BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperaawatan Dengan Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pengertian Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010 dalam Fitria, 2009). Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009 dalam Fitria, 2009) Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007 dalam Fitria, 2009). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Rentang Respon Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu respon maladptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiligist (Stuart & Laraia, 2001 dalam Purba, 2008). Ini merupakan persepsi paalinng maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akuraat, mampu mengidentifikasi dan mengiterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, 4 Universitas Sumatera Utara
penghidu, pengecapan dan perabaan), pasien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interprestasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima. Rentang respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Adaptif
Maladaptif
1.pikiran logis 2.persepsi akurat 3.emosi konsisten dengan pengalaman 4.perilaku sesuai 5.hubungan sosial positif
1.kadang pikiran terganggu
1.gangguan proses pikir/delusi
2.ilusi
2.halusinasi
3.emosi berlebihan/kurang
3.tidak mampu mengalami emosi
4.perilaku yang tidak biasa
4.perilaku tidak terorganisir
5.menarik diri
5.isolasi sosial
Jenis Halusinasi serta data objektif dan subjektif. Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang subjektif dan objektif pada klien dengan halusinasi. No
Jenis
Data Objektif
Data Subjektif
halusinasi 1.
Halusinasi Dengar suara
Bicara atau tertawa sendiri, Mendengar suara-suara atau / marah marah tanpa sebab, kegaduhan, mendengar suara menyedengkan kearah
tertentu,
telinga yang menutup cakap,
mengajak
bercakap-
mendengar
suara
5 Universitas Sumatera Utara
telinga
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2.
Halusinasi
Menunjuk-nunjuk
kearah Melihat
bayangan,
penglihatan tertentu, ketakutan dengan cahaya, sesuatu yang tidak jelas
bentuk
sinar/
geometris,
bentuk kartun, melihat hantu, monster,atau panorama yang luas
dan
kompleks,
menyenangkan
bisa atau
menakutkan 3
Halusinasi
Menghidu
seperti
sedang Membaui
penghidu
membaui bau-bauan tertentu, busuk, amis dan bau yang menutup hidung.
bau-bauan
yang
menjijikan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan
4.
Halusinasi
Sering meludah, muntah
pengecapan
Mengatakan
merasakan
sesuatu yang busuk, amis atau menjijikan seperti rasa darah, urin atau feses.
5.
Halusinasi
Mengaruk-garuk permukaan Mengatakan rasa sakit atau
perabaan
kulit
tidak
enak
tanpa
adanya
stimulus yang terlihat Contoh : Merasakan
sensasi
listrik
datang dari tanah, bemda mati atau orang lain, mengatakan ada
serangga
dipermukaan
kulit, merasa seperti tersengat listrik. 6.
Halusinasi
Memverbalisasi
dan
senestetik
obsesi
terhadfap
tubuh,
menolak
atau Mengatakan merasakan fungsi proses tubuh seperti darah mengalir untuk melalui
menyelesaikan tugas yang makanan
vena
dan
arteri,
dicerna,
atau
6 Universitas Sumatera Utara
memerlukan bagian tubuh pembentukan urin. pasien yang diyakini pasien tidak berfungsi
Proses Terjadinya Halusinasi Bentuk gangguan persepsi sensori yang paling sering terjadi pada klien dengan gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.Bentuk halusinasi ini dapat berupa suara-suara dan gambaran-gambaran. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti: bicara sendiri bertengkar atau respon lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran dan penglihatan merupakan suatu tanda mayor dari gangguan sikijoprenia dan suatu syarat diagnostik minor untuk metaklia involsi, psikosa mania depresi dan sindroma otak organik.
7 Universitas Sumatera Utara
Tahapan, karakteristik, dan perilaku yang ditampilkan Tahap Tahap I
Karakteristik Mengalami ansietas,
Memberi rasa nyaman
kesepian rasa bersalah
tingkat ansietas sedang
dan ketakutan.
secara umum halusinasi
Mencoba berfokus
merupakan suatu
pada pikiran yang
kesenangan
dapat menghilangkan
Perilaku klien Tersenyum tertawa sendiri. Mengerakan bibir tanpa suara. Pergerakan mata yang cepat. Respon verbal yang
ansietas. Pikiran dan pengalaman sesnsori masi ada dalam
lambat. Diam dan berkonsentrasi
kontrol kesadaran (jika kecemasan dikontrol ).
