BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1
Konsep Dasar Istirahat dan Tidur
2.1.1
Definisi Kata ‘istirahat’ mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai,
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (Asmadi, 2008). Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Asmadi, 2008). Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat, Narrow (1967), yang dikutip oleh Potter dan Perry (1993), mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat, diantaranya: a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya. b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau dimanapun. Juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain. c. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan. d. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya. e. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukan. Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat terpenuhi.
Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala
kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut di atas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya mendengarkan secara hati hati tentang
kekhawatiran
personal
pasien
dan
mencoba
meringankannya
jika
memungkinkan (Alimul, 2006). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006). Tidur juga merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
Universitas Sumatera Utara
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut (Asmadi, 2008): a.
Aktifitas fisik minimal
b.
Tingkat kesadaran yang bervariasi
c.
Terjadi perubahan- perubahan proses fisiologis tubuh, dan
d.
Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis,
perubahan tersebut antara lain (Amadi, 2008): a.
Penurunan tekanan darah, denyut nadi.
b.
Dilatasi pembuluh darah perifer.
c.
Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastroinstestinal.
d.
Relaksasi otot-otot rangka.
e.
Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%
2.1.2 Fisiologi Tidur Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005). Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbic.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata (Tarwoto & Wartonah, 2006). Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini
mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006). Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing regional (BSR).
Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006). Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).
2.1.3 Tahapan Tidur EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu non rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Tahapan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu : 1. Tahapan tidur NREM a. NREM tahap I a) Tingkat transisi b) Merespons cahaya c) Berlangsung beberapa menit d) Mudah terbangun dengan rangsangan e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi b. NREM tahap II a) Periode suara tidur b) Mulai relaksasi otot c) Berlangsung 10-20 menit d) Fungsi tubuh berlangsung lambat e) Dapat dibangunkan dengan mudah c. NREM tahap III a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak b) Sulit dibangunkan c) Relaksasi otot menyeluruh d) Tekanan darah menurun e) Berlangsung 15-30 menit d. NREM tahap IV a) Tidur nyenyak b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun d) Sekresi lambung menurun e) Gerak bola mata cepat 2. Tahapan tidur REM a.
Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b.
Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c.
Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi
d.
Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi
Universitas Sumatera Utara
3. Karakteristik tidur REM a. Mata
: cepat tertutup dan terbuka
b. Otot-otot
: kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Pernapasan
: tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi
: cepat dan reguler
e. Tekanan darah
: meningkat atau fluktuasi
f. Sekresi gaster
: meningkat
g. Metabolisme
: meningkat, temperatur tubuh naik
h. Gelombang otak : EEG aktif i. Siklus tidur
: sulit dibangunkan
2.1.4 Siklus Tidur Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005). Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter & Perry, 2005). Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai contoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2, 3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi. Perubahan tahap ke tahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cenderung bertahap (Closs, 1988 dalam Potter & Perry, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Fungsi Tidur Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson, 1991), tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988, dalam Potter & Perry, 2005). Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Home, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm, 1988 dalam Potter & Perry, 2005). Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran (Potter & Perry, 2005). Secara umum, ada dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang dapat memulihkan kepekaan dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh (Hidayat, 2006).
2.1.6 Kebutuhan dan Pola Tidur Normal Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam. Kebutuhan dan pola tidur normal menurut Potter dan Perry (2010), yaitu : 1. Neonatus sampai dengan 3 bulan a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari b. Mudah berespons terhadap stimulus c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM 2. Bayi a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari c. Tahap REM 20-30% 3. Toddler a. Tidur 10-12 jam/hari b. Tahap REM 25%
Universitas Sumatera Utara
4. Prasekolah a. Tidur 11 jam pada malam hari b. Tahap REM 20% 5. Usia sekolah a. Tidur 10 jam pada malam hari b. Tahap REM 18,5% 6. Remaja a. Tidur 8,5 jam pada malam hari b. Tahap REM 20% 7. Dewasa muda a. Tidur 7-9 jam/hari b. Tahap REM 20-25% 8. Usia dewasa pertengahan a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari b. Tahap REM 20% 9. Usia tua a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari b. Tahap REM 20-25%
2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu : 1. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan. 2. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya. 3. Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
Universitas Sumatera Utara
4. Kelelahan Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM. 5. Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya. 6. Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah. 7. Obat-obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
2.2
a.
