BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1
Konsep Dasar Nyeri Pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (NANDA, 2007). Menurut McCaffery (1980), menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secra sensori maupun emosional yang berhungunan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktifitas sehari-hari, psikis (Asmadi, 2008). Suatu konsep / nilai yang berkaitan dengan nyeri : •
Nyeri hanya dapat dirasakan dan digambarkan secara akurat oleh individu yang mengalami nyeri itu sendiri.
•
Apabila seorang pasien mengatakan bahwa dia nyeri, maka dia benar merasakan nyeri
•
Nyeri mencakup dimensi psikis, emosional, kognitif, sosiokultural dan spiritual.
•
Nyeri sebagai peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat aktual maupun potensial.
2.1.1 Etiologi Menurut Asmadi (2008), penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan
Universitas Sumatera Utara
sirkulasi darah. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis. Nyeri yang disebabkan oleh faktor fiski berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. serabut saraf resptor nyeri ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.
2.1.2 Klasifikasi Nyeri Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan. a. Nyeri berdasarkan tempatnya: 1) Pheripeal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa. 2) Deep pain, yaitu nyeri yang tersa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral. 3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri. 4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus. b. Nyeri berdasarkan sifatnya: 1) Incedental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. 2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama. 3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi. c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:
Universitas Sumatera Utara
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah 2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi 3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan : 1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. 2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Karakteristik Tujuan
Nyeri Akut Memperingatkan
Nyeri Kronik klien Memberikan alasan pada
terhadap adanya cedera / klien masalah
untuk
mencari
informasi dengan
berkaitan perawatan
dirinya Awitan
Mendadak
Terus menerus
Durasi
Durasi
Intensitas
beberapa detik sampai 6 lebih)
singkat
(dari Durasi lama (6 bulan /
bulan)
Ringan sampai berat
Ringan sampai berat Respon otonom
Frekuensi jantung
Tidak
meningkat
otonom
Volume sekuncup
Vital sign dalam batas
meningkat
normal
terdapat
respon
Tekanan darah meningkat Dilatasi pupil meningkat Tegangan otot meningkat Motilitas gastrointestinal meningkat Respon psikologis
Anxietas
Depresi
Universitas Sumatera Utara
Keputusasaan Mudah tersinggung Menarik diri Contoh
Nyeri bedah, trauma
Nyeri kanker, arthritis, euralgia terminal
2.1.3 Teori Nyeri Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangasangan nyeri, di antaranya (Barbara C. Long, 1989): 1. Teori Pemisahan (Specificity Theory) Menurut teori ini, rangasangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan. 2. Teori Pola (Pattern Theory) Rangsangan nyeri masuk melalui akar gangglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi sel T. 3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory) Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja seart saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangasangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebablan hantaran rangasangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferendan reaksinya
memengaruhi
aktivitas
substansia
gelatinosa
dan
Universitas Sumatera Utara
membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri. 4. Teori Transmisi dan Inhibisi Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-implus saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut- serabut besar yang meblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif.
2.1.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Menurur Sigit (2010), terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadapa nyeri, diantaranya : •
Usia Usia merupakan variabel yang paling penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu.
•
Jenis kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadapa nyeri. Hanya beberapa budaya yang mengganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri.
•
Kebudayaan Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri.
•
Makna nyeri Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
•
Lokasi dan tingkat keparahan nyeri Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat.
Universitas Sumatera Utara
•
Perhatian Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri.
•
Ansietas (kecemasan) Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga akan menimbulkan ansietas.
•
Keletihan Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.
•
Pengalaman sebelumnya Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman tentang nyeri.
2.2.1 Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilaai, dan gaya hidup yang dilakukan klien. (Potter & Perry, 2005). Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan mempermudah di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan. Yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut dalah : a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul). b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri. c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri. Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.