Tahap II Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati
Pengalaman sensori menakutkan. Mulai merasa kehilangan kontrol. Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut. Menarik diri dari orang lain. Nonpsikotik.
Peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian menyempit. Konsentrasi dengan pengalaman sensori. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
8 Universitas Sumatera Utara
Tahap III
Klien menyerah dan
Mengontrol tingkat
menerima pengalaman
kecemasan berat
sensorinya.
pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi
Isi halusinasi menjadi
Perintah halusinasi ditaati. Sulit berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian
antraktif. Kesepian bilam pengalaman sensori
hanya beberapa detik / menit. Gejala sisa ansietas
berakhir. Psikotik.
berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.
Tahap IV Menguasai tingkat kecemasan panik secara
Pengalaman sensori menjadi ancaman. Halusinasi dapat
Perilaku panik. Potensial tinggi untuk bunuh diri atau
umum diatur dan
berlangsung beberapa
dipengaruhi oleh waham.
jam atau hari ( jika
Tindakan kekerasan,
tidak di intervensi).
agitasi, menarik diri
Psikotik.
membunuh.
atau ketakutan. Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
9 Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Pengkajian 2.1.1.1 Faktor Predisposisi a. Biologi Abnormalitas
yang
menyebabkan
respon
neurologi
yang
maladaptif termasuk hal hal berikut. •
Penelitian pencitran otak yang nenunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia, lesi pada area frontal, temporal dan limbic.
•
Beberapa kimia otak di kaitkan dengan skizofrenia seperti dopamine neurotransmiter yang berlebihan dan masalah pada respon dopamine.
b. psikologi Teori psikodinamika yang menggambarkan bahwa halusinasi terjadi karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai suara respon terhadap konflik psikologis dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, sehingga halusinasi merupakan gambaran dan rangsangan keinginan dan ketakutan yang di alami oleh klien. Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran dan koping destruktif.
c. perkembangan jika
perkembangan
mengalami
hambatan
dan
hubungan
interpersonal, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. d. sosial budaya kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan,konflik sosial budaya dan kehidupan yang terisolasi disertai stress,isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis dan tuntunan lingkungan yang terlalu tinggi. 10 Universitas Sumatera Utara
e. faktor genetik adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.
2.1.1.2 Faktor presipitasi Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak di ajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus tejadinya halusinasi, hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. 2.1.1.3 Perilaku Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Pasien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon negatif ketika mereka menceritakan halusinasinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, banyak pasien kemudian enggan untuk menceritakan pengalaman pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan orang lain. Kemampuan untuk bercakap cakap tentang halusinasi yang dialami oleh pasien penting untuk memiliki ketulusan dan perhatian yang penuh untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya. Validasi informasi tentang halusinasi yang di perlukan meliputi:
11 Universitas Sumatera Utara
1. Isi halusinasi yang di alami pasien 2. Waktu dan frekuensi halusinasi 3. Situasi pencetus halusinasi 4. Respon pasien 2.1.1.4 Status emosi Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, dan suka berkelahi. 2.1.1.5 Sumber koping Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang ada dilingkunganya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif.
2.1.1.6 Mekanisme koping Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang
di arahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri. Mekanisme koping adalah sebagai berikut: a. Regresi, menghindari stress,
kecemasan dan
kembali seperti seperti pada perilaku
menampilkan perilaku
perkembangan anak
atau
berhubungan dengan masalah proses proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas. b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri ( sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi ).
12 Universitas Sumatera Utara
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu menghindar dari stresor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain - lain, sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis dan isolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
2.1.2 Analisa Data Langkah selanjutnya dari proses keperawatan pada pasien dengan masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi adalah dengan melakukan analisa data yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
Masalah keperawatan Perubahan
Data yang perlu dikaji
persepsi Subjektif:
sensori: halusinasi
•
Klien mengatakan mendengar sesuatu
•
Klien mengatakan melihat bayangan putih
•
Klien mengatakan dirnya seperti disengat listrik
•
Klien mencium bau bauan yang tidak sedap, seperti feses
•
Klien mengatakan kepalanya melayang diudara
•
Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya
Objektif: •
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
•
Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
•
Berhenti bicara di tengah tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
•
Disorientasi
13 Universitas Sumatera Utara
•
Konsentrasi rendah
•
Pikiran cepaat berubah-ubah
•
Kekacauan alur pikiran
2.1.3 Rumusan Masalah Masalah yang mungkin muncul pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran adalah sebagai berikut: 1. Resiko tinggi perilaku kekerasan 2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi 3. Isolasi sosial 4. Harga diri rendah kronis. Dari masalah tersebut di atas dapat di susun pohon masalah sebagai berikut: Effect
Resiko tinggi perilaku kekerasan
Core problem
Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
Defisit perawatan diri
Etiologi
Kerusakan interaksi sosial
Intoleransi aktifitas
Harga diri rendah kronis
Tabel 2.1.3 dikutip dari ( Asfi, 2012 ).
