BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyaman: Nyeri Defenisi Nyeri adalah sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (Wilkinson,2007). Nyeri juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2006). Mc Caffery (1980) menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Definisi ini menempatkan seorang pasien sebagai expert (ahli) di bidang nyeri, karena hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri yang ia rasakan. Bahkan nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang paling akurat dan tepat dalam mendefinisikan nyeri (Prasetyo, 2010). Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik dengan nyeri merupakan suatu gejala yang umum. Kemajuan dibidang medis telah menghasilkan upaya-upaya teraupetik dan diagnostic yang seringkali menimbulkan ketidaknyamanan. Perawat setiap hari memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami nyeri. Salah satu ketakutan yang paling dini dirasakan setiap klien yang didiagnosis suatu penyakit ialah kekhawatiran nyeri yang akan mereka rasakan (Potter & Perry, 2005). Fiologi Nyeri 1. Stimulus Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsangan nyeri) dan reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung saraf bebas dari kulit yang berespon terhadap syimulus yang kuat. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik. 2. Resptor nyeri Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahanperubahan partikular disekitarnya, kaitannya dengan proses terjadinya nyeri 4 Universitas Sumatera Utara
maka reseptor-reseptor inilah yang menangkap stimulus-stimulus nyeri. Reseptor ini dapat terbagi menjadi: a. Exteroreseptor Yaitu reseptor yang berpengaruh terhadap perubahan pada lingkungan eksternal. b. Telereseptor Merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus-stimulus yang jauh. c. Propioseptor Merupakan reseptor yang menerima impuls primer dari organ otot, spindle dan tendon golgi. d. Interoseptor Merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan pada organ-organ visceral dan pembuluh darah. 3. Pathways nyeri Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap tranduksi, dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal, radiasi dan lain-lain.
Klasifikasi Nyeri Nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis (Berger, 1992). a. Nyeri Akut Nyeri akut biasanya mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jadi kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan atau memerlukan pengobatan (Smeltzer & Bare, 2001).
5 Universitas Sumatera Utara
b. Nyeri Kronik Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadapa pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meskipun tidak diketahui mengapa banyak orang menderita nyeri kronis setelah suatu cedera atau proses penyakit, hal ini diduga bahwa ujung ujung saraf yang normalnya tidak mentransmisikan nyeri menjadi mampu untuk memberikan sensasi nyeri, atau ujung-ujung saraf yang normalnya hanya
mentransmisikan
stimulus
yang
sangat
nyeri
menjadi
mampu
mentransmisikan stimulus yang sebelumnya tidak nyeri sebagai stimulus yang sangat nyeri (Smeltzer & Bare, 2001).
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi Terhadap Nyeri a. Usia b. Jenis kelamin c. Kebudayaan d. Makna nyeri e. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri f. Perhatian g. Ansietas h. Keletihan i. Pengalaman sebelumnya j. Dukungan keluarga dan sosial
Pengukuran Skala Nyeri Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2006). a. Face Rating Scale (FRS) Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah, pengukuran skala nyeri menggunakan Face Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun
6 Universitas Sumatera Utara
mulaii dari wajah h yang terssenyum unttuk “tidak ada a nyeri” hhingga wajjah yang menangis untuk “nyeri “ beratt”.
Numerical R Rating Scalle, NRS) b. Skalaa Numerik (N Skala Nu umerik (N Numerical Rating R Sca ale, NRS) digunakan sebagai penggganti alat peendeskripsi an kata. Daalam hal inii, pasien m menilai nyerii dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi k klien n tidak meraasakan nyerri, angka 10 mengindikasi m ikan nyeri ppaling beraat yang diraasakan klienn. Skala in ni efektif digunnakan untuk k mengkaji iintensitas teerapeutik.
