BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Kebutuhan Dasar
Oksigenasi Kebutuhan Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran pernafasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat, 2006). Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier & Erb, 1998). Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas.Melalui peran sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon oksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme ( Tarwoto dan Wartonah,2010 ). Proses yang mempengaruhi oksigenasi pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa oksigen, seperti anemia dan perubahan yang mempengaruhi gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien (Potter &Perry, 2006). Proses Oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen diatmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan bagian bawah seperti trachea, broncus utama, broncus sekunder, broncus tersier (sekmental), terminal bronchiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ pernafasan bagian bawah, organ pernafasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernafasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembabkan
Universitas Sumatera Utara
gas. Sedangkan fungsi organ pernafasan bagian bawah, selain sebagai tempat untuk masuknya oksigen, berperan juga dalam proses difusi gas (Tarwoto & Wartonah, 2010).
1. Respirasi Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida baik yang terjadi diparu-paru, maupun dijaringan. Proses respirasi dibagi menjadi dua, yaitu: respirasi eksternal (pernafasan luar), dan respirasi internal (respirasi seluler atau respirasi dalam) a. Respirasi Eksternal Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida diparu-paru dan kapiler pulmonal dengan lingkungan luar. Pertukaran gas ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan dan konsentrasi antara udara lingkungan dengan di paru-paru. Konsentrasi gas diatmosfer terdiri atas nitrogen (78,62%), oksigen (20,84%), karbon dioksida (0,04%), dan air (0,5%). Adanya konsentrasi gas menimbulkan tekanan parsial dari masing-masing gas tersebut.Tekanan parsial gas adalah tekanan yang diberikan oleh gas dalam suatu gas campuran (hukum gas). Respirasi ekternal melibatkan kegiatan-kegiatan berikut ini : 1. Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli melalui aksi mekanik yang disebut ventilasi. 2. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dengan kapiler pulmonal melalui proses difusi. 3. Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah dari paru-paru keseluruh tubuh dan sebaliknya. 4. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida darah dalam pembuluh kapiler dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi. Respirasi eksternal tergantung dari perbedaan tekanan parsial, luas area permukaan untuk pertukaran gas, jarak difusi melewati membran alveoli dengan kapiler, dan kecepatan aliran udara masuk dan keluar paru-paru (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Universitas Sumatera Utara
b. Respirasi Internal Merupakan
proses
pemanfaatan
oksigen
dalam
sel
yang
terjadi
dimitokondria untuk metabolisme dan produksi karbon dioksida. Proses pertukaran gas pada respirasi internal hampir sama dengan proses respirasi eksternal. Adanya peranan tekanan parsial gas dan proses difusi untuk pertukaran gas antara kapiler sistemik dengan ke jaringan. Tekanan parsial oksigen (PO2) dijaringan selalu lebih rendah dari darah arteri sistemik dengan perbandingan 40 mmHg dan 104 mmHg. Dengan demikian oksigen akan masuk dari kapiler sistemik kejaringan sampai terjadi keseimbangan, sedangkan karbon dioksida akan bergerak cepat masuk ke aliran vena dan kembali ke jantung (Tarwoto & Wartonah, 2010). 2. Mekanisme pernafasan Pernafasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru. Proses bernafas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi (periode ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-paru keluar ke atmosfer). Hubungan antara tekanan dan volume gas dinyatakan dalam hukum boyle, yang menyatakan bahwa volume suatu gas bervariasi, berlawanan, atau berbanding terbalik dengan tekanan pada temperatur konstan tekanan. Tekanan yang berperan dalam proses bernafas adalah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal, dan tekanan intra pleura. Adanya perbedaan tekanan yang terjadi mengakibatkan
perubahan rongga
thoraks menjadi lebih besar atau mengecil : a. Tekanan atmosfer yaitu tekanan udara luar besar sekitar 760 mmHg. Tekanan ini diakibatkan oleh kandungan gas yang berada di atmosfer. b. Tekanan intrapulmonal yaitu yang terjadi dalam alveoli paru-paru. Ketika bernafas normal atau biasa terjadi perbedaan tekanan dengan antmosfer. Pada inspirasi, tekanan intra pulmonal 759 mmHg dan pada saat ekspirasi tekanannya menjadi lebih tinggi (761 mmHg). Tekanan intra pulmonal akan meningkat ketika bernafas maksimum, pada inspirasi perbedaan tekanan dapat mencapai -30 mmHg dan ekspirasi +100 mmHg.
Universitas Sumatera Utara
c. Tekanan intra pleura adalah tekanan yang terjadi pada rongga pleura yaitu ruang antara pleura parietalis dan viseralis. Besar tekanan ini kurang dari tekanan pada alveoli atau atmosfer sekitar -4 mmHg atau sekitar 756 mmHg dalam pernafasan biasa dan dapat mencapai -18 mmHg pada inspirasi dalam atau kuat (Hidayat,2006) 3. Inspirasi Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah tekanan atmosfer. Otot yang paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuk melengkung dan melekat pada iga paling bawah dan otot intercosta eksterna ketika diafragma berkontrasi, bentuk menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran rongga dan paru-paru.Meningkatnya ukuran dada menurunkan tekanan intra pleura sehingga paru-paru mengembang.Mengembangnya paru-paru berakibat pada turunnya tekanan alveolus sehingga udara bergerak menurut gradien tekanan dari atmosfer ke paru-paru. Hal ini terus berlangsung sampai tekanan menjadi sama dengan tekanan atmosfer, demikian seterusnya. Sebelum inspirasi dimulai tekanan intra alveolus sama dengan tekanan atmosfer selisihnya 0. 4. Ekspirasi Selama pernafasan biasa ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot respirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk volume paru.Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Relaksasi diafragma dan otot intercosta eksterna mengakibatkan recoil elastis dinding dana dan paru sehingga terjadi peningkatan tekanan alveolus dan menurunkan volume paru. Dengan demikian, udara bergerak dari paru-paru ke atmosfer (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Universitas Sumatera Utara
5. Otot-otot pernafasan Perubahan volume paru-paru terjadi karena kontraksi otot-otot skeletal, khususnya otot-otot sela iga dan diafragma yang merupakan pembatas rongga thoraks dan rongga abdomen.Otot-otot utama pernafasan adalah diafragma dan otot-otot intercosta eksterna pada keadaan pernafasan normal. Otot-otot tambahan atau aksesori juga berperan dalam pernafasan kuat, peningkatan pernafasan seperti intercosta interna, sternokleidomastoideus, seratus anterior, pektoris minor, transversus thoracis, ekstrenal dan internal obliqus, dan rektus abdominalis. 6. Pertukaran dan transpor gas pernafasan Pertukaran gas terjadi antara udara luar dengan darah dalam membran respiratori.Pernafasan adalah pertukan gas oksigen dengan karbon dioksida pada alveolus dan tingkat kapiler (pernafasan eksternal) dan sel dalam jaringan (pernafasan internal).Selama pernafasan, jaringan tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme dan karbon dioksida untuk dikeluarkan. Udara yang kita butuhkan daria atmosfer untuk dimanfaatkan oleh tubuh membutuhkan proses yang kompleks yang meliputi proses ventilasi, perfusi, difusi ke kapiler, dan transportasi (Asmadi, 2008) a. Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Ada tiga kekuatan yang berperan dalam ventilasi yaitu: 1. Compliance atau kemampuan untuk merenggang merupakan sifat dapat direnggangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait dengan volume dan tekanan paru-paru. 2. Tekanan
Surfaktan.