14 Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Perencanaan Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanaan dimana perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi masalahnya, perencanaan di susun berdasarkan diagnosa keperawatan. 1. Tindakan keperawatan untuk klien A. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut. a. Klien mengenali halusinasi yang di alaminya. b. Klien dapat mengontrol halusinasinya. c. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal. B. Tindakan keperawatan. a. Membantu klien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, kita dapat melakukan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar dan dilihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul. b. Melatih pasien mengontrol halusinasi, untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi kita dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan
halusinasi. Keempat cara tersebut adalah: -
Menghardik halusinasi
-
Bercakap cakap dengan orang lain
-
Melakukan aktifitas terjadwal
-
Menggunakan obat secara teratur.
Latihan satu. Melatih menghardik halusinasi (SP 1). Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak pada halusinasi yaang muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa di lakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
15 Universitas Sumatera Utara
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk mengikuti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi: a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi. b. Memperagakan cara menghardik halusinasi. c. Meminta pasien memperagakan ulang. d. Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku ini. Latihan dua. Melatih pasien bercakap cakap dengan orang lain (SP 2) Untuk dapat mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi kepercakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap cakap dengan orang lain.
Latihan tiga. Melatih pasien beraktifitas secara terjadwal (SP 3). Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktifitas secara teratur. Dengan demikian pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan intervensinya sebagai berikut: 1. Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinai. 2. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien. 3. Melatih pasien melakukan aktifitas.
16 Universitas Sumatera Utara
4. Menyusun jadwal aktifitas sehari hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih. 5. Memantau pelaksanaan pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan terhadap perilaku pasien yang positif. Latihan empat. Melatih pasien menggunakan obat secara teratur (SP4) Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering kali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat: 1. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa. 2. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program. 3. Jelaskan akibat bila putus obat. 4. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat. 5. Jelaskan penggunaan obat dengan prinsip lima benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga a. Tujuan untuk keluarga adalah keluarga dapat merawat pasien dirumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. b. Tindakan keperawatan Keluarga merupakan faktor vital dalam penanganan klien gangguan jiwa di rumah. Hal ini mengingat keluarga adalah sistem pendukung terdekat dan orang yang bersama sama dengan klien selama 24 jam. Keluarga sangat menentukan apakah klien akan kambuh atau tetap sehat. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. 17 Universitas Sumatera Utara
Namun demikian, jika keluarga tidak mampu merawat maka klien akan kambuh bahkan untuk memulihkanya kembali akan sangat sulit. Oleh karena itu perawat harus melatih keluarga agar mampu merawat klien gangguan jiwa dirumah. Pendidikan kesehatan keluarga dapat dilakukan melalui tiga tahap: Tahap I adalah menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh klien dan pentingnya peran keluarga untuk mendukung klien. Tahap II adalah melatih keluarga untuk merawat klien. Tahap III adalah melatih keluarga untuk merawat klien langsung. Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara merawat klien halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat, dan pemberian ektifitas pada klien), serta sumber sumber pelayanan kesehatan yang bisa di jangkau.
18 Universitas Sumatera Utara
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus 2.2.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I.Biodata Identitas Pasien Nama
: Tn.J
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 25 tahun
Status Perkawinan
: Belum menikah
Agama
: Kristen
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:-
Alamat
:Jln. Sedia Dusun v, Desa Tanjung Rejo, Kec.Percut Sei Tuan, Kab.Deli Serdang.