7 Universitas Sumatera Utara
1. Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan gaya hidup yang dilakukan klien (Potter & Perry, 2005). 2. Analisa data Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang tekumpul, didapatkan dat dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnonis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tidakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010). Tujuan pengumpulan data: a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien. c. Untuk meenilai keadaan kesehatan klien d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. 3. Rumusan Masalah Terdapat dua diagnosa keperawatan utama yang dapat digunakan untuk gambaran nyeri pada klien, yaitu: nyeri akut dan nyeri kronis (NANDA, 2001). Diagnosa-diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan nyeri: 1. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis 2. Nyeri berhubungan dengan: a. Cidera fisik/trauma b. Penurunan suplai darah kejaringan c. Proses melahirkan 3. Nyeri kronik berhubungan dengan: a. Kontrol nyeri yang tidak adekuat b. Jaringan parut c. Kanker maligna d. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan: 8 Universitas Sumatera Utara
e. Nyeri musculoskeletal f. Nyeri insisi g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan. 4. Perencanaan Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien. Hasil akhir yang diharapkan dan tujuan perawatan diseleksi berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi yang tepat dipilih berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi yang tepat dipilih berdasarkan pada faktor-faktor terkait yang menyebabkan nyeri atau masalah kesehatan klien. Misalnya, nyeri yang berhubungan dengan nyeri insisi akut berespons terhadap analgesik, sedangkan nyeri yang berhubungan dengan kontraksi persalinan dini dapat dikurangi dengan latihan relaksasi. Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik (Potter & Perry, 2005).
9 Universitas Sumatera Utara
B. Asuhan Keperawat K tan Kasus PROG GRAM DIIII KEPERA AWATAN FAKU ULTAS KEP PERAWAT TAN
1.. PENGKA AJIAN PA ASIEN
I.
BIO ODATA
IDENTIT TAS PASIE EN Nama
: Tn. B
Jenis kelaamin
: Lakii-laki
Umur
: 22 taahun
Status perrkawinan
: Beluum menikah h
Agama
: Islam m
Pendidikaan
: SMA A
Pekerjaann
: Wiraaswasta
Alamat
: Desaa. Mancang g Tenteng, Kec. K Selesaii, Kab. Lang gkat
Tanggal masuk m RS
: 30 M Mei 2014
No. Regisster
: 00.885.43.03
Ruangan//kamar
: Tuliip II/Lt.6
Golongann darah
:-
Tanggal pengkajian p
: 02 juuni 2014
Tanggal operasi o
:-
Diagnosaa medis
n 9% : Elecctrical Burn
II.
KELUHAN UTAMA U
Klien meengatakan terasa saki kit bagian tangan kan nannya padda saat meelakukan aktivitas atau pergerakan
III.
RIW WAYAT KESEHATA K AN SEKAR RANG
A. Procaative/pallita ative 1. Apa A penyebaabnya K Klien mengaatakan dikar arenakan terrsetrum pad da saat mem mperbaiki saklar s di ruumahnya ak kibat kelalaiaannya saat bekerja b
10 Universitas Sumatera Utara
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan Klien mengatakan sakit atau nyeri berkurang jika beristirahat sejenak, namun beberapa menit kemudian sakit atau nyeri akan kembali lagi dirasakan oleh klien B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan Klien mengatakan nyeri pada bagian tangan kanannya seperti rasa terbakar atau panas dengan disertai rasa gatal-gatal pada daerah luka, skala nyeri 5 2. Bagaimana dilihat Klien terlihat meringis dan cemas C. Region 1. Dimana lokasinya Klien mengatakan nyeri yang dirasakan dibagian tangan kanannya 2. Apakah menyebar Klien mengatakan tidak ada ada penyebaran rasa nyeri D. Severty Klien mengatakan keadaan yang dialaminya sekarang sangat menggangu kebiasaannya sehari-hari dan sulit untuk melakukan aktivitas E. Time Klien mengatakan nyeri datang saat ingin melakukan aktivitas atau pergerakan
IV.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami Klien mengatakan pernah mengalami demam dan diare B. Pengobatan/tindakan Klien mengatakan, jika dia sakit dia pergi ke Puskesmas dekat rumahnya untuk berobat C. Pernah dirawat/dioperasi Klien mengatakan belum pernah dirawat ataupun di operasi sebelumnya D. Alergi Klien mengatakan tidak mengalami riwayat alergi baik makanan maupun obatobatan E. Imunisasi Dari keterangan keluarga klien mendapatkan imunisasi yang lengkap 11 Universitas Sumatera Utara
V.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua Orang tua klien tidak ada mengalami riwayat penyakit B. Saudara kandung Saudara kandung klien belum pernah mengalami penyakit C. Penyakit keturunan yang ada Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga klien D. Anggota keluarga meninggal Tidak ada anggota keluarga yang meninggal
VI.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya Klien mengatakan bahwa penyakitnya dapat sembuh dengan cepat dan bisa beraktivitas seperti biasanya B. Kosep diri Gambaran diri
: klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
Ideal diri
: klien mengatakan dirinya pasti cepat sembuh
Harga diri
: klien tidak merasa malu dengan kondisinya sekarang
Peran diri
: klien berperan sebagai anak
Identitas
: klien anak ke dua dari tiga bersaudara
C. Keadaan emosi Klien masih mampu mengontrol emosinya dengan baik D. Hubungan sosial Orang yang berarti
: orang tua dan saudaranya
Hubungan dengan keluarga
: baik, tidak ada masalah
Hubungan dengan orang lain
: baik, tidak ada masalah
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada hambatan E. Spiritual Nilai dan keyakinan
: klien berkeyakin atau beragama islam
Kegiatan ibadah
: klien sering berdoa diatas tempat tidur
12 Universitas Sumatera Utara
VII.
