NATIONAL DEVELOPMENT STUDENT CONFERENCE LKTM JUDUL :
3C (CORPORATELY COOPERATION COMPETENCE) : INOVASI REVITALISASI SEKTOR INDUSTRI KREATIF NTB BERBASIS TRIPLE HELIX APPROACHMENT
NAMA PESERTA TIM : 1. HARFI HAMBANI ( A1A012052) 2. EKA NURUL QOMALIYAH ( E1M012013) 3. BAIQ NILA SARI NINGSIH ( E1M012006)
UNIVERSITAS MATARAM TAHUN 2014
i
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena dengan ridho dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “3C (Corporately Cooperation Competence) : Inovasi Revitalisasi Sektor Ekonomi Kreatif NTB Berbasis Triple Helix Approachment”, sebagai sebuah inovasi rumusan standar dan kompetensi bagi aktor industri daerah NTB dan elemen pendukung lainnya (seperti Pemerintah dan kaum cendekiawan / peneliti ) dalam mengenalkan, mengembangkan hingga memajukan sektor industri kreatif provinsi Nusa Tenggara Barat melalui keterpaduan dan sinegitas masing-masing elemen. Penyusunan karya ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapakan terimakasih kepada: 1. Dosen pembimbing karya tulis ini, “DR. M. Firmansyah, SE. M.Si. 2. Seluruh Anggota UKM PRIMA (Penelitian Ilmiah dan Riset Mahasiswa) UNRAM. 3. Keluarga yang selalu memberi dukungan, baik moril maupun materil 4. Serta seluruh pihak yang terlewatkan dalam ingatan kami. Kami menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sehingga tulisan ini dapat lebih bermanfaat kedepannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI halaman Halaman Sampul.............................................................................................................. i Lembar Pengesahan........................................................................................................ii Kata Pengantar ..............................................................................................................iii Daftar Isi ......................................................................................................................... iv Daftar Gambar ............................................................................................................... vi Daftar Tabel...................................................................................................................vii Abstrak..........................................................................................................................viii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2 1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................... 3 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Gambaran Umum Nusa Tenggara Barat ..................................................................... 4 2.2 Data Statistik Anak Difabel Usia Sekolah di NTB ................................................... 14 2.3 Program Pemerintah Untuk Mengembangkan Industri Kreatif ................................ 16 Bab III Metodologi Penulisan 3.1 Metode Penelitian...................................................................................................... 17 3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................................... 17 3.3 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 17 Bab IVPEMBAHASAN 4.1 Program 3C .............................................................................................................. 21 4.2 Penerapan Program 3C.............................................................................................. 24 Bab VSimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 25 5.2 Saran.......................................................................................................................... 25
iv
Daftar Pustaka............................................................................................................... 26 Daftar Riwayat Hidup Peserta .................................................................................... 27
v
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 2.1 kerajinan akar ampenan-mataram ................................................................. 9 Gambar 2.2 Gerabah NTB .............................................................................................. 10 Gambar 2.3 gerabah banyumulek kediri-lombok barat................................................... 10 Gambar 2.4 songket bima ............................................................................................... 11 Gambar 2.5 songket sasak .............................................................................................. 11 Gambar 2.6 tembe nggoli / kain “nggoli” khas bima ..................................................... 11 Gambar 3.6 Subsektor industri berbasisi kreatif ............................................................ 20 Gambar 4.1 Alur Program 3C ........................................................................................ 24
vi
DAFTAR TABEL halaman Tabel 2.1 Jumlah Penduduk NTB tahun 2008-2012......................................................... 5 Tabel 2.2 PDRB NTB 2010-2012..................................................................................... 6
vii
ABSTRAK Kemajuan perekonomian Indonesia berlangsung sangat lambat padahal di sisi lain Indonesia harus mempersiapkan diri dalam menghadapi MEA 2015. Oleh karena itu setiap daerah harus mempersembahkan potensi terbesarnya untuk menjadi pilar penguat Indonesia dalam menghadapi MEA 2015, NusaTenggara Barat merupakan sebuah provinsi yang memiliki industri kreatif yang cukup berlimpah baik secara kuantitas maupun varietas. Akan tetapi, industri ini harus dioptimalisasi terlebih dahulu agar mampu memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dari penyelenggaraan MEA 2015 melalui perumusan standar dan kompetensi yang jelas bagi pelakunya. Hubungan dari ketiga komponen utama dalam industri kreatif, yaitu pengusaha, cendekiawan dan pemerintah, yang selanjutnya disebut triple helix, terbukti merupakan kunci utama dalam perkembangan industri kreatif di NTB. Oleh karena itu, optimalisasi sektor ekonomi kreatif di NTB dapat terlaksana jika diterapkan suatu standar yang jelas dalam mengatur kooperasi tiga aktor utama tersebut. Program 3C (Corporately Cooperation Competence) berbasis triple helix memberikan standar kooperasi dari pengusaha, cendekiawan dan pemerintah secara terpadu dan meliputi standar perekrutan (dengan indikator kreativitas, produktivitas dan profesionalisme), standar penerapan iptek (dengan indikator keterkinian dan kepraktisan), standar perizinan (dengan indikator legalitas) dan indikator penerimaan bantuan (dengan indikator kerapian pembukuan, ketepatan rencana pengembangan dan kejelasan perkembangan usaha). Jika standar dan kompetensi tersebut dilaksanakan dengan tepat terutama dengan dukungan langsung dari ketiga helix tersebut, maka industri kreatif NTB dipastikan mampu menjadi primadona ASEAN.
Kata kunci: 3C, optimalisasi, kooperasi, pengusaha, cendekiawan, pemerintah, standar, MEA 2015.
viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia awal tahun 2014 melambat
(VivaNews,2014). Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, triwulan I-2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,21 persen, secara signifikan menurun dibanding pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013, yakni 5,78 persen, yang berhasilmembawa Indonesia berada pada posisi ke-10 pertumbuhan ekonomi dunia, setelah Amerika Serikat, China, India, Jepang, Jerman, Rusia, Brazil, Perancis, dan Inggris dari segi ukuran GDP purchasing power imparityatau produk domestik bruto (PDB) oleh World Bank. Beberapa penyebab penurunan ini yakni melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, industri pengolahan serta impor barang/jasa yang pada 2013 sebesar 6,5 persen menjadi 4,56 persen dan pertumbuhan ekonomi yang hanya mengandalkan sektor pertanian serta upah murah saja. Padahal sektor perdagangan, industri pengolahan kecil / menengah serta jasa (Industri Kreatif) menjadi salah satu sektor penyumbang PDB terbesar, sehingga sangat perlu diperhatikan. Hal ini terjadi dihampir seluruh wilayah Indonesia, tanpa terkecuali provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang telah terdaftar sebagai daerah tingkat 1 yang siap memasuki era industri kreatif, hal ini berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 NTB, bahwa konsentrasi pembangunan pada fase ke-3 tahun 2015 dimulai ke arah industri kreatif dan pemasaran hasil bukan hanya terpaku pada peningkatan produksi saja(Kepala Bapeda NTB dalam pos Bali.com, 2014). Sehingga diperlukan
strategi untuk menopang keberlanjutan rencana
pembangunan NTB melalui sektor industri kreatif kedepannya dan penyiapan pelaku industri kreatif yang berkompeten.Terlebih dengan adanya tantangan, peluang dan bahkan ancaman yang dihadapi dalamera pasar bebasdi depan mata yaitu kesepakatan pasar bebas antara ASEAN denganChina (CAFTA)
1
dan pemberlakuan masyarakat ekonomi ASEAN (ME-ASEAN) pada tahun 2015. Oleh karena itu, diperlukan sebuah terobosan baru sebagai solusi yang solutif dalam medukung keberlanjutan RPJP NTB dan menghadapi MEA 2015. Melalui National Development Student Conference yang bertemakan “ Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan Potensi Unggulan Daerah dalam Meningkatkan Daya Saing Indonesia di Era MEA” Maka penulis memperkenalkan “3C (Corporately Cooperation Competence atau kompetensi kerjasama secara terpadu) : Inovasi Revitalisasi Sektor Ekonomi Kreatif NTB Berbasis Triple Helix Approachment”, suatu rumusan standar dan kompetensi program 3C, yang merupakan program kompetensi keterpaduan dan kerja sama antar pelaku industri kreatif, fasilitator / koordinator (pemerintah) serta kaum intelektual untuk Mengembangkan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Barat dalam Menghadapi Era ME-ASEAN 2015. Guna bersaing dalam ekonomi global bukan hanya diperlukan penciptaan barang dan jasa namun juga penyiapan keahlian, bakat serta pemasaran hasil produksi dan keberlanjutan usaha. Sehingga menjadi poin penting untuk menetapkan dan meningkatkan kompetensi pelaku industri kreatif, serta penyiapan sumber daya insani (intellectuals), Bisnis (Business) dan
Pemerintah
(Government)
yang
menjadi
komponen
dalam
modelpengembangan untuk keberlanjutan usaha dan akselerasi pengembangan ekonomi kreatif (Eddy Suseno, 2008). komponen ini disebut sebagai triple helix.Agar industri kreatif berjalan selaras, efisien dan tidak saling tumpangtindih antar komponen. Hal tersebut dapat tercapai dengan mekanisme koordinasi yang baik. Kolaborasi ini dapat diawali dengan sebuah pilot project 3C ini. Sebagai wujud atau langkah untuk mencapai misi‚“Memberdayakan Sumber Daya Insani Indonesia Sebagai Modal Utama Pembangunan Nasional berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia” akan tercapai. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
2
1. Bagaimana strategi yang tepat dalam mengembangkan industri kreatif Nusa Tenggara Barat? 2. Bagaimana pola kalaborasi atau koordinasi aktor utamaTriple helix untuk mewujudkan NTB bersaing menghadapi ME-ASEAN 2015? 3. Bagaimana pengimplementasian program 3C?
1.3 Tujuan Adapun tujuan penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui : 1.
Model pengembangan ekonomi kreatif dalam kaitannya pembangunan yang berkelanjutan.
2.
Pola kalaborasi aktor utama Intellectual, Business, Goverment untuk mewujudkan NTB bersaing menghadapi ME-ASEAN 2015.
3.
Cara mengimplementasikan program yang ditawarkan
1.4 Manfaat Adapun manfaat penulisan ilmiah ini adalah untuk : 1.
Memberikan kontribusi bagi para penyusun kebijaksanaan program Industri kreatif di NTB.
2.
Memberikan gambaran tentang kalaborasi intellectuals, business, goverment dalam meningkatkan kapasitas ekonomi kreatif.
3.
Sebagai acuan atau bahan informasi untuk mengembangkan industri kreatif di NTB.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GAMBARAN UMUM NUSA TENGGARA BARAT 2.1.1 KONDISI GEOGRAFIS NUSA TENGGARA BARAT Wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) secara geografis terletak antara 115⁰46’ dan 119⁰5’ Bujur Timur, dan antara 8⁰10’ dan 9⁰15’ Lintang Selatan.Provinsi NTB merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas 2 pulau besar, yakni pulau lombokdengan luas wilayah 4.738,70 km² dan kepulauan sumbawadengan luas 15.414,45 km². Secara administratif wilayah provinsi NTB terdiri atas 8 kabupaten dan 2 kota yang tersebar merata diantara kedua pulau tersebut. Adapun daerah kabupaten kota di pulau lombok diantaranya, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur dan Kota Mataram. Sedangkan diwilayah kepulauan sumbawa, yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima. Luas wilayah provinsi NTB secara keseluruhan mencapai 20.153,15 km² ( BPS NTB, 2013). Secara rinci batas wilayah NTB adalah sebagai berikut ( BPS NTB,2013) : sebelah utara wilayah NTB berbatasan dengan laut jawa dan laut flores sebelah selatan wilayah NTB berbatasan dengan samudra Hindia sebelah barat wilayah NTB berbatasan dengan selat Lombok / Provinsi Bali sebelah timur wilayah NTB berbatasan dengan selat sape / provinsi NTT Propinsi
Nusa
Tenggara
Barat
memiliki
posisi
geografis
yang
menguntungkan karena terletak diantara daerah tujuan wisata Bali - Pulau Komodo - Tana Toraja ( segitiga emas pariwisata). Ditambah lagi, Pulau Lombok terletak di jalur perhubungan laut internasional (Selat Lombok). sehingga potensi ini membuka peluang besar dan menjadi nilai jual yang cukup tinggi bagi para pengusaha, pengrajin barang-barang seni khas NTB, karsa pertunjukkan budaya, ataupun industri kreatif skala kecil, sedang hingga besar lainnya untuk mengembangkan diri (Bappenas, 2000). 2.1.2 Kondisi Demografis NTB
4
Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2012, jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat mencapai 4.587.562 jiwa. Dengan rincian, lakilaki sebanyak 2.228.493 jiwa dan perempuan sebanyak 2.359.069 jiwa, dengan rasio jenis kelamin sebesar 94,46 %. Rincian jumlah penduduk untuk setiap kabupaten/ kota di NTB dari tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut : Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Rasio
