BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan pada periode tertentu, dan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari: neraca, laba rugi, perubahan modal, arus kas. Fungsi laporan keuangan menurut Mustafa (2013) memiliki persamaan definisi dengan Kegunaan Informasi Akuntansi. Jika kita ingin memilah secara detail dan terperinci maka Fungsi Laporan keuangan atau manfaat informasi akuntansi dapat di bagi menjadi: a. Menyusun perencanaan kegiatan perusahaan b. Mengendalikan perusahaan c. Dasar pembuatan keputusan dalam perusahaan d. Pertimbangan dan pertanggung jawaban pada pihak ekstern.
Menurut Hema (2013) pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:
9
10
a. Investor Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok lain yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka
juga
tertarik
dengan
informasi
yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja, dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman,
11
kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah
dan
berbagai
lembaga
yang
berada
di
bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan
(trend)
dan
perkembangan
terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Berikut ini adalah lima prinsip dasar akuntansi (Accounting Pinciple) yang bisa menjadi pedoman saat membuat laporan keuangan:
12
a. Prinsip Biaya Historis (Historis Cost Principle) Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal, dan biaya. Data ini diambil dari catatan laporan aktiva, hutang, modal dan biaya. b. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle) Prinsip pengakuan pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh peruahaan. c. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle) Yang dimaksud prinsip mempertemukan adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini
berguna
untuk
menentukan
besarnya
penghasilan
bersih
perusahaan. d. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle) Konsistensi dari tahun ke tahun dalam proses akuntansi, agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. e. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle) Yang dimaksud dengan pengungkapan penuh adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan (Guritno, 2014).
Laporan keuangan disusun menggunakan dasar akrual untuk memenuhi tujuannya. Dasar akrual menjelaskan bahwa transaksi dicatat
13
saat kejadian (tidak pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan (Hema, 2013). Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif pokok, yaitu: a. Dapat dipahami Informasi akuntansi harus cukup transparan sehingga masuk akal bagi pemakai informasi. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bisnis, aktivitas ekonomi dan akuntansi, serta bersedia mempelajari informasi dengan tekun. b. Relevansi Informasi harus mampu menyajikan perbedaan bagi pembuat keputusan, yang memiliki nilai prediktif atau umpan balik. Tingkat relevansi dapat dipengaruhi oleh sifat dan materialitas informasi. Materialitas berarti bahwa informasi harus cukup penting bagi pemakai, sehingga jika diabaikan dinyatakan secara salah, hal tersebut akan membuat keputusan yang diambil pemakai menjadi berbeda. Materialitas tergantung pada ukuran pos atau kesalahan yang dinilai pada situasi tertentu akibat pengabaian atau salah saji. c. Reliabilitas Informasi dianggap dapat diandalkan jika lengkap, bebas dari kesalahan atau bias yang material, terpercaya, dan dapat diharapkan untuk merepresentasikan secara wajar substansi ekonomi dari
14
peristiwa atau transaksi yang mendasari (tanpa memandang bentuk hukum peristiwa atau transaksi tersebut).
d. Komparabilitas Para pemakai biasanya membandingkan laporan keuangan entitas selama suatu periode waktu untuk mengidentifikasi tren dalam posisi dan kinerja keuangannya. Jadi, sangatlah penting bahwa dasar penyusunan dan penyajian harus tetap dapat dibandingkan sepanjang waktu. Komparabilitas bukan berarti keseragaman, atau terus menggunakan prinsip dan kebijakan akuntansi yang sama apabila tersedia alternatif yang lebih relevan dan dapat diandalkan.
Pengungkapan laporan keuangan merupakan suatu media pertanggungjawaban perusahaan kepada investor yang berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan alokasi sumber daya ke usahausaha yang paling produktif. Menurut Andy (2009) yang dikutip dari Hendrikson dan Brenda (2002) menyatakan bahwa pengungkapan dalam pelaporan keuangan dapat didefinisikan sebagai penyajian informasi yang diperlukan untuk mencapai operasi yang optimum di pasar modal yang efisien. Hal ini menyiratkan bahwa harus disajikan informasi yang cukup agar memungkinkan diprediksinya kecenderungan (trend) dividen masa depan serta variabilitas dan kovariabilitas imbalan masa depan
15
dalam pasar tersebut. Adapun tujuan pengungkapan yaitu sebagai berikut: a. Menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan, b. Menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut, c. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui, d. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun, e. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang, dan f. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.