VIII.
STATUS MENTAL Tingkat kesadaran
: supor
Penampilan
: rapi
Pembicaraan
: tidak mau memulai pembicaraan
Alam perasaan
: lesu
Afek
: datar
Interaksi selama wawancara
: kooperatif dan kontak mata ada
Persepsi
: tidak ada
Proses pikir
: sesuai pembicaraan
Isi pikir
: fobia
Waham
: tidak ada waham
Memori
: tidak ada gangguan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum Klien tampak cemas, kesulitan dalam melakukan aktivitas, meringis ketika nyeri terasa, dan luka yang dialaminya masih tertutup perban dengan baik B. Tanda-tanda vital Suhu tubuh
: 36,5 °c
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernafasan
: 22 x/menit
Skala nyeri
:5
TB
: 170 cm
BB
: 68 kg
C. Pemeriksaan Head to Toe Kepala Bentuk
: bulat, tidak ada benjolan
Ubun-ubun
: simetris
Kulit kepala
: bersih, tidak ada iritasi
Rambut Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan sedikit kotor Warna kulit
: kuning langsat 13 Universitas Sumatera Utara
Wajah Warna kulit
: kuning langsat
Struktur wajah
: simetris, dan tidak ada kelainan
Mata Kelengkapan dan kesimetrisan
: lengkap dan simetris
Palpebra
: normal
Konjungtiva dan sclera
: tidak anemis dan tidak ikterik
Pupil
: reflek terhadap cahaya
Kornea dan iris
: tidak katarak dan tidak ada peradangan
Visus
: dapat membaca dalam jarak ±6 meter
Hidung Tulang hidung dan posisi septum nasi
: normal dan simetris
Lubang hidung
: bersih, tidak ada polip
Cuping hidung
: pernapasan cuping hidung (+)
Telinga Bentuk telinga
: simetris kanan/kiri
Ukuran telinga
: simetris kanan/kiri
Lubang telinga
: bersih
Ketajaman pendengaran
: normal
Pemeriksaan integument Kebersihan
: bersih
Kehangatan
: 36,5 °c
Turgor
: ˂ 3 detik
Kelembaban
: keadaan kulit lembab
Kelainan pada kulit
: tidak ada kelainan
Pemeriksaan thoraks/dada Insfeksi thoraks
: bentuk normal
Pernafasan (frekuensi, irama)
: 22 x/menit, reguller
Tanda kesulitan bernafas
: tidak ada kesulitan dalam bernafas
Pemeriksaan abdomen Infeksi (bentuk, benjolan)
: simetris, tidak ada benjolan
Auskultasi
: peristaltik usus 8x/menit
Perkusi (suara abdomen)
: tidak ada suara tambahan 14 Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan neorologi Nervus Olfaktorius/N I: Kemampuan menghidu klien cukup baik Nervus Optikus/N II: Klien mampu membaca dengan jarak ± 6 meter Nervus Okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI: Klien mampu menggerakkan bola mata, reflek pupil normal Nervus Trigeminus/N V: Klien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan tumpul, getaran dan rabaan Nervus Fasialis/N VII: Klien mampu membedakan rasa dan mampu menggerakkan otot wajah Nervus Akustik/N VIII: Keseimbangan klien saat berjalan dan berdiri terjaga Nervus Glosopharingeus/N IX, Nervus Vagus/N X: Klien mampu menelan, mengunyah, membuka mulut, dan reflek muntah positif Nervus Aksesorius/N XI: Klien mengangkat bahu dan menahan tekanan pada bahunya Nervus Hipoglasus/N XII: Klien tidak mampu melakukan pronasi dan supinasi dengan baik pada telapak tangannya Fungsi motorik: normal, dan tidak ada kelainan Fungsi sensorik: normal, dan tidak ada kelainan
IX.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum Frekuensi makan/hari
: makan 3 kali sehari
Nafsu/selera makan
: nafsu atau selera makan menurun
Nyeri ulu hati
