BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi 1.1 Pengertian Kebutuhan Oksigenasi Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional, mengalami kemunduran atau bahkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Oksigenasi adalah penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel (Mubarak, 2007). Kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fungsi sistem pernapasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen tubuh (Potter&Perry, 2006). Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dari jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas (Wartonah& Tarwoto, 2010). Pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh ditentukan oleh adekuatnya sistem pernapasan, sistem kardivaskuler, dan sistem hematologi. Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersedian oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, di transfusi masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembabkan gas. Sedangkan fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain sebagai tempat masuknya oksigen berperan juga dalam proses difusi gas (Wartonah&Tarwoto, 2010).
Universitas Sumatera Utara
1.2 Proses Oksigenasi Ventilasi Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampua CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Difusi Gas Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi). Transportasi Gas Transportasi Gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kaviler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembulu darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hemoatokrit), serta eritrosit dan kadar Hb. (Hidayat, 2006).
Universitas Sumatera Utara
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor fisiologis, perkembangan, perilaku dan lingkungan (Wartonah&Tarwoto , 2010). 1. Faktor Fisiologi a. Menurunnya kapasitas O2 seperti anemia. b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas. c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu. d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain. e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru. 2. Faktor Perkembangan a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan. b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut. c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok. d. Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru. e. Dewasa tua: adanya proses penuan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun. 3. Faktor Perilaku a. Nutrisi: misalnya pada obsesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis. b. Latihan: dapat meningkatkan kebutuhan oksigen. c. Merokok: nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner. d. Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol
menyebabkan depresi pusat pernafasan. e. Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat.
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor Lingkungan a. Tempat kerja (polusi) b. Temperatur lingkungan. c. Ketinggian tempat dari permukaan laut
2.2 Tipe Kekurangan Oksigen dalam Tubuh Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang dipakai sebagai manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia, dan gagal napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dan oksimetri. 1. Hipoksemia Hipoksemia merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) di bawah normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg
atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilas, perfusi, difusi,
pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen.
Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di antaranya sesak napas, frekuensi napas 35 x/menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis. 2. Hipoksia Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lainnya adalah menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi oksigen, menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, dan kerusakan atau gangguan ventilasi.Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta clubbing.
Universitas Sumatera Utara
3. Gagal napas Gagal nafas merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol sisterm pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
4. Perubahan pola napas Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 18-22 x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut eupnea. Perubahan pola napas dapat berupa: dispnea, apnea, takipnea, bradipnea, kussmaul, cheyne-stokes, dan biot (Hidayat,2006).
2.3 Perubahan Fungsi Pernafasan Perubahan fungsi pernapasan terbagi dua, yaitu hiperventilasi dan hipoventilasi. a. Hiperventilasi Hiperventilasi adalah upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi disebabkan karena:
kecemasan,
infeksi/
sepsi,
keracunan
obat-obatan
dan
ketidakseimbangan asam basa.Tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, dan tinnitus. b. Hipoventilasi Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).Tanda dan gejala pada hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia, keseimbangan elektrolit, kejang, dan kardiak arrest (Wartonah & Tarwoto,2006).
Universitas Sumatera Utara
2.4 Terapi Oksigen Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau FiO2>21%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah asidosis respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas
dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60% mmHg atau SaO2 > 90%.Indikasi terapi okseigen diberikan pada: perubahan frekuensi atau pola napas,
perubahan atau gangguan pertukaran gas atau penurunan, hipoksemia, menurunnya kerja napas, menurunnya kerja miokard, dan trauma berat. Pemberian oksigen/ terapi oksigen dapat dilakukan melalui dua metode yaitu: sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi 1. Sistem aliran rendah Pemberian oksigen dengan menggunakan sistem ini ditujukan pada pasien yang membutuhkan oksigen tetapi masih mampu bernapas normal, karena teknik sistem ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi atau tidak konstan, sangat dipengaruhi oleh aliran, reservoir, dan pola napas pasien. Contoh pemberian oksigen dengan aliran rendah adalah dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana (simple mask), sungkup muka dengan kantong rebreathing, dan sungkup muka dengan kantong non-rebreathing.
2. Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak terpengaruholeh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury.Prinsip pemberian ventury adalah oksiegen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsentrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya: warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60% (Wartonah & Tarwoto,2006).
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Pengkajian a.
Riwayat Perawatan Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan) seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), Obstruksi nasal (Kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan (Hidayat, 2006).
b. Pola Batuk dan Produksi Sputum Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorakan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien (Hidayat,2006).
c. Sakit dada Pengkajian terhadap sakit dada untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan anatar waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit (Hidayat,2006).
Universitas Sumatera Utara
d. Pengkajian Fisik Inspeksi. Mengamati dari kepala sampai ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernafasan, dan gerak dinding dada. Palpasi. Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada klien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung klien dengan memintanya menyebutkan “ tujuh-tujuh” secara berulang. Jika klien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tanggannya Selain itu palpasi dilakukan untuk meraba adanya benjolan di aksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ekstermitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna dan pengisian kapiler.
Perkusi. Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekan jari tengah pemeriksa mendatar di atas dada klien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tengah sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan.Pada penyakit tertentu (misalnya pneumotoraks, emfisema), adanya udara pada dada atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum.
Auskultasi. Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali.
Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas vesikuler, bronkial, bronkuvesikuler, ronkhi; juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu terjadinya ( Potter&Perry, 2005).
Universitas Sumatera Utara
e. Pemeriksaan Diagnostik 1. Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung a. EKG b. Exercise stress test 2. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah a. Echocardiography b. Kateterisasi jantung c. Angiografi 3. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi a. Tes fungsi paru-paru dengan spirometri b. Tes astrup c. Oksimetri d. Pemeriksaan darah lengkap 4. Melihat struktur system pernapasan a.
X-Ray thoraks
b. Bronkoskopi c. CT Scan paru 5. Menentukan sel abnormal/ infeksi system pernapasan a. Kultur apus tenggorok b. Sitologi c. Specimen sputum (BTA)
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Analisa Data Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalahmasalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan,
merencanakan
asuhan
keperawatan,
serta
tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainnya. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/ raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan ,tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran.