Tanggal Masuk RS
: 06 juni 2013
No. Register
: 03 15 45
Ruangan/Kamar
: Sorik Marapi
Galongan Darah
:-
Tanggal Pengkajian
: 18 juni 2013
Tanggal Operasi
:-
Diagnosa Medis
: Skizofrenia
II. Keluhan Utama Pasien mengatakan sejak satu bulan yang lalu sering mendengarkan suara suara yang memintanya untuk tidak berteman dengan semua orang apalagi orang yang tidak baik, pasien juga merasakan susah tidur, gelisah, pergi tanpa tujuan, dan sering marah marah tanpa sebab. III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative 19 Universitas Sumatera Utara
1. Apa Penyebabnya : Sejak satu bulan yang lalu pasien mendengarkan suara suara yang memintanya untuk tidak berteman dengan semua orang apalagi dengan orang yang tidak baik. 2. Hal hal yang memperbaiki keadaan: Pasien mengatakan hanya berbicara dengan sendirinya. B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan
:
Klien
mengatakan
merasakan
halusinasi pada saat klien akan tidur pada siang dan malam hari. 2. Bagaimana dilihat berbicara
sendiri,
: Klien terlihat gelisah, tampak klien
tampak
terdiam
sejenak
dan
mengarahkan telinga kesatu arah.
C. Region 1. Dimana lokasinya
:-
2. Apakah menyebar
:-
D. Severity
: Halusinasi klien sudah berada pada
tahap ke-2. E. Time
: Klien merasakan halusinasinya 2-3
kali/hari. IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
: Pasien pernah mengalami gangguan
jiwa B. Pengobatan yang di lakukan
: Proses pengobatan pasien kurang
berhasil karena pasien tidak rutin mengkonsumsi obat C. Pernah di rawat/di operasi
: Pernah di rawat di rumah sakit jiwa
D. Lama dirawat
: Kurang lebih 1 bulan
E. Alergi
: Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan
F. Imunisasi
: Pasien mengatakan imunisasi lengkap.
20 Universitas Sumatera Utara
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang Tua
: Pasien mengatakan terdapat orang tua yang
mengalami gangguan jiwa (ibu). B. Sudara kandung
: Terdapat saudara kandung yang mengalami
gangguan jiwa yaitu adik kandung dengan gejala suka marah marah, susah tidur, selalu murung dan gelisah. C. Penyakit keturunan yang ada : Terdapat penyakit keturunan gangguan jiwa pada keluarga klien. D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Pasien mengatakan terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Jika ada, hubungan keluarga : Adik kandung Gejala : Suka marah marah, susah tidur, selalu murung dan gelisah. E. Anggota keluarga yang meninggal : Tidak ada F. penyebab meninggal
: Tidak ada
VI. RIWAYAT OBSTETRIK Tidak ada masalah pada riwayat obstetrik pasien.
VII.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya: Pasien merasa rendah diri dengan keadaan penyakit yang di derita dan ingin cepat sembuh. B. Konsep diri •
Gambaran diri
: Pasien menyukai seluruh bentuk tubuh nya
•
Ideal diri
: Pasien berharap dirinya cepat sembuh dan
pulang agar dapat berkumpul dengan keluarga.
21 Universitas Sumatera Utara
•
Harga diri
:Pasien
merasa
rendah
diri
dengan
penyakitnya. •
Peran diri
:Pasien berperan sebagai anak di rumah.
•
Identitas
:Pasien seorang anak laki laki dan anak
ketiga dari 4 bersaudara. C. Keadaan emosi
: Stabil
D. Hubungan sosial •
Orang yang berarti
: Orang tua.
•
Hubungan dengan kel;uarga
: Pasien mengatakan
hubungan dengan keluarga terjalin dengan baik, keluarga perhatian dengan keadaan pasien sekarang. •
Hubungan dengan orang lain
: Pasien mengatakan
tidak dapat berhubungan dengan orang lain disekitarnya karena sakit. •
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : hambatan dalam berhubungan dengan orang lain kerena pasien mengalami gangguan jiwa dan dijauhi oleh orang sekitarnya.
E. Spiritual •
Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama kristen katolik.
•
Kegiatan ibadah
:
pasien tidak
dapat
mengikuti
kegiatan ibadah karena sakit. VIII. STATUS MENTAL Setelah dilakukan pengkajian status mental pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran, maka didapatkan pasien dengan tingkat kesadaran terorientasi, penampilan tidak rapi, pembicaraan keras, alam perasaan lesu, afek klien datar, interaksi selama wawancara baik, klien dengan persepsi pendengaran, proses pikir baik, isi pikir baik, tidak terdapat waham tertentu pada klien, dan memori klien dengan gangguan ingat jangka panjang.