Perubahan
tekanan
permukaan
alveolus
mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II. 3. Otot-otot
pernafasan.
Ventilasi
sangat
membutuhkan
otot-otot
pernafasan untuk mengembangkan rongga thoraks b. Difusi adalah proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan konsentrasi tinggi
Universitas Sumatera Utara
ke area konsentrasi rendah. Karbon dioksida di difusi 20x lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO2 daya larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi adalah sebagai berikut : 1. Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan tekanan maka semakin cepat pula proses difusi. 2. Besarnya area membran. Semakin luas area membran difusi maka semakin cepat difusi melewati membran. 3. Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka semakin cepat proses difusi. 4. Koefisien difusi yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran paru. Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat pula difusi terjadi. c. Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmonal. Darah dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel kanan kemudian masuk ke arteri pulmonal. Arteri pulmonal kemudian bercabang dua (kanan dan kiri) selanjutnya masuk ke kapiler paru untuk terjadi pertukaran gas. Adekuatnya pertukaran gas tergantung pada ke adekuatan ventilasi dan perfusi, yang diukur dengan perbandingan atau rasio antara ventilasi alveolar (V) dan perfusi (Q). Pada orang dewasa yang normal, sehat dan dalam keadaan istirahat, ventilasi alveolar sekitar 4,0 liter/menit dan perfusinya sekitar 5,0 liter/menit dengan demikian rasio ventilasi dan perfusi adalah :
Ventilasi (V) __________ Perfusi (Q)
4,0 liter/menit =
____________ = 0,8 5,0 liter/menit
Besar rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Apabila terjadi penurunan ventilasi karena sebab tertentu, maka rasio V/Q juga akan menurun, sehingga pertukaran gas juga akan menurun. Apabila nilai V/Q meningkat,
berarti
proses
pertukaran
gas
akan
meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi dapat terjadi karena tidak adekuatnya ventilasi atau perfusi atau keduanya (Tarwoto & Wartonah, 2010). 7. Volume dan kapasitas paru Pengukuran volume dan kapasitas paru menunjukkan adekuatnya pertukaran gas dan fungsi paru. a. Volume paru Pengukuran volume paru menunjukkan jumlah udara dalam paru-paru selama berbagai siklus pernafasan.Aliran udara yang masuk dan keluar paruparu memberikan ukuran nyata volume paru-paru.Volume udara yang masuk dan keluar paru-paru sekali bernafas disebut volume tidal.Besarnya volume pertukaran udara antara sistem pernafasan dengan udara luar/atmosfer selama 1 menit disebut ventilasi pulmonal.Dengan demikian, volume ventilasi pulmonal tergantung volume tidal dan jumlah pernafasan per menit . Volume udara yang masuk ke alveoli setiap menit disebut ventilasi alveolar dan besarnya dirumuskan :
Jumlah pernafasan per menit x (volume tidal-ruang mati) Jika pernafasan 12x/menit x (500 ml-150 ml) = 4200 ml/menit
Pengukuran jumlah pertukaran udara selama bernafas diukur dengan menggunakan spirometer. Volume paru-paru terdiri atas berikut ini : 1. Volume Tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar saat sekali bernafas normal, besarnya sekitar 500 ml atau 5-10 ml/kgBB. 2. Volume Cadangan Inspirasi (VCI), yaitu jumlah udara yang dapat dihirup sekuat-kuatnya setelah inspirasi normal, jumlahnya sekitar 3000 ml. 3. Volume cadangan ekspirasi (VCI) , merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan sekuat-kuatya setelah ekspirasi normal, besarnya sekitar 1100 ml.
Universitas Sumatera Utara
4. Volume residu (VR), merupakan volume udara yang masih dapat tersisa setelah ekspirasi kuat, besarnya sekitar 1200 ml.
b. Kapasitas paru Pengukuran kapasitas paru merupakan kombinasi volume-volume paru, teerdiri atas kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional, kapasitas vital dan kapasitas total paru (Tarwoto & Wartonah, 2010). 1. Kapasitas vital (KV), adalah total jumlah udara maksimum yang dikeluarkan
dengan
kuat
setelah
inspirasi
maksimum.