Universitas Sumatera Utara
Dalam mengkaji respon nyeri yang dialami klien ada beberapa komponen yang harus diperhatikan : 1. Penentuan ada tidaknya nyeri Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi tidak ditemukan adanya cedera atau luka. 2.Karakteristik nyeri ( Metode P, Q, R, S, T) •
Faktor pencetus ( P : Provocate) Mengakaji tentang penyebab atau stimulus- stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini juga dapat melakukan observai bagian- bagian tubuh yang mengalami cedera. Menanyakan pada klien perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
•
Kualitas (Q : Quality) Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih tertusuk dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
•
Lokasi (R: Region ) Untuk mengakji lokasi nyeri maka meminta klien untuk menunjukkan semua bagian / daerah dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dan titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
•
Keparahan (S: Severe) Tingkat keparahan pasien tentang nyeri
merupakan
karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
Universitas Sumatera Utara
Skala nyeri numerik (0-10) :
Skala nyeri analog visual (VAS) :
Skala nyeri wajah :
•
Durasi (T: Time)
Menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, danrangkaiian
nyeri.
Menanyakan
“Kapan
nyeri
mulai
dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”. Pengkajian nyeri dengan menggunakan skala numerik merupakan alat yang paling umum yaitu dengan menggunakan angka 0-10. Angka 0 tidak ada
nyeri, angka 1-3 adalah nyeri ringan,angka 4-5 adalah nyeri sedang, angka 6-8 adalah nyeri hebat, angka 9 adalah nyeri sangat hebat dan angka 10 adalah nyeri paling hebat (Potter & Perry, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2
Analisa Data Pada kasus Tn. M dari hasil pengkajian didapatkan data subyektif yaitu
pasien mengatakan nyeri perut dibagian kanan bawah atau bagian yang habis dioperasi, nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Sedangkan data objektif yaitu pasien tampak lemah dan meringis kesakitan, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 28 x/menit, suhu 38 C, skala nyeri 7. Maka penulis melakukan analisa data sehingga dapat diangkut masalah keperawatan utama yaitu nyeri akut. Berdasarkan hasil perumusan masalah tersebut, penulis menegakkan diagnose keperawatan utama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan apendiktomi). Nyeri berhubungan dengan :
2.2.3
-
Proses pembedahan
-
Nyeri insisi
-
Trauma jaringan
-
Kontrol nyeri yang tidak adekuat
Rumusan Masalah Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah nyeri bisa pula
dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA, label diagnosis untuk masalah nyeri meliputi Gangguan Mobilisasi dan Risiko Infeksi. Sedangkan label diagnosis dengan masalah nyeri sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi (Wahid, 2008).
Diagnosa Nyeri akut dapat didiagnosis berdasarkan laporan pasien saja karena kadang-kadang hanya hal tersebut satu-satunya tanda nyeri. Tidak ada satupun batasan karakteristik lain yang berdiri sendiri dan dapat mencukupi untuk mendiagnosisi nyeri akut. Faktor yang berhubungan mengindikasi bahwa seorang pasien dapat menderita Nyeri Akut fisik dan psikologis. Kata-kata pemberi sifat harus ditambahkan pada diagnosis ini untuk mengindikasikan keparahan, lokasi, dan sifat nyeri (NANDA, 2012).
Universitas Sumatera Utara
1. Nyeri diabdomen seperti ditusuk-tusuk yang berhubungan dengan post opp apendicsitis ditandai dengan tampak pasien menahan nyeri, terdapat luka jahitan diabdomen, klien tampak melindungi daerah jahitan, muka klien tampak pucat dan tidak rileks, TD: 120/90, Nadi: 85 x/menit, RR: 22 x/menit, T: 38o C (NANDA, 2012).