: tidak ada
Alegri
: tidak ada alergi terhadap makanan
Mual dan muntah
: tidak ada mual dan muntah
Waktu pemberian makanan
: pagi 08:00, sinag 12:00, malam 19:00 15 Universitas Sumatera Utara
Jumlah dan jenis makanan
: satu porsi, nasi, sayur, lauk, dan buah
Waktu pemberian cairan/minuman : melalui infuse (RL 20 tetes/menit) dan minum apabila haus Masalah makan dan minum
: tidak ada masalah makan dan minum
2. Perawatan diri/personal hygine Kebersihan tubuh
: tubuh bersih, klien hanya di lap dengan waslap 2x sehari oleh keluarganya
Kebersihan gigi dan mulut
: gigi dan mulut cukup bersih
Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih, kuku kaki dan tangan akan di potong ketika panjang 3. Pola kegiatan/aktivitas Tabel 2.1 pola kegiatan/aktivitas Kegiatan
Mandiri
Sebahagian
Mandi
Makan
BAB
BAK
Ganti pakaian
Total
Klien susah tidur karena adanya rasa panas atau terbakar pada bagian luka, serta keterbatasan aktivitas akibat nyeri saat bergerak, frekuensi tidur 3-4 jam pada malam hari, susah untuk memulai tidur kembali, dan klien hanya berdoa selama perawatan di rumah sakit. 4. Pola eliminasi BAB Pola BAB
: normal
Karakter feses
: kuning dan lembek
Riwayat pendarahan
: tidak ada pendarahan
BAB terakhir
: 02 juni 2014
Diare
: tidak ada diare
Pengunaan laksatif
: tidak ada menggunakan laksatif
16 Universitas Sumatera Utara
BAK Pola BAK
: normal
Karakter urin
: warna kuning dan tidak keruh
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
: tidak ada kesulitan BAK
Riwayat peyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada Penggunaan deuretik
: tidak menggunakan deuretik
Upaya mengatasi masalah
: tidak ada masalah
5. Mekanisme koping Adaptif o Bicara dengan orang lain o Olah raga Maladaptif o Minum alkohol
17 Universitas Sumatera Utara
2. ANALISA DATA No. 1.
Data Ds: -
Klien mengatakan
Penyebab
Masalah Keperawatan
Luka bakar sengatan
Gangguan rasa nyaman:
listrik (tangan kanan, luas
nyeri
nyeri dan rasa panas di
9%)
bagian tangan kanannya Do: -
Kerusakan jaringan kulit/saraf
Klien terlihat gelisah dan meringis
Nyeri
menahannya -
TTV: TD: 120/80 mmHg T: 36.5°c HR: 82 x/menit RR: 22 x/menit
-
2.
Skala nyeri 4-6
Ds: -
Klien mengatakan
Luka bakar sengatan
Gangguan mobilisasi
listrik
fisik
tidak mampu memenuhi
Kerusakan jaringan kulit
kebutuhannya secara mandiri
Gangguan mobilisasi
Do: -
fisik
Sebahagian kebutuhan klien dibantu keluarganya
-
Klien hanya berbaring saja seharian ditempat tidur
18 Universitas Sumatera Utara
3.
Ds: -
Luka bakar
Resiko tinggi infeksi
Klien mengatakan panas dan kebas pada
Nyeri, berair, kotor
bagian luka Do:
Resiko masuknya
-
mikroorganisme
Luka bakar tampak merah, berair dan kotor
-
Skala nyeri 4-6
-
Luas luka 9%
Resiko terjadinya infeksi
3. RUMUSAN MASALAH A. Masalah Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri 2. Gangguan mobilisasi fisik 3. Resiko tinggi infeksi B. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d kerusakan pada jaringan kulit d/d klien tampak gelisah menahannya. 2. Gangguan mobilisasi fisik b/d nyeri insisi d/d sebahagian kebutuhan klien dibantu keluarga maupun perawat. 3. Resiko tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer menyebabkan masuknya mikroorganisme d/d pada bagian luka tampak kotor.