Lombok Barat
300.364
312.797
613.161
96,03
Lombok Tengah
414.602
460.629
875.231
90,01
Lombok Timur
524.126
599.362
1.123.488
87,45
Sumbawa
216.066
206.963
423.029
104,40
Dompu
113.164
110.514
223.678
102,40
Bima
222.882
224.403
447.286
99,32
Sumbawa Barat
60.201
58.407
118.608
103,07
Lombok Utara
100.500
103.064
203.564
97,51
Kota Mataram
204.676
208.534
413.210
98,15
Kota Bima
71.911
74.396
146.307
96,66
Jumlah / Total
2.228.493
2.359.069
4.587.562
94,46
2011
2.207.016
2.338.634
4.545.650
94,37
2010
2.183.646
2.316.566
4.500.212
94,26
2009
2.119.538
2.314.474
4.434.012
91,58
2008
2.084.364
2.279.392
4.363.756
91.44
( Tabel 2.1 Jumlah Penduduk NTB tahun 2008-2012) Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2.1.3 Kondisian Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi daerah tingkat 1 NTB dapat di jelaskan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 sebesar 49.529,38 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 48.824,93 milyar rupiah, atau mengalami peningkatan sebesar 1,44 persen. Perekonomian Provinsi NTB masih didominasi oleh sektor primer yakni sektor pertanian dan
5
pertambangan. Konstribusi sektor pertanian mencapai 25,69%, sedangkan kontribusi sektor pertambangan mencapai 18,63%. Peran sektor sekunder seperti industri pengolahan / industri kreatif masih relatif kecil. Kontribusinya terhadap perekonomian sebesar 3,91 persen (BPS NTB, 2013). Padahal posisi NTB sebagai wilayah sektor 5 (pariwisata dan sumber pangan nasional) menjanjikan peluang yang besar untuk meningkatkan PDRB di sektor industri kreatif, sehingga meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi pengangguran. Lapangan Usaha
Tahun 2010
2011*
2012**
( Dalam satuan juta rupiah ) Pertanian
10.038.756
11.354.297
12.725.514
Pertambangan / Penggalian
18.066.479
12.927.229
9.228.512
Industri pengolahan
1.638.225
1.758.209
1.936.295
Listrik, gas, air bersih
205.175
227.609
252.860
Bangunan
3.199.220
3.63.140
4.092.610
dan 6.258.742
7.208.769
8.302.153
dan 3.269.754
3.563.605
3.808.385
Keuangan, persewaan dan 2.159.718
2.462.418
2.873.309
Perdagangan,
hotel
restauran Pengangkutan komunikasi
jasa persuhaan Jasa-jasa
4.795.579
5.685.656
6.309.732
PDRB
49.631.649
48.824.931
49.529.381
( Tabel 2.2 PDRB NTB 2010-2012) Sumber : BPS Provinsi NTB Catatan : * ) Angka sementara **) angka sangat sementara Dalam kurun waktu 3 tahun ( 2010-2012) PDRB dari sektor industri pengolahan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012, diketahui bahwa Persentase
6
PDRB provinsi NTB Atas Dasar Harga (ADH) konstan pada lapangan usaha industri pengolahan mengalami pengingkatan, berdasarkan data tahun 2010 yakni 4,70%, tahun 2011 yakni 5,07%, dan tahun 2012 yakni 5,27%. Sementara pada lapangan usaha perdagangan, hotel, restoran tahun 2010 yakni 14,64%, tahun 2011 yakni 16,21% dan tahun 2012 yakni 17,92%. Kemudian pada subsektor jasa, tahun 2010 yakni 9,99%, tahun 2011 yakni 10,73%, tahun 2012 yakni 11,08% ( BPS NTB, 2013). Sehingga dapat diuraikan pula mengenai laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB ADH konstan subsektor industri pengolahan pada tahun 2010 yakni 3,77%, tahun 2011 yakni 3,13%, tahun 2012 yakni 3,94%. Subsektor perdagangan, hotel dan restoran, tahun 2010 yakni 6,88%, tahun 2011 yakni 7,23%, tahun 2012 yakni 9,29%. Kemudian subsektor jasa, tahun 2010 yakni 4,64%, tahun 2011 yakni 4,04%, tahun 2012 yakni 2,05% ( BPS NTB,2013 ). 2.2 Potensi Ekonomi Kreatif NTB Sebagai provinsi strategis untuk destinasi wisata, membuat potensi NTB menjadi lahan hijau pengembangan industri kreatif yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional NTB dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini diperkuat lagi dengan beragamnya nilai kesenian dan budaya di NTB, yang mana NTB terdiri dari 3 etnik, yakni sasak, samawa dan mbojo, membuat NTB semakin kaya akan nilai-nilai luhur dan adat istiadat serta mewariskan banyak keunikan diantaranya kerajinan, pertunjukkan, arsitektur, kuliner dan beragam kekhasan lainnya. Potensi Industri kreatif di NTB dapat dirincikan kedalam beberapa subsektor yang juga menjadi fokus pemerintah Indonesia diantaranya : 1. Periklanan Usaha yang khusus menangani jasa periklanan di NTB sudah cukup berkembang, usaha biro iklan dan penyedia media iklan (kolom iklan) diselenggarakan oleh pengusaha lokal, seperti adanya layanan iklan di media harian (koran dan majalah regional NTB, atau-pun daerah-daerah tingkat 2 di wilayah NTB). Selain melalui media tulis / cetak, usaha jasa periklanan pun ditawarkan oleh media TV regional NTB serta melalui usaha percetakan (poster, laflet, spanduk, baliho dan papan iklan di pusat-pusat kota di NTB). 7
2. Arsitektur Perkembangan arsitektur diwilayah NTB cukup berkembang. Jumlah perusahaan yang bergerak dalam bidang arsitektur di NTB Setidaknya ada 7 perusahaan skala sedang dan besar yang menangani tata ruang, tata bangunan, kota, taman dan lainnya. Sehingga NTB dalam arsitekturnya juga cukup potensial, oleh karenanya terpilih menjadi wilayah kongres arsitektur landscape Asia Pasific yang akan diselenggaran Agustus 2015. 3. Pasar barang seni Keberadaan pasar barang seni (lukisan, patung, keramik dan lain-lalin) sertabarang antik seperti galeri seni di NTB cukup banyak mengingat industri pariwisata adalah salah satu potensi terbesar yang dimiliki provinsi NTB. Menurut anggota DPR-RI, Dharsono, muara industri kreatif adalah industri pariwisata. Industri pariwisata yang tumbuh akan menggerakan ekonomi sebuah daerah terutama daerah-daerah di Indonesia yang kaya akan nilai seni dan budaya. Karena itu perlu dibuat forum industri kreatif yang akan mengomunikasikan semua masalah UKM, dengan melibatkan DPD, Kadin, dan pemerintah (Redaksi suara merdeka, 2013). Perdagangan kerajinan barang seni, galery dan barang antik dilakukan Dibeberapa sentra yakni seperti pasar seni sesela, pasar seni sayang-sayang, pasar seni mandalika, pasar seni senggigi, pasar seni giliterawang, pasar seni sade-lombok tengah, pasar seni pantai kuta-lombok tengah. 4. Kerajinan NTB memiliki beragam jenis kerajinan yang sangat potensial untuk dikembangkan, dari beragam jenis kerajinan tersebut ditambah lagi dengan ornamen khas wilayah di NTB, baik sasak, samawa dan mbojo. Adapun jenis kerajinan yang berkembang di NTB yaitu kerajinan tenun,kerajinan akar, gerabah, kerajinan bambu, kayu, kayu kelapa, rotan, keramik, besi, buah kering, kerajinan tembaga, kerajinan ketak, kaca, kerajinan emas/perak serta kerajinan kulit kerang(BPS NTB, 2013).. Beberapa hasil kerajinan NTB dieksport dengan negara tujuan terbanyak dikawasan eropa, seperti kerajinan akar, hasil produksinya diekspor ke, Belanda, Perancis, Spanyol, Jepang,Amerika Serikat Singapore, Taiwan dan 8
negara timur tengah seperti Mesir. Salah satu kawasan produksi kerajinan akar wilayah NTB yakni ampenan-kota mataram( Lombok preneur,2013 ).