Pengungkapan
melibatkan
keseluruhan
proses
pelaporan
keuangan. Pemilihan metode pengungkapan yang terbaik dalam setiap kasus tergantung pada sifat informasi dan kepentingan relatifnya. Metode-metode pengungkapan dapat diklasifikasikan sebagai berkut:
16
a. Bentuk dan Susunan Laporan Formal Informasi yang paling signifikan dan relevan harus selalu tampil dalam tubuh utama satu atau lebih laporan keuangan jika memang memungkinkan untuk mencantumkannya di sana. Aktiva dan kewajiban serta dampak yang ditimbulkan pada laba bersih, dan ekuitas pemegang saham harus diungkapkan dalam laporan begitu transaksi dan, perubahan lainnya dapat diukur dengan handal dan dengan derajat akurasi yang wajar. Tetapi bentuk dan susunan laporan dapat diubah secara efektif untuk menampilkan jenis informasi tertentu yang tidak dengan mudah diungkapkan dengan laporan tradisional. b. Terminologi dan Penyajian yang Terinci Deskripsi yang digunakan dalam laporan serta jumlah rincian yang diperlihatkan merupakan faktor penting dalam pengungkapan. Karena terbatasnya rentang perhatian dan pemahaman manusia, data akuntansi harus diikhtisarkan agar berarti dan berguna. Pemilihan seberapa banyak informasi yang harus disajikan dan penentuan pospos mana yang harus disajikan secara terpisah tergantung pada tujuan laporan dan materialitas pos tersebut. c. Informasi Parentesis Informasi yang paling signifikan harus disajikan dalam tubuh laporan keuangan, bukan dalam catatan kaki atau daftar pelengkap. Jika judul pos-pos dalam laporan tidak dapat dibuat benar-benar deskriptif tanpa
17
menjadi terlalu panjang, penjelasan atau definisi tambahan dapat disajikan sebagai catatan parentesis (“dalam tanda kurung”) setelah judul dalam laporan tersebut. Akan tetapi, catatan ini tidak boleh panjang atau akan mengganggu data utama yang diikhtisarkan di dalam laporan. d. Catatan Kaki Tujuan catatan kaki dalam laporan keuangan haruslah untuk mengungkapkan informasi yang tidak dapat disajikan secara memadai dalam tubuh suatu laporan tanpa mengurangi kejelasan laporan. Catatan kaki tidak boleh digunakan sebagai pengganti klasifikasi atau penilaian dan deskriptif yang semestinya di dalam laporan, juga tidak boleh berkontradiksi atau mengulang informasi di dalam laporan. e. Laporan dan Daftar Pelengkap Laporan pelengkap menjelaskan fungsi yang berbeda dengan daftar pelengkap. Biasanya laporan pelengkap menyajikan informasi tambahan atau informasi yang disusun dalam gaya yang berbeda, dan bukan informasi yang lebih terinci. Laporan pelengkap ini dapat digunakan sebagai metode untuk mengembangkan dan bereksperimen dengan peraga dan laporan baru. f. Komentar dalam Laporan Auditor Laporan auditor bukanlah tempat untuk mengungkapkan informasi keuangan yang signifikan mengenai perusahaan. Tetapi laporan ini
18
memang berfungsi sebagai metode untuk mengungkapkan jenis-jenis informasi. g. Surat Direktur Utama atau Ketua Dewan Komisaris Dalam pembahasan ini laporan keuangan formal dengan catatan kaki serta daftar dan laporan pelengkap dan sertifikat auditor melengkapi laporan keuangan akuntan. Semua data keuangan yang relevan dan signifikan harus tampak dalam laporan ini. Akan tetapi, pengkajian signifikansi informasi ini paling baik disajikan dalam bentuk naratif oleh manajemen sendiri.
