Vagina juga sebagai media untuk bersenggama. b. Organ Reproduksi Pria Sistem reproduksi pria terdiri dari genitalia eksterna dan organorgan interna yang terletak di rongga pelvis. System reproduksi mulai berkembang sebagai respon terhadap testosteron selama kehidupan janin. Pada hakikatnya, testosteron tidak diproduksi selama masa kanak-kanak. Testosteron yang diproduksi kembali pada awitan pubertas menstimulasi pertumbuhan dan maturasi struktur reproduksi dan karakteristik. 1. Organ reproduksi bagian luar Struktur yang menyusun genitalia eksterna dengan urutan sebagai berikut Mons pubis, penis, dan skrotum. Pada saat dewasa, rambut pubis panjang, padat, kasar, dan ikal, membentuk pola berbentuk intan, dari umbilikus ke anus. Daerah di atas simpisis pubis disebut sebagai mons pubis. Penis merupakan organ urinasi dan kopulasi, terdiri dari batang atau badan dan glan. Badan organ reproduksi ini yang masuk ke vagina selama koitus, terdiri atas tiga lapisan silinder dan jaringan erektil, dua porpora kavernosa lateral dan satu korpus spongiosum, yang berisi uretra. Glan penis yang sensitif dan licin, merupakan organ pasangan klitoris wanita. Kulit dan fasia dengan longgar membungkus penis untuk memungkinkannya membesar selama ereksi.
14
Uretra adalah jalan yang biasa dilalui oleh urine dan semen. SkRotum, suatu kantung kulit, otot, dan fasia yang berkeriput pada bagian dalam di bagi oleh sebuah septum dan setiap kompartemen secara normal berisi satu testis, epididimis, dan vas deferen (duktus seminalis). Sisi kiri skortum tergantung sedikit lebih rendah (kira-kira 1 cm) dari pada sisi kanannya. Kulit disuplai oleh sangat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat dan jarang ditumbuhi rambut. Kontraksi dan relaksasi otot polos di bawah kulit menyebabkan retraksi testis untuk melindunginya dari trauma eksterna dan dingin. 2. Organ reproduksi bagian dalam Struktur bagian dalam meliputi testis, duktus pada testis, dan kelenjar saluran reproduksi aksesori. a. Testis Testis merupakan dua kelenjar lonjong kecil yang terdapat di dalam kantong skortum. Keduanya menggantung pada ikatan jaringan skortum dan korda spermatik. Pada awalnya testis terletak di dalam abdomen kemudian turun melalui kanal inguinalis pada akhir bulan ketujuh kehidupan janin. Dua fungsi utama testis adalah bertanggung jawab untuk spermatogenesis dan produksi hormon. Sel-sel seks primitif (spermatogonia) berada di tubulus seminiferus neonatus laki-laki.
15
b. Duktus (kanal) Untuk keuar dari tubuh, sperma harus melelui sistemsaluran dengan lengkap secara berurutan: tubulus seminiferus ,epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius dan uretra. Setiap testis memiliki satu tuba yang meggulung ketat dengan penjang sekitar 6 m ( 20 kaki). Tuba ini, epididimis terbentang di sepanjang bagian atas dan sisi setiap testis. Epididimidis ialah tempat penyimpanan untuk pematangan sperma dan menghasilkan sebagian kecil cairan seminalis (seen). Tubulus seminiferus menyambung dengan epididimis, yang kemudian berhubungan dengan vas deveren. c. Kelenjar Sistem Reproduksi Aksesori Kelenjar reproduksi aksesori menyekresi cairan yang menyokong kehidupan dan fungsi sperma. Kelenjar aksesori ini terdiri dari sepasang
vesikula
seminalis
yang
terdapat
di
sepanjang
permukaan posterior bawah kandung kemih, kelenjar prostat yang mengelilingi uretra prostatik, dan bulbouretralis (atau cowper) yang terletak di bawah prostat, masing-masing satu disetiap sisi uretra membranosa. d. Semen Semen ialah cairan yang di ejakulasi pada saat orgasme. Semen mengandung sperma dan sekresi dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretralis. Semen berwarna putih sampai
16
bening dengan berat jenis 1,028. Semen mempunyai pH basa dengan rentang pH 7,35 sampai 7,5. B. Peran Orang tua 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang bercukupan di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciriciri individual yang bersifat khas atau istimewa (Depdiknas, 2002) Dalam pendidikan seks peran orang tua sangat diperlukan untuk menerangkan sehingga timbul pengertian dan penghayatan pada remaja tentang identitas seksnya yang ditampilkan di dalam sikap dan perilakunya sesuai dengan jenis seks masing-masing dan tata laksana kebudayaannya sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Dengan demikian anak dapat merasakan kesesuaian diri pribadinya dengan kehidupan lingkungannya. jadi perlu ditekankan bahwa pendidikan seksual mencakup pengertian yang luas dan bukan semata-mata hubungan antara genetalia pria dan wanita (Moeljono Notosoedirdjo, 2005). Orang tua mempunyai peran yang sangat penting sebagai sumber informasi sehingga harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan terbuka mengenai permasalahan yang dialami oleh anak-anak remaja dan lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks.