2.2.4
Perencanaan Secara umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami
gangguan nyeri, bergantung pada diagnosis dan batasan karakteristik masingmasing individu. Menurut Sigit (2010), beberapa tujuan umum pada pasien yang mengalami masalah nyeri : • Mampu mengontrol nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam • Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) • Melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman • Mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki • Mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri • Dapat menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang bermasalah nyeri. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan skala nyeri klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup. Rencana keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut : 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal 2. Nadi dalam batas normal 3. Suhu dalam batas normal 4. Ekpresi wajah tampak tenang dan rileks 5. Nyeri berkurang 6. Skala nyeri 3 7. Perasaan senang secara fisik dan psikologis meningkat
Universitas Sumatera Utara
8. Klien bisa tidur nyenyak (NANDA, 2012). Perencanaan Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil : -
Nyeri berkurang atau terkontrol
-
Skala nyeri 3
-
Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri
-
Rileks,
dapat
beristirahat,
dan
beraktivitas
sesuai
kemampuan -
Tanda-tanda vital dalam batas normal Intervensi
Rasional
Mandiri 1. Lakukan
secara 1. Mempengaruhi
pengkajian
komprehensif
tentang
nyeri
meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,
intensitas
nyeri
pengawasan
pilihan
/
keefektifan
intervensi.
kualitas,
dan
faktor
presipitasi. 2.
Observasi respon nonverbal 2. Tingkat dari (misalnya
ketidaknyamanan wajah
terutama
meringis)
ansietas
dapat
mempengaruhi persepsi / reaksi terhadap nyeri
ketidakmampuan
untuk berkomunikasi secara efektif. 3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
3. Mengetahui sejauh mana pengaruh
nyeri
terhadap
kualitas hidup pasien.
4. Ajarkan menggunakan teknik 4. Memfokuskan nonanalgetik
(relaksasi
progresif, latihan napas dalam,
perhatian,
kembali
meningkatkan
kontrol dan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
imajinasi,
sentuhan
terapeutik.)
5.
Kontrol
harga diri dan kemampuan koping
faktor
-
faktor 5. Memberikan
ketenangan
lingkungan yang yang dapat
kepada
mempengaruhi respon pasien
nyeri tidak bertambah
terhadap
pasien
sehingga
ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
Kolaborasi Penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.
Analgetik dapat mengurangi pengikatan mediator kimiawi nyeri
pada
sehingga
reseptor
dapat
nyeri
mengurangi
rasa nyeri
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1 Pengkajian Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di rumah sakit untuk mengambil kasus sehubungan dengan penyususnan tugas akhir, pada tanggal 03 Juni 2014 mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn.M. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1. Klien seorang laki-laki atas nama Tn.M, berusia 19 tahun belum menikah dan beragama Islam. Tn. M bekerja sebagai seorang nelayan sebelum sakit dan tinggal di Tanjung balai Asahan. Pada tanggal 26 Mei 2014 klien dirawat di RSUD. Pirngadi Medan dengan No Rekam Medik 00.04.02.32, di ruang Melati 3 kamar 8, klien dioperasi pada tanggal 2 Juni 2014 atas indikasi appendicitis. Klien mengatakan setelah dioperasi terasa nyeri dibagian sekitar luka insisi yaitudi abdomen seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan ketika klien merubah posisi, muka
Universitas Sumatera Utara
klien tampak meringis, muka pucat, dan lemas. Skala nyeri klien 7. Klien mengatakan setelah dioperasi terasa nyeri dibagian sekitar luka insisi yaitu diabdomen seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan ketika klien merubah posisi, muka klien tampak meringis, muka pucat, dan lemas. Skala nyeri klien 7. Klien mengatakan nyeri dialami disebabkan oleh post op appendicsitis. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang dengan minum obat, disertai dengan istirahat dan tarik nafas dalam. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat sakit, dengan skala nyeri 7. Klien tampak meringis, wajah pucat, berkeringat. Klien mengatakan nyeri terasa pada daerah abdomen sebelah kanan bawah. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menyebar. Klien mengatakan nyeri yang dirasa sangat mengganggu. Secara umum klien tampak lemas, tidak bersemangat dan sangat terlihat klien terganggu dengan rasa aman dan nyaman ;nyeri diabdoomen dibagian kanan bawah,. Saat dikaji tanda-tanda vital, suhu tubuh klien 380C, Tekanan Darah: 120/90 mmhg, HR: 85 kali/menit dan pernapasan klien 28 kali/menit. Pada saat dikaji skala nyeri 7 karena klien tampak memegang abdomen dibagian kanan bawah dan tampak kesakitan. Diperkirakan tinggi badan klien 165 cm dengan berat badan 60 kg. Pada pemeriksaan abdomen, saat diinspeksi bentuk simetris, ada luka insisi diabdomen bagian kanan bawah. Peristaltik usus 6 kali / menit, tidak ada suara tambahan. Palpasi tidak dilakukan karena klien masih merasakan sangat nyeri dibagian abdomen yang dioperasi, tidak dilakukan perkusi karena klien sangat nyeri. Pada pemeriksaan kelamin dan diaderah sekitarnya tidak dilkukan.