Universitas Sumatera Utara
Patofisiologi
Embolisme mikrovaskular
Edema paru neurogenik
Agregasi seluler mikrovaskuler platelet dan granlulosit
Trauma, hipoksia, dan intoksikasi obat
Injuri langsung paru Henti simpatetik hipotalamus
Embolisme mikrovaskular Kehilangan surfaktan
Venokonstriksi sistemik
Venokonstriksi paru
Pelepasan dari Fibrinonpeptida dan asam amino
Atelektasis Perubahan volume darah menuju sirkulasi paru
Kerusakan endotelial dan epitelium
Peningkatan permebilitas kapiler paru
Peningkatan tekanna hidrostatik kapiler pulmoner
Edema paru
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Peningkatan kerja pernafasan, hipoksemia secara reversible
Gangguan pertukaran gas
Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasann, penggunaan otot bantu pernafasan
Respons sistemik dan psikologis
Intake nutrisi tidak adekuat, kelemahan dan keletihan fisik
Kecemasan keluarga , ketidakefektifan oping keluarga, dan ketodaktahuan prognosis
(Mutaqqin,2008) Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan pemenuhan ADL
Kecemasan kong keluarga tidak efeltf Ketidaktahuan/pemenu han informasi
Universitas Sumatera Utara
2.1.3
Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada atau resiko terjadi masalah (Potter & Perry,2006). Adapun rumusan masalah dari oksigenasi antara lain: 1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas Definisi : kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret/ slem sehingga
menimbulkan
obstruksi
saluran
pernapasan
dengan
tujuan
mempertahankan saluran pernapasan. Kemungkinan berhubungan dengan : •
Menurunnya energi dan kelelahan
•
Infeksi trakeobronkial
•
Gangguan kognitif dan persepsi
•
Trauma
•
Bedah toraks
Kemungkinan data yang ditemukan : •
Suara napas tidak normal
•
Perubahan jumlah pernapasan
•
Batuk
•
Sianosis
•
Demam
•
Kesulitan bernapas (dispnea)
Tujuan yang diharapkan : •
Saluran pernapasan pasien menjadi bersih
•
Pasien dapat mengeluarkan secret
•
Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal
Universitas Sumatera Utara
2) Ketidakefektifan pola pernapasan Definisi : kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Obstrusi trakeal b. Perdarahan aktif c. Menurunnya ekspansi paru d. Infeksi paru e. Depresi pusat pernapasan f. Kelemahan otot pernapasan Kemungkinan data yang ditemukan: a. Perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan b. Penggunaan otot tambahan pernapasan c. Suara pernapasan tidak normal d. Batuk disertai dahak e. Kecemasan Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Penyakit kanker, infeksi pada dada b. Penggunaan obat dan keracunan alcohol c. Trauma dada Tujuan yang diharapkan : a. Pasien dapat mendemostrasikan pola pernapasan yang efektif b. Menunjukan pola pernapasan yang efektif c. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas
Universitas Sumatera Utara
3) Gangguan pertukaran gas Definisi : suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan karbon dioksida diantara alveoli paru dan sistem vascular. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Penumpukan cairan dalam paru b. Gangguan jumlah oksigen c. Obstruksi saluraan pernapasan d. Edema paru e. Pembedahan paru Kemungkinan data yang ditemukan : a. Sesak napas b. Penurunan kesadaran c. Nilai AGD tidak normal d. Sianosis Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Penyakit obstruksi pernapasan kronis b. Gagal jantung c. Asma d. Pneumonia Tujuan yang diharapkan : a. Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas b. Pasien dapat menunjukan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti : tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah.
Universitas Sumatera Utara
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan tubuh Definisi : kondisi dimana tidak adekuatnya jumlah oksigen akibat menurunnya nutrisi dan oksigen pada tingkat seluler. Kemungkinan yang berhubungan: a. Vasokonstriksi b. Hipovolemia c. Thrombosis vena d. Menurunnya aliran darah Kemungkinan data yang ditemukan: a. Edema b. Pulsasi perifer kecil c. Perubahan warna kulit/ pucat d. Menurunnya sensasi e. Sianosis Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Gagal jantung b. Infark miokardial c. Peradangan pada jantung d. Hipertensi Tujuan yang diharapkan : a. Menurunnya insufisiensi jantung b. Suara pernapasan dalam keadaan normal
Universitas Sumatera Utara
2.1.4
Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik (Potter&Perry, 2005)
Universitas Sumatera Utara
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Hari /
No.
Tanggal Dx 1.
Perencanaan keperawatan Tujuan: − Mempertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan. − Oksigenasi/ ventilasi adekuat memenuhi kebutuhan aktivitas pasien. Kriteria hasil: − Menunjukkan patensi jalan napas − Cairan/secret mudah dikeluarkan − Bunyi napas jelas − Pernapasan tidak bising
Rencana tindakan
Rasional
1. Kaji fungsi pernafasan, contoh 1. Penurunan bunyi nafas dapat bunyi nafas, kecepatan, irama
menunjukkan atelektesis. Ronki,
dan kedalaman dan penggunaan
mengi menunjukkan akumulasi
otot aksesoris.
sekret/ketidakmampuan
untuk
membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunan otot aksesoris pernafasan dan peningkatan kerja nafas
2. Catat
kemampuan
mengeluarkan
untuk 2. Pengeluaran sulit bila sekret
mukosa/batuk
sangat tebal. Sputum berdarah
efektif ; catat karakter, jumlah
kental
atau
darah
cerah
sputum, adanya hemoptisis
diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan evaluasi
Universitas Sumatera Utara
3
Beri klien posisi hiper ekstensi pada kepala pasien.
3. Posisi
membantu
memaksimalkan
ekspansi
paru dan menurunkan upaya pernafasan. maksimal
Ventilasi membuka
area
atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas
besar
untuk
di
keluarkan 4
Bersihkan sekret dari mulut dan 4. Mencegah
obstruksi/aspirasi.
trakea ; penghisapan sesuai
Penghisapan dapat dilakukan bila
keperluan
klien tidak mampu mengeluarkan sekret
5
Pertahankan masukan cairan 5. Pemasukan
tinggi
cairan
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali
membantu untuk mengencerkan
kontraindikasi
sekret,
membuatnya
mudah
dikeluarkan
6
Lembabkan udara atau oksigen 6. Mencegah pengeringan membran inspirasi
mukosa ;membantu pengenceran sekret
7
Pemberian obat-obatan sesuai 7. Menurunkan indikasi
kekentalan
dan
perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan
Universitas Sumatera Utara
2. Ketidakefektifan pola nafas
Hari /
No.
Perencanaan keperawatan
Tanggal Dx 2.
Tujuan: − Pola nafas kembali normal. Kriteria hasil: − Mempertahankan pola nafas normal/efektif − Irama, frekuensi, kedalaman pernafasan berada dalam batas normal
Rencana tindakan
Rasional
1) Evaluasi frekuensi pernafasan dan 1) Distres pernafasan dan perubahan kedalaman.catat pernafasan,contoh
upaya
tanda vital dapat terjadi sebagai
adanya
akibat stres fisiologis atau dapat
dispnea, penggunaan otot bantu
menunjukkan syok akibat hipoksia.
nafas.