Diuretik
: menyebabkan insomnia
b.
Antidepresan
: menyupresi REM
c.
Kafein
: meningkatkan saraf simpatik
d.
Narkotika
: menyupresi REM
Gangguan Tidur
2.2.1 Pengertian Gangguan Tidur Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut: insomnia adalah gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).
2.2.2 Klasifikasi Gangguan Tidur Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu: 1. Insomnia Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia ini terbagi menjadi dua jenis yaitu: pertama initial insomnia yang merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, karena selalu terbangun pada malam hari dan ketiga terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari (Alimul, 2012).
Universitas Sumatera Utara
2. Apnea Tidur Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter & Perry, 2005). Ada tiga jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif. Bentuk yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea/OSA), terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorokan rileks pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran udara pada hidung berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik (Guilleminault, 1994). The National Commission on Sleep Disorders Research (1993), memperkirakan bahwa 18 juta orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik untuk OSA. Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari, serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual. 3. Narkolepsi Keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti seseorang dapat tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, dan lain-lain (Alimul, 2012). 4. Deprivasi Tidur Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya, demam, sulit bernapas, atau nyeri), stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya asuhan keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Deprivasi tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidak konsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus tidur normal dant terjadi deprivasi tidur kumulatif. 5. Parasomnia Parasomnia adalah kumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak dalam tahap III dan IV dari tidur REM (Alimul, 2012).
Universitas Sumatera Utara
2.3
Asuhan Keperawatan pada Masalah Istirahat dan Tidur
2.3.1 Pengkajian Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur ini antara lain: riwayat tidur, gejala klinis, dan penyimpangan dari tidur (Tarwoto dan Wartonah, 2010). 1. Riwayat tidur Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur. 2. Gejala klinis Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala. 3. Penyimpangan tidur Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur. Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi dokumentasi keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya bertanya “apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika pasien merasa kesulitan untuk tidur mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur, dan merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya jika pasien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu (Noreen & Lawrence, 2001): 1.
Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?
2.
Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?
3.
Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?
4.
Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?
5.
Apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu sepanjang hari?
Universitas Sumatera Utara
6.
Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau pertemuan, atau ketika kamu menonton TV atau film? Evaluasi klien apakah banyak perubahan lingkungan berhubungan dengan kamar
tidur dan rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh perubahan di dalam siklus tidur. Pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu (Noreen & Lawrence, 2001): 1.
Sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?
2.
Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?
3.
Adakah perubahan di lingkungan kamu (tetangga, lalu lintas) yang bisa mempengaruhi tidur? Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi
pendukung kemampuan untuk tidur. Sebuah pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu (Noreen & Lawrence, 2001): 1. Apakah kamu menemukan dirimu terjaga pada malam hari karena cemas akan suatu masalah atau suatu aktivitas yang akan datang? Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu: 1. Riwayat keperawatan a.
Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
b.
Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
c.
Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur
d.
Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi.
2. Pemeriksaan fisik a.
Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
b.
Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
c.
Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksaan diagnostik menurut Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu: a. Elektroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral (otak). b. Elektromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus otot. c. Elektrookulogram (EOG) adalah alat untuk mengukur gerakan mata dan memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.
