BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1
Konsep Dasar
2.1.1
Pengertian Mobilisasi Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. (Carpenito, 2000) Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien operasi seksio sesaria 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal. (Kasdu, 2003) Mobilisasi pasca seksio sesaria adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sesaria. Untuk mencegah komplikasi pasca seksio sesaria ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami seksio sesaria, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi seksio sesaria, ibu harus mobilisasi cepat.Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati. (Moctar, 1998)
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Tujuan Mobilisasi Menurut Fitriyahsari, (2009) tujuan dari pada mobilisasi adalah untuk : 1.
Mempertahankan fungsi tubuh.
2.
Memperlancar peredaran darah.
3.
Membantu pernafasan menjadi lebih baik.
4.
Mempertahankan tonus otot.
5.
Memperlancar eliminasi alvi dan urine.
6.
Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. 7.
Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi. 2.1.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular meliputi : sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. (Handiyani, 2009) Potter & Perry (2006) dalam Handiyani (2009) menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal. 2.1.4
Manfaat Mobilisasi Pada
sistem
kardiovaskuler
dapat
meningkatkan
curah
jantung,
memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem
Universitas Sumatera Utara
respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit. (Potter, 2006) 2.1.5
Tahap-Tahap Mobilisasi Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesaria (Kasdu,2003) a. 6 jam pertama Ibu pasca seksio sesaria istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. b. 6-10 jam Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan. c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu. d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan mobilisasi pada anestesi pada seksio sesaria : Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk operasi sesaria, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja secara jauh lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat. (Gallagher, CM, 2004) a. Anestesi general Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi
spinal atau epidural
tidak mungkin diberikan, baik karena alasan teknis maupun karena dianggap tidak aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena. Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorokan pasien untuk membantu pasien bernafas dan mencegah muntha. Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor secara konstan oleh seorang ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh mendampingi pasien kala persalinan dengan anestesi general. Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi umum: 1) Pada saat awal (6 sampai 12 jam pertama) pasien dapat melakukan pergerakan fisik seperti menggerakkan ekstremitas seperti mengangkat tangan, menekuk kaki, dan menggerakkan telapak kaki. 2) Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur ambil makan atau duduk dengan kaki menjuntai di pinggir tempat tidur. Jika pasien sudah berani, pasien dapat berjalan di sekitar kamar seperti ke kamar mandi. 3) Pada hari ketiga pasien dapat berjalan ke luar kamar dengan dibantu atau secara mandiri. b. Anestesi spinal Dalam pasca sesaria elektif, pasien diberi penawaran untuk menggunakan spinal anestesi. Kedua pilihan itu dapat membuat pertengahan ke bawah tubuh
Universitas Sumatera Utara
pasien mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal in berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi tanpa merasakannya. Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi spinal: 1) Setelah operasi berbaring di tempat tidur, tetapi dapat melakukan pergerakan ringan seperti menggerakkan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. 2) Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur dan duduk dengan kaki menjuntai di pinggir tempat tidur. 3) Pada hari ketiga pasien dapat berjalan dikamar seperti ke kamar mandi dan bisa juga berjalan ke luar kamar. 2.2
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1
Pengkajian Apabila seseorang perawat belum perawat merawat seorang ibu baru,