2) Auskultasi bunyi nafas. Catat area 2) Bunyi nafas sering menurun pada yang
menurun/tak
nafas
dan
ada
adanya
bunyi
dasar
bunyi
pembedahan
tambahan, contoh, krekels atau
paru
selama
periode
sehubungan
dengan
terjadinya atelektasis.
ronki 3) Observasi penyimpangan dada 3) Udara atau cairan pada area pleura selidiki penurunan ekspansi atau
mencegah
ekspansi
lengkap
dan
ketidak simetrisan gerakan dada.
memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
4) Tinggikan kepala tempat tidur 4) Merangsang letakkan
pada
posisi
ekstensi pada kepala pasien.
hiper
fungsi
pernafasan/ekpansi paru. Efektif pada pencegahan dan perbaikan kongesti paru
Universitas Sumatera Utara
5) Kaji ulang laporan foto dada dan 5) Pantau keefektifan terapi pernafasan pemeriksaan laboratorium ssuai
dan/atau catat terjadinya komplikasi
indikasi
6) Berikan
tambahan
oksigen 6) Meningkatkan pengiriman oksigen ke
dengan kanula atau masker
paru untuk kebutuhan sirkulasi
Universitas Sumatera Utara
3. Gangguan pertukaran gas
Hari /
No.
Tanggal Dx 1.
Perencanaan keperawatan Tujuan: − Setelah dilakukan intervensi tidak terjadi gngguan pada pertukaran gas Kriteria hasil: − Menunjukkan ventilasi yang adekuat − Oksigenasi dalam rentang normal − Menunjukkan
perbaikan/tak
ada
gejala
distres
pernafasan Rencana tindakan
Rasional
1. Catat frekuensi dan kedalaman
1. Takipnea dan dispnea menyertai
pernafasan, penggunaan otot
obstruksi
paru.Kegagalan
bantu nafas, nafas bibir.
pernafasan lebih berat menyertai kehilangan paru unit fungsional dari sedang sampai berat
2. Auskultasi penurunan/tak nafas
dan
paru
untuk
adanya
bunyi
diidentifikasi
bunyi
bunyi nafas.krekels terjadi pada
adanya
tambahan mis krekels
2. Area yang tak terventilasi dapat dengan
danya
jaringan terisi cairan
3. Pantau hasil gas darah(AGD)
3. Hasil AGD dapat menunjukkan
misalnya pH, PaO2, PaCO2, dan
kemunduran atau peningkatan
HCO3 yang meningkat
tingkat respirasi pasien.
4. Observasi
sianosis
pada
4. Menunjukkan hipoksia sistemik
jaringan hangat seperti daun telinga, bibir,dan lidah
Universitas Sumatera Utara
5. Lakukan
tindakan
untuk
5. Jalan
nafas
lengkap/kolaps
memperbaiki/mempertahankan
menurunkan jumlah alveoli yang
jalan nafas misalnya batuk,
berfungsi,
penghisapan
mempengaruhi pertukaran gas.
secara
6. Tinggikan kepala tempat tidur 6. Meningkatkan sesuai kebutuhan serta berikan
maksimal,
posisi
bernafas,
hiper
ekstensi
pada
kepala pasien.
negatif
ekspansi
membuat yang
dada mudah
meningkatkan
kenyamanan fisiologis
7. Awasi tanda-tanda vital
7. Tatikardia, perubahan
takipnea, pada
TD
dan terjadi
dengan beratnya hipoksemia
8. Awasi nadi oksimetri
8. Hipoksia
ada
pada
berbagai
derajat, tergantung pada jumlah obstruksi jalan nafas, fungsi kardiopulmonal,
dan
ada
tidaknya syok
9.Berikan
oksigen
metode yang tepat
dengan
9. Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.Oksigen biasanya diberikan dengan nasal kanul
pada
obstruksi
paru
sebagian.
Universitas Sumatera Utara
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan Hari /
No.
Tanggal Dx 1.
Perencanaan keperawatan Tujuan: − Tidak terjadi gangguan perfusi jarinngan. Kriteria hasil: − Menunjukkan
peningkatan
perfusi
sesuai
secara
individual − Irama jantung/frekuensi dan nadi perifer dalam batas normal − Tidak adanya sianosis sentral/perifer Rencana tindakan
Rasional
1. Auskultasi frekuensi dan irama 1. Tatikardi sebagai akibat hiposemia jantung.
dan kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan.
2. Observasi
perubahan
status 2. Gelisah,
mental.
bingung,
disorientasi,
dan/atau perubahan sensori dapat menunjukkan
gangguan
aliran
darah.
3. Observasi
warna
dan
suhu 3. Kulit
kulit/membrane mukosa.
pucat
atau
sianosis
menunjukkan vasokontriksi perifer (syok) dan gangguan aliran darah sistemik.
4. Tinggikan kaki/telapak kaki bila 4. Tindakan di
tempat
ini
dilakukan
untuk
tidur/kursi.Dorong
menurunkan stasis vena di kaki dan
klien untuk latihan kaki dengan
pengumpilan dara pada vena pelpis
fleksi/ekstensi
untuk
pergelangan kaki.
kaki
pada
menurunkan
risiko
pembentukan trombus.
Universitas Sumatera Utara
5. Berikan cairan (IV/oral) sesuai 5. Peningkatan cairan di perlukan indikasi.
untuk menurunkan hiperviskositas darah atau mendukung volume sirkulasi/perfusi jaringan.
6. Pantau
pemeriksaan 6. Mengevaluasi
diagnostik/laboratoium
perubahan
fungsi
organ dan mengawasi efek heparin dan
koumadin,
mungkin
perlu
perubahan dosis.
Universitas Sumatera Utara
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 2.2.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I.
BIODATA IDENTITAS PASIEN
Nama
: An.T
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 26 hari
Status Perkawinan
:-
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Alamat
: Desa Pertabah Singkil, Aceh
Tanggal Masuk RS
: 9 Mei 2014
Ruangan/Kamar
: K.Perinatologi
Golongan Darah
:-
Tanggal Pengkajian
: 2-6 Juni 2014
Diagnosa Medis
: Acute Respiratory Distress Syndrome
II.
KELUHAN UTAMA
Sesak nafas dan sianosis dialami oleh pasien. Hal ini dialami pasien ± 4 jam setelah dilahirkan.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG A. Provocation/Palliative 1. Apa Penyebabnya Hal ini terjadi karena An.T sempat terminum air ketuban sehingga air ketuban menjadi kering ketika An.T lahir.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan An.T diberi terapi O2 ½ liter/menit dengan menggunakan nasal kanul.
Universitas Sumatera Utara
B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan An.T tampak terkejut, berhenti menangis atau menangis tidak kuat. 2. Bagaiman dilihat An.T terlihat lemah, pucat, dan rewel. C. Region 1. Dimana lokasinya Sesak terjadi pada daerah dada An.T. 2. Apakah menyebar Tidak menyebar D. Severety Tidak dapat dikaji E. Time Sesak terjadi dengan waktu yang tidak teratur.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami Tidak ada penyakit yang pernah dialami B. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan Tidak ada pengobatan yang dilakukan C. Pernah dirawat atau pernah dioperasi An.T pernah dirawat di RS.Singkil. D. Lama dirawat ± 2 hari. E. Alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi terhadap makanan dan obat.