Jumlah
penambahan volume tidal (TV), volume cadangan inspirasi (VCI), dan vulome cadangan ekspirasi = 500 ml + 3000 ml + 1100 ml = 4600 ml. 2. Kapasitas inspirasi (KI), merupakan total jumlah volume tidal (VT) dan volume cadangan inspirasi (VCI), jumlahnya sekitar 3500 ml. 3. Kapasitas residual fungsional (KRF), merupakan jumlah udara sisa setelah ekspirasi normal, besarnya jumlah volume residual (VR) dengan volume cadangan ekspirasi (VCE) sekitar 2300 ml. 4. Kapasitas total paru (KTP), merupakan jumlah total udara yang dapat ditampung dalam paru-paru. Besarnya sama dengan kapasitas vital (KV) ditambah dengan volume residual (VR) sekitar 5800 ml. 8. Pengaturan pernafasan Pengendalian dan pengaturan pernafasan dilakukan sistem persarafan, mekanisme kimia dan mekanisme non-kimia. a. Pengendalian pernafasan oleh sistem persarafan Pengaturan pernafasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks serebri, medula oblongata, dan pons. 1. Korteks serebri Korteks serebri berperan dalam pengaturan pernafasan yang bersifat volenter, sehingga memungkinkan kita dapat mengatur nafas dan menahan nafas, misalnya pada saat bicara atau makan. 2. Medulla oblongata
Universitas Sumatera Utara
Medulla oblongata terletak pada batang otak, berperan dalam pernafasan otomatis atau spontan. Pada medulla oblongata terdapat dua kelompok neuron, yaitu : Dorsal Respiratoriy Group (DRG) yang terletak pada bagian dorsal medulla dan Ventral Respiratory Group (VRG) yang terletak pada ventro lateral medulla. Kedua kelompok neuron ini berperan dalam pengaturan irama pernafasan. 3. Pons Pada pons terdapat dua pusat pernafasan, yaitu pusat apneutik dan pusat pneumotaksis.Pusat apneutik terletak di formasio retikularis pons bagian bawah. Fungsi pusat apneutik adalah mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan impuls pada area inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat pneumotaksis terletak di pons bagian atas.Impul dari pusat pneumotaksis menghambat aktivitas neuron inspirasi, sehingga inspirasi dihentikan dan terjadi ekspirasi. Fungsi dari pusat pnemotaksis adalah membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi sehingga irama respirasi menjadi lebih halus dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi berjalan secara teratur pula (Tarwoto & Wartonah, 2010). b. Kendali kimiawi Ada banyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman pernafasan yag sudah diset oleh pusat pernafasan yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respons dari sensor yang disebut kemoreseptor. Ada dua jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yng berada di medulla, dan kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid pada sistem arteri. 1. Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal, peningkatan ion hidrogen dengan merespon penigkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
Universitas Sumatera Utara
2. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen. Misalnya, adanya
penurunan
oksigen,
peningkatan
karbon
dioksida,
dan
peningkatan ion hidrogen, maka pernafasan menjadi meningkat (Tarwoto & Wartonah, 2010). c. Pengaturan oleh mekanisme non-kimiawi Beberapa faktor non-kimiawi yang mempengaruhi pengaturan pernafasan diantaranya pengaruh baroreseptor, peningkatan temperatur tubuh, hormon epinefrin, dan refleks Hering-Breuer. 1. Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta-atrium, ventrikel, dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespons terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah arteri akan menghambat respirasi. Menurunnya tekanan arteri dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi pernafasan. 2. Peningkatan temperatur tubuh, misalnya karena demam atau olahraga, maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi. 3. Hormon epinefrin, peningkatan hormon epinefrin akan meningkatkan rangsang simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi. 4. Refleks Hering-Breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi. Pada inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor regangan dalam otot polos paru untuk menghambat aktivitas neuron respirasi. Dengan demikian, refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat aktivitas berat (Tarwoto & Wartonah, 2010) Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap.Sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Asmadi, 2008): 1. Lingkungan Pada lingkungan yang panas tubuh berespons dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir kekulit.Hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.Respons demikian menyebabkan
curah
jantung
meningkat
dan
kebutuhan
oksigen
pun
meningkat.Sebaliknya pada lingkungan yang dingin,pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen. 2. Latihan Fisik Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi. 3. Emosi Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat. 4. Gaya Hidup Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. 5. Status Kesehatan Pada orang sehat, system kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secaraa dekuat.Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernafasan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Faktor-faktor perkembangan dan proses penuaan yang normal memengaruhi oksigenasi jaringan yaitu (Potter & Perry, 2010). 1. Bayi dan Anak-anak Bayi dan anak-anak berisiko terkena infeksi saluran napas atas karena sering tepapar asap rokok. Infeksi saluran nafas atas biasanya tidak berbahaya dan bayi atau anakanak, dan dapat sembuh tanpa mengalami kesulitan (Potter & Perry, 2010).
2. Anak-anak Usia Sekolah dan Remaja Anak-anak usia sekolah dan remaja terpapar infeksi pernafasan dan faktor-faktor risiko pernafasan seperti asap rokok dan merokok. Individu yang mulai merokok sejak
Universitas Sumatera Utara
remaja dan terus merokok sampai usia pertengahan memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit kardiopulmonal dan kanker paru (Potter & Perry, 2010).
3. Dewasa Muda dan Dewasa Pertengahan Faktor risiko kardiopulmonal multipel,antara lain: diet yang tidak sehat,kurang olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat yang diresepkan yang tidak sesuai dan merokok (Potter & Perry, 2010).
4. Lansia Sistem pernapasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi katup jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga.Osteoporosis menyebabkan perubahan ukuran dan bentuk toraks (Potter & Perry, 2010).
2.2.