pengkajian dimulai dengan meninjau kembali dengan catatan prenatal dan persalinan. Pada banyak institusi perawat persalinan terus bersama-sama dengan wanita selama dua jam pertama setelah melahirkan. Hal yang paling penting adalah keadaan-keadaan yang dapat menjadi predisposisi perdarahan pada ibu (seperti persalinan yang cepat, bayi yang besar, grande multipara, atau persalinan dengan induksi), yang merupakan bahaya yang mungkin terjadi pada persalinan tahap keempat. (Bobak, 2004) Untuk membantu perawat memberi perawatan yang terpadu, kertas kerja atau catatan pemulihan sebaiknya dibuat. Selama jam pertama dalam ruang pemulihan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dengan sering. Semua factor, kecuali suhu tubuh, diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam. Setelah pemeriksaan setelah 15 menit, jika semua parameter telah stabil dalam batas-batas normal, pemeriksaan diulang dua kali lagi dengan selang waktu 30 menit, pemeriksaan fisik ibu selama tahap keempat ditunjukkan pada prosedur. Lingkup dan tujuan pemeriksaan, metode pengkajian, dan temuan dalam batas normal dibahas dengan singkat. (Bobak, 2004)
Universitas Sumatera Utara
Tanda Masalah Potensial Karena perdarahan merupakan komplikasi potensial yang hal ini dibahas dengan mendalam. Perawat harus selalu siaga terhadap kemungkinan komplikasi yang mencakup keadaan hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan psikososial, dan kehilangan serta kedukaan. (Bobak, 2004) Setelah menyelesaikan periode pemulihan-p0 awal sekitar satu sampai dua jam setelah anak lahir, yakni waktu yang sering disebut tahap keempat persalinan, ibu biasanya ditransfer dengan kursi roda atau tempat tidur dorong dari ruang bersalin ke unit nifas. Pada kesempatan ini, perawat yang hadir saat bayi baru lahir mungkin merupakan perawat yang member perawatan atau perawat nifas yang akan mengambil alih tanggung jawab ini. Akan tetapi, di rumah sakit yang menggunakan konsep persalinan, kelahiran, pemulihan dan pascapartum (Labor, delivery, recovery, postpartum [LDRP]), ibu akan tetap tinggal di dalam ruang yang sama. (Bobak, 2004) Suatu pengkajian fisik lengkap, termasuk pengukuran tanda-tanda vital, dilakukan pada saat masuk ke unit pascapartum. Hal penting lain yang juga harus diperoleh saat ibu diterima dalam unit pascapartum ialah laporan yang komprehensif tentang peristiwa yang terjadi selama periode intrapartum. Komponen pengkajian awal yang lain ialah status emosi ibu, tingkat energy, derajat kelehan fisik, rasa lapar, dan rasa haus. Pada tingkatan tertentu, pengetahuan ibu tentang perawatan diri dan perawatan bayi dapat ditentukan pada kesempatan ini. (Bobak, 2004) Tanda-tanda Vital Pengkajian tekanan darah, nadi dan pernapasan pasien biasanya dilakukan setiap 15 menit selama satu jam setelah bayi lahir. Apabila kondisi ibu tetap stabil, frekuensi pengkajian dikurangi setelah masa awal periode pemulihan berakhir, misalnya, setiap 30 menit selama dua jam berikutnya, kemudian setiap jam pada dua jam selanjutnya. Suhu badan ibu dikaji saat ibu masuk ke ruang pemulihan dan diulang satu jam kemudian. Apabila tanda-tanda vital ibu tetap
Universitas Sumatera Utara
dalam batas normal, pengkajian umumnya dilakukan setiap empat sampai 8 jam sepanjang masa inap yang tersisa di rumah sakit. Pengkajian Fisik Berkelanjutan Ibu pascapartum harus dievaluasi dengan seksama pada setiap pergantian jaga selama mereka dirawat. Pengkajian fisik mencakup pemeriksaan payudara, tinggi fundus, lokia, perineum, fungsi kemih dan defekasi, tanda-tanda vital, dan tungkai. Sebuah contoh alur perawatan kritis (critical care path) untuk mengkaji kemajuan perubahan fisik yang terjadi pada masa pascapartum selama tiga hari pertama.(Bobak, 2004) 2.2.2
Masalah Keperawatan 1. Resiko tinggi infeksi 2. Konstipasi atau retensi urine 3. Gangguan pola tidur
2.2.3 Perencanaan Keperawatan No. Masalah Keperawatan 1.
Resiko tinggi infeksi
Perencanaan Keperawatan Tujuan : Faktor infeksi akan hilang Klien menunjukkan pengendalian resiko Kriteria Hasil : Keadekuatan status imun klien Memantau faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorang Intervensi Pantau tanda dan gejala infeksi Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi Pantau hasil LAB Amati penampilan praktik higiene pribadi untuk perlindungan infeksi
2.
