BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional, telah memberi pengaruh pada program keluarga berencana nasional di Indonesia. Perubahan paradigma kependudukan dan pembangunan dunia seperti yang telah dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo tahun 1994, serta kesepakatan para pemimpin negara di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 2000 tentang Millenium Development Goals (MDG’s), perkembangan globalisasi, kerjasama regional ASEAN dan Asia Pasific (APEC), serta tuntunan perubahan dalam masa reformasi di tanah air tentang penegakan hak azasi, demokratisasi dan transparansi telah memberi nuansa baru dan perubahan mendasar dalam pengelolaan dan pelaksanaan program keluarga berencana nasional di Indonesia, terjadi reorientasi program keluarga berencana dengan disepakatinya perubahan paradigma yaitu tidak lagi semata-mata untuk mencapai sasaran demografi namun ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan sosial. Reorientasi ini dilaksanakan dengan menjamin kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi berwawasan gender melalui upaya pemberdayaan perempuan serta peningkatan partisipasi pria (BkkbN, 2013). Di Indonesia UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana
Universitas Sumatera Utara
adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Kemenkes RI, 2013). Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk diarahkan pada peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang terjangkau, bermutu dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (Witjaksono, 2012). Salah satu upaya membentuk keluarga kecil berkualitas dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metoda yang termasuk dalam kelompok ini adalah metoda kontrasepsi mantap (pria dan wanita), implant, dan AKDR atau Intra Uterine Device (IUD) (Asih dan Oesman, 2009). Penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin. Secara global, penggunaan kontrasepsi modern telah meningkat dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57% pada tahun 2012. Secara regional, proporsi wanita usia 15-49 melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern di Afrika sebesar 24%, Asia sebesar 62%, dan Amerika Latin dan Karibia sebesar 67% (WHO, 2013). Terdapat indikator yang berkaitan dengan KB dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 target 5b (Akses Universal terhadap Kesehatan Reproduksi)
Universitas Sumatera Utara
yang diharapkan akan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan ibu. Indikator tersebut adalah Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific Fertility Rate (ASFR), dan unmet need. Target nasional indikator tersebut pada tahun 2015 adalah CPR sebesar 65%, ASFR usia 15-19 tahun sebesar 30/1000 perempuan usia 15-19 tahun dan unmet need 5% (BkkbN, 2013). Berdasarkan data dari profil Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2013 menunjukkan bahwa yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (46,87%) dan pil (24,54%), sedangkan yang paling sedkit dipilih oleh peserta KB aktif adalah Metoda Operasi Pria (MOP) sebesar 0,69% dan kondom sebesar 3,22%. Secara nasional, persentase peserta KB aktif tahun 2013 adalah sebesar 76,73% dan peserta KB baru adalah sebesar 18,49%. Target RPJMN 2014 untuk cara modern sebesar 60,1% dan MDGs 2015 sebesar 65%, namun capaian berKB (CPR) tahun 2012 baru sebesar 57,9% (Kemenkes RI, 2013). Data dari Riskesdas tahun 2013 menunjukkan proporsi penggunaan KB di Indonesia sebesar 59,7%. Penggunaan alat/cara KB modern sebesar 59,3%, jenis alat/cara KB modern dikelompokkan menurut jenis kandungan hormonal dan jangka waktu efektivitas. Kelompok KB hormonal terdiri dari KB modern jenis susuk, suntikan dan pil sedangkan kelompok non hormonal adalah sterilisasi pria, sterilisasi wanita, spiral/IUD, diafragma dan kondom. Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progresteron (BKKBN, 2012). Kelemahan kontrasepsi hormonal adalah terganggunya
Universitas Sumatera Utara