F. Imunisasi Imunisasi BCG
Universitas Sumatera Utara
V.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua Orang tua pasien tidak mempunyai masalah kesehatan
B. Saudara kandung Orang tua pasien mengatakan saudara kandung pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius. C. Penyakit keturunan Orang tua pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga D. Anggota keluarga yang menggalami gangguan jiwa Orang tua pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. E. Anggota keluarga yang meninggal Orang tua pasien mengatankan tidak ada anggota keluarga yang meninggal
VI.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya An.T belum mengerti tentang penyakitnya. B. Konsep Diri a. Gambaran diri : Gambaran diri An.T tidak dapat dikaji b. Ideal diri
: Ideal diri An.T tidak dapat dikaji
c. Harga diri
: Harga diri An.T tidak dapat dikaji
d. Peran diri
: Peran diri An.T tidak dapat dikaji
e. Identitas
: An,T anak ke-2 dari 2 bersaudara.
C. Keadaan Emosi An.T sering menangis kuat dan rewel.
Universitas Sumatera Utara
D. Hubungan Sosial a. Orang yang berarti Orang yang berarti bagi An.T adalah orang tuanya terutama ibu An.T. b. Hubungan dengan keluarga An.T anak ke 2 dari 2 bersaudara. c. Hubungan dengan orang lain Orang tua pasien mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan orang lain d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain yaitu bayi belum dapat berbicara. e.
Spiritual a. Nilai dan keyakinan : An.T beragama Kristen Protestan. b. Kegiatan ibadah
: An.T belum busa melakukan kegiatan ibadah.
VII. STATUS MENTAL -
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum Sesak nafas dialami sejak 4 jam setelah pasien dilahirkan. B. Tanda-tanda vital a. Suhu tubuh
: 37,2 oC
b. Tekanan darah
:-
c. Nadi
: 145 x/menit
d. Pernafasan
: 80x/menit
e. Skala nyeri
: Tidak dapa dikaji
f. TB
: 51cm
g. BB
: 3600g
Universitas Sumatera Utara
C. Pemeriksaan head to toe 1. Kepala dan rambut a. Bentuk
: Bulat dan simetris.
b. Ubun-ubun : Ubun-ubun An.T belum tertutup rapat. c. Kulit kepala : Kulit kepala An.T bersih. Rambut a. Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut merata di kepala, dan tidak mudah di cabut. b. Bau
: Rambut An.T tidak berbau.
c. Warna rambut
: Warna kulit An.T berwarna hitam.
Wajah a. Warna kulit
: Warna kulit An.T putih.
b. Struktur wajah
: Struktur wajah simetris.
2. Mata a. Kelengkapan dan kesimetrisan
: Struktur mata An.T lengkap dan simetris antara mata kanan dan mata kiri.
b. Palpebra
: Tidak ada edema pada palpebra.
c. Konjungkiva dan sklera
: Konjungtiva pasien tidak anemis dan sklera berwarna putih.
d. Pupil
: Pupil pasien isikor kanan dan kiri, reflex pupil sebagi respon terhadap cahaya.
e. Cornea dan iris
: Tidak terjadi pengapuran katarak pada mata klien dan tidak ada peradangan pada mata pasien.
f. Visus
: Visus belum dapat dikaji, An.T berkedip pada pemunculan sinar terang.
g. Tekanan bola mata
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
3. Hidung a. Tulang hidung dan posisi septum nasi
: Tulang hidung simetris dan posisi septum, nasi ditengah.
b. Lubang hidung
: Lubang hidung bersih dan simetris.
c. Cuping hidung
:Ada pergerakan cuping hidung saat
bernafas.
4. Telinga a. Bentuk telinga
: Bentuk telinga An.T normal.
b. Ukuran telinga
: Ukuran telinga pasien simetris kiri dan kanan.
c. Lubang telinga
: Lubang telinga pasien tidak ada kelainan.
d. Ketajaman pendengaran
: Pasien memiliki ketajaman pendengaran yang
baik, reflex terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiba-tiba. 5. Mulut dan faring a. Keadaan bibir
: Mukosa bibir tidak kering.
b. Keadaan gusi dan gigi
: Gusi normal dan gigi belum tumbuh.
c. Keadaan lidah
: Tidak ada kelainan pada lidah pasien.
d. Orofaring
: Tidak ada kelainan orofaring pada pasien.
6. Leher a. Posisi trakea
: Posisi trakea An.T simetris.
b. Thyroid
: Thyroid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
c. Suara
: Suara hanya terdengar dalam ketika An.T menangis kuat dan kencang.
d. Kelenjar limfe
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
e. Vena jugularis
: Tidak ada distensi vena jugularis.
f. Denyut nadi karotis
: Denyut nadi karotis pasien teraba.
Universitas Sumatera Utara
D. Pemeriksaan integumen a. Kebersihan
: Kebersihan kulit pasien terjaga.
b. Kehangatan
: Ekstremitas pasien teraba hangat.
c. Warna
: Warna kulit An.T putih.
d. Turgor
: Turgo kulit kembali < 2 detik.
e. Kelembaban
: Kelembaban kulit pasien teraba hangat.
f. Kelainan pada kulit
: Tidak ada kelainan pada kulit pasien
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak a. Ukuran dan bentuk
: Ukuran dan bentuk payudara An.T normal.
b. Warna payudara dan areola
: Warna payudara An.T putih dan areola
An.T cokelat c. Kondisi payudara dan puting
: normal.
d. Produksi ASI
:-
e. Aksila dan clavicula
: Tidak ada kelainan pada aksila dan clavicula An.T.
F. Pemeriksaan thoraks/dada a. Inspeksi thoraks
: Normal dan simetris.
b. Pernafasan (frekuensi, irama)
: 148 x/ menit, iramat tidak teratur
c. Tanda kesulitan bernafas
: An.T sulit bernafas ditandai dengan sesak.
G. Pemeriksaan paru a. Palpasi getaran suara
: Fremitus taktil simetris kiri dan kanan.
b. Perkusi
: Resonan.
c. Auskultasi
: suara vesikuler
Universitas Sumatera Utara
H. Pemeriksaan jantung a. Inspeksi
: Tidak ada kelainan pada jantung An.T
b. Palpasi
: Iktus cordis pada ics 5 mid clavicula sinistra teraba teratur
c. Perkusi
: Batas jantung intercostal (4 dan 5)
d. Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 terdengar jelas dan normal, bunyi tambahan tidak ada
I. Pemeriksaan abdomen a. Inspeksi (bentuk,benjolan)
: Pada saat di inspeksi abdomen tidak ada benjolan dan abdomen tidak terjadi distensi
b. Auskultasi
: Pada saat di auskultasi peristaltic pasien 10 x/menit dan tidak ada suara tambahan
c. Palpasi
: Pada saat di palpasi tidak ada nyeri tekan
d.
: Pada saat abdomen pasien diperkusi
Perkusi
berbunyi tympani
J. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya a. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra)
:
1. Rambut pubis
: Rambut pubis An.T belum tumbuh
2. Lubang uretra
: ada dan normal.
b. Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) 1. Lubang anus
: ada
2. Kelainan pada anus
: tidak ada
3. Perineum
: normal
:
K. Pemeriksaan muskuluskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) Muskuloletal/ekstremitas simetris, kekuatan otot tidak dapat dilakukan dan tidak ada edema.
Universitas Sumatera Utara
L. Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) GCS : 15, E = 4, M = 6, V = 5 Tidak ada meningeal sign
M.
Fungsi Motorik
An.T mampu mengangkat kepala 45º, menggerakkan kepala ke kanan dan kiri sehingga mampu melihat wajah orang lain.
N. Fungsi Sensorik (identitas sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran) -
Terdapat respon An.T ketika diberi sentuhan
-
Untuk pemeriksaan nyeri terjadi penarikan pada ekstremitas An.T.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makanan dan minuman a. Frekuensi makanan/hari
: 4 kali sehari.
b. Nafsu/selera makan
: Nafsu selera makan An.T ada
c. Nyeri ulu hati
:-
d. Alergi
: Tidak ada alergi terhadap makanan dan obat
e. Mual dan muntah
: Tidak ada mual & muntah
f. Waktu pemberian makan
: Waktu pemberikan makan pasien pagi pukul 7.00 & 10.00 WIB, siang pukul 13.00 & 15.00WIB, dan malam 18.00 & 21.00WIB
g. Jumlah dan jenis makan
: Susu SGM = 30cc
h. Waktu dan pemberian cairan/minum
: 180-200cc
i. Masalah makan dan minum
: Tidak ada
Universitas Sumatera Utara
II. Perawatan diri/personal hygiene a. Kebersihan tubuh
: Baik
b. Kebersihan gigi dan mulut
: An.T belum bisa membersihkan gigi dan mulut secara mandiri.
c. Kebersihan kuku kaki dan tangan
: An.T belum bisa membersihkan kuku dan tangan secara mandiri.
1. Pola kegiatan/aktivitas a. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total Pasien belum mampu melakukan aktivitas secara mandiri. b. Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Pasien belum beribadah karna masih kecil.
2. Pola eliminasi a. BAB 1) Pola BAB
: Normal
2) Karakter feses
: Kuning, lembek
3) Riwayat perdarahan
: tidak ada
4) BAB terakhir
: 3 Juni 2014
5) Diare
: Tidak diare
6) Pengguanaan laksatif
: Tidak ada penggunaan laksanatif
a. BAK 1) Pola BAK
: Terpasang Pampers
2) Karakter Urine
: Kuning
3) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: Tidak ada 4) Pengunaan diuretik
: Tidak ada
5) Upaya mengatasi masalah
:-
Universitas Sumatera Utara
Hasil Pemeriksaan panjang/diagnostic -
Diagnosis Medis
-
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang medis :
•
: Respiratory Distress
Laboratorium -
Analisa Gas Darah Tanggal
: 28-5-2014
Nama
Hasil
Nilai normal
pH
7,458
arteri: 7,35-7,45/ vena : 7,3-7,41
PCO2
41.9
arteri: 35-45/mmHg vena : 41-51/mmHg
PO2
59,4
arteri: 80-100/mmHg vena : 30-50 mmHg
TCO2
31,2
arteri: 23-27/mmol/l vena : 24-29 mmol/l
HCO3
29,9
arteri: 22-26/mmol/l vena : 23-28/mmol
Base excess
5,8
arteri (-2) – (+2)
O2 Saturasi
90.8
Arteri : 95-98% Vena : 89-98%
•
Rontgen Thorax
•
ECG Tidak dilakukan pemeriksaan
•
USG Tidak dilaukan pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
TERAPI OBAT-OBATAN Nama Obat
: Inj.Meropenem
Dosis obat •
: 65mg/12jam
Efek terapi dari pemberian Meropenem yaitu:
Meropenem adalah antibiotik carbapenem dengan aktivitas spektrum luas terhadap beberapa patogen. Berasal dari Streptomyces cattleya, struktur kimia mirip dengan beta laktam. Sifat fisikokimia dari obat ini adalah kristal putih tidak berwarna, sangat sukar larut dalam air, sangat sedikit larut dalam alkohol, praktis tidak larut dalam aseton dan eter, larut dalam dimethylformamid. Larutan 1% dalam air mempunyai pH 4,0-6,0. Sub kelas terapi adalah antibakteri dan kelas terapinya yaitu anti infeksi Sama seperti antibiotik beta-laktam lainnya, dikarenakan meropenem merupakan antibiotik ”time dependence”, maka parameter farmakokinetik / farmakodinamik yang berkaitan dengan efficacy pengobatan adalah T>MIC (durasi kadar obat lebih tinggi dari MIC) dan metode optimal untuk mempertahankan kadar obat adalah dengan cara memberikan obat secara infus kontinu. •
Efek samping dari pemeberian Meropenem yaitu:
- Kardiovaskuler(1-10%), Gangguan pembuluh darah perifer (<1%), - SSP: Sakit kepala (25-8%), nyeri (5%). Dermatologi: ruam (92-3%),termasuk moniliasis daerah diaper pada anak, pruritis (1%). Saluran cerna: Diare (4-5%), mual/muntah (1-8%), konstipasi (1-7%)moniliasis oral (sampai 2% pada pediatri), glositis. Hematologi: anemia (sampai 6%). Lokal Inflamasi pada tempat suntikan (2%), flebitis/tromboplebitis (1%), reaksi temapt suntikan (1%). Pernafasan: apnea (1%). Lain-lain: Sepsis (2%), shok sepsis (1%). <1% terbatas yang penting dan mengancam jiwa: Agitasi/delirium, agranulositosis, angioedem, aritmia, peningkatan bilirubin, bradikardia, peningkatan BUN, peningkatan kreatinin, kolestatik, jaundis, penurunan waktu protrombin, dispepsia.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2
ANALISA DATA
Masalah No.
Data
Penyebab
Ds :
An.T
Ibu
An.T
Keperawatan
teminum
air
mengatakan ketuban
bahwa sesak nafas sejak 4 Air ketuban menutupi jam setelah dilahirkan.
jalan pernafasan
Do :
Fungsi paru menurun -
RR : 78x/menit
-
Ada pergerakan
Gangguan
cuping
nafas
1
Surfaktan menurun
hidung Menurunnya ventilasi
pola
saat bernafas. -
Ada
retraksi CO2 meningkat
dinding dada Sesak nafas
Gangguan pola nafas
Ds : Ibu
An,T An.T
bahwa dilahirkan
minum
air
mengatakan ketuban
ketika air
An.T ketuban Air
kering
ketuban
menumpuk dalam paru
Do : 2.