Konstipasi atau urine
Tujuan : Menunjukkan kontinesia urine
Universitas Sumatera Utara
Kriteria Hasil : Kandungan kemih kosong sempurna Tidak ada sisa setelah buang air Intervensi Pemasukan kateter ke dalam kandung kemih Pantau asupan dan haluaran Pantau derajat distensi kandungan kemih dengan palpasi dan perkusi 3.
Gangguan pola tidur
Tujuan : kebutuhan tidur klien terpenuhi Kriteria Hasil : Jumlah jam tidur tidak terganggu Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur/istirahat Intervensi Pantau pola tidur pasien
dan catat hubungan
faktor-faktor fisik Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama pasca partum Ajarkan klien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang mengganggu tidur
2.3
Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1
Pengkajian
I.
Identitas Pasien Nama
: Ny.M
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 29 Tahun
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: IRT
Universitas Sumatera Utara
II.
Alamat
: Jl. Dolok Tolong No 77 Medan
Tanggal Masuk RS
: 17 Juni 2013
No.Register
: 00.88.72.20
Ruangan/kamar
: V/Tanjung
Golongan darah
:-
Tanggal Pengkajian
:18 Juni 2013
Tanggal Operasi
:-
Diagnosa
: Pasca Seksio Sesaria
Keluhan Utama
: Pasien merasakan nyeri di bagian abdomen. Pasien
merasa sulit bergerak karena bekas operasi seksio sesaria.
III.
Riwayat Kesehatan Sekarang A. Provocative/palliative 1. Penyebabnya
:
Luka operasi sectio sesarea di bagian abdomen. 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
:
Pasien dapat mengatasinya dengan relaksasi (tarik nafas dalam) B. Quantity/quality 1. Bagaimana yang di rasakan
:
Pasien mengatakan rasa nyeri sedikit berkurang. 2. Bagaimana dilihat
:
Wajah pasien tampak rileks. C. Region 1. Dimana lokasinya
:
Di bagian abdomen. 2. Apakah menyebar
:
Tidak menyebar. D. Severity Proses pasca seksio sesaria yang dialami Ny.M mengalami nyeri yang berhubungan dengan aktivitasnya. E. Time
Universitas Sumatera Utara
Intensitas nyeri terjadi pada saat pasien melakukan pergerakkan waktu 15 detik sekali.
IV.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit yang pernah di alami Ny.M mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius. B. Pengobatan/tindakan yang di lakukan Ny.M mengatakan hanya membeli obat di warung mau pun apotik. C. Pernah di rawat/di operasi Ny.M mengatakan pernah di rawat dan di operasi di Rs. dr. Pringadi Medan. D. Lama di rawat Ny.M mengatakan 1 minggu lamanya di rawat di Rs. dr. Pringadi Medan. E. Alergi Ny.M mengatakan tidak memiliki riwayat terhadap makanan maupun obat-obatan. F. Imunisasi -
V.
Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang tua Ny.M mengatakan orang tuanya sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, karena faktor usia. B. Saudara kandung Ny.M mengatakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. C. Penyakit keturunan yang ada Ny.M mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga. D. Anggota keluarga yang meninggal dunia Orang tua Ny.M sudah meninggal dunia. E. Penyebab meninggal dunia Orang tua Ny.M meninggal dunia di karenakan faktor usia.
Universitas Sumatera Utara
VI.
Riwayat Obstetrik G:2 P:1 No.
1.
A:0
Umur
HPHT : ??-09-2012
TTP : ??-06-2013
Komplikasi/Masalah
Kondisi
Kehamilan Persalinan Nifas
anak
37
I
Sc
-
Sehat
Penolong
Dokter
minggu
VII.
Riwayat Keadaan Psikososial A. Persepsi pasien tentang penyakitnya Ny.M mengatakan penyakitnya bisa di sembuhkan. B. Keadaan emosi Keadaan
emosi
stabil.
Pasien
dapat
mengontrol
emosi
dan
mengungkapkan emosi dengan baik. C. Hubungan sosial 1.