Pada
pemeriksaan
musculoskeletal/ekstremitas
tidak
dikukan
pemeriksaan.
2.3.2 Analisa Data Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 03 Juni 2014 dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data subjek.
Universitas Sumatera Utara
ANALISA DATA NO
DATA
Penyebab
Masalah Keperawatan
1.
DS: Gangguan
Klien mengatakan nyeri pada jahitan operasinya,seperti ditusuk
Post Appendictomy
aman dan
tusuk dan skala nyeri 7.
nyaman ;
P : kilen mengatakan nyeri
Nyeri
bertambah jika bergerak (alih
Luka insisi
baring) dan berkurang bila tidur, dan istirahat Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk R : nyeri di area luka
Kerusakan jaringan kulit
operasinya tidak menyebar kebagian lain S : skala nyeri 7
Kerusakan Saraf
T : nyeri muncul saat bergerak
Neuromuskuler
DO: Pasien tampak menahan nyeri Terdapat luka jahitan di abdomen
Nyeri
Klien tampak melindungi daerah jahitan Pasien tampak pucat dan tidak rileks TD : 120/90 mmHg Nadi : 85 x/menit RR : 22 x/menit T : 38⁰C
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Rumusan Masalah Dari analisa data yang dilakukan ditemukan satu masalah keperawatan menurut NANDA yaitu: Gangguan Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri
Diagnosa Keperawatan Nyeri akut dapat didiagnosis berdasarkan laporan pasien saja karena kadang-kadang hanya hal tersebut satu-satunya tanda nyeri. Tidak ada satupun batasan karakteristik lain yang berdiri sendiri dan dapat mencukupi untuk mendiagnosisi nyeri akut. Faktor yang berhubungan mengindikasi bahwa seorang pasien dapat menderita Nyeri Akut fisik dan psikologis. Kata-kata pemberi sifat harus ditambahkan pada diagnosis ini untuk mengindikasikan keparahan, lokasi, dan sifat nyeri (NANDA, 2012). 1.Nyeri diabdomen seperti ditusuk-tusuk yang berhubungan dengan post opp apendicsitis ditandai dengan tampak pasien menahan nyeri, terdapat luka jahitan diabdomen, klien tampak melindungi daerah jahitan, muka klien tampak pucat dan tidak rileks, TD: 120/90, Nadi: 85 x/menit, RR: 22 x/menit, T: 38o C (NANDA, 2012).
2.3.4 Perencanaan Keperawatan Rencana keperawatan adalah tahap bukti tertulis dari tahap dua dan tahap tiga proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah/kebutuhan pasien, tujuan/hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah/kebutuhan pasien (Doenges, 2000). Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada Tn. M. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
PERENCANAAN KEPERAWATAN No.
Perencanaan Keperawatan
Dx 1
Tujuan dan kriteria hasil : -
Nyeri berkurang atau terkontrol
-
Skala nyeri 3
-
Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri
-
Rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan Tanda-tanda vital dalam batas normal Intervensi
Rasional
Mandiri 1.