( Gambar 2.3 Kerajinan Akar Ampenan-Mataram) Selain kerajinan akar, adapun kerajinan kayu, bambu, ketak ( serupa dengan rerumputan kering), rotan yang dibuat menjadi vas bunga, meja, kursi, piring, mangkok, gantungan pakaian, serta aksesoris tas, gantungan kunci, dan lainnya. Potensi kerajinan kayu memiliki data ekspor yang cukup tinggi di NTB yakni pada tahun 2013 yang diekspor ke luar negeri hingga 10.849 ton dengan harga total US $50.021.820, kerajinan rotan sebanyak 13.940 ton dengan harga total US $ 23.001,000. Kerajinan bambu 7.110 ton dengan harga US $ 14.320,200 ( BPS NTB, 2013). Potensi kerajinan wilayah NTB lainnya, yang menyumbangkan cukup banyak pendapat bagi daerah yakni gerabah, gerabah NTB yang cukup dikenal baik nasional maupun skala internasional adalah gerabah banyu mulek, kediri lombok barat. Kondisi bahan (tanah liat)dengan kandungan plastisitas cukup tinggi cocok untuk pembakaran suhu rendahantara 900 C – 1200 C dengan peresapan air kira-kira 10% dari basah sampaikering (Aleksander, 2001). Bahan baku tanah liat yang digunakan oleh gerabah ini lebih unggul, dengan tingkat penyusutas yang sangat rendah. Pada tahun 2013 NTB mengekspor gerabah dengan jumlah 30.632 ton total harganya US $ 83.704.022.
9
( gambar 2.4 Gerabah NTB)
( Gambar 2.5 gerabah banyumulek kediri-lombok barat) Adapun negara-negara tujuan dari ekspor kerajinan NTB yang paling banyak adalah jepang, kemudian diikuti oleh korea, jerman, philipina, australia, perancis, singapura, hungaira dan mesir ( BPS NTB, 2013). 5. Desain Usaha desain di NTB meliputi desain grafis, desain web, dan desain interior, produksi pengemasan dan jasa pengepakan. Jumlah masing-masing jenis desain belum sepenuhnya terdata. Namun prospek pengembangan usaha ini cukup besar dan berkembang. Dapat dilihat dengan banyaknya CV ataupun kelompok pengusaha/desainer yang memasang iklan dan membuka ruang pelayanan. 6. Fashion Tidak bisa dipungkiri perkembangan fashion juga merambak luas di wilayah NTB, dimulai dari pembuatan kain tenun tradisional, pengolahan kain tradisional (songket/tenun) ataupun bahan lainnya menjadi pakaian jadi dengan model-model yang menarik dan terkini, pembuatan sepatu, tas, sandal, serta jilbab. Kain tenun NTB, cukup digemari oleh wisatawan lokal maupun internasional. Kain-kain tenun khas NTB diantaranya adalah tenunan khas sasak dan tenunan khas bima, kain tenun atau lebih dikenal dengan kata songket ini, dibedakan berdasarkan motif khas daerah yang ditonjolkan. Karajinan tenun di NTB masih dilakukan 10
secara tradisional, dengan kualitas bahan dan benangnya terjamin. Adapun desa/kelurahan di NTB yang menjadi sentra aktivitas menenun yakni diantaranya desa sade di lombok tengah, kelurahan raba dompu, kelurahan nungga di Kota Bima, desa renda, desa ngali di kabupaten bima dan beberapa desa lainnya. aktivitas menenun biasanya dilakukan oleh kaum perempuan di NTB sebagai sumber mata pencaharian, kain tenun khas sasak dan bima memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Untuk songket bima dan sasak harga yang ditawarkan dari Rp.250.000 hingga Rp. 600.000.
( gambar 2.6 songket bima )( gambar 2.7 songket sasak )
( gambar 2.8 tembe nggoli / kain “nggoli” khas bima ) Kain tenun ini diolah lebih lanjut pula untuk dijadikan pakaian jadi, khusus pakaian kantor dinas-dinas didaerah NTB, pakaian dengan model baru, menjadi bordiran tas, hingga bagian sepatu.Selain kain tenun / songket adapun kain sarung yang cukup dikenal oleh masyarakat NTB, hasil karya masyarakat bima yakni tembe nggoli, tembe nggoli memiliki nilai sejarah yang tinggi pula di masyarakat bima dari zaman kerajaan bima terdahulu yang mana para perempuan mengenakan tembe ini untuk rimpu sebagai penutup aurat. 7. Video, film, fotografi Usaha video dan fotografi cukup berkembang di NTB. Jenis usaha ini antara lain jasa video shooting, foto studio, jasapemotretan/fotografi, dan penyewaan film/ compact disk (CD), video compactdisk/ digital video disc (VCD/DVD). Usaha pembuatan VCD/DVD juga cukup banyak, yang digunakan tak hanya untuk acar-acara resmi kantor, acara adat di NTB, videoclip, perusahaan dan
11
kampus. Ada juga usaha produsction house (PH) yangsecara terap memproduksi bahan siaran TV di saluran TV regional NTB, seperti Lombok TV dan TV 9. Perusahaan film baru skala daerah sudah berkembang di NTB. 8. Permianan Interaktif Usaha pembuatan alat permainan interaktif untuk anak-anak di NTB belum begitu berkembang. Usaha-usaha yang memproduksi permainan interaktif (interactive games) yang berbasis teknologi informatika dan permainan untukanak-anak masih sangat sedikit. NTB memiliki fun city, yang menjadi pusat rekreasi keluarga dengan jenis permainan outbond, waterboom,mini coster, circulartrack, soft play, dan sebagainya. Selain itu terdapat juga industri rumahan yang memproduksi alat edukasi. 9. Musik Potensi ekonomi kreatif di Kota Salatiga pada subsektor musik cukup banyak,diantaranya keroncong, campursari, dangdut, musik pop, metal, jaz, rege, seni hadrah/rebana. Pentas-pentas musik di NTB selama ini lebih banyak pada acara pertumjukkan musik yang mendapatkan sponsor dari perusahaan, namun banyak juga diantaranya yang merupakan event/ gebyar music NTB. Selain itu pentas musik di kampus, acar Pentas seni sekolah dan acara-acara hajatan dan perayaan hari-hari besar (Kemerdekaan, hari raya keagamaan, Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru) dalam masyarakat. 10.
Seni Pertunjukkan Seni pertunjukan di wilayah NTB banyak, karena wilayah ini dihuni oleh etnik sasak, samawa, mbojo dan ada juga etnik bali dan jawa. Seni pertunjukkan tiap etnik dan tiap wilayah tingkat 2 dimasing-masing wilayah NTB cukup variatif, misalnya di lombok Barat terdapat Rantok dan alu, semacam seni pertunjukkan yang menunjukkan sikap gotong royong masyarakat dalam berkehidupan sosial, seni pertunjukkan parasean baik daerah lombok tengah dan lombok timur, Pacuan kuda di bima, seni pertunjukkan tari, ornamen music di tiap kabupaten/kota di NTB untuk event tertentu, merayakan hari jadi daerah, hari kemerdekaan.