Orang yang berarti
:
Bagi pasien orang yang berarti bagi dirinya adalah keluarganya, isitrinya, anaknya, cucunya. 2.
Hubungan dengan keluarga
:
Hubungan pasien dengan keluarga terjalan dengan baik dan haromis. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dukungan dari keluarga dan selama pasien dirawat di rumah sakit selalu ada keluarga yang menunggu pasien. 3.
Hubungan dengan orang lain
:
Hubungan pasien dengan orang lain terjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan mampunya pasien bersosialisasi dengan sesama penghuni ruang V nifas di Rs.pringadi Medan. 4.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan saat berhungan dengan orang lain.
D. Spiritual 1.
Nilai dan keyakinan
:
Pasien menganut agama Islam dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
2.
Kegiatan ibadah
:
Untuk sementara ini kegiatan ibadah pasien tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang diderita pasien. Untuk kegiatan Shalat dan lainnya hanya dilakukan pasien jika ia merasa cukup kuat.
VIII.
Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kondisi klien terlihat masih lemah dan sulit untuk bergerak. B. Tanda-tanda vital 1.
Suhu tubuh
: 37,5°c
2.
Tekanan darah
:120/80 mmHg
3.
Nadi
: 80x/menit
4.
Pernafasan
: 20x/menit
5.
Skala nyeri
:3
6.
TB
: 167 cm
7.
BB
: 57 kg
8.
Kepala dan rambut Rambut dan kulit kepala tampak kotor, warna rambut hitam dan tidak mudah di cabut, tidak ada nyeri tekan.
9.
Wajah Cloasma gravidarum tidak ada, wajah tampak meringis kesakitan menahan rasa nyeri bekas luka operasi.
10. Mata Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik, pergerakkan pola mata ke segala arah normal, refleks pupil (+) 11. Hidung Septum di tengah, tidak tampak sekret, passage udara lancar, tidak ada sinus dan polip, fungsi penciuman baik. 12. Telingga
Universitas Sumatera Utara
Letak simetris, tidak ada seruman, tidak di temukan peradangan, fungsi pendengaran baik. 13. Mulut dan gigi Mukosa mulut lembab, tidak ada tanda sianosis, kebersihan gigi kotor, gigi lengkap dan tidak ada karies, luka atau lesi (-) 14. Leher Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar thyroid peningkatan JVF tidak ada, fungsi menelan baik. 15. Pemeriksaan integument Hangat, suhu 37,5°c, lembab, turgor kembali lebih cepat 2 detik. 16. Pemeriksaan payudara Bentuk payudara simetris, membesar, puting susu menonjol, areola kehitaman dan bersih, tidak terdapat pembengkakan/ benjolan yang abnormal, produksi ASI baik. 17. Pemeriksaan dada Frekuensi nafas 20x/menit, irama teratur, tidak ada tanda kesulitan saat bernafas. 18. Pemeriksaan paru-paru Bunyi nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-),pergerakkan dada simetris, pernafasan reguler. 19. Pemeriksaan jantung Bunyi jantung reguler S1dan S1, tidak ada bunyi jantungan tambahan atau mur-mur, irama reguler. 20. Pemeriksaan abdomen Tidak dikaji. 21. Pemeriksaan genitalia Tidak dikaji. Ekstermitas atas Terpasang infus RL + 2 amp piton pada lengan kanan, jumlah tetesan 30 tts/menit. Klien mengeluh terasa nyeri bila digerakan dan dimasukan obat, pergerakan baik.
Universitas Sumatera Utara
Ekstermitas bawah Tidak terdapat varises dan oedema, reflek patella (+) 22. Pengetahuan tentang perawatan diri/luka Ny.M mengatakan belum mengetahui cara perawatan luka operasi di rumah, dan Ny.M mengatakan merasa takut saat bergerak. Jika bergerak luka operasi akan robek.
IX.
Pola kebiasaan sehari-hari 1.