RR
:78x/menit
Imaturasi paru
Gangguan pertukaran gas
(adanya sesak nafas) Adanya retraksi dinding Ketidakstabilan dada Adanya cuping
alveola pergerakan Penurunan pengiriman hidung
saat O2 dan CO2
bernafas Nilai AGD tidak stabil
Universitas Sumatera Utara
(pH=7,458
Nilai AGD tidak stabil
HCO3= 29,9) Sesak nafas
Gangguan pertukaran gas
Ds : -
Metabolisme
Do:
belum stabil
T : 37,2oC -
Ada
terpasang
infuse 3
Rentan
intravena
terkena
kuman penyakit
Pemberian obat Adanya melalui
An.T
pemasangan
infuse
Resiko Infeksi
Pemberian obat injeksi melalui intravena
Resiko infeksi
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
RUMUSAN MASALAH
a. Masalah Keperawatan • Ketidak efektifan pola nafas • Gangguan pertukaran gas • Resiko infeksi
b. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan fungsi paru-paru menurun sehingga menurunnya ventilator dan CO2 meningkat serta berkurangnya jumlah cairan surfaktan ditandai dengan RR= 78 x/menit, retraksi dinding dada, adanya pergerakan cuping hidung saat bernafas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan penurunan pertukaran O2 dan CO2 ditandai dengan RR=78x/menit, adanya retraksi dinding dada, pergerakan cuping hidung saat bernafas, nilai AGD tidak stabil (pH=7,458 dan HCO3= 29,9). 3. Resiko infeksi berhubungan dengan metabolisme tubuh belum stabil sehingga kuman penyakit rentan masuk ke tubuh An.T ditandai dengan adanya terpasang infuse dan pemberian obat melalui intravena.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Hari/
PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
No.Dx
Perencanaan keperawatan
Tanggal Selasa 3- 1
Tujuan dan Kriteria Hasil
6-2014
-
Tujuan
: Pola nafas efektif
-
Kriteria hasil: - Status pernafasan baik dan ventilasi tidak terganggu - RR= 40-60x/menit. -Tidak ada pergerakan cuping hidung. saat bernafas. - Tidak ada retraksi dinding dada. - Irama pernafasan teratur.
Rencana Tindakan -
Rasional
Pantau, kecepatan dan
Mengetahui status pernafasan paisen.
-
Bunyi nafas sering menurun pada dasar
kedalaman
irama,
usaha
respirasi,
dan
pergerakan pada
-
dada
pernafasan
pasien. -
Auskultasi nafas,
bunyi
perhatikan
paru
selama
area
sehubungan
penurunan/tidak
atelektasis
periode
pembedahan
dengan
terjadinya
adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan. -
Pantau
pola
-
Memantau pola pernafasan pasien
-
Meningkatkan pengembangan paru dan
pernafasan pasien -
Beri
posisi
hiper
ekstensi pada kepala An.T
membuka jalan nafas pasien.
Universitas Sumatera Utara
-
Beri
terapi
O2
-
Mempertahankan oksigen arteri pasien.
-
Membantu proses pengoptimalan pola
melalui nasal kanul sebanyak
½
liter/menit. -
Kolaborasi dokter pemberian
dengan dalam
pernafasan pasien.
obat
injeksi Meropenem 65mg/12jam
Universitas Sumatera Utara
Hari/
No.Dx
Perencanaan keperawatan
tanggal Selasa 3- 2
Tujuan dan Kriteria Hasil
6-2014
-
Tujuan
: Pertukaran gas dan status pernafasan efektif
-
Kriteria hasil: RR= 40-60x/menit HR= 110-150 x/menit Tidak ada retraksi dinding dada Nilai AGD stabil(pH ,PaCO2, PaCO2, HCO3 stabil) Sesak nafas berkurang Irama pernafasan teratur
Rencana Tindakan -
Kaji
Rasional
bunyi
paru,
-
Mengetahui status pernafasan An.T
-
Hasil
frekuensi kedalaman
nafas
pernafasan pasien. -
Pantau
hasil
darah
gas
(AGD)
AGD
dapat
menunjukkan
kemunduran atau peningkatan tingkat
misalnya pH, PaO2,
respirasi pasien.
PaCO2, dan HCO3 yang meningkat. -
Jelaskan pemberian terapi
-
oksigen
kegunaan pemberian terapi oksigen
melalui nasal kanul yang
Keluarga pasien perlu mengetahui
melalui nasal kanul.
digunakan
pasien
kepada
keluarga pasien -
Beri
posisi
hiper
ekstensi pada kepala
-
Meningkatkan pengembangan paru dan membuka jalan nafas pasien
An.T
Universitas Sumatera Utara
-
Beri
terapi
O2
-
Mempertahankan oksigen arteri pasien.
-
Hasil GDA dapat menunjukkan status
melalui nasal kanul sebanyak
½
liter/menit. -
Kolaborasi
dengan
dokter
tentang
kebutuhan
keadaan umum pasien serta tingkat
akan
pemeriksaan
respirasi pasien.
gas
darah arteri (GDA) sesuai adanya
dengan perubahan
kondisi pasien. -
Kolaborasi dokter pemberian
dengan dalam
-
Membantu
proses
pengoptimalan
tingkat respirasi pasien.
obat
injeksi Meropenem dengan
dosis
65mg/12jm.
Universitas Sumatera Utara
Hari/
No.Dx
Perencanaan keperawatan
Tanggal Selasa 3- 3
Tujuan dan Kriteria Hasil
6-2014
-
Tujuan
: Faktor resiko akan hilang dengan
keadekuatan status imunitas pasien. -
Kriteria hasil: Tanda-tanda vital normal Terbebas dari tanda dan gejala infeksi Tidak
ada
masalah
pemasangan infuse dan
pada
tempat
pemberian obat melalui
intravena Rencana Tindakan -
Rasional
Pantau tanda-tanda
-
vital An.T -
Mengetahui
perkembangan
tanda-tanda vital An.T.
Pantau tanda –tanda
-
Mengetahui terjadinya infeksi.
-
Peningkatan status imun pasien
terjadinya infeksi. -
Kaji
faktor
yang
meningkatkan
menjadi indikator ada/tidaknya
serangan
infeksi
resiko infeksi terjadi.
(misalnya
status
imun pasien). -
Lakukan
tindakan
aseptik
sebelum
melakukan tindakan
-
Mengurangi resiko infeksi pada pasien.
keperawatan (misalnya memberi susu,
memberi
injeksi melalui intra vena,
memasang
infus ).
Universitas Sumatera Utara
-
Ajarkan
kepada
keluarga
pasien
untuk
mencuci
tangan
sebelum
mengunjungi
-
Dengan cara mencuci tangan mampu
mengurang
kuman
penyakit.
atau
berkontak langsung dengan pasien.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 PELAKSANAAN KEPERAWATAN
N Hari/
o.
Tgl
D
Evaluasi Implementasi keperawatan
(SOAP)
x Selasa, 3
Juni
1.
- Mengkaji pola pernafasan S : dan irama pernafasan An.T
2014 -
Memberi
posisi
hiper
Ibu An.T mengatakan bahwa An.T masih rewel dan masih sesak nafas. O:
ekstensi pada kepala An.T
RR = 68 x/menit - Memantau tanda-tanda vital Nadi = 150x/menit
An.T
T
= 37,2oC
- Memantau pemberian terapi O2 ½ l/menit melalui nasal kanul.