Pengkajian Pengkajian keperawatan dari fungsi kardiopulmonal meliputi riwayat yang
mendalam terhadap fungsi normal kardiopulmonal klien, gangguan terdahulu pada fungsi respirasi dan sirkulasi, serta ukuran yang klien gunakan untuk optimalisasi oksigenasi (Potter & Perry, 2010). A. Riwayat Keperawatan Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan (gangguan hidung dan tenggorokan) seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), Obstruksi nasal (Kondisi akibatpolip, hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan (Hidayat, 2006). B. Pemeriksaan Fisik •
Pada tahap dini sulit diketahui
•
Ronchi basah, kasar, dan nyaring
•
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberikan suara umforik
•
Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan fibrosis
Universitas Sumatera Utara
•
Bila mengenai pleura terjadi effusi pleura (perkusi memberikan suara pekak) (Somantri, 2008)
C. Pemriksaan Diagnostik 1. Kultur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit. 2. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah): Positif untuk basil asam-cepat 3. Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda. 4. ELISA/Western Blot: Dapat menyatakan adanya HIV 5. Foto torak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa 6. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis. 7. Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis. 8. Elektrosit: Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi: contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat juga ditemukan pada TB paru kronis luas. 9. GDA: Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisi dada paru 10. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total,
Universitas Sumatera Utara
dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis luas). (Dongoes, Marilynn, (1999) . Rencana Asuhan
Keperawatan
:
Pedoman
untuk
Perencanaan
dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC 11. Darah : Lekositosis, LED meningkat 12. Bronkografi : Merupakan peemriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhus atau kerusakan paru-paru karna TB. (Somantri, 2008)
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Tipe data : 1. Data Subjektif a. Pasien mengatakan batuk b. Pasien mengeluh sesak c. Pasien mengatakan nyeri dada d. Pasien mengatakan adanya sekret di saluran nafas e. Pasien mengatakan tidak nafsu makan f. Pasien mengatakan makanan yang disediakan tidak habis 2. Data Objektif a. Suara nafas abnormal (ronchi, reles, weezing) b. Frekuensi nafas 38x/menit dengan irama irreguler c. Nyeri dada meningkat ketika batuk berulang d. Adanya sisa makanan dalam tempat makan pasien (makan dari porsi yang dianjurkan)
Universitas Sumatera Utara
e. Adanya penurunan berat badan (tidak selalu muncul) f. Penurunan laboratorium darah (albuminemia)
3. Rumusan Masalah
a.Tidak efektifnya pembersihan saluran nafas Definisi : Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan secret sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernafasan dengan tujuan mempertahankan saluran pernafasan. Kemungkinan berhubungan dengan : 1) Menurunnya energi dan kelelahan 2) Infeksi trakeobronkial 3) Gangguan kognitif dan persepsi 4) Trauma 5) Bedah toraks
Kemungkinan data yang ditemukan : 1) Suara nafas tidak normal 2) Perubahan jumlah pernafasan 3) Batuk 4) Sianosis 5) Demam 6) Kesulitan bernafas
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1) Sindrom gagal nafas akut, cystic fibrosis 2) Pneumonia, injuri dada 3) Kanker paru, gangguan neuromuskular 4) Penyakit obstruksi pernafasan kronis
Universitas Sumatera Utara
Tujuan yang diharapkan : 1) Saluran pernafasan pasien menjadi bersih 2) Pasien dapat mengeluarkan secret 3) Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal (Tarwoto & Wartonah, 2010). b.Tidak efektifnya pola pernapasan Definisi : Kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru. Kemungkinan berhubungan dengan : 1) Obstrusi trakeal 2) Perdarahan aktif 3) Menurunnya ekspansi paru 4) Infeksi paru 5) Depresi pusat pernapasan 6) Kelemahan otot pernapasan
Kemungkinan data yang ditemukan: 1) Perubahan irama pernafasan dan jumlah pernafasan 2) Dispnea 3) Penggunaan otot tambahan pernafasan 4) Suara pernafasan tidak normal 5) Batuk disertai dahak 6) Menurunnya kapasitas vital 7) Kecemasan
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1) Penyakit kanker, infeksi pada dada 2) Penggunaan obat dan keracunan alkohol 3) Trauma dada 4) myasthenia gravis, Gullian Barre Syndrome
Universitas Sumatera Utara
Tujuan yang diharapkan : 1) Pasien dapat mendemostrasikan pola pernafasan yang efektif 2) Data objektif menunjukkan pola pernafasan yang efektif 3) Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas (Tarwoto & Wartonah, 2010).
c. Menurunnya perfusi jaringan tubuh Definisi : Kondisi dimana tidak adekuatnya pasokan oksigen akibat menurunnya nutrisi dan oksigen pada tingkat seluler. Kemungkinan yang berhubungan: 1) Vasokonstriksi 2) Hipovolemia 3) Thrombosis vena 4) Menurunnya aliran darah 5) Edema 6) Pendarahan 7) Imobilisasi
Kemungkinan data yang ditemukan : 1) Edema 2) Pulsasi perifer kecil 3) Pengisapan kapiler (capillary refill) lambat 4) Menurunnya sensasi 5) Penyembuhan luka lama 6) Sianosis
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1) Gagal jantung 2) Infark miokardial 3) Peradangan pada jantung 4) Hipertensi 5) Syok
Universitas Sumatera Utara
6) Penyakit obstruksi pernafasan kronis
Tujuan yang diharapkan : 1) Menurunnya insufisiensi jantung 2) Suara pernafasan dalam keadaan normal (Tarwoto & Wartonah, 2010) d. Gangguan Pertukaran Gas Definisi : Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan karbon dioksida diantara alveoli paru dan sistem vascular. Kemungkinan berhubungan dengan : 1) Penumpukan cairan dalam paru 2) Gangguan pasokan oksigen 3) Obstruksi saluran pernafasan 4) Atelektasis 5) Edema paru 6) Pembedahan paru
Kemungkinan data yang ditemukan : 1) Sesak napas 2) Penurunan kesadaran 3) Nilai AGD tidak normal 4) Perubahan tanda vital 5) Sianosis/takikardia
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1) Penyakit obstruksi pernafasan kronis 2) Gagal jantiung 3) Asma 4) Pneumonia
Tujuan yang diharapkan : 1) Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
Universitas Sumatera Utara
2) Pasien dapat menunjukan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti : tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah (Tarwoto & Wartonah, 2010).
4. Perencanaan a. Tidak efektifnya cara pembersihan saluran napas Tujuan : -
Saluran pernafasan pasien menjadi bersih
-
Pasien dapat mengeluarkan sekret
-
Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal
Intervensi
Rasional
1. Sediakan alat suction dalam kondisi 1. Peralatan dalam keadaan siap baik 2. Monitor jumlah, bunyi nafas,AGD, efek 2. Gangguan saluran pernafasan pengobatan bronkhodilator 3. Pertahankan intake cairan3.000ml/hari 3. Membantu mengencerkan secret jika tidak ada kontra-indikasi 4. Terapi inhalasi dan latihan pernafasan 4. Mengeluarkan secret dalam dan batuk efektif. 5. Bantu hygiene oral setiap 4 jam
5. Memberikan rasa nyaman
6. Mobilisasi pasien setiap 2 jam
6. Mempertahankan sirkulasi
7. Berikan pendidikan kesehatan (efek 7. Mencegah komplikasi paru merokok, alkohol, menghindari alergan, latihan bernafas)
b. Tidak efektifnya pola pernapasan Tujuan : -
Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernafasan yang efektif
-
Data objektif menunjukkan pola pernafasan yang efektif
-
Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas
Universitas Sumatera Utara
Intervensi
Rasional
1. Berikan oksigen sesuaiprogram
1. Mempertahankan oksigen arteri
2.
Monitor
jumlah
pernafasan, 2.Mengetahui status pernafasan
penggunaan otot bantu pernafasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD 3. Laksanakan program pengobatan
3. Meningkatkan pernafasan
4. Posisi pasien fowler
4. Meningkatkan pengembangan paru
5. Bantu dalam terapi inhalasi
5. Membantu mengeluarkan sekret
6.