Pola makan dan minum Frekuensi makan dan minum
: 3x/hari
Nafsu/selera makan Selera makan pasien berkurang. Mual dan muntah Pasien tidak ada merasakan mual dan muntah saat makan dan minum. Waktu pemberian makan Sesuai dengan jam makan di Rs. dr. Pringadi medan. Pagi pukul 07.00wib, siang pukul 12.30wib, malam pukul 18.00wib. Jumlah dan jenis makanan 1 porsi dan menu biasa. Waktu pemberian cairan dan minuman Pasien minum sehabis makan, setiap kali haus, dan pemberian cairan intravena R.Sol 20 tetes/menit. Masalah makan dan minum Pasien tidak mengalami kesulitan menelan mau pun mengunyah. 2.
Perawatan diri/personal hygiene Kebersihan tubuh Tubuh pasien sedikit bersih, karena pasien di lap dengan waslap dan air hangat 2x/hari oleh perawat dan di bantu keluarga. Kebersihan rambut Pasien belum ada keramas selama di rawat.
Universitas Sumatera Utara
Kebersihan gigi dan mulut Pasien belum sikat gigi dan membersihkan mulut selama di rawat. 3.
Pola kegiatan aktifitas Kegiatan
4.
Mandiri
Sebahagian
Total
Mandi
Makan/minum
BAB
BAK
Ganti pakaian
Pola eliminasi BAK Sebelum operasi 2x/hari, karakter feses konsistensi semi padat. Setelah operasi pasien belum ada BAB. BAK Pasien menggunakan kateter, karakter urin berwarna kuning, berbau khas.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Analisa Data
N0.
Data
Etiologi
Masalah keperawatan
1.
Data Subjektif Ny.M mengatakan nyeri pada luka di bagian abdomen bekas operasi seksio sesaria. Ny.M mengatakan nyeri saat bergerak. Data Objektif Ny.M tampak meringis kesakitan. TTD : 120/80 mmHg
Tindakan seksio sesaria ↓ Terputusnya continuitas jaringan ↓ Pengeluaran zat-zat vasoaktif (histamin, bradikinin,serotonin) ↓ Merangsang reseptor nyeri pada ujung-ujung
HR : 80x/i
saraf bebas
RR : 20x/i
↓
Skala 3
Nyeri
Nyeri di hantarkan kesorsal spinal lord ↓ Thalamus ↓ Cortex cerebri ↓ Nyeri dipersepsikan ↓ Nyeri
2.
Data subjektif Ny.M mengatakan takut untuk bergerak.
Tindakan seksio sesaria
Keterbatasan
↓
aktivitas
Adanya luka post sc
Ny.M mengatakan takut
↓
jika bergerak lukanya
Nyeri
akan robek.
↓
Universitas Sumatera Utara
Data Objektif Ny.M tampak sulit bergerak.
Pasien takut bergerak ↓ Mobilisasi ↓ Pengetahuan pasien kurang ↓ Keterbatasan aktivitas
3.
Data Subjektif Ny.M mengatakan belum bisa jalan ke
Tindakan seksio sesaria
Defisit perawatan
↓
diri
Pasien tidak dapat
kamar mandi, menyisir
bergerak
rambut, belum menyikat
↓
gigi, mengambil
Ketidaknyamanan
makanan masih dibantu,
↓
dan belum bisa memakai
Mobilisasi di tempat
baju sendiri. Data Objektif Ny.M tampak dibantu
tidur ↓ Defisit perawatan diri
keluarga melakukan aktivitasnya.
2.3.3
Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan gangguan rasa nyaman yang ditandai dengan mobilisasi pasca seksio sesaria. 2. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien tentang mobilisasi pasca seksio sesaria yang ditandai dengan pasien sulit bergerak. 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidaknyamanan yang ditandai dengan mobilisasi ditempat tidur.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2
Perencanaan Keperawatan Hari/
No
Tanggal
Dx
Perencanaan Keperawatan
Selasa, 18 1.
Tujuan : rasa nyaman pasien terpenuhi.
juni 2013
Kriteria hasill : pasien memyatakan rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Rabu, 19 2.