-
Memberi
A: medikasi
obat Tanda-tanda vital belum stabil
melaui intra vena An.T
(RR = 68 x/menit)
Inj.Meropenem 65mg/12jam Pasien masih sesak nafas Irama pernafasan belum teratur
P: Intervensi dilanjutkan: Memberikan terapi oksigen Memberi posisi hiper ekstensi pada kepala An.T Memberi injeksi Meropenem 65mg/12jam.
Universitas Sumatera Utara
Selasa, 3
2
-
Juni
Mengkaji bunyi paru, S : frekuensi kedalaman
2014
nafas,
retraksi
dinding
Ibu An.T mengatakan bahwa sesak nafas masih dialami oleh An.T
dada
pernafasan pasien. - Memantau hasil gas darah
O: RR=68x/menit
(AGD) misalnya pH, PaO2, PaCO2,
dan
HCO3
yang HR = 150 x/menit
meningkat
T = 37,2oC
- Memantau pemberian terapi 2.
O2 ½ l/menit melalu nasal Adanya retraksi dinding dada kanul.
-
Memberi
pH medikasi
: 7,458
obat HcO3 : 29,9
melaui intra vena An.T
A:
Inj.Meropenem 65mg/12jam Tanda-tanda vital belum stabil (RR = 68 x/menit) Nilai AGD belum stabil Retraksi dinding dada belum normal
P: Intervensi dilanjutkan Memantau bunyi paru, frekuensi kedalaman nafas, retraksi dinding dada pernafasan pasien.
Memberikan terapi oksigen Memberi injeksi Meropenem 65mg/12jam
Universitas Sumatera Utara
Selasa, 3
-
Juni
2014
Memantau
tanda- S: -
tanda vital An.T 3
-
Melakukan tindakan sebelum O:
aseptic
melakukan tindakan RR = 68x/menit keperawatan kepada HR = 150x/menit (misalnya T = 37,2oC
An.T memberi
susu, Tidak ada tanda-tanda infeksi
memberi terapi obat dengan
injeksi A:
melalui
intravena, Tanda-tanda vital belum stabil
memasang infuse ) -
Memantau
(RR = 68x/menit).
faktor-
faktor
yang P: Intervensi dilanjutkan
meningkatkan serangan
Memantau tanda-tanda vital An.T infeksi Melakukan tindakan aseptic
(misalnya
status sebelum melakukan tindakan keperawatan
imun pasien).
kepada
An.T(misalnya
memberi
susu,
memberi terapi obat dengan injeksi melalui -
Memberikan medikasi
obat
melalui Injeksi
intravena, memasang infuse )
intravena. Meropenem Memantau
65mg/12jam. -
Memantau
faktor
yang
meningkatkan
serangan infeksi (misalnya status imun infuse pasien).
yang terpasang pada Memberikan An.T
medikasi
obat
melalui
intravena. Injeksi Meropenem 65mg/12jam Memantau infuse yang terpasang pada An.T
-
Mengajarkan kepada Mengajarkan kepada keluarga pasien untuk keluarga
pasien mencuci
untuk
mencuci pasien.
tangan
sebelum
tangan
sebelum
mengunjungi
mengunjungi pasien.
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
N Hari/
o.
Tgl
D
Evaluasi Implementasi keperawatan
(SOAP)
x Rabu, 4
Juni
1.
- Mengkaji pola pernafasan S : dan irama pernafasan An.T
2014 -
Memberi
posisi
hiper
Ibu An.T mengatakan bahwa sesak nafas pasien berkurang O:
ekstensi pada kepala An.T
RR = 62x/menit - Memantau tanda-tanda vital Nadi = 140x/menit
An.T
T
= 36.8oC
- Memantau pemberian terapi O2 ½ l/menit melalui nasal Irama pernafasan belum teratur kanul.
-
Memberi
A: medikasi
obat RR belum stabil(62x/menit)
melalui intra vena An.T
Irama pernafasan belum teratur
Inj.Meropenem 65mg/12jam
P: Intervensi dilanjutkan: Memberikan terapi oksigen Memberi posisi hiper ekstensi pada kepala An. Memberi
injeksi
Meropenem
65mg/12jam
Universitas Sumatera Utara
Rabu, 4
2
Juni
2014
Mengkaji
bunyi
frekuensi
kedalaman
nafas,
dinding
dada
retraksi
paru, S : Ibu An.T mengatakan bahwa sesak nafas An.T berkurang
pernafasan pasien. O: - Memantau hasil gas darah
RR=62x/menit
(AGD) misalnya pH, PaO2, PaCO2,
dan
HCO3
yang HR = 140 x/menit
meningkat
T = 36,8 oC
- Memantau pemberian terapi 2.
O2 ½ l/menit melalui nasal Retraksi dinding dada berkurang kanul.
-
Memberi
AGD An.T belum diperiksa medikasi
obat A:
melaui intra vena An.T
AGD belum diperiksa
Inj.Meropenem 65mg/12jam RR belum stabil(62x/menit)
P: Intervensi dilanjutkan Memantau bunyi paru, frekuensi kedalaman nafas, retraksi dinding dada pernafasan pasien.
Memberikan terapi oksigen Memberi
injeksi
Meropenem
65mg/12jam
Universitas Sumatera Utara
-
Juni
tanda- S: -
tanda vital An.T
Rabu, 4
Memantau
3
-
Melakukan tindakan O: sebelum RR = 62x/menit
aseptik
2014
tindakan
HR = 140x/menit
keperawatan
T = 36,8oC
Kepada
An.T(misalnya Infuse terpasang dengan baik
memberi susu, memberi terapi
obat
dengan Tidak ada tanda-tanda infeksi
injeksi melalui intravena, memasang infuse ) A: -
Memantau
faktor- RR belum stabil (62x/menit)
faktor
yang
meningkatkan serangan
infeksi
(misalnya
status
imun pasien)
-
obat
melalui
intravena.
Injeksi
Meropenem
65mg/12jam -
Memantau
infuse
yang terpasang pada An.T
Memantau tanda-tanda vital An.T
Melakukan tindakan aseptic
Memberikan medikasi
P: Intervensi dilanjutkan
sebelum
melakukan
tindakan
kepada An.T
Memantau
faktor-faktor
meningkatkan
serangan
yang infeksi
(misalnya status imun pasien).
Memberikan medikasi obat melalui intravena.
Injeksi
Meropenem
65mg/12jam.
Universitas Sumatera Utara
-
Mengajarkan kepada Memantau infuse yang dipasang keluarga
pasien pada An.T
untuk
mencuci Mengajarkan
tangan
sebelum pasien
mengunjungi pasien.
untuk
kepada
keluarga
mencuci
tangan
sebelum mengunjungi pasien
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
N Hari/
o.
Tgl
D
Evaluasi Implementasi keperawatan
(SOAP)
x Kamis, 5
Juni
1.