pola haid diantaranya amenorhoe, menoragia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 1,5 - 2 kg dan berat badan pada kunjungan pertama. Pertambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada tubuh, dan meningkatkan selera makan (Riskesdas, 2013). Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling disukai oleh para peserta keluarga berencana (KB). Berdasarkan data yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2013, Peserta KB Baru secara nasional sebanyak 1.256.250 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 83.153 peserta IUD (Intra Uterine Device) (6,62%), 21.140 peserta MOW (1,68%), 3.347 peserta MOP (0,27%), 75.444 peserta Kondom (6,01%), 89.590 peserta Implant (7,13%), 637.379 peserta Suntikan (50,74%), dan 346.197 peserta Pil (27,56%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kontrasepsi hormonal terutama jenis kontrasepsi suntikan dan kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi yang memiliki peserta terbanyak dengan menempati peringkat pertama dan kedua (BkkbN, 2013). Cakupan pelayanan KB dari BKKBN Provinsi Sumatera Utara di kabupaten/kota, jumlah peserta KB baru adalah sebesar 450.668 (20,2%) terdiri dari IUD (10,7%), MOP (0,7%), MOW (7,7%), implan (11,4%), kondom (7,4%), suntik (32,6%), dan pil (29,4%). Peserta KB aktif adalah 1.577.557 (70,7%) terdiri dari IUD (6,7%), MOP (1,0%), MOW (2,5%), implan (11,3%), kondom (13,5%), suntik (33,1%) dan pil (31,7%) (Dinkes Pemprovsu, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Deli Serdang (2014) bahwa jumlah peserta KB sebanyak 380.665 PUS yang terdiri dari IUD sebanyak 29.292 (7,7%), MOW sebanyak 14.506 (3,8%), MOP sebanyak 3.390 (0,9%), kondom sebanyak 23.042 (6,1%), implan sebanyak 32.383 (8,5%), suntik sebanyak 74.036 (19,4%), dan pil sebanyak 77.024 (20,2%). Data Kecamatan Pancur Batu dari 25 desa menunjukkan bahwa pencapaian peserta KB baru tahun 2014 sebanyak 15.481 PUS dan 10.163 PUS yang terdiri IUD sebanyak 1.029 PUS (10,12%), MOW sebanyak 669 PUS (6,58%), MOP sebanyak 91 PUS (0,89%), kondom sebanyak 696 PUS (6,84%), implan sebanyak 970 PUS (9,54%), suntik sebanyak 3.456 PUS (34%), dan pil sebanyak 3.252 PUS (31,99%). Peserta KB hormonal di Kecamatan Pancur Batu yang menggunakan KB implan, suntik dan pil sebanyak 7.678 PUS (75,4%) (BPPKB Deli Serdang, 2014). Pencapaian peserta KB baru 2014 di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu sebanyak 207 PUS dari jumlah PUS secara keseluruhan 316 PUS yang terdiri dari IUD sebanyak 14 PUS (6,76%), MOW sebanyak 22 PUS (10,62%), MOP sebanyak 1 PUS (0,48%), kondom sebanyak 26 PUS (12,56%), implan sebanyak 24 (11,59%), suntik sebanyak 64 PUS (30,91%) dan pil sebanyak 56 PUS (27,05%). Namun, yang menggunakan KB hormonal dari 207 peserta KB adalah 144 peserta (69,56%) (BPPKB Kecamatan Pancur Batu, 2014). Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan. Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut Teori Lawrence Green (1980) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012) adalah faktor predisposisi atau predisposing (pengetahuan, pendidikan, paritas, kepercayaan, nilai dan sikap), faktor pendukung atau enabling factors (ketersediaan sumber daya kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan) dan faktor pendorong atau reinforcing factors (dukungan dari keluarga, teman kerja, tokoh masyarakat, tokoh agama, juga peran petugas kesehatan). Penelitian Sambosir (2009) menemukan bahwa determinan pemakaian kontrasepsi dipengaruhi oleh faktor sosio demografi yaitu jumlah anak masih hidup, pengetahuan semua metode KB modern, pendidikan, agama, kasta, keterpaparan pada media massa dan diskusi KB dengan suami. Penelitian Kusumaningrum (2009), beberapa faktor-faktor lain yang memengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, dan dukungan dari suami. Faktor-faktor ini nantinya juga akan memengaruhi keberhasilan program KB. Penelitian Maryam (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi ibu tentang program keluarga berencana (KB)
dengan penggunaan alat kontrasepsi di Desa
Sumberdadi Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung, ini bisa disebabkan karena ibu berfikir dan memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi yang cepat, praktis dan murah. Ibu tidak memikirkan dari segi ekonomi dan resiko kegalalan atau terjadinya kehamilan pun sangat tinggi dan juga dampak hormonal dari KB jangka pendek yang digunakan secara terus menerus. Sedangkan untuk penggunaan