Alat-alat
emergensi
disiapkan 6. Kemungkinan terjadi kesulitan bernafas
dalam kondisi baik 7. Pendidikan kesehatan: •
Perubahan gaya hidup
•
Menghindari alergan
•
Teknik bernafas
•
Teknik relaksasi
yang akut 7. Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang
c. Menurunnya perfusi jaringan tubuh Tujuan : -
Menurunnya insufisiensi jantung
-
Suara pernafasan dalm keadaan normal Intervensi
Rasional
1. Monitor denyut jantung dan irama
1. Mengetahui kelainan jantung
2. Monitor tanda vital, bunyi jantung, 2.Data CVP, edema, tingkat kesadaran
dasar
untuk
mengetahui
perkembangan pasien
3. Kolaborasi dengan dokter dalam 3. Mengetahui keadaan umum pasien pemeriksaan AGD,elektrolit, darah lengkap 4. Jelaskan semua prosedur yang akan 4..Mengurangi kecemasan dan lebih dilakukan 5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
kooperatif 5. Meningkatkan perfusi
Universitas Sumatera Utara
6. Ukur intake dan output cairan
6.Mengetahui
kelebihan
atau
kekurangan 7. Lakukan perawatan kulit, seperti 7. Menghindari gangguan integritas kulit pemberian losion 8. Hindari terjadinya valsava manuver, 8. Mempertahankan pasokan oksigen seperti mengedan, menahan nafas, dan batuk 9. Batasi pengunjung
9. Mengurangi stres dan energi bicara
10. Berikan pendidikan kesehatan:
10.Meningkatkan
•
Proses terapi
mencegah
•
Perubahan gaya hidup
komplikasi
•
Teknik relaksasi
•
Program latihan
•
Diet
•
Efek obat
pengetahuan
terjadinya
kambuh
dan dan
d. Gangguan Pertukaran Gas Tujuan : -
Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas.
-
Pasien dapat menunjukkan peningktan perubahan pertukaran gas, seperti: tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah
Universitas Sumatera Utara
Intervensi 1. Kaji
Rasional frekuensi
kedalaman 1.Berguna dalam evaluasi derajat stress
pernafasan
2. Tinggikan
pernafasan/kronisnya proses penyakit.
kepala
tempat
tidur, 2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
bantu pasien untuk memilih posisi dengan posisiduduk tinggi dan latihan yang mudah untuk bernafas
jalan nafas untuk menurunkan kolaps jalan napas.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan 3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada warna membrane mukosa.
kuku, bibir sertadaun telinga).
4. Auskultasi bunyi nafas,catat area 4. Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan
aliran
udara/bunyi penurunan aliran udara.
tambahan. 5.
Awasi
tingkat
kesadaran/status 5. Penurunan getaran vibrasi diduga ada
mental
pengumpulan cairan atau udara terjebak.
6. Kaji tanda vital dan irama jantung
6. Takikardi, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Asuhan Keperawatan Kasus 2.2.1. Pengkajian I. BIODATA •
Identitas Pasien
Nama
: Tn. J
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 50 Tahun
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Protestan
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl.Garu V no.36 Medan
Tanggal Masuk RS
: 26 Mei 2014
No. Register
: 00.92.69.01
Ruangan/Kamar
: Ruang XV (Dahlia I) /19
Golongan darah
:O
Tanggal pengkajian
: 02 Juni 2014
Diagnosa pasien Medis
: Hemaptue + Susp.TB.Paru
II. Keluhan Utama Klien mengatakan sudah 2 hari batuk dan selalu mengeluarkan darah. Dimana klien mengtakan bahwa sudah pernah berobat ke klinik akan tetapi pengobatan dihentikan karena kesibukan klien sehingga batuk muncul kembali. III. Riwayat Kesehatan Sekarang 1. Provocative/palliative a. Apa penyebabnya Disebabkan oleh karena klien mengkonsumsi rokok selama 9 tahun. b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan Klien mengatakan akan berkurang jika beristirahat sejenak,namun beberapa menit kemudian rasa ingin batuk muncul kembali sehingga klien merasa sesak.
Universitas Sumatera Utara
2. Quantity/quality a. Bagaimana dirasakan Klien mengatakan setiap beraktivitas ia sesak. b. Bagaimana dilihat Terlihat sesak terlihat wajah yang meringis kesakitan. 3. Region a. Dimana lokasinya Di dada sebelah kanan b. Apakah menyebar Klien mengatakan nyerinya menyebar sampai kepunggung klien 4. Severity Klien mengatakan sangat mengganggu aktivitasnya, karena sesak dapat timbul meningkat ketika aktivitas pasien meningkat.Dan menyebabkan pasien merasa lemas. 5. Time Klien mengatakan nyeri nya timbul ketika ia batuk.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit yang pernah dialami Batuk selama 6 bulan setelah pemberhentian pengobatan B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Pernah berobat ke klinik C. Pernah dirawat/dioprasi Klien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya D. Lama dirawat Tidak pernah dirawat E. Alergi Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi. F. Imunisasi Klien mengatakan imunisasi tidak lengkap.
Universitas Sumatera Utara
V. Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang Tua Klien mengatakan orang tuanya tidak mengalami penyakit B. Saudara Kandung Klien mengatakan saudara kandungnya tidak mengalami penyakit C. Penyakit Keturunan Yang Ada Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dalam keluarganya. D. Anggota keluarga yang meninggal Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang meninggal E. Penyebab meninggal Klien mengatakan tidak ada riwayat penyebab meninggal keluarga
VI. Riwayat Keadaan Psikososial A. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya Klien mengatakan penyakitnya bisa sembuh. B. Konsep Diri - Gambaran diri
: Klien mengatakan menyukai postur tubuh ia yang dulu dibanding yang sekarang.
- Ideal diri
: Klien berharap bisa menjadi seorang ayah dan bapak yang baik buat anaknya.
- Harga diri
: Klien merasa bahwa dirinya tidak maksimal karena penyakitnya
- Peran diri
: Klien mengatakan ia sebagai kepala keluarga.
- Identitas
: Klien adalah seorang suami dan ayah bagi anaknya.