- Mengkaji pola pernafasan S : dan irama pernafasanAn.T
Ibu An.T mengatakan bahwa sesak
2014 -
Memberi
posisi
hiper
nafas An.T berkurang O:
ekstensi pada kepala An.T
RR = 68 x/menit - Memantau tanda-tanda vital Nadi = 148x/menit
An.T
T
= 36,8oC
- Memantau pemberian terapi O2 ½ l/menit melalu nasal A: kanul.
-
Memberi
Masalah teratasi sebagian: medikasi
obat RR belum stabil (68 x/menit)
melaui injeksi pada intra vena
Irama pernafasan belum teratur
An.T Inj.Meropenem 65mg/12jam
P: Intervensi dilanjutkan: Memberikan terapi oksigen Memberi posisi hiper ekstensi pada kepala An.T Memberi
injeksi
Meropenem
65mg/12jam
Universitas Sumatera Utara
Kamis, 5
-
Juni
Mengkaji bunyi paru, S : frekuensi kedalaman
2014
nafas, 2
retraksi
Ibu An.T mengatakan bahwa sesak nafas berkurang
dinding dada pernafasan pasien. O: -
Memantau
darah(AGD)
hasil misalnya
gas pH, RR=68x/menit
PaO2, PaCO2, dan HCO3yang
HR = 148 x/menit
meningkat o - Memantau pemberian terapi T = 36,8 C
O2 ½ l/menit melalui nasal
Retraksi dinding dada berkurang
kanul. Nilai AGD belum diperiksa -
Memberi
medikasi
obat
A:
melalui intra vena An.T Inj.Meropenem 65mg/12jam
RR belum stabil (68 x/menit) Irama pernafasan belum teratur Nilai AGD belum diperiksa P: Intervensi dilanjutkan Memantau bunyi paru, frekuensi nafas kedalaman, retraksi dinding dada pernafasan pasien. Memberikan terapi oksigen Memberi
injeksi
Meropenem
65mg/12jam
Universitas Sumatera Utara
Kamis, 5
-
Juni
2014
Memantau
tanda- S:-
tanda vital An.T 3
O:
-
RR = 68x/menit Melakukan tindakan HR = 148x/menit sebelum T = 36,8oC
aseptic
melakukan tindakan Tidak ada tanda-tanda infeksi keperawatan kepada (misalnya A:
An.T
susu, RR belum stabil (68 x/menit)
memberi
memberi terapi obat dengan
injeksi
melalui
intravena,
memasang infuse ) -
Memantau
faktor-
faktor
yang
meningkatkan serangan
infeksi
(misalnya
status
imun pasien.
-
obat
melalui
intravena.
Injeksi
Meropenem
Memantau
infuse
yang terpasang pada An.T -
Mengajarkan kepada keluarga
Melakukan tindakan aseptic sebelum
melakukan
tindakan
kepada An.T
Memantau
faktor-faktor
yang
serangan
infeksi
(misalnya status imun pasien).
65mg/12jam -
Memantau tanda-tanda vital An.T
meningkatkan
Memberikan medikasi
P: Intervensi dilanjutkan
pasien
untuk
mencuci
tangan
sebelum
Memberikan medikasi obat melalui intravena.
Injeksi
Meropenem
65mg/12jam
Memantau infuse yang terpasang pada An.T Mengajarkan pasien
untuk
kepada
keluarga
mencuci
tangan
sebelum mengunjungi pasien
mengunjungi pasien.
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
N Hari/
o.
Tgl
D
Evaluasi Implementasi keperawatan
(SOAP)
x Jumat, 6
1.
Juni
- Mengkaji pola pernafasan S : dan irama pernafasan An.T
2014 -
Memberi
posisi
hiper
Ibu An.T mengatakan bahwa sesak nafas An.T berkurang. O:
ekstensi pada kepala An.T
RR = 64 x/menit - Memantau tanda-tanda vital Nadi = 140x/menit
An.T
T
= 36,8oC
- Memantau pemberian terapi O2 ½ l/menit melalui nasal Irama pernafasan teratur kanul.
-
A:
Memberi
medikasi
obat RR = 64 x/menit belum stabil.
melaui intra vena An.T Inj.Meropenem 65mg/12jam
P: Intervensi dilanjutkan: Memberikan terapi oksigen Memberi posisi hiper ekstensi pada kepala An.T Memberi
injeksi
Meropenem
65mg/12jam Jumat, 6
Juni
2014
2
-
Mengkaji bunyi paru, S : frekuensi kedalaman nafas,
Ibu An.T mengatakan bahwa sesak nafas masih dialami oleh An.T
Universitas Sumatera Utara
retraksi dinding dada pernafasan pasien. -
Memberi posisi hiper
O:
ekstensi pada kepala RR=64x/menit An.T -
HR = 140x/menit
Memantau hasil gas o (AGD) T = 36,8 C
darah
misalnya pH, PaO2,
Retraksi dinding dada berkurang
PaCO2, dan HCO3 pH
yang meningkat -
Memantau
: 7,45
PaO2 : 49,9
pemberian terapi O2 ½
melalui PaCO2: 40,2
l/menit
nasal kanul. -
Memberi obat
HCO3 : 27,5 medikasi
melaui
vena An.T
intra A: RR = 64 x/menit belum stabil
Inj.Meropenem 65mg/12jam
P: Intervensi dilanjutkan Memantau bunyi paru, frekuensi kedalaman nafas, retraksi dinding dada pernafasan pasien.
Memberikan terapi oksigen.
Memberi
injeksi
Meropenem
65mg/12jam
Universitas Sumatera Utara
Jumat, 6
-
tanda- S: -
tanda vital An.T
Juni
2014
Memantau
3
-
Melakukan tindakan O: sebelum RR = 64x/menit
aseptic
melakukan tindakan HR = 140x/menit keperawatan kepada T = 36,8oC An.T
(misalnya Infuse terpasang dengan baik
memberi
susu, Tidak ada tanda-tanda infeksi
memberi terapi obat dengan
injeksi A:
melalui
intravena, RR = 64x/menit
memasang infuse ) P: Intervensi dilanjutkan -
Memantau
faktor- Memantau tanda-tanda vital An.T
faktor
yang
meningkatkan serangan
Melakukan tindakan aseptic infeksi sebelum
(misalnya
melakukan
tindakan
status kepada An.T
imun pasien). Memantau -
Memberikan medikasi
meningkatkan
infeksi
intravena. Meropenem Memberikan medikasi obat melalui
65mg/12jam -
serangan
yang
obat (misalnya status imun pasien).
melalui Injeksi
faktor-faktor
Memantau
intravena.
Injeksi
Meropenem
infuse 65mg/12jam
yang terpasang pada An.T -
Mengajarkan kepada Memantau infuse yang terpasang keluarga
pasien pada An.T
untuk
mencuci Mengajarkan
tangan
sebelum pasien
mengunjungi pasien.
untuk
kepada mencuci
keluarga tangan
sebelum mengunjungi pasien.
Universitas Sumatera Utara