Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
PENELITIAN KORELASIONAL Oleh: Imam Azhar
ABSTRAK Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah (scientific methods). Usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan atau mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui, (creswell, 1998). Kemajuan kearah ini berhubungan dengan pemerolehan pengetahuan dan pengembangan serta pengujian teoriteori. Eksistensi dari suatu teori yang dapat hidup sangat mempermudah kemajuan ilmu pengetahuan yang secara simultan menjelaskan banyak fenomena. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman, otoritas,penalaaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan metode ilmiah tidak diragukan, paling efesien, dan paling terpercaya. Kata kunci: penelitian, korelasi.
penganalisisan informasi (data) untuk berbagai tujuan. Sementara Kerlinger (1990) mendefinisikan penelitian ilmiah se agai penyelidikan sistematik, terkontrol, empiris, dan kritits tentang fenomena sosial yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang dugaan yang berhubungan dengan fenomena tersebut. Pe elitia e ggu aka metode ilmiah, penyelidikan pengetahuan melalui metode pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Dikaitkan dengan metode ilmiah, suatu proses penelitian sekurang-kurangnya berisi suatu rangkaian urutan langkah-langkah.
PENDAHULUAN Suatu permasalahan diasosiasikan dengan pengalaman dan otoritas sebagai sumber pengetahuan yang secara grafis diilustrasikan oleh sebuah cerita tentang Aristoteles. Menurut cerita suatu hari Aristoteles menangkap seekor lalat dan secara hati-hati menghitung dan menghitung kembali kakinya. Kemudia ia mengumumkan bahwa lalat mempunyai lima kaki. Tidak seorangpun meragukan kata-kata Aristoteles. Untuk beberapa tahun penemuannya diterima secara tidak kritis. Karena lalat yang ditangkap Aristoteles telah mengalami kejadian yaitu kakinya hilang satu. Apakah anda percaya atau tidak cerita tersebut, itu telah memberikan ilustrasi keterbatasan bertumpu pada pengalaman seseorang dan otoritas sebagai sumber ilmu pengetahuan. Sementara, penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematik. Mcmillan dan Schumacher (1989) dalam Wiersma (1991) mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses sistematik pengumpulan dan
Menurut Emzir (2008), ada Lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan melengkapi elemen-elemen umum pendekatan sistematik pada penelitian yaitu 1) identifikasi masalah penelitian, 2) review informasi, 3) pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) penarikan kesimpulan, sebagaimana yang tertuang dalam gambar 1 berikut:
1
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
Identifikasi
Analisis
masalah
Data
Review
Pengumpulan
Informasi
Data
Kotak-kotak di bawah bukan merupakan aktivitas, tetapi dalam esensi sebagai produk-produk penelitian. Panah-panah mencerminkan hubungan antara akitvitas dan keberadaan ilmu pengetahuan; teori yang berhubungan dan perluasan, revisi, dan teori serta pengetahuan baru. Teori yang berhubungan dianggap menjadi uatu bagian, tetapi tidak harus semua, dati tubuh pengetahuan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Perluasan, revisi, dan teori baru, jika ada dari proyek penelitian, kemudian menjadi bagian dari keberadaan tubuh pengetahuan, sebagai pengetahuan baru dan bukan dianggap sebagai teori.
Penarikan Kesimpulan
Proses sistematik dari penelitian dan metode ilmiah mengarah pada aktivitas yang dilibatkan dalam pelaksanaan suatu studi penelitian. Aktivitas tersebut tidak terbatas pada suatu jenis penelitian tertentu, melainkan aplikasi secara umum. Wiersma (1991) menyajikan suatu pola urutan aktivitas dalam pelaksanaan suatu studi penelitian dan hubungan setiap aktivitas dengan keberadaan ilmu pengetahuan, seperti terdapat dalam gambar 2.
Pada akhir pendahuluan ini, disajikan juga beberapa macam pendekatan dalam penelitian sehingga didapatkan gambaran yang tepat mengenai posisi pembahasan dalam makalah ini. Creswell (2003) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif, dan pendekatan metode gabungan (mixed methods approach). Tabel 1. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan (Creswell, 2003)
Deretan kotak paling atas menyajikan aktivitas umum, da agar mengakomodasi fleksibiatas dalam proses penelitian dan variasi dalam berbagai jenis penelitian yang berbeda, terdapat beberapa kegiata yang tumpang tindih. Sebagai contoh, sutau eksperimen mungkin dilakukan dengan merumuskan hipotesis terlebih dahulu sebelum data diidentifikasi dan dikumpulkan. Di pihak lain, seseorang peneliti etnografis dapat merumuskan hipotesis dan mengidentifikasi data tambahan di dalam proses penelitian. Karakteristik ini diidentifikasi oleh tumpang tindih kota dalam gambar.
2
Pendekat an penelitian
Tuntutan pengetahu an
Strategi penelitian
Metode Gabungan
Kuantitatif
Asumsi Postpositivi stime
Desain eksperimental dan noneksperimen tal
Pengukuran sikap, tingkatan (rating) perilaku
Kualitatif
Asumsi Konstruktiv isme
Desain Etnografis, Naratif, fenomenologis, Grounded theory, studi kasus
Wawancara terbuka
Metode Gabungan
Asumsi Pragmatis
Sekuensial Concurrent transformatif
Pengukuran tertutup, observasi terbuka
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
Identifikasi Masalah Penelitian Pengumula Perumusan Hipotesis n data Identifikasi Data yang diperlukan Perumusan kembali hipotesis Bila diperlukan
Analisis data
Merangku m Hasil Menggam barkan kesimpula n dari implikasi
Merangkum Hasil Menggambar kan kesimpulan dari implikasi
Teori yang berhubungan Keberadaan Tubuh Pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
Perluasan, Revisi, dan Teori Baru Pengetahuan Baru
prestasi belajar ada hubungannya dengan kerajinan kuliah. Hubungan antar lebih dari dua variabel, misalnya hubungan antara prestasi belajar (variabel X) dengan kerajinan kuliah (variabel Y1), keaktifan mengunjungi perpustakaan (variabel Y2) dan keaktifan berdiskusi (variabel Y3), lebih jelasnya perhatikan diagram berikut:
Berdasarkan tabel tersebut, maka jelaslah bahwa posisi penelitian korelasional termasuk menggunakan pendekatan kuantitatif dan memakai strategi penelitian desain eksperimental maupun noneksperimental. PEMBAHASAN A.
PENGERTIAN Kata korelasi erasal dari bahasa Inggris correlation. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan de ga : hu u ga , atau sali g hu u ga , atau hu u ga ti al alik . Dala il u statistik istilah korelasi di eri pe gertia se agai hu u ga a tar dua aria el atau le ih “udijo o,
Bivariate correlation: X
Y
Y Multivarite Correlation: X
Peter (2000) mengemukakan bahwa hubungan antar dua variabel dike al de ga istilah Bivariate Correlation , seda gka hu u ga antar lebih dari dua variabel disebut Multivariate Correlation
Y Y
Dalam contoh di atas, variabel prestasi belajar (variabel X) adalah variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi, sedangkan variabel kerajinan kuliah(variabel Y1), keaktifan mengunjungi perpustakaan (variabel Y2) dan keaktifan berdiskusi (variabel Y3) adalah independent variable atau variabel bebas dalam arti berbagai macam variabel yang
Definisi di atas dapat diilustrasikan lebih dalam seperti berikut: Hubungan antar dua variabel misalnya, hubungan atau korelasi antara prestasi belajar (variabel X) dan kerajinan kuliah (variabel Y); maksudnya bahwa
3
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
dapat mempengaruhi belajar.
suatu koefesien korelasi - yaitu alat statistik untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika terdapat hubungan antara dua variabel, maka itu berarti bahwa skor di dalam rentangan tertentu pada suatu pengukuran berasosiasi dengan skor di dalam rentangan tertentu pada pengukuran yang lain. Sebagai contoh, terdapat korelasi antara inteligensi dan prestasi akademik; subjek yang skornya tinggi pada tes inteligensi cenderung memiliki ratarata prestasi akademik yang tinggi pula, sebaliknya subyek yang skornya rendah pada tes inteligensi cenderung pula memiliki rata-rata prestasi akademik yang rendah. Tujuan studi korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi.
prestasi
Demikian gambaran singkat mengenai pengertian korelasi. Namun untuk menemukan arti yang lebih komprehensif dapat dijelaskan lebih luas menganai penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Sifatsifat perbedaan kritis adalah usaha untuk menaksir hubungan dan bukan diskripsi saja (Fox, 1969). Melalui penelitian tersebut dapat dipastikan berapa besar yang disebabkan oleh satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain. Disini, penggunaan pengukuran korelasi adalah untuk menentukan besarnya arah hubungan.
Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan (Zechmester, 2000:1)
Menurut Gay (1981:182) penelitian korelasional kadangkadang diperlakukan sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan sebuah kondisi yang telah ada. Menurut dia, bagaimanapun, kondisi yang didiskripsikan berbeda secara nyata dari kondisi yang biasanya didiskripsikan dalam laporan diri atau studi observasi; suatu studi korelasional mendeskripsikan, dalam istilah kuanitatif tingkatan di mana variabel-variabel tersebut berhubungan.
Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar sebagaimana dalam contoh di atas. Variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya; variable yang mempunyai hubungan yang tinggi disarankan untuk diteliti lebih lanjut
Sementara Sutrisno (2007:167), Penelitian korelasional melibatkan pengumpulan data untuk menentukan apakah, dan untuk tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dikuantitatifkan. Tingkatan hubungan diungkapkan sebagai
4
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
Berkaitan dengan hal tersebut, Sevilla at,al. (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian hipotesis seperti itu dapat digunakan teknik korelasi. Caranya dengan mengukur sejumlah variabel dan kemudian menghitung koefesien korelasi di antara variabel tersebut untuk menentukan variabel mana yang mempunyai hubungan. Tujuan umum penelitian semacam ini adalah untuk menjelajahi variabelvariabel yang mempunyai hubungan yang dapat diidentifikasikan.
dengan metode kausal komparatit (expost facto) atau metode eksperimental untuk menentukan jika hubungan tersebut adalah kausal. Sebagai contoh, terdapat fakta bahwa hubungan antara konsep diri dan hasil belajar tidak mengimplikasikan bahwa konsep diri mempengaruhi hasil belajar atau hasil belajar mempengaruhi konsep diri. Tanpa memperhatikan apakah hubungan bersifat sebab-akibat, eksistensi hubungan yang tinggi mengizinkan adanya prediksi.
Dalam penelitian dengan ujihipotesis, seseorang haruslah telah mempunyai dasar harapan bahwa mereka dapat mengamati hubungan antara variabel-variabel yang diselidiki. Variabel yang dipilih didasari oleh teori yang dibangun terdahulu sehingga arah pertalian yang diharapkan dapat diasumsikan.