11.
Penerbitan dan percetakkan
12
Usaha percetakan pamflet, poster, spanduk, banner di NTB tercatat setidaknya ada 56 yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota NTB. Percetakkan buku, majalah dan atau jurnal setidaknya ada 5 unit usaha. Kemudian usaha fotocopy di NTB, belum ada data yang pasti namun jika dilihat sangat banyak yang terkonsentrasi di kota mataram sendiri setidaknya ada 136 fotocopy. 12.
Layanan Komputer dan Piranti Lunak Usaha yang terkait dengan layanan komputer dan piranti lunak di NTB Sudah berkembang. Usaha pembuatan piranti keras dan piranti lunak selama ini masih cukup rendah. Usaha jasa konsultasi piranti lunak berkembang dalam skala kecil hingga sedangtergabung dalam usaha service komputer yang melayani masyarakat dan ada pula skala besar dari produsen piranti keras. Usaha penjualan dan perakitan komputer saat ini telah banyak berkembang di NTB.
13.
TV dan Radio Usaha penyiaran TV cukup berkembang di NTB, ditambah lagi dengan adanya saluran TV regional NTB diantaranya terdapat 9 salauran TV ada lombok TV, TV 9, KSB TV, Bima TV, sumbawa TV, Rinjani TV, selaparang TV. Berdasarkan berita dalam lombok news tercatat ada 10 calon pemohon ijin TV lokal namun terhalang terbatasnya kanal berdasarkan data komisi penyiaran Indonesia Daerah (KPID) yang ada di NTB (Lombok News, 2011). Usaha radio/saluran radio di NTB sangat berkembang pesat, setidaknya ada sekitar 33 saluran radio yang tercatat di NTB diantaranya diwilayah kota Mataram yakni RRI Mataram dengan FM 89,2 MHz, FM 91,4 MHz, FM 93,5 MHz, FM 96,3 MHz, FM 104,2 MHz, CNL Radio Action FM, GSP Radio Show 101.8 FM, Radio Fresh FM 95,9 MHz, Global FM Lombok, Gemini FM, Haccandra FM, Radio Suara Kota - FM 105,0 MHz, Radio Riper FM 97,5 MHz, Radio Sutra FM 91,6 MHz. Wilayah lombok tengah yaitu Radio Mandalika FM - Praya Lombok Tengah, Radio Gradasi FM, XBT FM - Praya Lombok Tengah. Kabupaten lombok timur yakni SCBS FM 93,6 MHz: Radio anak muda Lombok dan Sumbawa, Kancanta FM 100,3 MHz: Radio bertemakan budaya NTB di Labuan Haji, Bio FM - Radio pop dan dangdut Masbagik, Radio Hamzanwadi FM 107,0 MHz: Radio dakwah (organisasi NW Pancor), Srgap FM 92.0 MHz - Radio berita di Gelang Pancor, Yadino FM 98,7 MHz - Radio dakwah di Masbagik,
13
Radio Dewi Anjani - Radio dakwah (organisasi NW Anjani). Di sumbawa yakni Radio Rasesa Sumbawa - FM 98,8 MHz, Oisvira - FM 95,2 MHz. Daerah Bima yakni Bima FM - 97,3 MHz, Citra FM. Kabupaten dompu yakni Dompu FM 101.2 MHz, BCB FM - 102.8 MHz, Kanvas - FM 94.5 MHz, JTV FM - 95.3 MHz (Furqan,2010). Ditambah lagi menurut data penyiaran Daerah sekitar 80 saluran radio baru sedang mengurus ijin (KPDI NTB,2013). 14.
Riset dan Pengembangan Organisasi/ lembaga yang berkembang di subsektor riset dan pengembangan di NTB cukup banyak, misalnya Lembaga Penelitian dan Pengembangan PWM Nusa Tenggara Barat, kegiatan penelitian yang dilakukan dinas-dinas terkait di NTB, penelitian Universitas ( baik universitas Mataram, dan universitas swasta yang di NTB) 2.3 Program Pemerintah untuk mengembangkan Industri Kreatif Banyak program pemerintah Republik Indonesia dalam mendukung dan memajukan industri kreatif diIndonesia, beberapa rogram ini tertuang dalam buku ke 2 dan ke 3 dari departemen perdagangan republik indonesia yakni mengenai Pengembangan Industri Kreatif melalui Visi Ekonomi Kreatif dan juga beberapa program sinergitas dengan Dinas Perindustrian. Diantara program pemerintah ini diawali dengan lahirnya Suatu Organiasasi / lembaga Indonesia Design Power (IDP) untuk mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia, Adapun keterangan tambahan dalam aktivasi peran IDP yakni Meningkatkan koordinasi pelaksanaan kegiatan pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia oleh DEPERDAG agar berkesinambungan dan tidak saling tumpang tindih, serta Menjadikan IDP menjadi
unit
kerja
yang
bertangungjawab
untuk
mensosialisasikan,
mengkoordinasikan pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Kemudian adapun beberapa program dibawah departemen perdagangan yakni world music festival untuk memperkenalkan music dan musisi indonesia serta aliran music dan alat music tradisional dikancah internasional. Selain itu ada juga festval bulan industri kreatif dapat berupa pesta rakyat daerah, rencana pengadaan program ini dimulai dari tahun 2009 sejak dicetuskan rencana pengembangan indonesia kearah industri kereatif 2009-2025, sudah dilaksanakan
14
di puluhan kota besar di Indonesia, dan dijadikan agenda tahunan oleh pemerintah pusat dan daerah. Lalu pembentukkan sistem pelayanan promosi dan komersialisasi Luar negeri dengan menerapkan sistem continous improvement. Program lanjutan pemerintah pusat dibantu pula oleh pemerintah daerah tingkat 1 dan 2 yakni melalui pemetaan produk unggulan daerah dibawah tanggung jawab departemen perindustrian, dengan konsep One village one product(OVOP) atau sakasame ( satu kampung satu merk), dalam program ini departemen perdagangan memiliki peran untuk memperkenalkan produk tersebut secara nasional maupun intenasional melalui sosialisasi media cetak, TV, dunia maya. Serta dengan dibantu oleh dinas pariwisata ( Binus University,2012). Program lainnya, seperti Pengembangan desain produk kreatif indonesia agar berdaya saing di pasar internasional dengan mendatangkan desainer ke klaster industri, dengan hal ini diharapkan meningkatkan keunggulan kompetitif dari desain original, melalui kolaborasi antara desainer dengan pengrajin/UKMukm kreatif kerajinan Indonesia. Sehingga dalam hal industri kreatif yang memiliki peran terbesar adalah departemen perdagangan sesui Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2005, tentang fungsi dan wewenang Departemen perdagangan (DEPERDAG) sebagai perumus kebijakan nasional dalam perdagangan, pengelolaan barang/jasa milik negara. Sehingga berdasarkan peraturan tersebut DEPERDAG memilliki dua peran utama untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia, yaitu(1) sebagai pelaksana program,
yaitu
DEPERDAG
berkomitmen
untuk
membuat