Tujuan : pasien dapat beraktivitas seperti semula.
juni 2013
Kriteria hasil : pasien melakukan mobolisasi secara bertahap.
Kamis, 20 3.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan
juni 2013
selama 3x24 jam di harapkan pasien dapat melakukan perawatan secara mandiri. Kriteria hasil : pasien dapat melakukan personal hygine secara mandiri. Rencana tindakan
Selasa,18
1.
juni 2013
Memonitor
Rasional
keadaan Melihat
umum pasien.
perkembangan pasien setelah operasi.
Minta
pasien
untuk Memantau nyeri.
menilai nyeri/ketidaknyamana n pada skala 0-10. Ajarkan
tarik
nafas Meningkatkan
dalam. Pemberian kolaborasi
kenyamanan. analgetik Mengurangi/menghila dengan
ngkan rasa nyeri.
dokter. Rabu,19 juni 2013
2.
Berikan
penjelasan
Meningkatkan
tentang
pentingnya
pengetahuan
mobilisasi post sc.
tentang mobilisasi
pasien
pentingnya sehingga
memotivasi ibu untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukannya. Bantu
untuk 8 jam pertama miring
pasien
mobilisasi
secara
kanan
bertahap.
kiri,
dan dan
miring 24
jam
belajar bangun dan duduk
di
tempat
tidur. Bantu
untuk Untuk memandirikan
pasien
memenuhi
semua
pasien.
kebutuhannya. Kamis,20
3.
juni 2013
Observasi
keadaan Memantau
umum pasien.
umum pasien.
Kekuatandan toleransi Untuk terhadap aktivitas. Bantu
dan
mengetahui
seberapa kuat pasien
ajarkan
pasien dalam
melakukan aktivitas. Menjadikan
personal hygine.
3.3.3
keadaan
pasien
untuk mandiri.
Implementasi Hari/
No.
Tanggal
Dx
Selasa, 18
1.
Implementasi keperawatan Memonitor keadaan umum pasien. Minta pasien menilai nyeri/ketidaknyamanan pada
juni 2013
skala 0-10 Ajarkan tarik nafas dalam. Pemberian analgetik kolaborasi dengan dokter. Rabu, 19
2.
juni 2013
Berikan penjelasan tentang pentingnya mobilisasi pasca seksio sesaria Bantu pasien untuk mobilisasi secara bertahap. Bantu pasien untuk memenuhi semua kebutuhan.
Kamis, 20 juni 2013
3.
Observasi keadaan umum pasien. Kaji kekuatan dan toleransi terhadap aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
Bantu dan ajarkan pasien dalam personal hygine.
3.3.4
Evaluasi Hari/
No.
Tanggal
Dx
Selasa, 18
1.
juni 2013
Evaluasi
S : Ny.M mengatakan nyeri agak berkurang dengan skala 2, dan sudah melakukan nafas dalam ketika nyeri timbul. O : Ny.M tampak rileks A: masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi Memberikan posisi senyaman mungkin Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
analgetik Rabu, 19
2.
juni 2013
S : Ny.M dan keluarga mengatakan tahu dan paham mobilisasi dini dan nutrisi O : Ny.M dibantu oleh keluarga dalam miring kanan kiri dan keluarga tidak menghindarkan jenis makanan tertentu A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi Ajarkan tekhnik duduk dari terbaring ke posisi semifowler Ajarkan berdiri dari posisi duduk Ajarkan berjalan sedikit demi sedikit sesuai dengan kekuatan pasien
Kamis, 20 juni 2013
3.
S : Ny.M mengatakan sudah dapat berjalan ke kamar mandi tanpa bantuan keluarga dan dapat menyisir rambutnya, mandi masih dibantu oleh keluarga dan makan masih disuapi. O: pasien dapat berjalan, ketika mandi dibantu.
Universitas Sumatera Utara
A: masalah teratasi sebagian P :motivasi pasien untuk melakukan aktivitasnya sesuai kekuatan yang dimiliki Anjurkan ke keluarga untuk membantu pasien seperlunya
Universitas Sumatera Utara