C. Keadaan Emosi Klien masih mampu mengendalikan emosinya dengan baik. D. Hubungan Sosial - Orang yang berarti Orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidup pasien adalah anak dan istrinya - Hubungan dengan keluarga
Universitas Sumatera Utara
Baik, keluarga tetap setia menemani, merawat dan menjaga klien ketika sedang berada di RS - Hubungan dengan orang lain Baik, pasien mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya. - Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Pasien tidak mempunyai hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain E. Spiritual - Nilai dan keyakinan
:Klien berkeyakinan seorang Kristen
- Kegiatan ibadah
: Selama sakit klien selalu berdoa
VII. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan Umum Klien tampak lemas, napas terasa berat, badan tampak kurus, sesak dan meringis ketika nyeri di dada meningkat. B. Tanda-tanda Vital Suhu tubuh
: 36.50C
Tekanan darah
: 130/ 90 mmHg
Nadi
: 90x/menit
Pernafasan
: 38 x/menit
Skala nyeri
:5
TB
: 160 cm
BB
: 60 kg
C. Pemeriksaan Head to toe 1) Kepala dan Rambut Bentuk
: Bulat, tidak ada benjolan atau
pembengkakan. Ubun-ubun
: Simetris.
Kulit kepala
: Bersih, tidak ada iritasi.
2) Rambut
Universitas Sumatera Utara
Penyebaran dan keadaan rambut
:
Rambut
lurus
dan
penyebarannya merata. Bau
: Tidak ada bau.
Warna kulit
: Berwarna sawo matang
3) Wajah Warna kulit
: Sawo matang.
Struktur wajah
:Simetris,
dan
tidak
ada
kelainan.
4) Mata Kelengkapan dan kesimetrisan
: Mata lengkap dan simetris.
Palpebra
: Normal.
Konjungtiva dan sclera: Konjungtiva
: anemis,sclera: tidak ikterik
Pupil
: Isokor.
Cornea dan iris
: Normal.
Visus
: Penglihatan baik.
Tekanan bola mata
: Tidak dilakukan pemeriksaan.
5) Hidung Tulang hidung dan posisi septum nasi
: Simetris.
Lubang hidung
: Bersih.
6) Telinga Bentuk telinga
: Simetris kanan/kiri.
Ukuran telinga
: Simetris kanan/kiri.
Lubang telinga
: Bersih dan tidak berbau.
Ketajaman pendengaran
: Pendengaran Baik.
7) Mulut dan faring Keadaan bibir
: Mukosa bibir kering dan
sianosis Keadaan gusi dan gigi
: Tidak ada perdarahan.
Keadaan lidah
: Lidah bersih dan tidak ada
kelainan.
Universitas Sumatera Utara
Orofaring
: Tidak dilakukan pemeriksaan.
8) Leher Posisi trachea
: Medial.
Thyroid
: Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid. Suara
: Suara pelan tapi jelas.
Kelenjar limfe
: Tidak ada pembengkakan.
Vena jugularis
: Tidak ada pembengkakkan
Denyut nadi karotis
: Teraba kuat
9) Pemeriksaan integument Kebersihan
: Bersih.
Kehangatan
:Semua
eksterimitas
teraba
dingin. Warna
: Normal.
Turgor
: Kembali cepat
Kelembaban
: Lembab.
Kelainan pada kulit
:Sianosis
pada
semua
eksterimitas. 10) Pemeriksaan payudara dan ketiak Ukuran dan bentuk
: Simetris kanan/kiri.
Warna payudara dan areola
: Normal, kecoklatan.
Aksila
: Tidak Benjolan.
11) Pemeriksaan thoraks/dada Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeonchest, flail chest, kifosis koliasis)
: Normal.
Pernafasan (frekuensi, irama)
: 30x/ menit, Ireguler.
Tanda kesulitan bernafas
: Ada karena ditemukan sputum
dan pasien menggunakan pernafasan cuping hidung
Universitas Sumatera Utara
12) Pemeriksaan paru Palpasi getaran suara
: Tidak dilakukan pemeriksaan.
Perkusi
: Normal.
Auskultasi
: Mengi/wheezing pada saat
inspirasi. 13) Pemeriksaan jantung Inspeksi
: Bentuk normal.
Palpasi
: Tidak ada pembengkakan.
Perkusi
: Dullness.
Auskultasi
: Tidak ada suara tambahan
14) Pemeriksaan abdomen Inspeksi (bentuk, benjolan)
: Tidak ada benjolan atau massa
Auskultasi
: Peristaltik usus 7 x/menit
Palpasi
: Terdapat nyeri tekan.
Perkusi (suara abdomen)
: Tidak ada suara tambahan.
15) Pemeriksaan musculuskeletal/ekskremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) a. Nervus Olfaktorius/N I Fungsi normal, pasien dapat mengidentifikasikan bau makanan b. Nervus Oftikus/N II Nervus Okulomutoris/N VI fungsi normal, pasien dapat menggerakkan bola mata ke segala arah c. Nervus Trigeminus/N V Fungsi tidak terganggu, pasien dapat mengidentifikasikan sentuhan dengan stimulant dan getaran apapun yang diberikan pada ekstremitas superior sinistra dan ekstremitas inferior sinistra d. Nervus Fasialis/N VII Pasien mampu mengangkat alis, mengerutkan dahi, dan tersenyum e. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII Pasien dapat berdiri tegak f. Glossopharingeus/N X
Universitas Sumatera Utara
Pasien dapat membuka mulut dan mampu mengunyah dan menelan makanan g. Nervus Asesorius/N XI Fungsi tidak tergangu, pasien dapat mengangkat bahu kiri dan mampu menoleh ke kanan h. Nervus Hiplogossus/N XII Pasien mampu menjulurkan lidah, menggerakkan lidah dan mampu mendorong salah satu pipi dengan lidah
16) Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis) Nervus cranialis normal, tidak ada kelainan.
17) Fungsi motorik Fungsi motorik normal, tidak ada kelainan.
18) Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran) Fungsi sensorik normal, tidak ada kelainan.
19) Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles,plantar) Reflex klien normal.