programpengembangan melalui kegiatan-kegiatan yang nyata yang dapat dirasakan secaralangsung maupun tidak langsung oleh masyarakat, serta (2) sebagai fasilitator ataukoordinator, yaitu sebagai perangkat pemerintah yang memfasilitasi perangkat pemerintah lain, pelaku usaha ataupun cendekiawan agar bersama-sama, berkolaborasi dan bersinergi mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia, 2 peran inilah yang harus dikembangkan dalam membangun dan memajukan 14 subsektor industri kreatif daerah di Indonesia( Kelompok Kerja Indonesia Design Power,2008). Peran pemerintah, pelaku usaha dan kaum cendekiawan
15
Kolaborasi dan sinergi antara tiga elemen baik pemerintah (dalam idustri kreatif yang mengmbil peran yang besar adalah departemen perdagangan dan juga beberapa instansi pemerintah lainnya didukung oleh pemerintah daerah), cendekiawan dan pelaku usaha. Dalam hal ini telah diketahui secara pasti peran pemerintah sebagai perumus kebijakan, fasilitator dan koordinator dalam pelaksanaan kegiatan, kemudian pelaku usaha baik dalam kelompok kecil seperti UKM ataupun dalam skala sedang dan besar seperti PT. Yakni yang menciptakan atau membuat produk-produk, sedangkan peran cendekiawan dalam kolaborasi ini antara
lain
sebagai
agen
penyebarluasandan
pengimplementasian
ilmu
pengetahuan, seni dan teknologi serta membentuk nilai-nilai yang konstruktif bagi pengembangan ekonomi kreatif . Dalam hal pendidikan para cendikiawan berperan untuk mendoronng lahirnya generasi-generasi yang memiliki pola pikir kreatif untuk mendukung tumbuhnya karsa dan karya ekonomi kreatif. Dalam hal penelitian para cendikiawan berperan sebagai pemberi masukan tentang kebijakan-kebijakan pengembangan ekonomi kreatif, dan menghasilkan teknologi yang dapat mendukung cara kerja dan penggunaan sumberdaya yang efisien, serta menjadikan usaha ekonomi kreatif yang kompetitif. Dalam hal pengabdian masyarakat, para cendikiawan berperan untuk membentuk tatanan sosial yang mendukung tumbuh suburnya ekonomi kreatif di Indonesia dan spesifiknya untuk daerah NTB ( Putri dan Wijayanti,2013).
16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian merupakan sebuah kegiatan yang dimulai dengan pengamatan terhadap fakta
yang menarik
perhatian
dan
menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan
(Indriantoro & Supomo, 1999). Sedangkan menurut Cooper dan Emory (1995), menyatakan penelitian merupakan suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan untuk penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalahmasalah. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara Ilmiah didasarkan pada cirri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis (Sugiyono, 2009). Rasional merupakan penelitian yang dilkukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau. Dalam penulisan paper ini, penulis mengambil informasi melalui berbagai sumber seperti buku, internet, journal, tesis, skripsi dan diskusi secara langsung dengan pengampu di bidangnya. 3.2 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Moh. Nazir yang dimaksud penelitian deskriptif adalah “suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang.Tujun dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran tentang potensi UMKM dalam membangn Perekonomian Indonesia. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian Induktif. Penelitian Induktif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan teori (grounded theory) dengan pengumpulan dan analisis data secara sistematis melalui penelitian sosial ( Glasser & Strauss, 1967). 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui beberapa sumber, antara lain buku-buku, internet, dan lembaga terkait. Data yang digunakan adalah data skunder (data yang sudah ada). Adapun subsektor penelitian industri kreatif 17
ini meliputi. Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut seperti tabel dibawah ini: No
Subsektor
Keterangan kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan
1
Periklanan
(komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik
2
Arsitektur
secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki
3
Pasar barang seni
nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan. kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat
4
Kerajinan
dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal). kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain
5
Desain
grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran
serta
produksi
kemasan
dan
jasa
18
pengepakan. kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode 6
Fesyen
lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi
7
Vidio, film dan fotografi
rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan
skrip,
dubbing
film,
sinematografi,
sinetron, dan eksibisi film. kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan 8
Permainan interaktif
video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.
Subsektor
permainan interaktif bukan
didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi. kegiatan 9
Musik
kreatif
kreasi/komposisi,
yang
berkaitan
pertunjukan,
dengan
reproduksi,
dan
distribusi dari rekaman suara. kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan 10
Seni pertunjukkan
balet,
tarian
tradisional,
tarian
kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. kegiatan
kreatif
yang
terkait
dengan
dengan
penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, 11
Penerbit dan percetakan
blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, ormulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro
19
film. kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,
12
Layanan komputer dan piranti lunak
pengolahan
data,
pengembangan
database,
pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya. kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti
13
Televisi dan radio
games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi. kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses
14
Riset dan pengembangan
baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan
seni;
serta
jasa
konsultansi
bisnis
dan
manajemen.