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi yang jangka panjang masyarakat masih sulit untuk menggunakannya pada hal justru lebih ekonomis dan mudah, apa lagi dengan adanya program pemerintah melalui BKKBN yaitu program KB gratis dari pemerintah untuk kontrasepsi jangka panjang yaitu Alat Kontarsepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Implant yang bertujuan untuk penundaan kehamilan dalam jangka waktu yang panjang. Pertimbangan akseptor dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga kurangnya pengetahuan tentang kesesuaian alat kontrasepsi dengan tujuan penggunaannya (kebutuhan), persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut, tempat pelayanan dan kontraindikasi dan alat kontrasepsi yang bersangkutan. Pemahaman keluarga tentang kesehatan reproduksi termasuk pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh pendidikan, pendapatan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, akses informasi dan ketersediaan pelayanan kesehatan, serta tingkat pemahaman kesehatan reproduksi (Indrawati, 2011). Persepsi yang menyebabkan seorang istri memilih suatu alat kontrasepsi antara lain dapat dilihat dari persepsi efek samping kontarsepsi. Efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi hormonal adalah penambahan berat badan. Hal tersebut disebabkan karena faktor hormonal. Akibat dari respons alat kontrasepsi terjadi peredaman retensi air dalam tubuh, sehingga terjadi kegemukan. Salah satu efek samping dari hormon progesteron adalah memicu nafsu makan dan meningkatkan berat badan (Wahyuni, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan yang rendah menyebabkan wanita takut menggunakan alat kontrasepsi tersebut karena sebelumnya rumor kontrasepsi yang beredar di masyarakat. Pengetahuan yang baik terhadap metode kontrasepsi akan menumbuhkan sikap
positif
terhadap
metode
tersebut
serta
menimbulkan
niat
untuk
menggunakannya. Pengalaman penggunaan metode kontrasepsi, informasi dan keterangan yang diperoleh akseptor baik dari puskesmas, media massa dan media elektronik serta informasi dari akseptor lain yang juga telah menggunakan KB hormonal, menimbulkan suatu persepsi tersendiri pada akseptor tentang metode kontrasepsi itu sendiri. Persepsi adalah pengalaman seseorang terhadap objek peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan suatu pesan (Marlinda, 2011). Menurut Maryatun (2009) faktor yang berhubungan langsung dengan ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi adalah persepsi. Persepsi ibu dan berbagai dukungan terhadap pemakaian alat kontrasepsi terutama suami ataupun masyarakat akan berpengaruh terhadap akseptor. Suami dihubungkan dengan norma yang dianut dalam kehidupan masyarakat. Survei pendahuluan yang dilakukan di Desa Durin jangak terhadap 6 orang ibu peserta KB yaitu 4 orang menggunakan alat kontrasepsi pil dengan alasan harga relatif murah dan mudah didapat, 1 orang menggunakan suntikan dengan alasan merasa nyaman dan 1 orang menggunakan implant dengan alasan lebih praktis karena penggunaannya dalam waktu yang lama sehingga muncul persepsi negatif istri terhadap penggunaan KB non hormonal. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap persepsi istri dalam
Universitas Sumatera Utara
penggunaan KB non hormonal di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pengetahuan terhadap persepsi istri dalam penggunaan KB non hormonal di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian, yaitu : 1.
Untuk mengetahui pengetahuan istri tentang KB non hormonal melalui pendekatan kuantitatif di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.
2.
Untuk mengetahui persepsi istri tentang KB non hormonal melalui pendekatan kuantitatif di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.
3.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan persepsi istri dalam penggunan KB non hormonal melalui pendekatan kuantitatif di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.
4.
Untuk mendeskripsikan persepsi istri tentang : manfaat dan kecocokan KB non hormonal bagi Ibu, bahaya dan resiko KB non hormonal, biaya KB non
Universitas Sumatera Utara
hormonal, rasa aman penggunaan Kb non hormonal,
tentang nilai KB non
hormonal dari sudut pandang agama dan fasilitas pelayanan Kb non hormonal.
1.4 Hipotesis Ada pengaruh pengetahuan terhadap persepsi istri dalam penggunan KB non hormonal melalui pendekatan kuantitatif di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi terkait dengan persepsi istri tentang KB non hormonal antara lain penyebab yang melatar belakangi penggunaan KB, manfaat KB, kelebihan, kelemahan, efek samping, dan dukungan suami. 2. Memberikan masukan kepada petugas KB agar dapat meningkatkan peran serta ber-KB di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 3. Sebagai bahan masukan bagi Program Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) dalam peningkatan pelayanan KB Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara