METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |1
BAB II PENELITIAN KORELASIONAL A.
PENGERTIAN Kata “korelasi” berasal dari bahasa Inggris correlation. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan: “hubungan”, atau “saling hubungan”, atau “hubungan timbal balik”. Dalam ilmu statistik istilah “korelasi” diberi pengertian sebagai “hubungan antar dua variabel atau lebih”(Sudijono, 2003) Peter (2000) mengemukakan bahwa hubungan antar dua variabel dikenal dengan istilah “Bivariate Correlation”, sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut “Multivariate Correlation” Definisi di atas dapat diilustrasikan lebih dalam seperti berikut: Hubungan antar dua variabel misalnya, hubungan atau korelasi antara prestasi belajar (variabel X) dan kerajinan kuliah (variabel Y); maksudnya bahwa prestasi belajar ada hubungannya dengan kerajinan kuliah. Hubungan antar lebih dari dua variabel, misalnya hubungan antara prestasi belajar (variabel X) dengan kerajinan kuliah (variabel Y1), keaktifan mengunjungi perpustakaan (variabel Y2) dan keaktifan berdiskusi (variabel Y3), lebih jelasnya perhatikan diagram berikut: Bivariate correlation:
X
Multivariate Correlation:
X
Y Y Y Y
Dalam contoh di atas, variabel prestasi belajar (variabel X) adalah variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi, sedangkan variabel kerajinan kuliah(variabel Y1), keaktifan mengunjungi perpustakaan (variabel Y2) dan keaktifan berdiskusi (variabel Y3) adalah independent variable atau variabel bebas dalam arti berbagai macam variabel yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Demikian gambaran singkat mengenai pengertian korelasi. Namun untuk menemukan arti yang lebih komprehensif dapat dijelaskan lebih luas menganai penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Sifat-sifat perbedaan kritis adalah usaha untuk menaksir hubungan dan bukan diskripsi saja (Fox, 1969). Melalui penelitian tersebut dapat dipastikan berapa besar yang disebabkan oleh satu variabel dalam hubungannya denganvariasi yang disebabkan oleh variabel lain. Disini, penggunaan pengukuran korelasi adalah untuk menentukan besarnya arah hubungan.
METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |2
Menurut Gay (1981:182)penelitian korelasional kadang-kadang diperlakukan sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan sebuah kondisi yang telah ada. Menurut dia, bagaimanapun, kondisi yang didiskripsikan berbeda secara nyata dari kondisi yang biasanya didiskripsikan dalam laporan diri atau studi observasi; suatu studi korelasional mendeskripsikan, dalam istilah kuanitatif tingkatan di mana variabel-variabel tersebut berhubungan. Sementara Sutrisno (2007:167), Penelitian korelasional melibatkan pengumpulan data untuk menentukan apakah, dan untuk tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dikuantitatifkan. Tingkatan hubungan diungkapkan sebagai suatu koefesien korelasi- yaitu alat statistik untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika terdapat hubungan antara dua variabel, maka itu berarti bahwa skor di dalam rentangan tertentu pada suatu pengukuran berasosiasi dengan skor di dalam rentangan tertentu pada pengukuran yang lain. Sebagai contoh, terdapat korelasi antara inteligensi dan prestasi akademik; subjek yang skornya tinggi pada tes inteligensi cenderung memiliki rata-rata prestasi akademik yang tinggi pula, sebaliknya subyek yang skornya rendah pada tes inteligensi cenderung pula memiliki rata-rata prestasi akademik yang rendah. Tujuan studi korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan (Zechmester, 2000:1) Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar sebagaimana dalam contoh di atas. Variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya; variable yang mempunyai hubungan yang tinggi disarankan untuk diteliti lebih lanjut dengan metode kausal komparatit (expost facto) atau metode eksperimental untuk menentukan jika hubungan tersebut adalah kausal. Sebagai contoh, terdapat fakta bahwa hubungan antara konsep diri dan hasil belajar tidak mengimplikasikan bahwa konsep diri mempengaruhi hasil belajar atau hasil belajar mempengaruhi konsep diri. Tanpa memperhatikan apakah hubungan bersifat sebab-akibat, eksistensi hubungan yang tinggi mengizinkan adanya prediksi. Studi korelasional melengkapi penaksiran seberapa tepat hubungan dua variabel. Jika dua variabel mempunyai hubungan yang tinggi, koefesien korelasi mendekati +1,00 (atau-1,00) akan diperoleh; jika dua variable tidak mempunyai hubungan, maka suatu koefesien mendekat 0,00 akan ditemukan. Semakin
METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |3
tinggi hubungan dua variabel, semakin akurat prediksi yang didasarkan pada hubungan tersebut. Sementara untuk hubungan yang agak sempurna, sejumlah variabel cukup memadai untuk membolehkan prediksi yang bermanfaat (Gay, 1981:184) Dalam penelitian korelasional harus dikumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari sebuah sampel peserta, lalu dihitung hubungan antara perangkat-perangkat tersebut. Misalnya, seorang peneliti hendak menguji hepotesis tentang hubungan antara kreativitas dan kemampuan mental antara sampel mahasiswa, kemudian nilai dari dua variabel tersebut dikumpulkan, lalu dihitung korelasi koefesien antara dua perangkat itu. Berkaitan dengan hal tersebut, Sevilla at,al. (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian hipotesis seperti itu dapat digunakan teknik korelasi. Caranya dengan mengukur sejumlah variabel dan kemudian menghitung koefesien korelasi di antara variabel tersebut untuk menentukan variabel mana yang mempunyai hubungan. Tujuan umum penelitian semacam ini adalah untuk menjelajahi variabel-variabel yang mempunyai hubungan yang dapat diidentifikasikan. Dalam penelitian dengan uji-hipotesis, seseorang haruslah telah mempunyai dasar harapanbahwa mereka dapat mengamati hubungan antara variabel-variabel yang diselidiki. Variabel yang dipilih didasari oleh teori yang dibangun terdahulu sehingga arah pertalian yang diharapkan dapat diasumsikan. Penelitian korelasional tidak memerlukan sampel yang besar. Diasumsikan jika ada pertalian, maka akan merupakan bukti bahwa sampel yang digunakan adalah mewakili populasi yang diselidiki dan instrumen yang digunakan dapat dipercaya dan sahih. Oleh karena itu, yang sangat penting dalam dalam penelitian ini adalah memilih dan mengembangkan instrumen. Hubungan atau pertalian secara signifikan dapat diperoleh bila instrumen yang digunakan reliable dan valid dalam mengukur variabel-variabel yang diselidiki (Emzir, 2010 Sebelum mengakhiri pembahasan ini, penulis ingin mengajak pembaca membahas sedikit tentang penelitian survey. Menurut Zechmester (2000), penelitian survey mengilustrasikan prinsip-prinsip penelitian korelasional dan melengkapinya dengan cara yang tepat dan efektif untuk mendeskripsikan pemikiran, pendapat, dan perasaan orang. Berbagai survey berbeda dalam tujuan dan ruang lingkup, tetapi secara umum semuanya melibatkan sampling. Hasil yang diperoleh untuk suatu sample yang dipilih secara hati-hati dipergunakan untuk mendeskripsikan seluruh populasi objek penelitian yang menarik perhatian. Survey juga melibatkan penggunaan suatu set pertanyaan awal yang pada umumnya berbentuk kuesioner. Dengan demikian, jika digabungkan antara pandangan Zechmester (2000) pada alinea sebelumnya dengan pendapat Gay (1981:182) di awal
METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |4
pembahasan yang menyatakan bahwa penelitian korelasional kadang-kadang diperlakukan sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan sebuah kondisi yang telah ada. Maka dapat disimpulkan bahwa berbagai macam dan jenis penelitian dapat dikategorisasikan ke dalam penelitian deskriptif jika tujuan utama dari penelitian tersebut adalah mendeskripsikan. Kiranya, perlu dinukil kembali taksonomi pemecahan masalah dalam penelitian sebagaimana yang diungkapkan oleh Dwiyogo (2010yaitu: tujuan akhir penelitian adalah untuk menarik kesimpulan, untuk membuat keputusan, untuk menghasilkan produk, dan untuk mengadakan perbaikan. Sedangkan jika dilihat dari jenis analisis datanya, maka penelitian itu dapat dikategorikan sebagai 1) penelitian untuk menggambarkan atau mendiskripsikanfenomena dengan jenis analisisnya deskriptif kuantitatif, 2) penelitian untuk menghubungkan antar variabel, analisisnya adalah analisis korelasional, dan 3) penelitian untuk membedakan atau menemukan perbedaan diantara berbagai variabel penelitian, maka jenis analisisnya adalah analisis komparatif. Sedangkan Tuckman, B.W. (1978). Dalam bukunya “Conducting Educational Research” mengelompokkan beberapa teknik analisis statistik inferensial berdasarkan tujuan penelitian dan pendekatan dalam statistik inferensial, sebagaimana dalam table 2 berikut: Pendekatan dalam Statistik inferensial Statistik parametric
Tujuan penelitian Menguji Hubungan
Korelasi product moment Korelasi parsial Regresi Analisis Faktor Analisis Kanonik Statistik Non- Korelasi tata jenjang Parametrik Spearmen Korelasi tata jenjang Kendall Korelasi biserial Korelasi Point Biserial Korelasi tetrachoric Korelasi Kontingency Koefesien Phi Koefesien Cramer
Menguji Perbedaan Uji-t students ANAVA ANAKOVA MANOVA MANACOVA Chi Kuadrat Tes Kolmogorov-Smirnov Tes McNemar Tes Wilcoxon Tes U Mann-Whitney Tes Wald Wolffowitz Tes Q Cohran ANAVA Friedman Kruskal Walls
Tabel 2. Diadopsi dari Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research.
METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |5
B. ARAH, PETA, DAN ANGKA KORELASI Untuk memberikan gambaran yang utuh mengenai penelitian korelasional, maka perlu juga dibahas hal-hal yang berkaitan dengan jenis penelitian ini. 1. Arah Korelasi Hubungan antar variabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: hubungan yang sifatnya satu arah, dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang bersifat searah diberi nama korelasi positif, sedangan hubungan yang sifatnya berlawanan arah disebut korelasi negatif(Borg & Gall, 1989) Disebut korelasi positif jika dua variabel atau lebih yang berkorelasi berjalan parallel; artinya bahwa hubungan tersebut menunjukkan arah yang sama. Misalnya, apabila variabel X mengalami kenaikan atau pertambahan, akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan pada variabel Y, atau sebaliknya. Contohnya, kenaikan harga BBM diikuti dengan kenaikan ognkos angkutan; sebaliknya jika harga BBM rendah, maka ongkos angkutan pun murah (rendah). Dalam bidang pendidikan misalnya, terdapat relasi positif antara nilai hasil belajar Matematika dan nilai hasil belajar Fisika, Kimia, dan Biologi. Disebut korelasi negatif jika dua variabel atau lebih yang berkorelasi itu berjalan dengan arah yang berlawanan, bertentangan atau berbalikan. Hal ini berarti bahwa kenaikan atau pertambahan pada variabel X akan diikuti dengan penurunan atau pengurangan pada variabel Y. misalnya, makin meningkatnya kesadaran hokum di kalangan masyarakat diikuti dengan makin menurunnya angka kejahatan atau angka pelanggaran; makin giat berlatih makinsedikit kesalahan yang diperbuat oleh seseorang; makin kurang dihayati ajaran agama oleh para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya frekwensi kenakalan remaja; atau sebaliknya.Pernyataan tersebut dapat dibuatkan bagan seperti berikut: Korelasi Positif
VX VY VX VY
Korelasi Negatif
VX VY VX VY
METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |6
2. Peta Korelasi Arah hubungan variabel yang dicari korelasinya, dapat diamati melalui sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan istilah Peta Korelasi. Dalam peta korelasi itu dapat dilihat pencaran titik atau moment dari variabel yang sedang dicari korelasinya. Karena itu peta korelasi juga disebut Scatter Diagram (Diagram Pencaran Titik) Borg & Gall dalam Sudijono (2003) dan Arikunto (2006), mendiskripsikan ciri-ciri yang yang terkandung dalam peta korelasi, yaitu: a. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi positif maksimal, atau korelasi positif tertinggi atau korelasi positif sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu buah garis lurus yang condong kearah kanan (apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain). b. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi negatif maksimal, atau korelasi negatif tertinggi atau korelasi negatif sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu bua garis lurus yang condong kearah kiri (apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain). c. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif yang tinggi atau kuat, maka ada peta korelasi pencaran titiknya sedikit mulai menjauh garis linier, yaitu titik tersebut terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut, dengan kecondongan kearah kanan. d. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi negatif yang tinggi atau kuat, maka ada peta korelasi pencaran titiknya sedikit mulai menjauh garis linier, yaitu titik tersebut terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut, dengan kecondongan kearah kiri. e. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif maupun negatif dikatakan sebagai korelasi yang cukup atau sedang dan korelasi rendah atau lemah, maka pencaran titik pada peta korelasi itu semakin jauh tersebar/menjauhi garis linier, sebagaimana diagram berikut: 3. Angka Korelasi Tinggi rendah, kuat lemah atau besar kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefesien) yang disebut Angka Indeks Korelasi atau Coeffesient of Correlation. Jadi Angka Indeks Korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang diselidiki korelasinya.Angka korelasi biasanya diberi lambang dengan huruf tertentu; misalnya rxy sebagai lambang koefesien
METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |7
korelasi pada teknik korelasi product moment, p (baca Rho) sebagai lambang koefesien korelasi pada teknik korelasi tata jenjang 𝜑 (baca Phi) sebagai lambang koefesien korelasi pada teknik korelasi Phi, C atau KK sebagai lambang koefesien korelasi pada teknik korelasi Kontingensi, dan lain-lain. Angka korelasi itu besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai dengan + 1,00; artinya bahwa angka korelasi itu paling tinggi adalah +1,00 dan paling rendah adalah 0. Jika dalam perhitungan diperoleh angka korelasi lebih dari 1,00 hal itu merupakan petunjuk bahwa dalam perhitungan tersebut telah terjadi kesalahan. Korelasi antara variabel X dan variabel Y disebut korelasi positif apabila angka indeks bertanda “plus”; misalnya: rxy = + 0,235; rxy = + 0,751 dan sebagainya. Sebaliknya apabila angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda “minus”, maka korelasi yang demikian disebut korelasi negatif; misalnya: rxy = - 115; rxy = - 0,587 Antara variabel X dan variabel Y dikatakan tidak ada hubungannya jika angka indeks korelasinya = 0. Angka indeks korelasi yang diperoleh dari proses perhitungan itu sifatnya relative, yaitu angka yang fungsinya melambangkan indeks hubungan antar variabel yang dicari korelasinya. Jadi angka korelasi itu bukanlah angka yang bersifat eksak, atau angka yang merupakan ukuran pada skala linier yang memiliki unit-unit yang sama besar, sebagaimana yang terdapat pada mistar pengukur panjang (mistar penggaris). Misalnya, angka korelasi antara variabel X dana variabel Y = 0,75 (rxy = 0,75), sedangkan korelasi antara variabel Y dan variabel Z = 0,25 (r yz = 0,25). Disini kita tidak dapat menyatakan bahwa: rxy = 3 kali lipatnya rxz atau menyatakan bahwa ryz = 1/3 nya rxy. C. Proses Dasar Penelitian Korelasional Menurut Gay (1981) studi hubungan dan studi prediksi mempunyai karakteristik unik yang membedakan keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih lanjut ia menjelaskan prosedur dasar penelitian korelasional yang meliputi: Pemilihan Masalah, sampel dan pemilihan instrument, desain dan prosedur, dan teknik analisa data serta interpretasi. Kesemuanya dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemilihan Masalah Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penalaran deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.Contoh masalah penelitian korelasional
METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |8
Judul penelitian: Kualitas pelayanan Karyawan Administrasi Akademik di PT “A” Masalah Penelitian: a. Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayanan karyawan? b. Apakah terdapat hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan karyawan? c. Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan? Dari beberapa contoh pertanyaan diatas jelaslah bahwa pemilihan masalah dalam penelitian korelasional harus menggambarkan hubungan antara satu atau lebih variabel (Variabel Independen) dengan variabel yang lain (Variabel Dependen) 2. Sampel dan Pemilihan Instrumen Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliable terhadap variabel yang akan diteliti. Jika variabel yang tidak memadai dikumpulkan, koefesien korelasi yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefesien yag dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai contoh; Seorang peneliti ingin menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar fisika. Jika dia memilih dan menggunakan tes keterampilan berhitung yang valid dan reliable serta tes hasil belajar fisika yang juga valid dan reliabel, koefesien korelasi yang dihasilkan tidak akan menjadi estimasi akurat dari hubungan yang diinginkan. Hal ini dikarenakan keterampilan berhitung hanya merupakan satu jenis hasil belajar matematika; koefesien korelasi yang dihasilkan akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar fisika dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan instrument yang valid dan reliable harus diperhitungan dengan hati-hati untuk tujuan penelitian tersebut. 3. Desain dan Prosedur Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefesien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan
METODE PENELITIAN & ANALISIS DATA dg SPSS |9
beberapa penggunaan prosedur statistik yang komplek, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi korelasional. 4. Teknik Analisis Korelasional Teknik analisa korelasional ialah teknik analisa statistik mengenai hubungan antar dua variabel atau lebih. Adapun tujuan analisis adalah: a. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang benarr antara variabel yang satu dengan variabel yang lain terdapat hubungan atau korelasi. b. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika memang ada hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan ataukah lemah c. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematis), apakah hubuungan antar variabel itu perupakan hubungan yang berarti atau meyakinkan (signifikan) ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak meyakinkan. Teknik analisa korelasional – sebagaimana yang telah sedikit diungkap di atas -dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Teknik analisa Korelasional Bivariat dan Teknik Analisa Multivariat. Sebagaimana dalam table berikut: Tabel 3: pembagian teknik analisa Korelasional Teknik Analisa Korelasi Bivariat Korelasi product moment Korelasi tata jenjang Spearmen Korelasi tata jenjang Kendall Korelasi biserial Korelasi Point Biserial Korelasi tetrachoric Korelasi Kontingency Korelasi Koefesien Phi Korelasi Koefesien Cramer Korelasi Rasio
Teknik Analisa Multivariat Korelasi parsial Korelasi Regresi Ganda Analisis Faktor Korelasi Kanonikal
Korelasi
Pengembangan oleh penulis dari Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research. New York: Harcout Brace Jovanovich, Publisher Teknik korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, sedangkan efek variabel ketiga ditekan. Teknik korelasi ganda digunakan untuk menentukan hubungan antara satu variabel bebas dengan beberapa variabel bebas yang telah digabung. Teknik korelasi kanonikal digunakan apabila variabel terikatnya terdiri atas sub-sub variabel. Teknik analisis factor digunakan untuk mengelompokkan sejumlah
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 10
variabel menjadi beberapa kelompok atau variabel baru (Suryabrata, 1998) dan Sudijono (2003). 5. Proses Analisis Data dan Interpretasi Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefesien korelasi. Suatu koefesien korelasi disimbolkan dengan angka decimal, antara 0,00 dan +1,00, atau –0,00 dan –1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefesien mendekati +1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel lain. Dan seseorang dengan skor rendah pada satu variabel akan memiliki skor yang rendah pada sutau variabel yang lain. Suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefesien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain. Jika koefesien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor rendah pada variabel lain. Peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain,dan sebaliknya (Gay,1981) Menurut Emzir (2010), Interpretasi suatu koefesien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan kata lain seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefesien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefesien yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan sutau hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan. Keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Jadi, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, seorang peneliti tidak diperkenankan untuk secara langsung menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi dapat dikatakan bahwa secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. Sementara untuk menentukan signifikansi statistik maka harus dikonsultasikan pada table yang dapat mengatakan tentang sebeberapa besar koefesien yang diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitasdan ukuran sampel yang diberikan. Untuk level probabilitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefesien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecil dilibatkan. Secara
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 11
umum, memiliki lebih banyak bukti dalam koefesien yang didasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek. Contoh, pada level Bukti 95%, dengan 10 kasus, seorang peneliti akan memerlukan sekurangnya koefesien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; di pihak lain, dengan 102 kasus, seorang peneliti hanya memerlukan koefesien 0,1946. Konsep ini berarti bahwa seorang peneliti memperhatikan kasus tersebut ketika dia akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memperhatikan seberapa kecil koefesien korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat koefesien yang benar antara variabel untuk populasi tersebut. Ketika penginterpretasian suatu koefesien korelasi dilakukan, peneliti harus selalu ingat bahwa dia hanya berbicara tentang suatu hubungan,bukan hubungan sebab akibat (Causal Correlation). Koefesien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubungan sebab akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu sering menjadi pemicu untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan yang lain. Dalam kenyataannya, itu hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut. (Emzir,2010:46). D. Aplikasi Teknik Analisa Korelasional Di atas telah disinggung sedikit mengenai beberapa teknik analisa korelasional baik yang berupa bivariat maupun yang multivariate. Dalam pembahasan di sub bab ini hanya akan diKorelasi Tata Jenjang, dan Korelasi Point Biserial. 1.
Korelasi Product Moment Product Moment Correlation atau Product of the Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang karenanya sering disebut dengan istilah Teknik Korelasi Pearson. Sedangkan disebut Product Moment Correlation karena koefesien korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari momentmoment variabel yang dikorelasikan (Product of the moment). Teknik ini digunakan ketika berhadapan dengan kenyataan seperti; variabel yang dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat continue, sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen atau mendekati homogeny, dan regresinya merupakan regresi linier. Adapun lambang yang digunakan adalah “r” dan angka indeksnya dengan huruf kecil dari hurufhuruf yang dipergunakan dalam variabel-variabel. Misalnya variabel X dan variabel Y, maka angka indeks korelasinya diberi lambang rxy.
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 12
Sementara untuk memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks korelsi “r” Product Moment ini adalah 1) dengan cara sederhana (kasar) dan 2) dengan jalan berkonsultasi pada table Nilai “r” Product Moment. Dengan cara sederhana dapat digunakan pedoman atau ancer-ancer sebagai berikut: Besarnya “r” product Moment (rxy)
0,00 – 0,20
Interpretasi Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi
0,20 – 0,40
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi yang sedang atau cukup
0,70 – 0,90
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90 – 1,00
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
Cara kedua adalah dengan mengkonsultasikan pada table “r”, berikut ini tabelnya.
df. (degrees of freedom) Atau db (derajat bebas) 1 2 3 4 5 6 7 8
Banyaknya variabel yang dikorelasikan 2 Harga “r” pada taraf signifikansi 5% 1% 0,997 0,950 0,878 0,811 0,754 0,707 0,666 0,632
1,000 0,990 0,950 0,917 0,874 0,834 0,798 0,765
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 13
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0,602 0,576 0,553 0,532 0,514 0,497 0,482 0,468 0,456 0,444 0,433 0,423
0,735 0,708 0,684 0,661 0,641 0,623 0,606 0,590 0,575 0,561 0,549 0,537
Apabilacara ke dua ini yang ditempuh, maka prosedur yang harus dilalui secara berturut-turut adalah: a.
Membuat hipotesa Ha(hipotesa alternative) dan Ho (hipotesa Nihil (Nul)); Contoh hipotesanya: Ha: “Ada (terdapat) korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X dan variabel Y Ho: “Tidak ada (tidak terdapat) korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X dan variabel Y
b.
Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan
Tujuannya untuk mengetahui kebenaran apakah Ha atau Ho dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam table Nilai “r” Product Moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya 9df) yang rumusnya adalah: df = N – nr df = degrees of freedom N = Number of class nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam table nilai “r” Product Moment, baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Jika ro sama dengan atau lebih besar dari pad art maka Hipotesa alternative (Ha) diterima berarti memang benar antara variabel X dan variabel Y ada hubungan yang signifikan, dan sebaliknya Ho ditolak
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 14
E.
Contoh Sekali lagi untuk memberikan gambaran yang utuh tentang pembahasan penelitian korelasional, maka penulis sengaja melengkapinya dengan 2 (dua) Contoh 1;hasil penelitian disertasi. Contoh penelitian disertasi diambil dari hasil karya Rusmini (2003) dan Tjut Afrida (2006) 1.
Judul Penelitian Kualitas Pelayanan Karyawan administrasi akademik Di Perguruan Tinggi A.
2.
Masalah Penelitian a) Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayanan karyawan? b) Apakah terdapat hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan karyawan? c) Apakah terdapat hubungan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan? d) Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan)
3.
Kajian Teoritis Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabelvariabel penelitian yang meliputi kualitas pelayanan, pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik
4.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan penyusunan kerangka berfikir tentang asumsi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara terpisah maupun secara bersama-sama, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: a) Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayanan b) Terdapat hubungan positif antara komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan c) Terdapat hubungan positif antara kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan d) Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan
e) Metodologi Penelitian Penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan korelasional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan administrasi akademik (X1), komunikasi interpersonal (X2), dan kemampuan berfikir
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 15
mekanik (X3). Sementara itu variabel terikatnya adalah kualitas pelayanan (Y). Penelitian ini dilakukan di Politeknik Kesehatan Jakarta II dengan unit analisis karyawan administrasi akademik. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari sampai dengan Juli 2003. Pengambilan sampel sebanyak 60 karyawan dilakukan dengan metode random dari populasi karyawan administrasi akademik di Politeknik Kesehatan Jakarta II yang berjumlah 121 orang dengan tingkat pendidikan SMA. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari keempat variabel adalah daftar pernyataan dan pertanyaan. Kualitas pelayanan karyawan sebagai variabel terikat didasarkan pada penilaian mahasiswa, dengan cara masing-masing karyawan dinilai oleh tiga orang mahasiswa (rater). Rater dipilih secara acak sederhana. Skor kualitas pelayanan karyawan diperoleh berdasarkan skor rata-rata dari ketiga penilai. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi sederhana dan jamak, korelasi sederhana dan jamak, dan korelasi parsial. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis , terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas. f)
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitan, maka didapatkan temuan penelitian sebagai berikut: 1) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayanan 2) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan 3) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan 4) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan karyawan di Politeknik Kesehatan Jakarta II dapat ditingkatan dengan mengembangkan pengetahuan administrasi akade-mik, komunikasi interpersonal, dan berfikir mekanik (Rusmini, 2003)
Contoh 2: contoh ini diringkaskan dari hasil penelitian disertasi Tjut Afrida dalam bidang Manajemen Penelitian pada tahun 2006, dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis) 1. Judul Penelitian
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 16
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kemampuan Manajerial, dan Kepemimpinan terhadap Efektifitas Kerja Kepala Sekolah SMA Negeri SeProvinsi Banten 2. Masalah Penelitian a) Apakah kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah? b) Apakah Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan? c) Apakah kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah? d) Apakah kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan? e) Apakah kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah? 3. Kajian Teoritis Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabel penelitian yang meliputi: efektitas kerja kepala sekolah, kecerdasan emosional, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan 4. Pengajuan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir yang telah didiskripsikan, peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: a) Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah? b) Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan? c) Kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah? d) Kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan? e) Kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah? 5. Metodologi Penelitian Tujuan penelitian ini adalah a) mengkaji pengaruh kecerdasan emosional, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan terhadap efektifitas kerja kepala sekolah dan b) mengkaji tingkat pengaruh kecerdasan emosional, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan terhadap efektifitas kerja kepala sekolah Tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri SeProvinsi Banten pada Bulan Desember 2005 – 2006 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik analisis jalur (path analysis), dengan model penelitian sebagai berikut:
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 17
Kecerdasan Emosional (X1) Kepemimpinan (X3)
Efektifitas Kerja (X4)
Kemampuan manajeria (X2) Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh kepala SMA se-Provinsi banten, dengan sampel 30 kepala sekolah yang diambil secara acak (5 kepala sekolah untuk sampel uji coba instrument dan 25 kepala sekolah sebagai sampel yang sesungguhnya. Untuk mengukur variabel, peneliti menggunakan kuesioner untuk efektifitas kerja kepala sekolah dan kepemimpinan. Untuk kecerdasan emosional dan kemampuan manajerial digunakan tes. Hipotesis statistic a. H0 : 𝜌41 = 0 H1 : 𝜌41> 0 b. H0 : 𝜌31 = 0 H1 : 𝜌31> 0 c. H0 : 𝜌42 = 0 H1 : 𝜌42> 0 d. H0 : 𝜌32 = 0 H1 : 𝜌32> 0 e. H0 : 𝜌43 = 0 H1 : 𝜌43> 0 6. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. b. c.
Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 2, 28% dengan nilai koefesien jalur 0,1511. Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan (X3) sebesar 30,36% dengan nilai koefesien jalur 0,2730. Kemampuan manajerial (X2) berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 1,59% dengan nilai koefesien 0,1260.
M E T O D E P E N E L I T I A N & A N A L I S I S D A T A d g S P S S | 18
d. e.
Kemampuan manajerial (X2) berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan (X3) sebesar 7,5% dengan nilai koefesien jalur sebesar 0,2730. Kepemimpinan (X3) berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 1,80% dengan nilai koefesien jalur sebesar 0,1343
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa variabel eksogenus kecerdasan emosional dan kemampuan manjerial berpengaruh langsung terhadap variabel kepemimpinan sebagai variabel endogenus pertama dan menjadi variabel eksogenus ketiga terhadap variabel endogenus efektifitas kerja kepala sekolah. Dilihat dari kekuatan pengaruh, ternyata persentase pengaruh variabel kecerdasan emosional lebih besar dari pada persentase pengaruh variabel kemampuan manajerial terhadap variabel endogenus kepemim-pinan dan efektifitas kerja kepala sekolah. Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional lebih dominan memengaruhi efektifitas kerja kepala sekolah dibandingkan kemampuan manajerial dan kepemimpinan. Berdasarkan pembahasan tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: 1. 2.
3.
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Hubungan antar variabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: hubungan yang sifatnya satu arah, dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang bersifat searah diberi nama korelasi positif, sedangan hubungan yang sifatnya berlawanan arah disebut korelasi negative. Arah hubungan variabel yang dicari korelasinya, dapat diamati melalui sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan istilah Peta Korelasi. Dalam peta korelasi itu dapat dilihat pencaran titik atau moment dari variabel yang sedang dicari korelasinya. Karena itu peta korelasi juga disebut Scatter Diagram (Diagram Pencaran Titik). Jadi Angka Indeks Korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang diselidiki korelasinya. Penelitian korelasional terbagi menjadi dua golongan, yaitu Teknik Analisa Korelasional Bivariat dan Teknik Analisa Multivariat.