(Gambar 3.1 Tabel Subsektor Industri Berbasis Kreatif)
20
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Program 3C (Corporately Cooperation Competence) Berbasis Triple Helix Approachment Program 3C (Corporately Cooperation Competence) atau Kompetensi Kerjasama Secara Terpadu merupakan sebuah program akselerasi dan peningkatan mutu pelaku industri kreatif melalui optimalisasi kerjasama dari tiga komponen utama yaitu cendekiawan (intellectuals), Pengusaha (Business) dan Pemerintah (Government) yang kemudian disebut triple helix. Melalui program ini, dapat dirumuskan standar apa saja yang diperlukan sebagai hasil kerjasama ketiga aktor utama industri kreatif tersebut untuk menggali lebih dalam potensi Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu daerah dengan usaha kreatif yang berlimpah baik secara kuantitas maupun varietas. Dikatakan sebagai kompetensi terpadu kompetensi yang diterapkan pada satu komponen akan mempengaruhi kompetensi yang diaplikasikan di komponen yang lain. Selain itu, program ini juga akan diterapkan secara terpadu di provinsi Nusa Tenggara Barat dengan meliputi pengusaha dari berbagai skala usaha (kecil, menengah hingga makro), cendekiawan dari berbagai kalangan, hingga pemerintah dari berbagai tingkatan. Dengan begitu, diharapkan program ini mampu memajukan industri kreatif di provinsi Nusa Tenggara Barat sehingga dapat memperkuat perekonomian Indonesia dalam menghadapi MEA 2015. Pengusaha merupakan titik tumpu pembangunan maupun pengembangan Industri Kreatif. Sehingga kualitas Sumber Daya Manusia di dalamnya merupakan hal yang absolut. Pengusaha industri kreatif tidak hanya dituntut untuk terus mengasah kreativitasnya dalam mengasilkan produk, namun juga dalam memperluas dan memajukan bisnis yang digelutinya serta mengatasi persaingan terutama dengan pengusaha asing. Cendekiawan merupakan kaum intelektual yang memiliki peran penting dalam membangun hidup suatu individu maupun aspek penyokong kehidupan seperti Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Melalui riset dan penelitian, cendekiawan tidak hanya terus berusaha mempelajari dan mengembangkan IPTEK dalam rangka membawa umat manusia pada peradaban 21
yang lebih maju, namun juga membagi pengetahuan tersebut kepada masyarakat dan generasi penerus. Ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan merupakan tiga komponen yang juga menjanjikan kemajuan bagi suatu industri kreatif. Pemerintah merupakan pengatur dan pengayom yang memiliki kekuasaan yang absolut. Bantuan dan perlindungan pemerintah adalah aspek penting dalam keberlangsungan suatu industri kreatif. Dengan begitu, kerjasama ketiga komponen
tersebut
dapat
menjadi
standar
dan
kompetensi
dalam
mengoptimalisasi industri kreatif di Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu pilar kekuatan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015. Adapun standar dan kompetensi yang dimaksud dapat dirumuskan sebagai berikut: 4.1.1 Standar Perekrutan Industri kreatif harus memiliki standar dalam melakukan perekrutan pekerja di dalamnya sehingga hasil dari pekerjaan yang diperoleh benar-benar maksimal. Aspek kreativitas, produktivitas dan profersionalisme harus menjadi indikator dalam penerapan standar tersebut. Penerapan standar ini, bukan berarti memperkecil peluang untuk bekerja di Industri kreatif melalui penyaringan dan penyeleksian yang tepat. Akan tetapi keberadaan standar ini berarti setiap pekerja maupun calon pekerja yang belum memenuhi indikator-indikator tersebut harus melalui pelatihan dan upgrading sehingga mampu menghasilkan SDM yang berkualitas. Di sinilah cendekiawan dapat berperan dalam merumuskan pendidikan dengan metode yang tepat sehingga tercipta individu yang siap bersaing di bidang yang digeluti maupun menerima upgrading dalam rangka memenangkan persaingan itu. 4.1.2 Standar Penerapan IPTEK Industri kreatif akan menghadapi dampak dari perkembangan zaman yaitu berkembangnya kebutuhan dan keinginan manusia. Maka dalam rangka tetap bertahan dan terus berkembang, industri kreatif harus terus berevolusi dengan menghadirkan inovasi dalam kreatifitasnya. Dalam prakteknya, inovasi tersebut harus dilandasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah kerjasama dengan cendekiawan sebagai pengembang dari ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut sangat penting. Dengan begitu, indikator keterkinian dan kepraktisan
22
dengan bantuan harus diterapkan sebagai salah satu standar optimalisasi industri kreatif. Indikator-indikator tersebut hanya akan tetap diperoleh jika kerjasama dengan helix yang lain, yaitu cendekiawan, tetap terjaga. 4.1.3 Standar Perizinan Dalam rangka menjaga keberlangsungan suatu industri kreatif dan membangun perlindungan hukum terhadap segala kegiatan di dalamnya, perizinan merupakan aspek yang harus dipenuhi. Indikator legalitas harus diterapkan dalam memenuhi standar ini. Di sinilah peran pemerintah sangat penting dalam memberikan kemudahan melalui birokrasi yang cepat dan praktis. Pemerintah juga harus sigap memberi batasan yang jelas antara industri kreatif dengan perizinan dan yang tidak memiliki legalitas maupun yang legalitasnya diragukan. 4.1.4 Standar Penerimaan Bantuan Suatu industri kreatif dalam skala kecil dan menengah cenderung memperoleh kesulitan dalam melakukan ekspansi bisnis terutama dalam aspek finansial. Padahal potensi yang dimiliki industri kreatif pada kedua skala tersebut juga sangat besar. Pada kondisi ini, kooperasi dengan pemerintah menjadi jalan keluar dari permasalahan tersebut. Pemerintah terbukti telah menerapkan sejumlah program untuk membantu pengembangan industri kreatif di skala kecil maupun menengah. Maka telah menjadi tugas industri kreatif untuk berupaya memenuhi prasyarat dalam penerimaan bantuan tersebut dengan menerapkan standar penerimaan bantuan. Indikator yang dapat diterapkan adalah kerapian pembukuan, perencanaan bisnis yang tepat dan kejelasan perkembangan industri kreatif tersebut. 4.2 Penerapan Program 3C Berbasis Berbasis Triple Helix Approachment Penerapan program 3C ini tidak dapat begitu saja memperoleh hasil. Memberi tugas pada pengusaha industri kreatif untuk melakukan pendekatan pada dua helix yang lain, yaitu cendekiawan dan pemerintah tidaklah mudah mengingat fokus ketiga komponen itu berbeda-beda. Di sinilah dibutuhkan kesadaran pelaku industri kreatif untuk melakukan perombakan terhadap sistem yang telah masingmasing mereka terapkan jika sistem tersebut belu dapat memenuhi standar yang
23
diterapkan dalam program 3C. Alternatif lain yang lebih cepat adalah jika pemerintah NTB menerapkan sendiri program 3C dalam mengayomi industri kreatif lengkap dengan sanksi “pemaksa”. Selain itu, sosialisasi juga akan lebih mudah jika mendapat dukungan dari pemerintah. Selain itu, pihak cendekiawan juga dapat membantu penerapan program ini melalui masukan dan penerlitian lebih lanjut. Sebagai tambahan, dukungan dari masyarakat juga memiliki peran yang amat besar sebagai konsumen yang dituju dari industri kreatif tersebut.
Dengan cendekiawan
Standar perekrutan
Standar penerapan IPTEK pengusaha
Analisis koorporasi
OUTPUT Standar perizinan
Dengan pemerintah
Standar penerimaan bantuan
Triple helix terpadu
-Pekerja industri kreatif yang terampil dan mampu bersaing -Kreativitas yang terperbaharui dan beradaptasi dengan kemajuan zaman -Perizinan yang lengkap dan terpenuhi secara mudah -Penerimaan bantuan yang tepat dan cepat -ekspansi bisnis yang mudah
(Gambar 4.1 Alur Pelaksanaan program 3C)
24
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Melalui karya tulis berjudul “3C (Corporately Cooperation Competence) : Inovasi Revitalisasi Sektor Ekonomi Kreatif NTB Berbasis Triple Helix Approachment” ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Optimalisasi sektor ekonomi kreatif di NTB berpotensi besar mengatasi permasalahan
melambatnya
perkembangan
ekonomi
dan
membantu
memperkuat perekonomian Indonesia dalam menghadapi MEA 2015. 2. Optimalisasi sektor ekonomi kreatif di NTB dapat terlaksana jika diterapkan suatu standar yang jelas dalam mengatur kooperasi tiga unsur utama pelaku industri kreatif yaitu pengusaha, cendekiawan dan pemerintah. 3. Program 3C (Corporately Cooperation Competence) berbasis triple helix memberikan standar kooperasi dari pengusaha, cendekiawan dan pemerintah secara terpadu dan meliputi standar perekrutan (dengan indikator kreativitas, produktivitas dan profesionalisme), standar penerapan iptek (dengan indikator keterkinian dan kepraktisan), standar perizinan (dengan indikator legalitas) dan indikator penerimaan bantuan (dengan indikator kerapian pembukuan, ketepatan rencana pengembangan dan kejelasan perkembangan usaha). 6.2 Saran Penerapan proram 3C tidak hanya mampu mengakselerasi mutu pelaku industri kreatif, namun juga dapat memperkuat eksistensi dan peran industri kreatif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia secara umum sehingga mampu menghadapi MEA 2015. Oleh karena itu, diharapkan penerapan progran ini memperoleh dukungan dari segala pihak terutama tiga komponen yang terlibat langsung di dalamnya, yaitu pengusaha, cendekiawan dan pemerintah.