17
2. Macam-macam peran orang tua Dalam BKKBN (1997) peran orang tua terdiri dari peran sebagai pendidik, peran sebagai pendorong, peran sebagai panutan, Peran sebagai teman, Peran sebagai pengawas, peran sebaga konselor. Peran sebagai pendidik, Orang tua perlu menanamkan kepada remaja arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah. Selain itu nilai-nilai agama dan moral perlu ditanamkan kepada anaknya sejak dini sebagai bekal dan benteng untuk menghadapi perubahanperubahan yang terjadi. Peran sebagai pendorong, Sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan,
remaja
membutuhkan
dorongan
dari
orang
tua
untuk
menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah. Peran sebagai panutan, orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi remaja, baik dalam menjalankan nilai-nilai agama maupun norma yang berlaku di masyarakat. Peran sebagai teman, menghadapi anak yang sedang menghadapi masa remaja, orang tua perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan pada remaja. Orang tua dapat menjadi sumber informasi, teman bicara atau teman bertukar pikjkiran tentang kesulitan atau masalah mereka, sehingga remaja merasa nyaman dan terlindungi. Peran sebagai pengawas, kewajiban orang tua adalah melihat mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan
18
yang membawanya ke dalam pergaulan bebas dan tindakan yang merugikan diri sendiri. Peran sebagai konselor, orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif sehingga remaja mampu mengambil keputusan yang terbaik. 3. Peran orang tua dalam pendidikan kesehatan reproduksi Orang tua mempunyai peran penting dalam memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi sesuai dengan usia anak dengan bahasa yang halus dan mudah dipahami. Dalam memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi, orang tua juga harus meberikan contoh yang baik. Orang tua harus bersikap terbuka dan selalu siap dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan anak sesuai dengan kemampuannya (Dianawati, 2003). Orang tua dikatakan berperan jika dia mampu memberikan atau menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada anak remajanya dan tidak berperan jika dia sama sekali tidak memberikan informasi atau pengetahuan (Azwar, 2001). 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran orang tua Menurut Mu’tadin (2002) faktor yang mempengaruhi peran orang tua dalam pendidikan tentang kesehatan reproduksi yaitu : a. Faktor pendidikan Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam memberikan pendidikan pada anak, karena
19
tingginya jenjang pendidikan yang dimiliki oleh orang tua merupakan salah satu pendukung luasnya pengetahuan yang diikuti orang tua. b. Faktor Budaya Banyak orang tua yang masih menganggap bahwa memberikan informasi atau pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan hal yang aneh dan tidak biasa dilakukan oleh orang tua. 5. Hubungan peran orang tua sebagai pendidik dengan sikap Orang tua merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap anak. Orang tua adalah seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat, atau seorang yang berarti khusus (significant others) dan anak banyak mempengaruhi pembentukan sikap seseorang terhadap suatu hal. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap yang dianggap penting yaitu orang tua (Azwar, 2001). C. Sikap 1. Pengertian Menurut Iskandar (2003) sikap adalah keadaan mental dan syrat dari kesehatan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau subjek dan merupakan
20
kesepian untuk bereaksi terhadap objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat dilihat secara langsung. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan mental yang dapat memberikan pengaruh terhadap individu pada semua objek dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek. 2. Tingkatan Sikap Menurut Bloom dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan sikap terdiri dari berbagai tingkatan sebagai berikut. a. Menerima (receiving) Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subyek)
mau
dan
mengerjakan
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang tersebut telah menerima ide yang diberikan. c. Menghargai (valuing) Mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan
sesuatu
atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pada
21
penelitiaan ini tingkatan sikap yang digunakan adalah sikap nomer 2 yaitu merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menjawab pertanyaan yang diberikan. 3. Pengukuran Sikap Azwar (2001) mengatakan diantara banyak metode pengukuran sikap secara historis telah dilakukan orang yaitu dengan cara: 1) Observasi Perilaku Perilaku tertentu kadang-kadang sengaja ditampakan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya. Dengan demikian sikap yang diamati mungkin srngaja dapat menjadi indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan tetapi interprestasi sikap harus sngat berhatihatiapabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang. 2) Penanyaan langsung Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwamanusia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini jawaban yang digunakan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka. Telaah yang lebih mendalam dan hasil-hasil penelitian telah meruntuhkan asumsi-asumsi tersebut di atas. Ternyata orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila
22
situasi dan kondisi memungkinkan. Artinya, apabila situasi dan kondisi memungkikan hal yang sebenarnya tanpa rasa takut terhadap konsekuensi langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi. Dalam situasi tanpa tekanan dan bebas dari rasa takut, serta tidak terlihat adanya keuntungan untuk berkata lain, barulah individu cenderung memebrikan jawaban yang sebenarnya sesuai dengan apa yang dirasakannya. 3) Pengungkapan Langsung Suatu versi metode penayaan langsung adalah pengukuran langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun item ganda. Prosedur pengukuran langsung dengan item tunggal sangat sederhana. Responden diminta menjawab langsung suatu penanyaan sikap tetrtulis dengan memberi tanda setuju. Penyajian dan penberian respon yang dilakukan secara lebih jujur ia tidak perlu menuliskan nama atau identitasnya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ditanyakan pendapat atau dengan secara tidak langsung dengan pertanyaan pendapat. Menurut Likert dalam Azwar (2001) mengatakan apabila menggunakan pertanyaan, maka alternatif jawaban yang diberikan terhadap responden meliputi pernyataan: sangat setuju, setuju, agak setuju, agak tidak setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Azwar (2001) bahwa pembentukan sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain dianggap
23
penting (orang tua), media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional. Pengalaman pribadi adalah hal yang dialami akan membentuk dan mempengaruhi penghargaan terhadap seseorang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Kebudayaan akan mewarisi sikap dan memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian yang kuat dapat memudahkan dominasi, kebudayaan dalam pembentukan sikap individu. Orang lain yang dianggap penting bagi individu orang tua merupakan orang penting di antara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap. Seseorang yang berarti khusus akan banyak mempengaruhi sikap terhadap segala aspek (orang lain yang dianggap penting) Media
massa
merupakan
sebagai
salah
satu
sarana
untuk
menyampaikan informasi, membaca pesan-pesan sugesti yang dapat mengarahkan opini kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arahan sikap tertentu. Lembaga pendidikan dan lembaga agama adalah lembaga yang meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu sehingga terbentuk kepercayaan yang kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu.
24
Pengaruh faktor emosional dapat mendasari bentuk sikap karena berfungsi sebagai pengukuran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2001). D. Seks Bebas a. Pengertian Menurut Sarsanto (2002) dalam pengertian sempit, seks dalam kamus bahasa berarti jenis kelamin. Seksualitas sering diartikan aktivitas hubungan kelamin umumnya antara laki-laki dan perempuan, dan yang sering dibayangkan adalah adanya hubungan melalui cara penetrasi Menurut Stuart & Sunden (1999) seksualitas di definisikan secara luas sebagai suatu keinginan untuk menjalin kontak, kehangatan, kemesraan, atau mencintai, respure seksual meliputi memandang dan berbicara, berpegangan tangan, berciuman atau memuaskan diri sendiri dan sama-sama menimbulkan orgasme, seksulitas merupakan bagian dari perasaan terhadap diri yang ada pada individu secara menyeluruh. Para ahli dalam bidang seksualitas tidak setuju tentang jenis perilaku seksual normal. Pengertian seks bebas di sini dalam arti kata seluas-luasnya dan umum sifatnya. Seksual tidak terbatas hanya pada masalah reproduksi, regenerasi, perkembangan jenis dalam pengertian biologis dan eksitensi spesiesnya, dan dikatakan umum karena menyangkut banyak hal yang mengenai proses sikap dan perilakunya dalam pergaulan. Dengan demikian seksual sebetulnya mencakup pengertian yang sangat luas yang satu dengan yang lainnya berkaitan baik dalam pengertian biologis, hubungannya dengan
25
emosional dan kaitannya dengan sosial dan budaya dalam membesarkan peranan jenis seksnya (Moeljono Notosoedirdjo, 2005). Menurut Irwan dikutip oleh Sulistyo (2002) bahwa seksual menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas diantaranya: dimensi biologis, dimensi psikologis, dimensi sosial, dimensi kultural. Dimensi biologis mendefinisikan, seksual artinya sesuatu yang berhubungan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi manusia. Dimensi psikologis ini berhubungan erat dengan cara manusia menjalani fungsi seksual sesuai dengan identifitas jenis kelamin dan dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi emosi, motifasi, dan perilaku). Menurut dimensi sosial, seksual adalah relasi antar manusia, proses seorang menyesuaikan dan beradaptasi dengan tuntutan, peran dari lingkungan sosial serta sosialisasi peran dan fungsi seksual dalam kehidupan manusia. Dimensi kultural ini menunjukkan nilai- nilai moral dan budaya terhadap seks. Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari menunjukan perhatian dari lawan jenis, berkenalan, pacaran, kemudian melakukan lips kissing (ciuman bibir), genital stimulation (melakukan rasangan pada alat genital), petting (saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi), kemudian berlanjut pada hubungan seksual (Wijanarko, 1999). Dari pengertian di atas disimpulkan, seks bebas adalah hubungan seks yang dilakukan dengan orang yang disukai atau tidak disukai dan bebas dari perasaan yang membebani bila dilakukan.