VIII. Pola kebiasaan sehari-hari 1) Pola Makan dan Minu Frekuensi makan/hari
: Makan 1-2 sehari
Nafsu/selera makan
: Nafsu makan berkurang
Nyeri ulu hati
: Tidak ada
Alergi
: Tidak ada alergi terhadap makanan
Mual dan muntah
: Terkadang
Universitas Sumatera Utara
Waktu pemberian makan
:Pagi
07.00
WIB,
siang
12.00WIB,malam 18.00 WIB Jumlah dan jenis makan
: MB (Makanan biasa)
Waktu pemberian cairan/minum
: Sesuai dengan kebutuhan
Masalah makan dan minum
: Tidak ada masalah makan dan
minum. 2) Perawatan Diri/Personal Higine Kebersihan tubuh
: Tubuh bersih, frekuensi mandi 2x
sehari Kebersihan gigi dan mulut
: Gigi dan mulut bersih.
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih. 3) Pola Kegiatan/Aktivitas - Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian mandiri, sebagian, total: Klien mandi tanpa bantuan dari siapapun, susah tidur karena sesak, adanya batuk dannyeri dada, serta keterbatasan aktivitas akibat kelemahan. - Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :Klien selalu berdoa IX. Pola Eliminasi 1) BAB Pola BAB
: 2 x1 sehari
Karakter feses
: Kuning kecoklatan dan lembek.
Riwayat pendarahan
: Tidak ada perdarahan.
BAB terakhir
: 03 Juni 2014
Diare
: Tidak diare.
Penggunaan laksatif
: Tidak ada penggunaan laksatif.
2) BAK Pola BAK
: Setiap hari
Karakter urine
: Kuning dan tidak keruh
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
: Tidak ada kesulitan BAK.
Penggunaan diuretic
: Tidak ada penggunaan diuretic.
Upaya mengatasi masalah
: Tidak ada masalah.
Universitas Sumatera Utara
X. Mekanisme Koping Adaptif Bicara dengan orang lain o Mampu menyelesaikan masalah o Teknik relaksasi o Aktivitas kontruksi o Olahraga Maladaptif o Merokok o Minuman alkohol o Reaksi lambat/berlebihan o Menghindar o Mencederai diri
2.2.2. Analisa Data
No Data
Penyebab
Masalah Keperawatan
1.
DS: Klien
TB Paru mengatakan
ia
mudah lelah, nyeri dada, sesak nafas, dan sering
Penumpukkan seputum
terbangun pada malam hari. Jalan nafas tersumbat DO : Pola nafas tidak efektif
Ujung jari dan kuku kebiruan Ditemukan bercak darah
Sesak nafas
pada sputum RR: 38 x/ menit
Universitas Sumatera Utara
TD: 130/90 mmHg Skala nyeri 5
Pola nafas tidak efektif
Kebutuhan Oksigenasi
2
DS: -
TB.Paru Klien mengatakan
ia
Penumpukan sputum
nyeri dada -
Batuk
Klien mengatakan nyeri
dada
meningkat ketika
Nyeri
Gangguan rasa nyaman : Nyeri
ia batuk
DO: -
Klien
tampak
meringis -
HR : 90x/i
-
Skala nyeri 5
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.
Rumusan Masalah
MASALAH KEPERAWATAN 1. Pola nafas tidak efektif 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) Diagnosa Keperawatan (Prioritas) 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan batuk yang disertai dahak. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk yang tidak efektif ditandai dengan klien tampak meringis
2.2.4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari / tanggal 2 Juni 2014
No. Dx Pola
Perencanaan Keperawatan nafas Tujuan dan Kriteria Hasil :
tidak efektif - Pasien dapat mendemontrasikan pola nafas berhubungan dengan menurunnya ekspansi
yang efektif - Data objektif menunujukan pola pernafasan yang efektif - Pasien rasa lebih nyaman dalam bernafas
paru ditandai dengan bantuk disertai dahak
Universitas Sumatera Utara
Intervensi
Rasional
1. Berikan oksigen sesuai program
1.
Mempertahankan oksigen arteri
2.
Mengetahui status pernafasan
3. Laksanankan program pengobatan
3.
Meningkatkan pernafasan
4. Posisi pasien fowler
4.
Meningkatkan pengembangan paru
5.
Perlu adaptasi baru dengan kondisi
2. Monitor penggunaan
jumlah
pernafasan,
otot
bantu
pernafasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD
5. Pendidikan kesehatan:
tehnik
relaksasi, menghindari rokok dan makan
makanan
sekarang
yang
mengandung protein tinggi
Hari/Tanggal
No. DX
Perencanaan Keperawatan
02 Juni 2014
Gangguan
Tujuan dan Kriteria Hasil:
rasa nyaman Tujuan: (nyeri)
a. Memperlihatkan pengendalian nyeri
berhubungan
b. Nyeri berkurang atau hilang
batuk
yang Kriteria Hasil:
tidak efektif
a. Mempertahankan tingkat nyeri
ditandai
b. Memperlihatkan
dengan klien tampak meringis
tekhnik
relaksasi
yang efektif c. Mengenali
faktor
menggunakan
penyebab
tindakan
dan untuk
memodifikasi faktor tersebut
Universitas Sumatera Utara
Rencana Tindakan
Rasional
1. Tanyakan klien tentang nyeri
1. Membantu
dalam
evaluasi
gejala.
Tentukan karakteristik, intensitas
Penggunaan skala rentang membantu
serta durasi nyeri
klien dalam mengkaji tingkat nyeri
2. Dorong klien untuk menyatakan
2. Takut masalah akan meningkat tegangan
perasaan nyeri 3. Berikan
tindakan
otot menurunkan ambang persepsi nyeri kenyamanan,
3. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
misalnya mengubah posisi 4. Dorong relaksasi,
perhatian
penggunaan
tekhnik
misalnya
aktivitas
4.