Studi korelasional melengkapi penaksiran seberapa tepat hubungan dua variabel. Jika dua variabel mempunyai hubungan yang tinggi, koefesien korelasi mendekati +1,00 (atau -1,00) akan diperoleh; jika dua variable tidak mempunyai hubungan, maka suatu koefesien mendekat 0,00 akan ditemukan. Semakin tinggi hubungan dua variabel, semakin akurat prediksi yang didasarkan pada hubungan tersebut. Sementara untuk hubungan yang agak sempurna, sejumlah variabel cukup memadai untuk membolehkan prediksi yang bermanfaat (Gay, 1981:184)
Penelitian korelasional tidak memerlukan sampel yang besar. Diasumsikan jika ada pertalian, maka akan merupakan bukti bahwa sampel yang digunakan adalah mewakili populasi yang diselidiki dan instrumen yang digunakan dapat dipercaya dan sahih. Oleh karena itu, yang sangat penting dalam dalam penelitian ini adalah memilih dan mengembangkan instrumen. Hubungan atau pertalian secara signifikan dapat diperoleh bila instrumen yang digunakan reliable dan valid dalam mengukur variabelvariabel yang diselidiki (Emzir, 2010
Dalam penelitian korelasional harus dikumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari sebuah sampel peserta, lalu dihitung hubungan antara perangkatperangkat tersebut. Misalnya, seorang peneliti hendak menguji hepotesis tentang hubungan antara kreativitas dan kemampuan mental antara sampel mahasiswa, kemudian nilai dari dua variabel tersebut dikumpulkan, lalu dihitung korelasi koefesien antara dua perangkat itu.
Sebelum mengakhiri pembahasan ini, penulis ingin mengajak pembaca membahas sedikit tentang penelitian survey. Menurut Zechmester (2000), penelitian survey mengilustrasikan prinsip-prinsip penelitian korelasional dan melengkapinya
5
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
untuk menggambarkan atau mendiskripsikan fenomena dengan jenis analisisnya deskriptif kuantitatif, 2) penelitian untuk menghubungkan antar variabel, analisisnya adalah analisis korelasional, dan 3) penelitian untuk membedakan atau menemukan perbedaan diantara berbagai variabel penelitian, maka jenis analisisnya adalah analisis komparatif.
dengan cara yang tepat dan efektif untuk mendeskripsikan pemikiran, pendapat, dan perasaan orang. Berbagai survey berbeda dalam tujuan dan ruang lingkup, tetapi secara umum semuanya melibatkan sampling. Hasil yang diperoleh untuk suatu sampel yang dipilih secara hati-hati dipergunakan untuk mendes- kripsikan seluruh populasi objek penelitian yang menarik perhatian. Survey juga melibatkan penggunaan suatu set pertanyaan awal yang pada umumnya berbentuk kuesioner.
Sedangkan Tuckman, B.W. . Dala uku a Conducting Educational Research” mengelompokkan beberapa teknik analisis statistik inferensial berdasarkan tujuan penelitian dan pendekatan dalam statistik inferensial, sebagaimana dalam tabel 2 berikut:
Dengan demikian, jika digabungkan antara pandangan Zechmester (2000) pada alinea sebelumnya dengan pendapat Gay (1981:182) di awal pembahasan yang menyatakan bahwa penelitian korelasional kadang-kadang diperlakukan sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan sebuah kondisi yang telah ada. Maka dapat disimpulkan bahwa berbagai macam dan jenis penelitian dapat dikategorisasikan ke dalam penelitian deskriptif jika tujuan utama dari penelitian tersebut adalah mendeskripsikan.
Pendekatan dalam
Tujuan penelitian
Statistik inferensial
Kiranya, untuk mengakhiri pembahasan dalam bagian ini, penulis perlu menukil kembali tentang taksonomi pemecahan masalah dalam penelitian sebagaimana yang diungkapkan oleh Dwiyogo (2010: 13/10/) yaitu: tujuan akhir penelitian adalah untuk menarik kesimpulan, untuk membuat keputusan, untuk menghasilkan produk, dan untuk mengadakan perbaikan. Sedangkan jika dilihat dari jenis analisis datanya, maka penelitian itu dapat dikategorikan sebagai 1) penelitian
Menguji Perbedaan
Statistik parametric
Menguji Hubungan Korelasi product moment
Statistik NonParametrik
Korelasi parsial Regresi Analisis Faktor Analisis Kanonik Korelasi tata jenjang Spearmen
ANAVA ANAKOVA MANOVA MANACOVA Chi Kuadrat
Korelasi tata jenjang Kendall Korelasi biserial Korelasi Point Biserial Korelasi tetrachoric Korelasi Kontingency Koefesien Phi Koefesien Cramer
Tes Kolmogorovsmirnov Tes McNemar Tes Wilcoxon
Uji-t students
Tes U Mann-Whitney Tes Wald Wolffowitz Tes Q Cohran ANAVA Friedman Kruskal Walls
Tabel 2. Diadopsi dari Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research.
6
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
B.
atau pertambahan pada variabel X akan diikuti dengan penurunan atau pengurangan pada variabel Y. misalnya, makin meningkatnya kesadaran hokum di kalangan masyarakat diikuti dengan makin menurunnya angka kejahatan atau angka pelanggaran; makin giat berlatih makinsedikit kesalahan yang diperbuat oleh seseorang; makin kurang dihayati ajaran agama oleh para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya frekwensi kenakalan remaja; atau sebaliknya. Pernyataan tersebut dapat dibuatkan bagan seperti berikut:
ARAH, PETA, DAN ANGKA KORELASI Untuk memberikan gambaran yang utuh mengenai penelitian korelasional, maka perlu juga dibahas hal-hal yang berkaitan dengan jenis penelitian ini. 1. Arah Korelasi Hubungan antar variabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: hubungan yang sifatnya satu arah, dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang bersifat searah diberi nama korelasi positif, sedangan hubungan yang sifatnya berlawanan arah disebut korelasi negatif (Borg & Gall, 1989) Disebut korelasi positif jika dua variabel atau lebih yang berkorelasi berjalan parallel; artinya bahwa hubungan tersebut menunjukkan arah yang sama. Misalnya, apabila variabel X mengalami kenaikan atau pertambahan, akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan pada variabel Y, atau sebaliknya. Contohnya, kenaikan harga BBM diikuti dengan kenaikan ongkos angkutan; sebaliknya jika harga BBM rendah, maka ongkos angkutan pun murah (rendah). Dalam bidang pendidikan misalnya, terdapat relasi positif antara nilai hasil belajar Matematika dan nilai hasil belajar Fisika, Kimia, dan Biologi.
Korelasi Positif
Korelasi Negatif
VX VY VX VY
VX VY VX VY
2. Peta Korelasi Arah hubungan variabel yang dicari korelasinya, dapat diamati melalui sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan istilah Peta Korelasi. Dalam peta korelasi itu dapat dilihat pencaran titik atau moment dari variabel yang sedang dicari korelasinya. Karena itu peta korelasi juga disebut Scatter Diagram (Diagram Pencaran Titik) Borg & Gall dalam Sudijono (2003) dan Arikunto (2006), mendiskripsikan ciri-ciri yang yang terkandung dalam peta korelasi, yaitu:
Disebut korelasi negatif jika dua variabel atau lebih yang berkorelasi itu berjalan dengan arah yang berlawanan, bertentangan atau berbalikan. Hal ini berarti bahwa kenaikan
7
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
a. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi positif maksimal, atau korelasi positif tertinggi atau korelasi positif sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu bua garis lurus yang condong kearah kanan (apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain), seperti diagram berikut:
Diagram 2: Korelasi Negatif Maksimal Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10 9 8 7 6 5 4
Diagram 1.
3 2
Korelasi Positif Maksimal
1 Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
10
10
X
9 8
c. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif yang tinggi atau kuat, maka ada peta korelasi pencaran titiknya sedikit mulai menjauh garis linier, yaitu titik tersebut terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut, dengan kecondongan kearah kanan, seperti dalam diagram 3 berikut:
7 6 5 4 3 2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X
Diagram 3: Korelasi Positif Tinggi
b. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi negatif maksimal, atau korelasi negatif tertinggi atau korelasi negatif sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu bua garis lurus yang condong kearah kiri (apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain), seperti gambar berikut:
7
Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8
X
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
d. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi negatif yang tinggi atau kuat, maka ada peta korelasi pencaran titiknya sedikit mulai menjauh garis linier, yaitu titik tersebut terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut, dengan kecondongan kearah kiri, seperti dalam diagram 4 berikut:
Diagram 5: Korelasi Positif Lemah Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10 9 8 7 6 5 4 3 2
Diagram 4:
1 0
Korelasi Negatif Tinggi Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
X
Diagram 6: Korelasi Negatif Lemah
10
10 Y
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10
8
9
7
8 6 7 5
6
4
5
3 2
4 3
1
2
0
1 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
X
3. Angka Korelasi
e. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif maupun negatif dikatakan sebagai korelasi yang cukup atau sedang dan korelasi rendah atau lemah, maka pencaran titik pada peta korelasi itu semakin jauh tersebar/menjauhi garis linier, sebagaimana diagram berikut:
Tinggi rendah, kuat lemah atau besar kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefesien) yang disebut Angka Indeks Korelasi atau Coeffesient of Correlation. Jadi Angka Indeks Korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar
9
X
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
yang dicari korelasinya. Jadi angka korelasi itu bukanlah angka yang bersifat eksak, atau angka yang merupakan ukuran pada skala linier yang memiliki unit-unit yang sama besar, sebagaimana yang terdapat pada mistar pengukur panjang (mistar penggaris).
kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang diselidiki korelasinya. Angka korelasi biasanya diberi lambang dengan huruf tertentu; misalnya rxy sebagai lambang koefesien korelasi pada teknik korelasi product moment, p (baca Rho) sebagai lambang koefesien korelasi pada teknik (baca Phi) korelasi tata jenjang sebagai lambang koefesien korelasi pada teknik korelasi Phi, C atau KK sebagai lambang koefesien korelasi pada teknik korelasi Kontingensi, dan lain-lain.
Misalnya, angka korelasi antara variabel X dana variabel Y = 0,75 (rxy = 0,75), sedangkan korelasi antara variabel Y dan variabel Z = 0,25 (ryz = 0,25). Disini kita tidak dapat menyatakan bahwa: rxy = 3 kali lipatnya rxz atau menyatakan bahwa ryz = 1/3 nya rxy.
Angka korelasi itu besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai dengan + 1,00; artinya bahwa angka korelasi itu paling tinggi adalah +1,00 dan paling rendah adalah 0. Jika dalam perhitungan diperoleh angka korelasi lebih dari 1,00 hal itu merupakan petunjuk bahwa dalam perhitungan tersebut telah terjadi kesalahan.
C.
PROSES DASAR KORELASIONAL
PENELITIAN
Menurut Gay (1981) studi hubungan dan studi prediksi mempunyai karakteristik unik yang membedakan keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih lanjut ia menjelaskan prosedur dasar penelitian korelasional yang meliputi: Pemilihan Masalah, sampel dan pemilihan instrument, desain dan prosedur, dan teknik analisa data serta interpretasi. Kesemuanya dijelaskan sebagai berikut:
Korelasi antara variabel X dan variabel Y disebut korelasi positif apabila angka indeks erta da plus ; isal a: rxy = + 0,235; rxy = + 0,751 dan sebagainya. Sebaliknya apabila angka indeks korelasi antara variabel X dan aria el Y erta da i us , aka korelasi yang demikian disebut korelasi negatif; misalnya: rxy = 115; rxy = - 0,587
1. Pemilihan Masalah Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penalaran deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman. Contoh masalah penelitian korelasional
Antara variabel X dan variabel Y dikatakan tidak ada hubungannya jika angka indeks korelasinya = 0. Angka indeks korelasi yang diperoleh dari proses perhitungan itu sifatnya relative, yaitu angka yang fungsinya melambangkan indeks hubungan antar variabel
10
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
mengukur variabel yang diinginkan, koefesien yag dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan.
Judul penelitian: Kualitas pelayanan Karyawan Ad i istrasi Akade ik di PT A Masalah Penelitian:
Sebagai contoh; Seorang peneliti ingin menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar fisika. Jika dia memilih dan menggunakan tes keterampilan berhitung yang valid dan reliable serta tes hasil belajar fisika yang juga valid dan reliabel, koefesien korelasi yang dihasilkan tidak akan menjadi estimasi akurat dari hubungan yang diinginkan. Hal ini dikarenakan keterampilan berhitung hanya merupakan satu jenis hasil belajar matematika; koefesien korelasi yang dihasilkan akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar fisika dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan instrument yang valid dan reliable harus diperhitungan dengan hati-hati untuk tujuan penelitian tersebut.
a. Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayanan karyawan? b. Apakah terdapat hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan karyawan? c. Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan? Dari beberapa contoh pertanyaan diatas jelaslah bahwa pemilihan masalah dalam penelitian korelasional harus menggambarkan hubungan antara satu atau lebih variabel (Variabel Independen) dengan variabel yang lain (Variabel Dependen)
3. Desain dan Prosedur 2. Sampel dan Pemilihan Instrumen Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefesien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan /derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang komplek, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi korelasional.
Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliable terhadap variabel yang akan diteliti. Jika variabel yang tidak memadai dikumpulkan, koefesien korelasi yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata
11
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
Korelasi tata Analisis Faktor jenjang Kendall Korelasi biserial Korelasi Kanonikal Korelasi Point Biserial Korelasi tetrachoric Korelasi Kontingency Korelasi Koefesien Phi Korelasi Koefesien Cramer Korelasi Rasio
4. Teknik Analisis Korelasional Teknik analisa korelasional ialah teknik analisa statistik mengenai hubungan antar dua variabel atau lebih. Adapun tujuan analisis adalah: a. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang benarr antara variabel yang satu dengan variabel yang lain terdapat hubungan atau korelasi.
Pengembangan oleh penulis dari Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research. New York: Harcout Brace Jovanovich, Publisher
b. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika memang ada hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan ataukah lemah
Teknik korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, sedangkan efek variabel ketiga ditekan. Teknik korelasi ganda digunakan untuk menentukan hubungan antara satu variabel bebas dengan beberapa variabel bebas yang telah digabung. Teknik korelasi kanonikal digunakan apabila variabel terikatnya terdiri atas sub-sub variabel. Teknik analisis factor digunakan untuk mengelompokkan sejumlah variabel menjadi beberapa kelompok atau variabel baru (Suryabrata, 1998) dan Sudijono (2003).
c. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematis), apakah hubuungan antar variabel itu perupakan hubungan yang berarti atau meyakinkan (signifikan) ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak meyakinkan. Teknik analisa korelasional – sebagaimana yang telah sedikit diungkap di atas - dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Teknik analisa Korelasional Bivariat dan Teknik Analisa Multivariat. Sebagaimana dalam tabel berikut:
5. Proses Analisis Interpretasi
Tabel 3: pembagian teknik analisa Korelasional Teknik Analisa Korelasi Bivariat Korelasi product moment Korelasi tata jenjang Spearmen
dan
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefesien korelasi. Suatu koefesien korelasi disimbolkan dengan angka decimal, antara 0,00 dan +1,00, atau –0,00 dan –1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan
Teknik Analisa Korelasi Multivariat Korelasi parsial Korelasi Ganda
Data
Regresi
12
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan. Keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan.
dua variabel. Jika koefesien mendekati +1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel lain. Dan seseorang dengan skor rendah pada satu variabel akan memiliki skor yang rendah pada sutau variabel yang lain. Suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan /diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefesien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain.
Jadi, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, seorang peneliti tidak diperkenankan untuk secara langsung menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi dapat dikatakan bahwa secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. Sementara untuk menentukan signifikansi statistik maka harus dikonsultasikan pada tabel yang dapat mengatakan tentang sebeberapa besar koefesien yang diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas dan ukuran sampel yang diberikan.
Jika koefesien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor rendah pada variabel lain. Peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya (Gay,1981)
Untuk level probabilitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefesien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecil dilibatkan. Secara umum, memiliki lebih banyak bukti dalam koefesien yang didasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek.
Menurut Emzir (2010), Interpretasi suatu koefesien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan kata lain seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefesien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefesien yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan sutau hubungan
Contoh, pada level Bukti 95%, dengan 10 kasus, seorang peneliti akan memerlukan sekurangnya koefesien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; di pihak lain, dengan 102 kasus, seorang peneliti hanya memerlukan koefesien 0,1946. Konsep ini berarti bahwa seorang peneliti memperhatikan kasus tersebut ketika dia akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan
13
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
yang karenanya sering disebut dengan istilah Teknik Korelasi Pearson. Sedangkan disebut Product Moment Correlation karena koefesien korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari momentmoment variabel yang dikorelasikan (Product of the moment).
tanpa memperhatikan seberapa kecil koefesien korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat koefesien yang benar antara variabel untuk populasi tersebut. Ketika penginterpretasian suatu koefesien korelasi dilakukan, peneliti harus selalu ingat bahwa dia hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab akibat (Causal Correlation). Koefesien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubungan sebab akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu sering menjadi pemicu untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan yang lain. Dalam kenyataannya, itu hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut. (Emzir,2010:46).
D.
APLIKASI TEKNIK KORELASIONAL
Teknik ini digunakan ketika berhadapan dengan kenyataan seperti; variabel yang dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat continue, sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen atau mendekati homogeny, dan regresinya merupakan regresi linier. Adapun lambang yang digu aka adalah r da a gka indeksnya dengan huruf kecil dari huruf-huruf yang dipergunakan dalam variabel-variabel. Misalnya variabel X dan variabel Y, maka angka indeks korelasinya diberi lambang rxy. Sementara untuk memberikan interpretasi terhadap A gka I deks korelsi r Product Moment ini adalah 1) dengan cara sederhana (kasar) dan 2) dengan jalan berkonsultasi pada tabel Nilai r Produ t Mo e t.
ANALISA
Di atas telah disinggung sedikit mengenai beberapa teknik analisa korelasional baik yang berupa bivariat maupun yang multivariate. Dalam pembahasan di sub bab ini hanya akan diKorelasi Tata Jenjang, dan Korelasi Point Biserial.
Dengan cara sederhana dapat digunakan pedoman atau ancerancer sebagai berikut: Besar a r product Moment (rxy)
1. Korelasi Product Moment Product Moment Correlation atau Product of the Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson,
0,00 – 0,20
14
Interpretasi
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
0,20 – 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 0,90
0,90 – 1,00
diabaikan (dianggap tidak ada korelasi Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi yang lemah atau rendah Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi yang sedang atau cukup Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi yang kuat atau tinggi Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
18 19 20
a. Membuat hipotesa Ha (hipotesa alternative) dan Ho (hipotesa Nihil (Nul)); Contoh hipotesanya: Ha:
Ada terdapat korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X dan variabel Y
Ho: Tidak ada tidak terdapat korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X dan variabel Y
Banyaknya variabel yang dikorelasikan 2 Harga r pada taraf signifikansi 5% 1% 0,997 0,950 0,878 0,811 0,754 0,707 0,666 0,632 0,602 0,576 0,553 0,532 0,514 0,497 0,482 0,468 0,456
0,561 0,549 0,537
Apabila cara ke dua ini yang ditempuh, maka prosedur yang harus dilalui secara berturut-turut adalah:
Cara kedua adalah dengan e gko sultasika pada ta el r , berikut ini tabelnya. df. (degrees of freedom) Atau db (derajat bebas) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
0,444 0,433 0,423
b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan Tujuannya untuk mengetahui kebenaran apakah Ha atau Ho dengan jalan e a di gka esar a r yang telah diperoleh dalam proses perhitu ga atau r observasi (ro) dengan besarnya r a g ter a tu dala ta el Nilai r Product Moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang rumusnya adalah:
1,000 0,990 0,950 0,917 0,874 0,834 0,798 0,765 0,735 0,708 0,684 0,661 0,641 0,623 0,606 0,590 0,575
df = N – nr
15
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
terhadap Mean Groupnya (My); kolom 6 memuat hasil perkalian antara deviasi x (yaitu x2) dan kolom 8 memuat hasil pengkuaadratan deviasi y (yaitu y2).
df = degrees of freedom N = Number of class nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya r a g ter a tu dala ta el ilai r Produ t Mo e t, aik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Jika ro sama dengan atau lebih besar dari pad art maka Hipotesa alternative (Ha) diterima berarti memang benar antara variabel X dan variabel Y ada hubungan yang signifikan, dan sebaliknya Ho ditolak
1) Menghitung Mean dari variabel X (yaitu Mx) dengan menggunakan rumus :
2) Menghitung Mean dari variabel Y (yaitu My) dengan menggunakan rumus:
Selanjutnya adalah menghitung dan memberikan intepretasi terhadap angka indeks korelasi r Product Moment. a. Rumus Apabila dalam mencari a gka i deks korelasi r , perhitungannya didasarkan pada Deviasi Standar dari data yang sedang dicari korelasinya maka rumusnya adalah
rxy =
3) Menghitung Deviasi Standar variabel X (yaitu SDx) dengan menggunakan rumus:
∑
SDx =
N.SDx.SDy 4) Menghitung Deviasi Standar variabel Y (yaitu SDy) dengan menggunakan rumus:
b. Langkah-langkah Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan, yang terdiri dari delapan kolom. Pada kolom 1 dimuat Subjek Penelitian; kolom 2 memuat skor variabel X; kolom 3 memuat skor Y; kolom 4 memuat deviasi sekor variabel X terhadap Mean Groupnya (Mx); Kolom 5 memuat deviasi skor variabel Y
SDy =
16
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
5) Menghitung angka Indeks Korelasi antara variabel X dan variabel Y (yaitu rxy), dengan menggunakan rumus:
Rho xy = 1 -
rxy =
Artinya : Rho xy = koefesien korelasi tata jenjang
Adapun untuk menentukan koefesien korelasi, terdapat tiga macam, sebagaimana tertian di bawah ini:
D
= Difference. Sering digunakan juga B singkatan dari Beda. D adalah beda antara jenjang setiap
1) Rumus 1 rxy=
subjek N
= Banyaknya subjek
2) Rumus 2 3. Point Bisereal Correlation Point Bisereal Correlation atau korelasi point biserial digunakan apabila kita hendak mengetahui korelasi antara dua variabel, yang satu berbentuk variabel kontinu, sedang yang lain variabel diskrit murni. Misalnya ingin mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan inteligensi, kemampuan berpidato atau prestasi belajar.
rxy=
3) Rumus 3
rxy=
Hasil perhitungan dengan korelasi point biserial dapat diko sultasika ke ta el r hasil korelasi product Moment. Rumusnya adalah sebagai berikut:
2. Korelasi Tata jenjang Korelasi tata jenjang yang disebut dalam istilah bahasa inggris Rank Difference Correlation atau Rank-Order Correlation, digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang. Teknik ini menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Spearmen, sebagai berikut:
rpbis =
17
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
E.
interpersonal, dan berfikir mekanik
CONTOH Sekali lagi untuk memberikan ganbaran yang utuh tentang pembahasan penelitian korelasional, maka penulis sengaja melengkapinya dengan 2 (dua) contoh hasil penelitian disertasi. Contoh penelitian disertasi diambil rangkum dari hasil karya Rusmini (2003) dan Tjut Afrida (2006)
kemampuan
4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan penyusunan kerangka berfikir tentang asumsi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara terpisah maupun secara bersama-sama, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Contoh 1: 1. Judul Penelitian
a) Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayanan
Kualitas Pelayanan Karyawan administrasi akademik Di Perguruan Tinggi A. 2. Masalah Penelitian
b) Terdapat hubungan positif antara komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan
a) Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayanan karyawan?
c) Terdapat hubungan positif antara kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan
b) Apakah terdapat hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan karyawan?
d) Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan
c) Apakah terdapat hubungan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan?
5. Metodologi Penelitian
d) Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan karyawan)
Penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan korelasional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan administrasi akademik (X1), komunikasi interpersonal (X2), dan kemampuan berfikir mekanik (X3). Sementara itu variabel terikatnya adalah kualitas pelayanan (Y).
3. Kajian Teoritis Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabel-variabel penelitian yang meliputi kualitas pelayanan, pengetahuan administrasi akademik, komunikasi
Penelitian ini dilakukan di Politeknik Kesehatan Jakarta II dengan unit analisis karyawan administrasi akademik. Penelitian
18
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
b) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan
ini dilakukan mulai dari bulan Januari sampai dengan Juli 2003. Pengambilan sampel sebanyak 60 karyawan dilakukan dengan metode random dari populasi karyawan administrasi akademik di Politeknik Kesehatan Jakarta II yang berjumlah 121 orang dengan tingkat pendidikan SMA.
c) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan d) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari keempat variabel adalah daftar pernyataan dan pertanyaan. Kualitas pelayanan karyawan sebagai variabel terikat didasarkan pada penilaian mahasiswa, dengan cara masing-masing karyawan dinilai oleh tiga orang mahasiswa (rater). Rater dipilih secara acak sederhana. Skor kualitas pelayanan karyawan diperoleh berdasarkan skor rata-rata dari ketiga penilai.
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan karyawan di Politeknik Kesehatan Jakarta II dapat ditingkatan dengan mengembangkan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan berfikir mekanik (Rusmini, 2003)
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi sederhana dan jamak, korelasi sederhana dan jamak, dan korelasi parsial. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis , terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
Contoh 2: Contoh ini diringkaskan dari hasil penelitian disertasi Tjut Afrida dalam bidang Manajemen Penelitian pada tahun 2006, dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis) 1. Judul Penelitian
6. Hasil Penelitian
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kemampuan Manajerial, dan Kepemimpinan terhadap Efektifitas Kerja Kepala Sekolah SMA Negeri Se-Provinsi Banten
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitan, maka didapatkan temuan penelitian sebagai berikut:
2. Masalah Penelitian
a) Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas pelayanan
a) Apakah emosional langsung efektifitas sekolah?
19
kecerdasan berpengaruh terhadap kerja kepala
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
b) Apakah Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan?
c)
Kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah?
c) Apakah manajerial langsung efektifitas sekolah?
d)
Kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan?
e)
Kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah?
kemampuan berpengaruh terhadap kerja kepala
d) Apakah kemampuan manajerial berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan?
5. Metodologi Penelitian
e) Apakah kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah?
Tujuan penelitian ini adalah a) mengkaji pengaruh kecerdasan emosional, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan terhadap efektifitas kerja kepala sekolah dan b) mengkaji tingkat pengaruh kecerdasan emosional, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan terhadap efektifitas kerja kepala sekolah
3. Kajian Teoritis Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabel penelitian yang meliputi: efektitas kerja kepala sekolah, kecerdasan emosional, kemampuan manajerial, dan kepemimpinan.
Tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri SeProvinsi Banten pada Bulan Desember 2005 – 2006
4. Pengajuan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir yang telah didiskripsikan, peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: a)
Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah?
b)
Kecerdasan emosional berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan?
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik analisis jalur (path analysis), dengan model penelitian sebagai berikut:
20
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
Kecerdasan Emosional (X1)
Kepemimpinan (X3)
Efektifitas Kerja (X4)
Efektifitas Kerja (X4)
Kemampuan manajeria (X2)
Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh kepala SMA seProvinsi banten, dengan sampel 30 kepala sekolah yang diambil secara acak (5 kepala sekolah untuk sampel uji coba instrument dan 25 kepala sekolah sebagai sampel yang sesungguhnya.
6. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan halhal sebagai berikut: a. Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 2, 28% dengan nilai koefesien jalur 0,1511.
Untuk mengukur variabel, peneliti menggunakan kuesioner untuk efektifitas kerja kepala sekolah dan kepemimpinan. Untuk kecerdasan emosional dan kemampuan manajerial digunakan tes.
b. Kecerdasan emosional (X1) berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan (X3) sebesar 30,36% dengan nilai koefesien jalur 0,2730.
Hipotesis statistic a. H0 :
41
=0
H1 :
41
>0
b. H0 :
31
=0
H1 :
c. Kemampuan manajerial (X2) berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 1,59% dengan nilai koefesien 0,1260. d. Kemampuan manajerial (X2) berpengaruh langsung terhadap kepemimpinan (X3) sebesar 7,5% dengan nilai koefesien jalur sebesar 0,2730.
31 > 0
c. H0 :
42
=0
H1 :
42
>0
d. H0 :
32
=0
H1 :
32
>0
e. H0 :
43
=0
H1 :
43
>0
e. Kepemimpinan (X3) berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja kepala sekolah (X4) sebesar 1,80% dengan nilai koefesien jalur sebesar 0,1343
21
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
korelasinya, dapat diamati melalui sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan istilah Peta Korelasi. Dalam peta korelasi itu dapat dilihat pencaran titik atau moment dari variabel yang sedang dicari korelasinya. Karena itu peta korelasi juga disebut Scatter Diagram (Diagram Pencaran Titik). Jadi Angka Indeks Korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang diselidiki korelasinya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa variabel eksogenus kecerdasan emosional dan kemampuan manjerial berpengaruh langsung terhadap variabel kepemimpinan sebagai variabel endogenus pertama dan menjadi variabel eksogenus ketiga terhadap variabel endogenus efektifitas kerja kepala sekolah. Dilihat dari kekuatan pengaruh, ternyata persentase pengaruh variabel kecerdasan emosional lebih besar dari pada persentase pengaruh variabel kemampuan manajerial terhadap variabel endogenus kepemimpinan dan efektifitas kerja kepala sekolah. Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional lebih dominan memengaruhi efektifitas kerja kepala sekolah dibandingkan kemampuan manajerial dan kepemimpinan.
KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan tersebut di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan, sebagai berikut: 1.
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.
2.
Hubungan antar variabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: hubungan yang sifatnya satu arah, dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang bersifat searah diberi nama korelasi positif, sedangan hubungan yang sifatnya berlawanan arah disebut korelasi negative. Arah hubungan variabel yang dicari
22
3.
Prosedur dasar penelitian korelasional meliputi: Pemilihan Masalah, sampel dan pemilihan instrument, desain dan prosedur, dan teknik analisa data serta interpretasi.
4.
Macam-macam penelitian korelasional terbagi menjadi dua golongan, yaitu Teknik Analisa Korelasional Bivariat dan Teknik Analisa Multivariat.
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 5 Nomor 1 Juni 2011
Kesehatan Jakarta (200 . Sinopsis Disertasi. Jakarta: PPS UNJ.
DAFTAR PUSTAKA Afrida, Tjut. . Pe garuh Ke erdsasa Emosional, Kemampuan Manajerial, dan Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja Kepala Sekolah SMA Negeri sePro i si a te , . Disertasi. Jakarta: PPS UNJ
Seville, Consuelo G., Ochave, Jesus A., Punsulam, Twila G., Regela, Bella P., & Uriarte, Gabriel G,. 1998. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan praktis. Jakarta: Rhineka Cipta
Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Borg & Gall. 1979. Educational Research. Edisi ke . Ne York: Lo g a ’s Green &co.
Tabachnick, Babara & Fidell, Linda S. 1983. Using Multivariate Statistic. New York: Harper & row Publisher, Cambridge, Philadelphia
Arikunto,
Dillon, William R,. & Goldstein, Matthew. 1984. Multivariate Data Analysis; Methods and Aplication. Canada: Jhon Wiley & Sons, Inc. Emzir.
Tuckman,
2008. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Wiersma, William. 1991. Research Methods in Education: An Introduction. Boston: Allyn and Bacon Zechmeister & Shaughnessy. 2000. Research Methods in Psychology, 5/e Chapter 4: Correlational Research: Surveys. (Online Learning Center). http://www.mhhe.com/socscie nce/psychology/shaugh/ch04_s ummary.html.
Fox, David J. 1979. The Research Process in Education. New York: Heider and Heider. Gay, L. R. & Airasian, Peter. 2000. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. London: PrenticeHall International (UK) ltd. Gay, L. R. 1981. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. Colombus: Charles E. Merril Publishing Company. Hair, Joseph F., Anderson, Tatham, & Black. 1998. Multivariate Analysis. Fifth edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Rus i i.
B.W. 1978. Conducting Educational Research. New York: Harcout Brace Jovanovich, Publisher
. Kualitaas Pela a a Karyawan Administrasi Akademik: Survey di Politeknik
23