2.3.2. Rumusan Masalah Berdasarkan dari kebutuhan dasar istirahat dan tidur (Funnel, dkk. 2005) dan (Potter & Perry, 2005), maka dapat diuraikan masalah keperawatan dengan skema seperti dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
TIDUR FISIOLOGIS
SAR/Sistem Aktivitas Reticular
BSR/Bulbar Synchronizing Region
Katekolamin katekolamin disekresikan untuk merespon kondisi stress fisik atau mental (ex : norepinefrin)
Serotonin Serotonin adalah neurotransmitter, zat kimia yang digunakan untuk membawa pesan antar neuron
Mempertahankan kewaspadaan dan terjaga
Tertidur
Terganggu
• • • •
Gaya hidup Merokok Begadang Tidur tidak teratur Narkoba
• • • •
Stress Kecemasan Susah tidur Frustasi Sering terbangun dimalam hari
• • •
Penyakit fisik Keetidak nyamanan fisik Nyeri Injury
Gangguan istirahat dan tidur
Gangguan pola tidur Faktor eksternal : • Bising - Bising • Bau gas • Pencahayaan • Kurang kontrol tidur
Deprivasi tidur Tidak tidur dalam waktu yang lama
Insomnia Faktor fisiologis : • Tidur terputus • Ketakutan • Merenung sebelum tidur
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Diagnosa Keperawatan Ketika mengembangkan suatu pernyataan diagnosa keperawatan, perawat harus memastikan bahwa batasan karakteristik tertentu yang tepat dalam data dasar pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah informasi yang diperoleh selama pengkajian proses keperawatan. Keakuratan diagnosis tergantung pada penilaian yang mendalam (Fortinash, Holaday, Worret, 2000). Fortinash
dan
Holoday-Worret
(2000),
mengatakan
bahwa
diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien skizofrenia adalah: 1. Gangguan komunikasi verbal 2. Ketidakefektifan koping individu 3. Risiko bunuh diri 4. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri 5. Risiko perilaku kekerasan pada orang lain 6. Gangguan proses pikir 7. Isolasi sosial 8. Gangguan proses keluarga 9. Kurang perawatan diri: mandi, berpakaian, makan/minum, buang air kecil dan buang air besar. Berdasarkan Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan yang muncul pada pengkajian kebutuhan dasar istirahat tidur adalah: 1. Gangguan pola tidur 2. Deprivasi tidur 3. Insomnia
2.3.5
Perencanaan Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan. Perencanaan keperawatan berhubungan dengan cara untuk mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal. Rencana tindakan (Potter & Perry 2010), antara lain: 1. Lakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur. 2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu tidur.
Universitas Sumatera Utara
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari. 4. Coba untuk memicu tidur (induce sleep). 5. Kurangi potensial cedera selama tidur.
Universitas Sumatera Utara
2.4
Asuhan Keperawatan Kasus Pengkajian dalam laporan karya tulis ilmiah ini menggunakan format yang telah
ditentukan seperti berikut ini.
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI MEDAN
I.
BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama
: An. S
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 15 tahun
Status Perkawinan
: Belum menikah
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
: Tamat SD
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Jl. Dame Gg. Famili Ling.13, Kec. Medan Amplas
II.
Tanggal Masuk RS
: 28-05-2014
No. Register
:-
Ruangan/Kamar
: RRG (Ruang Rawat Gabungan)/3
Golongan Darah
:-
Tanggal Pengkajian
: 03-06-2014
Tanggal Operasi
: Klien tidak melakukan operasi
Diagnosa Medis
: Skizofrenia Paranoid
KELUHAN UTAMA
:
Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangan hitam, klien juga mengatakan sulit tidur.
III.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami: tidak ada. B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan: tidak ada. C. Pernah dirawat/operasi: klien pernah dirawat di Rumah Sakit Pirngadi.
Universitas Sumatera Utara
D. Lama dirawat: klien dirawat di rumah sakit pirngadi selama 2 minggu. E. Alergi: klien tidak mempunyai alergi. F. Imunisasi: imunisasi klien tidak lengkap.
IV.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua: kedua orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit. B. Saudara kandung: klien memiliki empat saudara kandung. Keempat saudara klien tidak memiliki penyakit. C. Penyakit keturunan yang ada: tidak ada penyakit keturunan di keluarga klien. D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: klien tidak memiliki saudara ataupun keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami klien. E. Anggota keluarga yang meninggal: tidak ada anggota keluarga klien yang meninggal.
V.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien terhadap penyakitnya: klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya B. Konsep diri -
Gambaran diri: klien mengatakan tubuhnya tetap seperti biasa dan menerima apa yang ada pada dirinya.
-
Ideal diri: klien mengatakan ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit.
-
Harga diri: klien berhubungan baik dengan keluarga.
-
Peran diri: klien sebagai anak dalam keluarga
-
Identitas: klien sebagai anak pertama dalam keluarga
C. Keadaan emosi: terkontrol dengan baik, ketika klien diajak berbicara, klien dapat mengontrol emosinya D. Hubungan sosial -
Orang yang berarti: klien mengatakan dekat dengan ibunya.
-
Hubungan dengan keluarga: klien mengatakan dekat dengan keluarganya terutama kepda orang tua dan keempat saudara kandungnya.
Universitas Sumatera Utara
-
Hubungan dengan orang lain: klien menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, terutama sesama pasien di ruangan.
-
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien tidak mengalami hambatan berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual -
Nilai dan keyakinan: klien selalu berdoa disaat pagi dan malam hari dengan harapan cepat sembuh.
-
VI.
Kegiatan ibadah: klien hanya berdoa di tempat tidur.
STATUS MENTAL -
Tingkat kesadaran: bingung/orientasi
-
Penampilan: klien berpakaian tidak rapi terlihat dari rambut klien yang acak-acakan
-
Pembicaraan: selama wawancara klien mudah diajak berbicara, namun ketika menjawab pertanyaan agak lambat.
-
Alam perasaan: klien tampak lesu dan tidak bersemangat
-
Afek: afek klien datar
-
Interaksi selama wawancara: selama wawancara dengan klien, kontak mata kurang.
VII.
PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum: klien mengatakan tidak mau mandi dan apabila klien mandi, klien sering menggigil dan klien juga mengatakan susah tidur, penampilan klien dari cara berpakaian tidak rapi, keringat berbau, kuku tangan dan kaki tampak hitam, dan rambut klien jika disentuh lengket. B. Tanda-tanda vital -
Suhu tubuh
-
Tekanan darah : 110/70 mmhg
-
Nadi
: 64 x/m
-
Pernafasan
: 22 x/m
-
TB
: 145 cm
-
BB
: 42 kg
: 36,5 0C
Universitas Sumatera Utara
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut − Bentuk
: bentuk kepala bulat
− Ubun-ubun
: normal, tidak ada ditemukan adanya tonjolan
− Kulit kepala
: kurang bersih
Rambut − Penyebaran dan keadaan rambut : rambut klien normal − Bau
: berbau keringat
− Warna kulit
: hitam
Wajah − Warna kulit
: warna kulit wajah klien hitam
− Struktur wajah
: simetris,
tulang
pipi
tampak
menonjol Mata − Kelengkapan dan kesimetrisan
: kedua mata lengkap dan tidak simetris
− Palbebra
: normal, tidak ditemukan adanya kelainan
− Konjungtiva dan sclera
: normal, tidak ada ditemukan adanya pucat dan ikterik
− Pupil
: diameter pupil normal, reaksi terhadap cahaya baik.
− Cornea dan iris
: tidak ditemukan adanya kelainan
− Visus
: tidak dilakukan pemeriksaan
− Tekanan bola mata
: normal, mata kanan dan mata kiri
Hidung − Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ditemukan adanya kelainan dan letaknya di medial − Lubang hidung
: normal dan simetris
− Cuping hidung
: normal dan tidak ada kelainan
Universitas Sumatera Utara
Telinga − Bentuk telinga
: bentuk antara telinga kanan dan kiri normal
− Ukuran telinga
: ukuran antara telinga kanan dan kiri simetris
− Lubang telinga
: tidak ditemukan adanya kelainan pada
lubang
telinga,
adanya
serumen pada lubang telinga − Ketajaman pendengaran
: ketajaman pendengaran lambat
Mulut dan faring − Keadaan bibir
: bibir tampak kering
− Keadaan gusi dan gigi
: gusi dan gigi terlihat kurang bersih
− Keadaan lidah
: lidah tampak bersih
− Orofaring
: tidak ditemukan adanya kelainan
Leher − Posisi trachea
: posisi trachea normal di bagian medial
− Thyroid
: tidak
ditemukan
adanya
pembengkakan pada thyroid − Suara
: normal dan jelas
− Kelenjar limfe
: tidak
ditemukan
pembengkakan
adanya
pada
kelenjar
limfe − Vena jugularis
: tidak
ditemukan
adanya
pembesaran pada vena jugularis − Denyut nadi karotis
: denyut nadi karotis teraba
Pemeriksaan integumen − Kebersihan
: kurang bersih
− Kehangatan
: suhu
tubuh
dalam
keadaan
normal − Warna
: kulit berwarna hitam
− Turgor
: kembali <2 detik
Universitas Sumatera Utara
− Kelembaban
: kulit tampak kering
− Kelainan pada kulit
: tidak ditemukan adanya kelainan pada kulit
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum -
Frekuensi makan
: 3 x/hari
-
Nafsu/selera makan
: nafsu makan klien baik, klien makan
dengan jadwal yang teratur pagi, siang, dan sore -
Nyeri ulu hati
: tidak ditemukan adanya nyeri ulu hati
-
Alergi
: klien tidak memiliki riwayat alergi
-
Mual dan muntah
: klien tidak mengalami ataupun merasakan
mual dan muntah -
Tampak makan dan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa): klien tidak pernah memisahkan diri dengan orang lain pada saat makan.
-
Waktu pemberian makan : pagi, siang dan malam
-
Jumlah dan jenis makanan: jumlah makan klien 1 porsi dan jenis makanan klien nasi
-
Waktu pemberian cairan/minum: tidak ditentukan, sesuai dengan kebutuhan klien.
-
Masalah makan dan minum: klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan dan mengunyah makanan.
II. Perawatan diri/personal hygiene -
Kebersihan tubuh: kebersihan tubuh klien kurang, karena klien mandi tidak menggunakan sabun mandi
-
Kebersihan gigi dan mulut: gigi dan mulut tampak bersih
-
Kebersihan kuku kaki dan tangan: kuku tangan dan kaki klien tampak panjang dan kurang bersih.
III. Pola kegiatan/aktivitas Mandi dan makan dilakukan klien secara mandiri, eliminasi bowel dilakukan sekali sehari secara mandiri, eliminasi urine 6x sehari, ganti pakaian 2x sehari dilakukan sebahagian karena dibantu ibu kandung klien.
Universitas Sumatera Utara
IV. Pola eliminasi 1.
BAB − Pola BAB
: 1 x/hari
− Karakter feses
: lembek
− Riwayat perdarahan
: tidak ditemukan adanya kelainan
− BAB terakhir
: sehari yang lalu
− Diare
: klien tidak mengalami diare
− Penggunaan laksatif
: tidak menggunakan laksatif
2. BAK − Pola BAK
: 4-5 kali sehari
− Karakter urin
: tidak dilakukan pemeriksaan
− Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: tidak ditemukan nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK − Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: tidak ada riwayat penyakit ginjal − Penggunaan diuretic
: tidak menggunakan diuretik
− Upaya mengatasi masalah : tidak ditemukan adanya masalah
V. Mekanisme koping − Adaptif : Bicara dengan orang lain
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Analisa Data No.
Data
Penyebab
Masalah Keperawatan
1.
DS : -
Gangguan persepsi
Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam sehingga klien
Halusinasi
sulit tidur Cemas DO: -
Klien tampak cemas
Gelisah
-
Terlihat lingkaran hitam dibawah mata
-
Mata
Deprivasi tidur
Deprivasi tidur klien
tampak
bengkak
karena kurang tidur 2.
Tampak lemas dan gelisah
DS : -
Gangguan perseptual
Klien mengatakan jika melihat air klien merasa menggigil
Halusinasi
DO :
Mencederai diri
-
Klien tampak menggigil
sendiri
-
Klien terlihat kotor, berbau,
-
Penampilan klien tidak rapi
Menyuruh orang
karena rambut klien acak-acak
lain
Pengabaian diri
kan, jika disentuh lengket -
Keringat berbau
Menyuruh bunuh
-
Kuku tangan dan kaki hitam
diri
Menolak makan, minum, perawatan diri
Pengabaian diri
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Rumusan Masalah 1.
Deprivasi Tidur
2.
Pengabaian Diri
Diagnosa Keperawatan (Prioritas) 1.
Deprivasi tidur berhubungan dengan halusinasi penglihatan ditandai dengan klien mengatakan sering melihat bayangan hitam sehingga pasien sulit tidur dan klien tampak cemas, terlihat lingkaran hitam dibawah mata klien, mata klien tampak bengkak, klien juga tampak lemas dan gelisah.
2.
Pengabaian
diri
berhubungan
dengan
ketidakmauan
untuk
mandi
dan
membersihkan diri ditandai dengan klien tampak menggigil ketika mau mandi, penampilan tidak rapi kotor karena rambut klien acak-acak kan, jika disentuh lengket, keringat berbau, dan kuku tangan dan kaki klien tampak hitam.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari/Tanggal Senin/ 02 Juni 2014
No. Dx
Perencanaan Keperawatan
Deprivasi Tujuan dan Kriteria Hasil: Tidur
Klien akan mampu menunjukkan tidur/Sleep dengan skala 3 pada indikator : 1. Perasaan segar setelah tidur (skala 3) 2. Pola dan kualitas tidur (skala 3) 3. Rutinitas tidur (skala 3) 4. Jumlah waktu tidur yang terobservasi (skala 3) 5. Terjaga pada waktu yang tepat (skala 3) Rencana Tindakan
Rasional
Nic : Peningkatan tidur/Sleep Enhancement dengan aktivitas: 1. Lakukan gangguan
masalah tidur
pasien,
karakteristik,
dan
penyebab kurang tidur.
1. Untuk memberikan informasi
dasar
dalam menentukan rencana keperawatan
2. Lakukan Persiapan untuk tidur seperti pada jam 9
2. Mengatur
pola
tidur
malam sesuai dengan pola tidur pasien. 3. Keadaan
tempat
tidur
yang nyaman, bersih, dan
3. Meningkatkan tidur
bantal yang nyaman. 4. Tingkatkan
aktivitas
4. Mengurangi tidur
sehari-hari dan kurangi aktivitas sebelum tidur. 5. Pengetahuan
kesehatan:
jadwal tidur mengurangi
5. Meningkatkan pola tidur
stres, cemas, dan latihan relaksasi.
Universitas Sumatera Utara
Hari/Tanggal Selasa/ 03 Juni 2014
No. Dx
Perencanaan Keperawatan
Pengabai Tujuan dan Kriteria Hasil : an
Dalam waktu 1x8 jam klien akan mampu mempertahan
Diri
kan tindakan untuk meningkatkan kesehatan perilaku/ Health Promoting Behavior yang dibuktikan dengan skala 3 pada indikator : 1. Klien mampu melakukan prilaku hidup sehat secara rutin (skala 3). 2. Klien akan mampu memonitor prilaku pribadi yang dapat menyebabkan faktor risiko (skala 3). Rencana Tindakan Manajemen
Rasional
perilaku/behavior
management : 1. Pertahankan tanggung jawab pasien atas perilakunya
1. Klien akan dapat mempertahankan rutinitas perawatan diri
2. Bantu menetapkan perubahan yang
konsisten
lingkungan
dan
2. Perubahan yang
dalam
konsisten dalam
perawatan
lingkungan akan
rutin
mencegah terjadinya faktor resiko penyakit.
3. Gunakan nada bicara yang
3. Nada bicara yang
rendah saat berkomunikasi
rendah
dengan klien
memperlihatkan sikap
teraupetik
pada pasien. Bantuan Perawatan Diri Mandi/ Self - Care Assistance Bathing 1. Menentukan jenis
jumlah
bantuan
dan yang
1. Memotivasi klien agar mau mandi.
dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Memfasilitasi
sikat
pasien yang sesuai.
gigi
2. Kebersihan klien
diri
menjadi
baik. 3. Mempertahankan kebersihan.
3. Kebersihan
diri
semakin terjamin.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Pelaksanaan Keperawatan Hari/Tanggal Senin/ 02 Juni 2014
No. Dx
Implementasi Keperawatan
Evaluasi (SOAP)
Deprivasi
1. Mengkaji masalah ganguan S :
Tidur
tidur pasien, karakteristik, -
Klien mengatakan
dan penyebab kurang tidur.
sulit untuk tidur karena
sering
2. Mempersiapkan Klien untuk
melihat bayangan
tidur malam seperti pada jam
hitam ketika mau
9 malam sesuai dengan pola
tidur
tidur pasien O: 3. Memberi posisi tempat tidur -
Klien
yang nyaman, bersih, dan
cemas -
bantal yang nyaman.
Tampak lingkaran hitam
4. Meningkatkan sehari-hari mengurangi sebelum tidur.
5. Memberikan kesehatan.
tampak
aktivitas
dibawah
mata
dengan -
Mata
aktivitas
tampak
bengkak -
TD :110/70 mmHg
-
HR : 64x/menit
pengetahuan -
RR : 22x/menit
-
Temp : 37,5oc
A : Masalah belum teratasi
P
:
intervensi
dilanjutkan 1. Klien
akan
merasakan segar setelah
tidur
dengan skala 3 dengan
Universitas Sumatera Utara
peningkatan tidur yang dilakukan 2. Klien
akan
mampu menunjukkan pola dan kualitas tidur yang baik dengan skala 3 dengan peningkatan tidur yang dilakukan 3. Klien
akan
mampu menunjukkan rutinitas
tidur
yang baik dengan skala 3 dengan peningkatan tidur yang dilakukan. 4. Klien
akan
mampu menunjukkan jumlah
waktu
tidur
yang
terobservasi dengan skala 3 dengan peningkatan tidur yang dilakukan. 5. Klien
akan
mampu menunjukkan tidurnya
terjaga
Universitas Sumatera Utara
pada waktu yang tepat
dengan
skala 3 dengan peningkatan tidur yang dilakukan. Selasa/ 03 Juni 2014
Pengabaian Menajemen Diri
Perilaku/Behaviour S : -
Management : 1. Mempertahankan tanggung
jawab
mengatakan pasien
belum
atas perilakunya 2. Membantu
Klien
melakukan
menetapkan
rutinitas
perubahan yang konsisten
perawatan
dalam
dirinya
lingkungan
dan
perawatan rutin 3. Menggunakan nada bicara O : -
yang rendah
Klien
tampak
tidak
peduli
Bantu Perawatan Diri Mandi/Self-
dengan perawatn
Care Assistance Bathing.
dirinya
1. Menentukan jumlah dan jenis
bantuan
-
yang
dibutuhkan
Klien
tampak
jorok
dan
penampilan nya
2. Memfasilitasi sikat gigi
tidak rapi karena
pasien yang sesuai
rambut
3. Mempertahankan
klien
acak-acak
kebersihan.
jika
kan,
disentuh
lengket,
kuku
tangan dan kaki tampak hitam.
A: -
Masalah belum teratasi
Universitas Sumatera Utara
P: -
Intervensi dilanjutkan
1. Klien
mampu
melakukan perilaku
hidup
sehat secara rutin dengan skala 3 dengan manajemen perilaku
yang
dilakukan 2. Klien
akan
mampu memonitori perilaku pribadi yang
dapat
menyebabkan faktor
risiko
dengan skala 3 dengan manajemen prilakunya
Universitas Sumatera Utara