22 Universitas Sumatera Utara
IX. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum
: Baik
B. Tanda tanda vital -
Suhu tubuh
: 37°C
-
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
-
Nadi pernafasan
: 82x/i
-
Skala nyeri
: 20x/i
-
TB
: 167 cm
-
BB
: 59 kg
C. Pemeriksaan head to toe Kepala dan rambut -
Bentuk
: Simetris
-
Ubun ubun
: Normal
-
Kulit kepala
: Bersih
Rambut -
Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran rambut merata dan keadaan rambut kurang bersih
-
Bau
: Sedikit berbau
-
Warna kulit
: Sawo matang
-
Warna kulit
: Sawo matang
-
Struktur wajah
: Simetris
-
Kelengkapan dan kesimetrisan : terdapat dua buah mata dan
Wajah
Mata
simetris antara ka/ki -
Palpebra
: Tidak ada edema
-
Konjungtiva dan sklera
: Konjungtiva merah muda,
bersih dan bebas eritema -
Pupil
: Diameter ± 3 cm
-
Cornea dan iris
: Sicatieks (+), iris: coklat 23 Universitas Sumatera Utara
-
Visus
:-
-
Tekanan bola mata
:-
Hidung -
Tulang hidung dan septun nasi: Terdapat tulang hidung dan septum nasi normal
-
Lubang hidung
: Simetris, bersih dan tidak
ditemukan tanda infeksi -
Cuping hidung
: Tidak ada cuping hidung
-
Bentuk telinga
: Simetris antara ka/ki
-
Ukuran telinga
: Normal, simetris antara
Telinga
ka/ki -
Lubang telinga
: Bersih, tidak ada serumen
di dalam telinga -
Ketajaman pendengaran
: Tidak ada gangguan
pendengaran Mulut dan faring -
Keadaan bibir
: Normal/lembab
-
Keadaan gusi dan gigi
: Tidak ada tanda peradangan
pada gusi -
Keadaan lidah
: Baik, dapat membedakan
asam dan manis -
Orofaring
: Normal
-
Posisi trakea
: Normal, medial
-
Thyroid
:Tidak
Leher
ada
pembesaran
kelenjar tyroid -
Suara
: Normal
-
Kelenjar limfe
: Tidak ada pembesaran kelanjar limfe
-
Vena jugularis
: Teraba, tidak ada distensi
-
Denyut nadi karotis : Terdapat denyut nadi karotis
24 Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan integumen -
Kebersihan
: Cukup
-
Kehangatan
: Normal
-
Warna
: Sawo matang
-
Turgor
: Normal, kembali dengan cepat
-
Kelembaban
: Kulit sedikit kering
-
Kelainan pada kulit: Tidak ada
Pemeriksaan payudara dan ketiak -
Ukuran dan bentuk
-
Warna payudara dan aerola
-
Kondisi payudaraa dan puting
-
Produksi asi
-
Aksila dan klavikula
: Pada aksila tidak ada pembesaran
Pemeriksaan thoraks/dada -
Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliosis) : Normal
-
Pernafasan (frekuensi, irama)
: frekuensi (20x/i), irama:
(teratur dan reguler) -
Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas
Pemeriksaan paru -
Palpasi getaran suara
: Tidak ada getaran suara
-
Perkusi
: Resonan
-
Auskultasi
: Suara nafas (vesikuler), suara
ucapan (jelas), suara tambahan (Tidak ada).
Pemeriksaan jantung -
Inspeksi
: Normal, pembengkakan tidak ada
-
Palpasi
: Normal
-
Perkusi
: Bunyi tympani
-
Auskultasi
:Bunyi jantung: normal (lup-dup), frekuensi:
teratur(82x/i), murmur(-), bunyi tambahan(-)
25 Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan abdomen -
Inspeksi (bentuk, benjolan): supel, simetris, tidak ada pembesaran
-
Auskultasi
: Peristaltik usus normal
-
Palpasi
: Normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tanda ascites. -
Perkusi
: Bunyi tympani
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) : Normal, ekstremitas simetris antara ka/ki, tidak terdapat edema.
Pemeriksaan neruologi (nervus cranialis): a. Nervus olfacktorius/N1 b. Nervus optikus/N II c. Nervus okulomotorius/N III, Troklearis/N IV, Abdusen/N VI d. Nervus trigeminus/N V e. Nervus fasialis/N VI f. Nervus vestibulochoclearis/N VIII g. Nervus glossopharingeus/N IX, Nervus vagus/N X h. Nervus assesorius/N XI i.