Lakukan
secara 1. Mempengaruhi
pengkajian
komprehensif
tentang
nyeri
meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,
intensitas
nyeri
pilihan
pengawasan
/
keefektifan
intervensi.
kualitas,
dan
faktor
presipitasi.
2.
Observasi
respon
dari
ketidaknyamanan
(misalnya terutama untuk
nonverbal 2. Tingkat
wajah
meringis)
ansietas
dapat
mempengaruhi persepsi / reaksi terhadap nyeri
ketidakmampuan
berkomunikasi
secara
efektif.
3. Kaji efek pengalaman nyeri
3. Mengetahui
terhadap kualitas hidup
pengaruh
sejauh nyeri
mana terhadap
kualitas hidup pasien.
4. Ajarkan menggunakan teknik 4. Memfokuskan nonanalgetik
(relaksasi
progresif, latihan napas dalam,
perhatian, kontrol
kembali meningkatkan
dan
meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
imajinasi, sentuhan terapeutik.)
harga diri dan kemampuan koping
5.
Kontrol
faktor
-
faktor 5. Memberikan ketenangan kepada
lingkungan yang yang dapat pasien
sehingga
nyeri
tidak
mempengaruhi respon pasien bertambah terhadap
ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
Kolaborasi
Analgetik
dapat
mengurangi
Penggunaan kontrol analgetik, jika
pengikatan mediator kimiawi nyeri
perlu.
pada reseptor nyeri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari /
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Tanggal selasa /
(SOAP) -
Melakukan
pengkajian
secara S: Klien mengatakan
03 Juni
komprehensif tentang nyeri meliputi
merasakan nyeri
2014
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
pada bagian
kualitas, intensitas nyeri.
abdomennya,
Mengobservasi respon nonverbal dari
seperti di tusuk-
ketidaknyamanan
tusuk, nyeri
-
meringis)
(misalnya
terutama
wajah
ketidakmampuan
untuk berkomunikasi secara efektif. - Kaji efek pengalaman nyeri terhadap
bertambah jika bergerak O: Klien tampak meringis menahan
kualitas hidup
nyeri, klien tampak tidak rileks, tampak sulit untuk bergerak, skala nyeri 7 Tanda-tanda vital : TD :110/70 mmHg Nadi : 76 x/menit RR : 22 x/menit T : 36⁰C A: Masalah nyeri belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
Rabu / 04 Juni 2014
- Ajarkan
nonanalgetik
menggunakan :
relaksasi
latihan napas dalam
teknik S: Klien mengatakan progresif,
nyeri masih terasa di bagian luka
Universitas Sumatera Utara
- Memberikan analgetik
jahitan O: Klien sudah mampu miring kanan dan kiri secara perlahanlahan, klien masih memegang bagian abdomen, skala nyeri 6 Tanda-tanda vital : TD :120/70 mmHg Nadi : 72 x/menit RR : 24 x/menit T : 36⁰C A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
Kamis / 05
-
Ajarkan
menggunakan
teknik S: Klien mengatakan
Juni 2014
nonanalgetik seperti relaksasi progresif,
nyeri sedikit
latihan napas dalam, imajinasi, sentuhan
berkurang, muncul
terapeutik
secara tiba-tiba jika
-
melakukan gerakan
Kontrol faktor - faktor lingkungan
yang yang dapat mempengaruhi respon
yang berlebihan
pasien terhadap ketidaknyamanan seperti O: Klien tampak ruangan, suhu, cahaya, dan suara
rileks, skala nyeri
- Memberikan analgetik
4-5, klien tampak sudah bisa duduk di tempat tidur Tanda-tanda vital : TD :120/70 mmHg Nadi : 72 x/menit
Universitas Sumatera Utara
RR : 22 x/menit T : 36,2⁰C A: Masalah sebagian teratasi P: Intervensi dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara