BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN Bisnis utama PT Paya Pinang saat ini adalah industri agribisnis dengan menitikberatkan pada industri kelapa sawit diikuti dengan karet. Proses bisnis baik tanaman karet dan kelapa sawit secara garis besar dapat terlihat pada gambar di bawah:
Gambar 2.1 Proses Bisnis Perkebunan secara Umum
11
Penjelasan: •
Analisis lahan yaitu melakukan kajian-kajian apakah lahan yang akan dijadikan lokasi perkebunan tersebut sesuai untuk ditanami dengan kelapa sawit, karet atau komoditi lainnya sesuai dengan spesifikasi teknis masing-masing komoditi berdasarkan kelas kesesuian lahan yang memiliki karakteristik antara lain: •
Letak dan tinggi tempat
•
Bentuk wilayah (topografi)
•
Tanah (kedalaman/solum, bahan organik, struktur, tekstur, kedalaman air tanah, dan pH)
•
Iklim (curah hujan, temperatur, lama penyinaran, kelembaban)
Dari tingkat karakteristik tersebut di atas akan ditentukan kategori kelas kesesuian lahan yang memiliki potensi produksi yang berbeda. Selain dikaji dari aspek teknis, juga dari aspek ekonomis yang berkaitan dengan infrastruktur. •
Proses pelepasan hak yaitu mencermati dan meneliti status kepemilikan tanah (tanah masyarakat/hulayat, atau tanah negara, tidak dalam sengketa atau agunan), dalam hal ini harus ada rekomendasi dari pejabat pemerintah yang berwenang (Bupati setempat).
•
Proses hukum dan perizinan
Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan landasan bagi pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Otonomi daerah merupakan kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1). Salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota
yaitu
bidang
pertanahan
(pasal
11).
Dengan
demikian,
pengadaan/pengambilalihan tanah menjadi tanggung jawab dari pemerintah kabupaten dan kota.
12
Proses hukum dan perizinan memerlukan kelengkapan persyaratan dari beberapa instansi sebagai berikut:
•
•
Izin lokasi dari Bupati/Walikota
•
Referensi Disbun (Dinas Perkebunan) setempat
•
Izin prinsip dari Direktur Jenderal Perkebunan
•
Referensi dari Dinas Kehutanan setempat
•
Peta lokasi oleh BPN (Badan Pertanahan Nasional) tingkat I
•
Proses untuk memperoleh Hak Guna Usaha (HGU)
Land Clearing, yaitu proses persiapan lahan mulai dari: •
Membuat batasan areal yang akan ditanami
•
Memilih lokasi bibitan dan memulai pembibitan tanaman
•
Melakukan tender pembukaan lahan pada beberapa kontraktor
•
Membuat Surat Perintah Kerja (SPK) kepada kontraktor yang terpilih
•
Membuat batas blok-blok pekerjaan dalam areal yang akan dibuka
•
Mengimas
(menebas
pohon-pohon
kecil/semak
belukar)
agar
memudahkan melakukan penumbangan pohon-pohon yang besar •
Menumbang pohon dan mencincang agar menjadi potongan-potongan pendek
•
Merumpuk hasil cincangan kayu tadi agar memudahkan untuk melakukan kegiatan lain
•
Membuat jalan utama (diikuti dengan jalan pengumpul dan saluran air)
•
Membuat teras bersambung (khusus pada areal berbukit)
•
Memancang/mengajir, agar tanaman dapat teratur pada jarak tanam tertentu
•
Membersihkan jalur tanam dan pasar tikus (jalan rintis)
•
Menanam kacang-kacangan penutup tanah (LCC, leguminous cover crop)
•
Merawat kacang-kacangan penutup tanah
•
Menanami lahan dengan bahan tanaman (bibit) pada lobang yang telah dipancang
13
•
Perawatan tanaman; sesuai norma yang berlaku seperti membersihkan dari gulma/rumput, memupuk tanaman dengan dosis tertentu, mencegah maupun memberantas dari gangguan hama dan penyakit tanaman.
Pemupukan dapat meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Kegunaan pemupukan yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai produksi yang maksimal. Pupuk juga dapat menggantikan unsur hara yang hilang karena terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan (TBS atau getah karet) serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Perlindungan tanaman merupakan usaha manusia untuk mempertahankan klimaks buatan dengan memberikan energi, berupa tindakan pengendalian hama, penyakit, dan gulma (HPG). Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang baik adalah dengan mengenal dan memahami siklus hidup hama/penyakit itu sendiri. •
Memanen produksi; sesuai kriteria panen pada interval tertentu.
Memanen sawit atau getah karet membutuhkan persiapan yang baik agar menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan panen yaitu (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga kerja panen, (3) pembagian seksi tanaman yang akan dipanen, dan (4) penyediaan alat-alat kerja.
14
Produksi yang maksimal dapat dicapai jika kerugian (losses) produksi minimal. Pengertian menaikkan produksi yaitu memperkecil kerugian sehingga inti pekerjaan memanen yaitu memperkecil kerugian produksi. Sumber-sumber kerugian produksi di lapangan untuk kelapa sawit adalah potong buah mentah, buah masak tinggal di pokok (tidak dipanen), brondolan tidak dikutip, buah atau brondolan dicuri, serta buah di tempat penampungan hasil tidak terangkut ke PKS. Untuk karet, sumber kerugian produksi adalah sayatan pada batang karet yang besar, cup getah karet yang penuh tidak dikutip, cup getah karet tidak dikutip, dan getah karet di tempat penampungan tidak terangkut ke pabrik karet. •
Memasarkan produksi; sesuai permintaan pasar baik jenis dan jumlah maupun harga. Penjualan hasil akhir produksi berupa CPO sudah tersedia pasar yang akan menampungnya. Pada perusahaan perkebunan swasta besar biasanya sudah memiliki kontrak, baik kontrak jangka panjang atau jangka pendek, untuk penjualan hasil produksinya. Permintaan pasar, baik domestik maupun internasional, yang cukup tinggi untuk CPO memudahkan perusahaan perkebunan untuk memasarkan produknya. Konsumen (pembeli CPO) biasanya sudah mengetahui dengan baik kualitas dan jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan besar perkebunan, sehingga negosiasi tidak terlalu rumit. Harga penjualan untuk produksi CPO mengikuti harga pasar dunia yang cukup fluktuatif.
15