Nervus hipoglossus/N XII
X. POLA KEBIASAAN SEHARI HARI I. Pola makan dan minum -
Frekunsi makan per hari
: 3x sehari
-
Nafsu/selera makan
: Nafsu makan baik
-
Nyeri ulu hati
: Tidak ada
-
Alergi
: Tidak ada
-
Mual dan muntah
: Tidak ada
26 Universitas Sumatera Utara
-
Tampak makan memisahkan diri(pasien gangguan jiwa): pasien masih terlihat menyendiri saat makan
-
Waktu pemberian makan
: Pagi, siang dan sore
-
Jumlah dan jenis makan
: Jumlah dan jenis makanan
sudah ditentukan oleh rumah sakit -
Waktu pemberian cairan/minum
-
Masalah makan dan minum
: Sesuai kebutuhan pasien
(kesulitan mengunyah dan menelan) : Tidak ada II. Perawatan diri/personal hygine -
Kebersihan tubuh
-
Kebersihan gigi dan mulut
: Baik
-
Kebersihan kuku kaki dan tangan
:Kuku kaki dan tangan pasien
tampak panjang III. Pola kegiatan /aktifitas -
Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian di lakukan secara mandiri, sebagian atau total : Semua kegiatan di atas dilakukan oleh pasien secara mandiri
-
Uraikan aktifitas ibadah pasien selama dirawat/sakit: Pasien tidak melakukan aktifitas ibadah tetapi pasien hanya berdoa.
IV. Pola eliminasi 1. BAB -
Pola BAB
: Satu kali dalam 3 hari sekali
-
Karakteristik feses
: Konsistensi (keras), warna (kuning
kehitaman) -
Riwayat pendarahan : Tidak ada
-
BAB terakhir
: 3 hari yang lalu
-
Diare
: Tidak ada
-
Penggunaan laktasif : Tidak ada
27 Universitas Sumatera Utara
2.BAK -
Pola BAK
: 4 kali dalam sehari
-
Karakter urine
: Warna (kuning), konsistensi (cair)
-
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
: Tidak ada
-
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
: Tidak ada
-
Penggunaan diuretik
: Tidak ada
-
Upaya mengatasi masalah
: Tidak ada
V. Mekanisme koping -
Adaptif •
Bicara dengan orang lain
•
Mampu menyelesaikan masalah
o Teknik releksasi o Aktivitas kontruksi o Olah raga -
Maladaptif o Minum alkohol o Reaksi lambat/berlebihan o Bekerja berlebihan •
Menghindar
o Mencederai
28 Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Analisa Data No
Data
1.
DS:
Masalah keperawatan
Pasien
mengatakan
mendengarkan
suara-suara
sering Halusinasi Pendengaran yang
tidak tampak wujudnya. DO: Pasien tampak berbicara sendiri, gelisah, klien
tampak diam sejenak
dan mengarahkan telinga kesatu arah.
2.
DS: Pasien mengatakan merasa malu Harga Diri Rendah dengan
penyakitnya
dan
merasa
dirinya tidak berguna. DO: Pasien tampak selalu diam dan menyendiri, tidak mau berbicara
dengan
teman-temanya,
kontak mata kurang.
3.
DS: Pasien mengatakan malas untuk Defisit perawatan diri: Kebersihan Diri
membersihkan diri terutama memotong kuku. DO: Kuku kaki dan tangan pasien tampak panjang dan kotor.
29 Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran, adalah: 1. Halusinasi pendengaran 2. Harga diri rendah 3. Defisit perawatan diri: Kebersihan Diri Diagnosa keperawatan (prioritas) adalah: 1. Halusinasi Pendengaran.
30 Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional Hari/tanggal
No.
Perencanaan keperawatan
Dx Rabu, 19 juni 2013
1
Tujuan dan kriteria hasil: Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria hasil: a. Ekspresi wajah bersahabat. b. Menunjukan rasa senang. c. Klien bersedia diajak berjabat tangan. d. Klien bersedia menyebutkan namanya. e. Ada kontak mata. f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat. g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya. Membantu klien mengenali halusinasinya. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi. Rencana tindakan
Rasional
Bina hubungaan saling percaya
Dengan
dengan prinsip komunikasi terapeutik.
komunikasi
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
terapeutik akan memudahkan
b. Perkenalkan diri dengan
perawat mendekatkan diri
sopan. c. Tanyakan nama lengkap klien
dengan pasien.
dan nama panggilan yang disukai. d. Jelaskan tujuan pertemuan. e. Jujur dan menepati janji. f. Tunjukan sikap empati dan
31 Universitas Sumatera Utara
menerima klien apa adanya. g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien. -Bantu klien mengenali halusinasi
Dapat membantu
yang meliputi isi, waktu terjadi
menentukan
halusinasi, frekuensi,situasi pencetus,
intervensi yang
dan perasaan saat terjadi halusinasi.
tepat untuk klien.