Menghilangkan ketidaknyamanan
hiburan yang tepat 5. Berikan lingkungan nyaman dan tenang 6. Bantu aktivitas perawatan diri, pernafasan,
5. Penurunan kelamahan dan penghematan energi 6. Membantu
dan
mendorong
fisik
mungkin perlu untuk beberapa waktu sebelum
klien
mampu
atau
percaya
untuk
melakukan
cukup aktivitas
karena takut rasa nyeri 7. Berikan analgesic sesuai indikasi
7. Membantu menurunkan rasa nyeri
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Pelaksanaan Keperawatan Hari / tanggal
No. Dx
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
Senin
Pola
nafas
02 juni 2014
tidak efektif berhubungan dengan
a. Melakukan TTV
Klien
b. Memantau intake dan mengataka sesak ouput cairan
O:
c. Memberikan
menurunnya
S:
posisi
- Terpasang
semifowler
nasal kanul
ekspansi
d. Memberikan penkes
paru
e. Memberikan
- TD : 130/90
oksigen
mmHg
ditandai
dengan kanula nasal
- HR: 90x/i
dengan
sesuai indikasi
- RR: 38x/i - T: 36,5OC
bantuk disertai
A:
dahak.
belum teratasi
Masalah
P:
Intervensi
dilanjutkan
Selasa
Gangguan
03 juni 2014
rasa nyaman (nyeri)
a. Menanyakan kepada klien S: tentang nyeri dada
Klien
mengatakan
b. Menentukan karakteristik, nyeri dada
berhubungan
intensitas
batuk
nyeri dada
yang
tidak efektif
serta
menyatakan
dengan klien
tentang nyeri
meringis
- Posisi
c. Mendorong klien untuk
ditandai
tampak
durasi O:
d. Memberikan
perasaan
semifowler - TD:
120/90
mmHg tindakan
- HR: 80x/i - RR: 30x/i
kenyamanan e. Memberikan lingkungan
- T: 36OC
yang nyaman dan tenang f. Mengukur
tanda-tanda
Universitas Sumatera Utara
vital A: - Masalah teratasi sebagian - Skala nyeri 5 - Durasi nyeri 10-15 menit P:
Intervensi
dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
CATATAN PERKEMBANGAN Hari/Tanggal
No.DX
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan Selasa/02 Juni
Pola nafas tidak
2014
efektif
-
S : Pasien
keadaan umum mengatakan sesak
berhubungan dengan
Memantau
pasien -
O:
Mengukur
-
menurunnya
tanda-tanda
ekspansi paru
vital
ditandai dengan
-
batuk disertai dahak -
Terpasang nasal kanul
-
TD : 130/90 mmHg
Mengubah posisi
-
HR : 90x/i
semifowler
-
RR : 38x/i
Memberikan
-
T : 36,50C
oksigen dengan A : Masalah belum kanula
-
nasal teratasi
sesuai indikasi
P : Intervensi
Mengukur
dilanjutkan
intake
dan
output cairan Selasa/02 Juni
Gangguan rasa
2014
nyaman (nyeri)
-
kepada
berhubungan batuk yang tidak efektif
Menanyakan
S: Klien menyatakan
klien nyeri dada
tentang nyeri -
ditandai dengan
O:
Menentukan
-
karakteristik,
klien tampak
intensitas
semifowler
serta
-
durasi nyeri
meringis -
Posisi
TD : 130/90 mmHg
Mendorong
-
HR : 90x/i
klien
-
RR : 38x/i
-
T : 36,50C
untuk
menyatakan perasaan
A:
Universitas Sumatera Utara
tentang nyeri -
-
-
Masalah
Memberikan
teratasi
tindakan
sebagian
kenyamanan
-
Skala nyeri 5
Memberikan
-
Durasi 10-15
lingkungan yang
menit
nyaman P:
dan tenang -
Intervensi
dilanjutkan
Mengukur tanda vital
Selasa/03 Juni
Pola nafas tidak
2014
efektif
-
berhubungan dengan
-
Memantau
S:
Klien
masih
keadaan umum mengatakan
sesak
pasien
berkurang
Mengukur
O:
menurunnya
tanda-tanda
ekspansi paru
vital
terpasang
Mengubah
nasal kanul
ditandai dengan
-
batuk disertai
-
posisi
dahak
semifowler -
-
Gangguan rasa
2014
nyaman (nyeri)
-
yang tidak efektif
-
TD : 120/90
Memberikan
-
HR : 80x/i
oksigen dengan
-
RR : 30x/i
kanula
-
T : 360C
nasal
sesuai indikasi
A: Masalah teratasi
Mengukur
sebagian dan P:
Intervensi
output cairan
dilanjutkan
Menanyakan
S: Klien mengatakan
kepada
berhubungan batuk
Masih
mmHg
intake
Selasa/03 Juni
-
klien masih merasa nyeri
tentang nyeri
namun
sudah
Menentukan
berkurang sedikit
Universitas Sumatera Utara
ditandai dengan
karakteristik,
klien tampak
intensitas
O:
serta
-
durasi nyeri
meringis -
-
semifowler
Mendorong klien
-
untuk
menyatakan
-
HR : 80x/i
perasaan
-
RR : 30x/i
tentang nyeri
-
T : 360C
-
Masalah
Memberikan
A:
kenyamanan
teratasi
Memberikan
sebagian
lingkungan
-
Skala nyeri 4
yang
-
Durasi
nyaman
dan tenang -
Rabu/04 Juni 2014
Pola nafas tidak
-
efektif
5-10
menit
Mengukur tanda P:
Intervensi
vital
dilanjutkan
Memantau
S: Klien mengatakan
keadaan umum bahwa sesak sudah
berhubungan dengan
TD : 120/90 mmHg
tindakan
-
Posisi
-
pasien
berkurang
Mengukur
O:
menurunnya
tanda-tanda
ekspansi paru
vital
terpasang
Mengubah
nasal
posisi
dengan
semifowler
oksigen 2-3L
ditandai dengan
-
batuk disertai dahak -
-
kanul
Memberikan
-
TD : 120/80
oksigen dengan
-
HR : 85x/i
kanula
-
RR : 28xi
-
T : 370C
nasal
sesuai indikasi-
Masih
Mengukur
A: Masalah teratasi
Universitas Sumatera Utara
intake
dan sebagian
output cairan
P:
Intervensi
dilanjutkan Rabu/04 Juni 2014
Gangguan rasa
-
nyaman (nyeri)
kepada
berhubungan batuk yang tidak efektif
Menanyakan
-
ditandai dengan
S: Klien menyatakan
klien bahwa nyeri masih
tentang nyeri
ada
Menentukan
O:
karakteristik,
klien tampak
intensitas
meringis
-
serta
semifowler
durasi nyeri -
-
Mendorong klien
-
-
HR : 85x/i
menyatakan
-
RR : 28x/i
perasaan
-
T : 370C
untuk
-
Masalah
A:
Memberikan tindakan
teratasi
kenyamanan
sebagian
Memberikan
-
Skala nyeri 3
lingkungan
-
Durasi nyeri
yang
nyaman
dan tenang-
TD : 120/80 mmHg
tentang nyeri -
Posisi
5 menit P:
Intervensi
Mengukur tanda dilanjtkan vital
Universitas Sumatera Utara