19 Universitas Sumatera Utara
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/
No.
Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx Selasa, 03 juni 2014
1.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu memperlihatkan teknik relaksasi dan tingkat nyeri Kriteria hasil: Mempertahankan tingkat nyeri atau kurang Memperlihatkan teknik relaksasi yang efektif Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor tersebut.
Rencana Tindakan
Rasional
a. Tanyakan klien tentang nyeri,
a. Membantu dalam evaluasi gejala
tentukan karakteristik nyeri,
nyeri karena luka bakar. Penggunaan
intensitas serta durasi nyeri
skala rentang membantu klien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesic, meningkatkan control nyeri
b. Dorong klien untuk menyatakan
b. Takut masalah akan meningkatkan
perasaan tentang nyeri
tegangan otot menurunkan ambang persepsi nyeri
c. Dorong penggunaan teknik relaksasi,
c. Menghilangkan ketidaknyamanan dan
misalnya sering ubah posisi,
meningkatkan efek terapeutik
bimbingan imajinasi, dan aktivitas
analgesik
hiburan yang tepat
d. Penurunan kelemahan dan
d. Berikan linkungan yang nyaman dan
penghematan energy, meningkatkan
tenang
kemampuan koping e. Mendorong dan membantu fisik mungkin perlu dilakukan untuk
e. Bantu aktivitas perawatan diri
beberapa waktu sebelum klien mampu atau cukup percaya untuk melakukan aktivitas karena nyeri dan takut nyeri 20 Universitas Sumatera Utara
Hari/
No.
Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx Rabu,
2.
04 juni
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu
2014
meningkatkan mobilitas dan meningkatkan aktivitas Kriteria hasil: Klien mampu meningkatkan mobilitas tanpa ada hambatan Klien mampu meningkatkan aktivitas secara mandiri Rencana Tindakan
Rasional
a. Pertahankan postur tubuh dan posisi
a. Mencegah iritasi dan mencegah
yang nyaman
komplikasi
b. Cegah klien jatuh, berikan pagar
b. Mempertahankan keamanan klien
pengaman pada tempat tidur c. Lakukan latihan aktif maupun fasif
c. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
d. Lakukan fisioterafi dada dan postural
d. Meningkatkan fungsi paru
drainase e. Monitor kulit yang tertekan, amati
e. Memonitor gangguan integritas
kemungkinan dekubitus
kulit
f. Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
f. Mempertahankan tonus otot
g. Berikan terapi nyeri jika ada indikasi
g. Mengurangi rasa nyeri
nyeri sebelum atau setelah latihan h. Bantu klien dalam memutuskan
h. Menentukan pilihan yang tepat
penggunaan alat bantu bergerak
dalam penggunaan alat
i. Lakukan pengetahuan kesehatan tentang: Pencegahan konstipasi
i. Memberikan pengetahuan dalam perawatan diri
Mekanika tubuh dan posisi Latihan dan gerak
21 Universitas Sumatera Utara
Hari/
No.
Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx Kamis, 05 juni
3.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu
2014
menunjukkan penurunan infeksi dan tanda-tanda infeksi Kriteria hasil: Resiko infeksi tidak terjadi Tanda-tanda infeksi tidak ada Rencana Tindakan
Rasional
a. Monitor tanda vital setiap 4 jam
a. Data dasar untuk mengetahui keadaan mormal
b. Gunakan metode pengontrolan adanya
b. Melindungi klien dari infeksi
infeksi c. Monitor pemberian antibiotic dan kaji
c. Mencegah komplikasi
efek sampingnya d. Informasikan tentang pengobatan
d. Mencegah infeksi silang
e. Lakukan teknik sterilisasi
e. Mencegah terjadinya infeksi
f. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:
f. Memberikan pengetahuan dasar
Pencegahan dan penularan penyakit
bagaimana cara memproteksi diri
Tanda dan gejala infeksi Hidup sehat
22 Universitas Sumatera Utara
5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/
No.
Tanggal
Dx
Selasa,
1.
Implementasi Keperawatan
Evaluasi ( SOAP )
Mengkaji tanda-tanda vital
S : klien mengatakan panas
03 juni
TD: 12O/80 mmHg
seperti terbakar dibagian
2014
RR: 22 x/i
tangan kanannya
HR: 82 x/i O : klien tampak meringis dan
T: 36.5°c Menanyakan intensitas
gelisah menahannya
nyeri (1-10) dengan memberi pada pasien
A : masalah belum teratasi,
gambar skala pengukuran
nyeri masih tetap dengan
Numerik Rating Scale (
skala nyeri 5
NRS ) dan menanyakan diskala berapa nyeri
P : Intervensi dilanjutkan, observasi skala nyeri dan
dirasakan pasien Mengobservasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal seperti : wajah, gelisah, meringis, menangi Menganjurkan pasien
pemberian analgesik: Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam Ranitidine 50 mg/12 jam Ceftriaxone 1 gr/12 jam
untuk beristirahat Menganjurkan kepada pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgesik
23 Universitas Sumatera Utara
Rabu, 04
2.
Mempertahankan posisi
juni
tubuh tetap, khususnya
2014
untuk luka bakar bagian
S : klien mengatakan belum bisa bergerak secara bebas O : klien tanpak hanya bisa
ekstremitas Melakukan latihan rentang
berbaring diatas tempat tidur
gerak secara aktif maupun
dan sebahagian kebutuhan
fasif
klien dibantu keluarga
Mendorong parstipasi dalam melakukan semua
A : Masalah belum teratasi,
aktivitas sesuai
klien belum bisa melakukan
kemampuan
rentang gerak secara aktif
Mendorong dukungan dan bantuan keluarga pada latihan rentang gerak
P : Intervensi dilanjutkan Kaji kemampuan mobilitas fisik Lakukan latihan gerak fasif
Kamis, 05 juni 2014
3.
Mengkaji luka apakah ada tanda-tanda infeksi Mengobservasi vital sign:
S : klien mengatakan sekitar bagian luka terasa gatalgatal
TD: 120/80 mmHg O : pada luka tampak kotor
HR: 80 x/menit RR: 22 x/menit
A : masalah belum teratasi
Temp : 36,5 ºc Nyeri : skala 4 Mengajarkan dan
P : intervensi dilanjutkan,
meningkatkan kebersiahan
pemberian anti seftik pada
lingkungan sekitar
bagian sekitar luka, dan
Melakukan teknik
pembersihan luka 2 kali
sterilisasi dalam perawatan
sehari
luka
24 Universitas Sumatera Utara
6. EVALUASI Setelah penulis membahas asuhan keperawatan pada pasien luka bakar listrik dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nyaman: nyeri, penulis akan membandingkan dengan konsep keperawatan nyaman: nyeri dan masalah-masalah yang penulis temukan pada pasien saat pengkajian maupun intervensi yang perawat berikan, serta evaluasi akhirnya. Pada saat melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan dalam pengambilan data, karena data yang tersedia lengkap dan keluarga pasien dapat diajak kerjasama dalam pengumpulan data yang diperlukan. Pada pengkajian penulis menemukan kesamaan dari data yang ada pada konsep dan data yang diperoleh lansung dari pasien. Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada kasus, maka dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien, pada diagnosa pertama penulis mengoservasi skala nyeri dengan skala face rating scale (frs), mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dan menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup. Setelah diberikan intervensi pasien tampak tidak gelisah, dan meringis lagi. Pada diagnosa kedua penulis melakukan intervensi seperti: mempertahankan posisi tubuh tetap (khususnya untuk luka bakar bagian ekstremitas), melakukan latihan rentang gerak secara aktif maupun fasif, mendorong parstipasi dalam melakukan semua aktivitas sesuai kemampuan, dan mendorong dukungan dan bantuan keluarga pada latihan rentang gerak. Pada diagnosa ketiga penulis melakukan intervensi seperti: mengkaji luka apakah ada tanda-tanda infeksi, mengajarkan dan meningkatkan kebersihan lingkungan sekitar, dan melakukan teknik sterilisasi dalam perawatan luka. Setelah dilakukan intervensi selama 4 hari, nyeri yang dirasakan pasien berkurang secara bertahap. Namun pemberian analgesik (injeksi ketorolac) masih dibutuhkan pasien untuk mengurangi rasa nyerinya tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pasien belum dapat mengontrol nyerinya dengan teknik relaksasi sepenuhnya, sehingga perawatan melanjutkan intervensinya.
25 Universitas Sumatera Utara