25
DAFTAR PUSTAKA Adam, M. Yulika, N.C. dan Akbar, J.Ekonomi Indonesia Kini Masuk 10 Besar Dunia, Apa Dampaknya?.http://fokus.news.viva.co.id/news/read/502079ekonomi-indonesia-kini-masuk-10-besar-dunia--apa-dampaknya-. Diakses Tanggal 23 Oktober 2014. Anonim._____.Daftar Stasiun Televisi Lokal Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun_televisi_lokal_di_Indonesia. Diakses Tanggal 23 Oktober 2014. Bappenas.2000. Pembangunan Daerah Tingkat 1 NTB. http://www.bappenas.go.id/files/3213/5028/6740/bab-47-bag-23-94-95cek__20090130075238__8.doc. Diakses tanggal 19 Oktober 2014. Binus
University. 2012. Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif. http://sbm.binus.ac.id/files/2013/04/Pilar-Pilar-Ekonomi-Kreatif.pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.
BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2013. Nusa Tengga Barat Dalam Angka. Mataram : BPS NTB BPS RI.2014. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb14.pdf. Diakses Tanggal 22 Oktober 2014. Furkan, A. 2010. Daftar Statsiun Radio FM Nusa Tenggara Barat. http://furkan.dompu.info/2010/01/daftar-stasiun-radio-fm-nusatenggara.html. Daikses tanggal 20 Oktober 2014. Kelompok Kerja Indonesia Design Power. 2008. Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Jakarta : Departemen Perdagangan. KPI.
2013. Tujuh Radio Terima IPP Prinsip dari KPID NTB. http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/23-berita-daerah/31484-tujuhradio-terima-ipp-prinsip-dari-kpid-ntb. Diakses Tanggal 20 Oktober 2014.
Lombok Preneur. 2013. Karya Seni Akar NTB Digemar Bangsa Eropa. http://www.lombokpreneur.com/kolom-ukm/karya-seni-akar-ntbdigemari-bangsa-eropa.php. Diakses tanggal 19 Oktober 2014. LombokNews. 2011. Tingginya Minat Mendirikan Stasius TV di Mataram. http://lomboknews.com/2011/02/18/tinggi-minat-mendirikan-stasiun-tv-dimataram/. Diakses tanggal 20 Oktober 2014. Pos
Bali. 2014. Zainul Majdi Buka Musrembang Provinsi NTB. http://posbali.com/zainul-majdi-buka-musrembang-provinsi-ntb/. Diakses Tanggal 23 Oktober 2014.
Putri, ED. Dan Wijayanti, DR. 2013. Perkembangan Ekonomi Kkreatif dalam Arus Ekonomi Modern. http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34347405/Perkembang an_Ekonomi_Kreatif_Dalam_Arus_Pembangunan_Ekonomi_Modernlibre.pdf. Diakses Tanggal 23 Oktober 2014.
26
Indriyantoro, Nur. Dan Supomo, Bambang, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta Sugiyono, 2009, Metodologi Penelitian Bisnis, Alfabeta, Jakarta.
27
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Harfi Hambani
Nomor Mahasiswa
: A1A012052
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Gontar Baru, 8 Juni 1993
Alamat Rumah
: Jln. Swadaya, Kekalek Jaya
No. Telp/HP
: 081907898365
Alamat Email
:
[email protected]
Asal Universitas
: Universitas Mataram
Fakultas/Jurusan/ Prodi
: Ekonomi / Ekonomi Pembangunan
Semester
: 5 (lima)
Riwayat Pendidikan
: 2000-2006: SDN 2006-2009: SMPN 2009-2012: SMAN 2012-sekarang: Universitas Mataram
Karya-Karya Ilmiah yang
: 1.
Pernah dibuat Penghargaan-Penghargaan
-
ilmiah yang pernah diraih
28
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Eka Nurul Qomaliyah
Nomor Mahasiswa
: E1M012013
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Jln. Swadaya XXI No.36 Kekalik Jaya, Mataram
No. Telp/HP
: 085337554782
Alamat Email
:
[email protected]
Asal Universitas
: Universitas Mataram
Fakultas/Jurusan/ Prodi
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan/Pendidikan MIPA/Pendidikan Kimia
Semester
: 5 (lima)
Riwayat Pendidikan
: 2000 –2006 : SDN 19 Kota Bima 2006 –2009 : SMPN 1 Kota Bima 2009 –2012 : SMAN 1 Kota Bima 2012-Sekarang: UniversitasMataram
Karya-Karya Ilmiah yang
: -
Pernah dibuat Penghargaan-Penghargaan
-
ilmiah yang pernah diraih
29
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama:
: Baiq Nila Sari Ningsih
Nomor Mahasiswa
: E1M012006
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal
: Palempat, 29 September 1995
Lahir Alamat Rumah
: RT 3, Dusun Tegal, Desa Meninting, Kecamatan Batulayar
No. Telp/HP
: 081907171018
Alamat Email
:
[email protected]
Asal Universitas
: Universitas Mataram
Fakultas/Jurusan/
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan/Pendidikan MIPA/
Prodi
Pendidikan Kimia
Semester
: 5 (lima)
Riwayat Pendidikan
: 2000 – 2006 : SDN 1 Meninting 2006 – 2009: SMPN 1 Gunungsari 2009 – 2012 : SMAN 1 Gunungsari 2012-Sekarang: UniversitasMataram
Karya-Karya Ilmiah
: 1.
yang Pernah dibuat
Inovasi Taman VertikalSansevieriatrifasciata (LidahMertua) PadaBangunanSebagai Filter RaksasaPolusiPerkotaanMenujuKonstruksiFuturisti k Ramah Lingkungan.
2.
SistemPelayaran LIBAS (Land Integrated Based Association Shipping) SebagaiSolusiInovatifMemaksimalkanPotensiKepul auan Nusantara Menuju MEA 2015.
Penghargaan-
-Juara 1 Lomba Penelitian Transportasi Nasional
Penghargaan ilmiah
LITBANGHUB (Regional Surabaya)
yang pernah diraih
-Finalist Lomba Paper Nasional National Development Student Conference 2013
30
31