26
E. Remaja Remaja adalah peralihan pada masa tersebut mereka mengalami berbagai perubahan fisik, baik yang dapat terlihat dari luar akibat pengaruh hormonal untuk remaja putri hormon estrogen dan progesterone serta sedikit androgen, untuk remaja putra hormon androgen (dominan) dan progesteron. Bersamaan dengan perubahan-perubahan akibat pengaruh hormonal ini remaja mengalami peristiwa haid, mimpi basah yang menandai mulai berfungsinya alat-alat reproduksi. Seiring perubahan-perubahan itu terjadi perubahan emosi, ini sebetulnya keadaan yang dialami atau normal karena pada masa ini mereka ssedang dalam proses mencari identitas diri (Widyantoro, 2002). Sebagaimana kita ketahui bahwa masa remaja terdapat proses-proses kematangan dalam bidang biologis yaitu kematangan bidang fisik, seksual dan mental emosional. Perlu diingat bahwa masing-masing bidang ini tingkat cepatnya perkembangan tidaklah selalu sama bagi setiap remaja dalam kurun waktu 14-20 tahun tersebut. Mungkin seseorang remaja telah dapat mencapai kematangan seksualnya namun tingkat kematangan mental dan emosional masih jauh ketinggalan (Moeljono Notosoedirdjo, 2005). Remaja dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu remaja awal usia 12-15 tahun, remaja 15-18 tahun, dan remaja akhir umur 18-21 tahun. Masa puberitas meliputi masa remaja awal dan berisi perubahan fisik seperti percepatan pertumbuhan dan timbulnya seksulitas. Pada masa remaja akhir
27
umumnya remaja sudah dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya (BKKBN, 1997). Menurut Hurlock (2000) remaja laki-laki mengalami pubertas antara umur 14-17 tahun dengan tanda-tanda yaitu: mimpi basah, timbul rambut di ketiak, dada dan dagu, tidak cepat terbawa emosi, tidak cepat mengeluh, tidak mudah putus asa. Menurut BKKBN (1997) bahwa pada anak remja putri mengalami pubertas berlangsung pada umur 12-15 tahun, dengan tanda-tanda yaitu: menars (menstruasi pertama), timbul rambut di ketiak dan kemaluan, pembesaran payudara dan pinggul. Adapun perubahan yang terjadi pada masa remaja menurut Hurlock (2001) yaitu perubahan fisik, perubahan emosi, perubahan sosial, perubahan moral, perubahan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja dibagi menjadi perubahan eksternal dan perubahan internal. Perubahan eksternal terdiri dari: Perubahan tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seks dan ciri-ciri sekunder. Ciri-ciri internal yang terjadi adalah system pencernaan, sistem peredaran darah, system pernafasan, system endokrin dan jaringan tubuh (Hurlock, 2001) Perubahan emosi yaitu, meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru,
sedangkan
pada
masa
anak-anak
mereka
kurang
mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut. Sebagian
28
besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian daripada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru (Hurlock, 2001) Perubahan sosial yaitu, tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga maupun sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialsasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru.Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam hubungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 2001) Perubahan moral adalah salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskan kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah penting sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya
29
sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru (Hurlock, 2001). Perubahan psikologi pada masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Remaja sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka. Pada usia 16 tahun ke atas, remaja akan dihadapkan pada dunia nyata. Saat itu juga remaja mulai sadar bahwa orang lain ternyata memiliki dunia sendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau dipikiranya. Anggapan mereka bahwa selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Remaja juga sering menganggap bahawa dirinya serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perubahan mereka. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai seseorang yang baru, berbagai nasehat dan berbagai cara akan dicari untuk dicoba oleh remaja (Hurlock, 2001).
30
F. Kerangka Teori
Peran orang tua
• • • • •
Sikap tentang seks bebas
Pengalaman pribadi Kebudayaan Media massa Lembaga pendidikan dan agama Faktor emosional
Hubungan seks diluar nikah
• • •
Kejiwaan Agama dan sosial Kesehatan
Gambar : Kerangka Teori G. Kerangka Konsep Peran orang tua
Sikap anak tentang seks bebas
H. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara peran orang tua dalam pendidikan kesehatan reproduksi dengan sikap seks bebas pada siswa SMU 3 PGRI Randudongkal Pemalang 2007