-Latih klien untuk mengontrol
Dengan
halusinasi dengan cara menghardik
menghardik dapat
(SP 1), meliput i hal hal sebagai
membantu
berikut:
mengurangi
a. Jelaskan cara menghardik
halusinasi klien
halusinasi. b. Peragakan cara menghardik halusinasi. c. Minta klien memperagakan ulang. d. Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang sesuai. e. Masukkan pada jadwal kegiatan pasien.
Rabu, 19 juni 2013
2
Tujuan dan kriteria hasil: a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang di miliki. b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
32 Universitas Sumatera Utara
c. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yng sesuai kemampuan. d. Pasien dapat berlatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan. e. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah di latih nya. Rencana tindakan:
Rasional:
a.bina hubungan saling percaya.
-Dapat mememberikan kepercayaan bagi pasien.
b. identifikasi kemampuan dan aspek
-Memudahkan
positif yang dimiliki pasien.
intervensi yang akan diberikan.
c. bantu pasien menilai kemampuan
-membantu
yang masih dapat digunakan.
pasien memilih aspek positif pasien.
d. bantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan. e. latih kegiatan pasien yang sudah
-dapat
dipilih sesuai kemampuan
membiasakan pasien melakukan kegiatan yang
f. bantu pasien untuk dapat
sudah dilatih
merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuannya dan
33 Universitas Sumatera Utara
menyusun rencana kegiatan.
Rabu, 19 juni 2013
3
Tujuan dan kriteria hasil: a.
klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. mengidentifikasi kebersihan diri: membersihkan dan memotong kuku. c. menjelaskan pentingnya kebersihan diri. Rencana tindakan:
Rasional:
1.Bina hubungan saling percaya
-Dapat memudah
dengan prinsip komunikasi terapeutik.
Kan pendekatan kepada pasien.
2. Identifikasi kemampuan klien
- Dapat
dalam melakukan kebersihan dan
mengetahui batas
memotong kuku.
kemampuan pasien.
3. jelaskan pentingnya kebersihan diri
- Dapat
dengan cara memberikan penjelasan
memotivasi klien
terhadap pentingnya kebersihan diri,
untuk melukukan
selanjutnya meminta klien
kebersihan diri
menjelaskan kembali pentingnya
secara mandiri.
kebersihan diri. 4. jelaskan peralatan yang di butuhkan. 5. jelaskan cara cara melakukan kebersihan diri: memotong kuku 6. latih pasien mempraktekan cara cara memotong kuku. 7. masukkan dalam jadwal kegiatan.
34 Universitas Sumatera Utara
kamis, 20 juni 2013
1
Tujuan dan kriteria hasil: a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria hasil ekspresi wajah bersahabat, dan menunjukan rasa senang. b. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap cakap dan melakukan aktivitas terjadwal. Rencana tindakan:
Rasional:
a. Bina hubungan saling percaya dengan komunikasi terapeutik.
- Dengan komunikasi terapeutik akan memudahkan perawat mendekatkan diri dengan pasien
b. Latih klien untuk mengulangi
-dengan
kembali cara menghardik
mengulangi,klien
halusinasi.
akan terbiasa untuk melakukan latihan tersebut.
c. Latih klien untuk mengontrol
- Dengan
halusinasi dengan cara SP 2
mengajarkan
dan SP 3 yaitu :
latihan tersebut
- Bercakap cakap dengan
akan mengurangi
orang lain dan melakukan
halusinasi pada
aktivitas terjadwal (menyapu
klien.
dan membersihkan tempat tidur).
35 Universitas Sumatera Utara
- Peragakan cara tersebut. - Minta klien memperagakan kembali. - Masukan dalam jadwal kegiatan
Jumat, 21 juni 2013
1
Tujuan dan kriteria hasil: 1. Mengajarkan pasien tentang cara meminum obat dengan kriteria hasil pasien mengerti cara meminum obat.
Rencana tindakan:
Rasional:
a. Jelaskan pentingnya
-Dengan
penggunaan obat pada
menkonsumsi
gangguan jiwa.
obat secara teratur
b. Jelaskan akibat bila obat tidak
dapat mengurangi
digunakan sesuai program.
halusinasi yang di
c. Jelaskan akibat bila putus obat. alami pasien. d. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat. e. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip lima benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).
36 Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Pelaksanaan Keperawatan Hari/tanggal No.
Implementasi keperawatan
Evaluasi (SOAP)
Dx Rabu,
SP 1.
1
19juni 2013
S: klien menjawab
1. Membina hubungaan saling
salam dan
percaya dengan prinsip
mengatakan
komunikasi terapeutik
senang setelah
2. Membantu klien mengenali
melakukan latihan
halusinasi yang meliputi isi,
tersebut.
waktu terjadi halusinasi,
O: klien tampak
frekuensi,situasi pencetus, dan mempraktekan perasaan saat terjadi
kembali cara
halusinasi.
menghardik halusinasi.
3. Melatih klien untuk mengontrol halusinasi dengan
A: masalah
cara menghardik halusinasi.
teratasi sebagian.
4. Menganjurkan pasien
P: intervensi
memasukkan caara
dilanjutkan.
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan pasien.
2
S: Klien
1. Membina hubungan saling
2.
3.
percaya
menjawab salam
identifikasi kemampuan dan
dan
aspek positif yang dimiliki
mengungkapkan
pasien.
kemampuan dan
membantu pasien menilai
aspek positif yang
kemampuan yang masih dapat
dimiliki.
digunakan. 4.
membantu pasien dapat
O: Klien tampak
memilih/menetapkan kegiatan
tenang
37 Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan kemampuan 5. melatih kegiatan pasien yang
6.
A:Masalah teratasi
sudah dipilihsesuai
sebagian
kemampuan
P: intervensi di
membantu passien untuk
lanjutkan
dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan.
3
1. membina hubungan saling
2.
S: Klien
percaya dengan prinsip
mengatakan
komunikasi terapeutik.
mengerti tentang
Identifikasi kemampuan klien penjelasan yang dalam melakukan kebersihan
diberikan.
dan memotong kuku. 3. Menjelaskan pentingnya
O: klien tampak
kebersihan diri dengan cara
mempraktekkan
memberikan penjelasan
latihan yang telah
terhadap pentingnya
di ajarkan.
kebersihan diri, selanjutnya meminta klien menjelaskan
A: Masalah
kembali pentingnya
teratasi
kebersihan diri. 4. Menjelaskan peralatan yang di P: Intervensi di butuhkan.
hentikan.
5. Menjelaskan cara cara melakukan kebersihan diri: memotong kuku. 6. Melatih pasien mempraktekan cara cara memotong kuku.
38 Universitas Sumatera Utara
7. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Kamis,
1
20 juni 2013
SP 2 dan SP 3
S: klien menjawab
1. Membina hubungan saling
salam dan
percaya dengan komunikasi
mengatakan akan
terapeutik.
melakukan
2. Melatih klien untuk
latihan yang telah
mengulangi
di ajarkan.
kembali cara menghardik halusinasi.
O: Klien tampak
3. Melatih klien untuk
mempraktekan
mengontrol halusinasi dengan
cara mengontrol
cara SP 1 dan SP 2 yaitu:
halusinasi yang
- Bercakap cakap dengan
telah diajarkan.
orang lain dan melakukan aktivitas terjadwal (menyapu
A: Masalah
dan membersihkan tempat
teratasi sebagian.
tidur) - Peragakan cara tersebut.
P: Intervensi
- Minta klien memperagakan
dilanjutkan.
kembali. 4. Memasukan dalam jadwal kegiatan
Jumat, 21 juni 2013
1
SP 4
S: klien menjawab
a. Membina hubungan saling
salam dan
percaya dengan komunikasi
mengatakan
terapeutik.
mengerti dengan
b. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
penjelasan yang diberikan.
c. Menjelaskan pentingnya
39 Universitas Sumatera Utara
penggunaan obat pada gangguan jiwa.
O: Klien tampak
d. Menjelaskan akibat bila obat
senang
tidak digunakan sesuai program.
A: Masalah
e. Menjelaskan akibat bila putus
teratasi.
obat. f. Menjelaskan cara
P: intervensi
mendapatkan obat/berobat.
dihentikan.
g. Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip lima benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).
40 Universitas Sumatera Utara