2.2
Kecurangan Kecurangan (fraud) adalah tindakan ilegal yang dilakukan satu orang atau sekelompok orang secara sengaja atau terencana yang menyebabkan orang atau kelompok mendapat keuntungan, dan merugikan orang atau kelompok lain. Pengertian kecurangan menurut Taylor dan Glezen (1997) yang dikutip dari Astrid (2013) mengungkapkan teorinya bahwa kecurangan berarti hal yang disengaja yang dapat menyebabkan kerugian bagi para pengguna laporan keuangan dan contoh dari kecurangan tersebut yaitu kecurangan manajemen dan misapropriasi aktiva. Kecurangan pada dasarnya terdiri dari manipulasi, pemalsuan, kelalaian representasi informasi yang signifikan dan penyalahgunaan yang disengaja dari prinsip akuntansi.
19
Menurut Albrecth dan Albrecth (dikutip oleh Nguyen, 2008) pada Listiana (2012), fraud diklasifikasikan menjadi 5 (lima) jenis, yaitu: a. Embezzlement employee atau occupational fraud Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan.Jenis fraud ini dilakukan bawahan dengan melakukan kecurangan pada atasannya secara langsung maupun tidak langsung. b. Management fraud Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh manajemen puncak kepada pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang mengandalkan laporan keuangan. Jenis fraud ini dilakukan manajemen puncak dengan cara menyediakan penyajian yang keliru, biasanya pada informasi keuangan. c. Invesment scams Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh individu/perorangan kepada investor. Jenis fraud ini dilakukan individu dengan mengelabui atau menipu investor dengan cara menanamkan uangnya dalam investasi yang salah. d. Vendor fraud Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan yang menjual barang atau jasa kepada organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan organisasi dengan memasang harga terlalu tinggi untuk barang dan
20
jasaatau tidak adanya pengiriman barang meskipun pembayaran telah dilakukan. e. Customer fraud Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan kepada organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan pelanggan dengan cara membohongi penjual dengan memberikan kepada pelanggan yang tidak seharusnya atau menuduh penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2010) The Association of Certified Fraud Examiner atau ACFE membagi kecurangan kedalam 3 (tiga) tipologi atau cabang utama, yaitu: a. Korupsi (Corruption) Istilah corruption disini serupa tetapi tidak sama dengan istilah korupsi yang ada pada perundang-undangan Indonesia. Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam berbagai bentuk diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis penjabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan lembaga-lembaga
pemerintah
dan
didunia
bisnis
sekalipun.
Tuanakotta (2014) yang dikutip dari Muhammad (2015). b. Penggelapan aset (Asset Missapropriation) Asset misappropristion atau pengambilan aset secara illegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri, namun dalam istilah
21
hukum, mengambil aset secara ilegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang dilakukan seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi asset tersebut, disebut menggelapkan. Tuanakotta (2014) yang dikutip dari Muhammad (2015). c. Pernyataan yang salah (Fraudulent Statement) Fraudulent Statement sangat dikenal para auditor dalam melakukan general audit karena berkenaan dengan penyajian laporan keuangan yang sangat menjadi perhatian auditor, masyarakat atau para LSM. Tuanakotta (2014) yang dikutip dari Muhammad (2015).
2.3
Penggolongan Perusahaan 2.3.1
Perusahaan Manipulator Perusahaan manipulator adalah perusahaan yang terindikasi melakukan kecurangan pada penyusunan laporan keuangannya. Tidak hanya over statement yang dapat merugikan pihak-pihak terkait, penyajian laporan keuangan yang under statement juga sama meruikannya. Salah satu kerugian untuk pemerintah adalah mengenai pajak. Tapi under statemnet akan berdampak pula pada investor yang akan
menanamkan modalnya. Pada umumnya,
investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang laba nya tinggi, dan merupakan perusahaan nya stabil. Jika kecurangan tidak segera diatasi dan perusahaan yang melakukan manipulasi semakin bertambah banyak, maka hal
22
tersebut akan mengakibatkan semakin tingginya Non Performing Loan di perbankan Indonesia. Dengan kata lain, akan semakin banyak dana nasabah yang akan hilang karena perbankan tidak mampu menagih pinjamannya kepada debitur yang melakukan kecurangan.
2.3.2
Perusahaan Non Manipulator Perusahaan non manipulator adalah perusahaan yang tidak terindikasi melakukan kecurangan dalam penyusunan laporan keuangannya. Dengan kata lain perusahaan non manipulator menyajikan laporan keuangan sesuai dengan keadaan perusahaan pada saat itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak bermaksud untuk menipu para pemakai laporan keuangan.
2.3.3
Perusahaan Grey Perusahaan grey yaitu perusahaan yang tidak terindikasi non manipulator dan juga manipulator. Perusahaan yang berada dalam kondisi ini masuk kedalam kategori grey atau grey company, kemunkinan terdapat usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangannya namun tidak signifikan. Perusahaan grey munkin saja melakukan kecurangan, namun kecurangan tersebut tidak dapat diprediksi.
23
Perusahaan grey tidak dapat digolongkan pada perusahaan non manipulator karena masih terdapat faktor-faktor internal perusahan yang mungkin berasal dari manajemen. Perusahaan yang masuk dalam golongan ini juga tidak dapat dikenai judgement bahwa melakukan manipulasi.
24
Gambar 2.1
Fraud Tree
Beberapa kategori kecurangan menurut Simanjuntak (2008) dalam Yayuk (2014). Unsur-unsur dari kecurangan adalah sebagai berikut:
25
a. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation) b. Mulai dari masa lampau (past) atau sekarang (present) c. Fakta bersifat material (material fact) d. Dilakukan seraca sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly) e. Bermaksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihk beraksi f. Pihak yang dirugikam harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut (misrepresentation) g. Pihak yang merugikannya (detriment)
Menurut Sri Warni (2016), faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan dalam akuntansi meliputi: a. Tekanan: dorongan seseorang untuk melakukan kecurangan yang dipicu oleh alasan ekonomi, emosional, atau nilai. b. Adanya peluang: kondisi yang memberikan peluang pada seseorang untuk melakukan kecurangan. Misalnya lemahnya internal control atau penyalahgunaan wewenang. c. Rasionalisasi: pelaku
mencari
pembenaran
sebelum
melakukan
kecurangan. Seseorang melakukan rasionalisasi agar dirinya dapat mencerna tindakannya yang ilegal agar tetap dapat mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya.
26
Wolfe dan Hermanson (2004) yang dikutip oleh Astrid (2016) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen kemampuan yang sangat penting dalam pribadi pelaku kecurangan, yaitu: a. Posisi Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk penipuan. Seseorang dalam posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan. b. Pemahaman dan Kreativitas Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan mengeksploitasi
kelemahan
pengendalian
internal
dan
untuk
menggunakan posisi, fungsi, atau akses berwenang untuk keuntungan terbesar. c. Percaya diri/Ego Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dirinya tidak akan terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri (narsisme). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, gangguan kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk dikagumi dan kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan gangguan ini percaya
bahwa
mereka
lebih
unggul
dan
memperlihatkan prestasi dan kemampuan mereka.
cenderung
ingin
27
d. Paksaan Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau menyembunyikan penipuan. Seorang individu dengan kepribadian yang persuasive dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama dengan penipuan atau melihat ke arah lain. e. Penipuan Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan konsisten. Untuk menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus melacak cerita secara keseluruhan. f. Stres Individu harus mampu mengendalikan stres karena melakukan tindakan kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa menimbulkan stres. Jadi, pelaku kecurangan perlu memiliki kemampuan yang terdiri dari posisi otoritas, adanya pemahaman menyeluruh dalam melakukan kecurangan, ego dan kepercayaan diri yang kuat agar tidak terdeteksi, memiliki rencana dan pelaksanaan yang efektif dalam melakukan penipuan serta menjaga dan mengendalikan stres agar tidak terdeteksi.
2.4
Kecurangan Laporan Keuangan Praktek bisnis yang dilakukan pada tiap perusahaan tidak terlepas dari penerapan asas Good Corporate Governance. Komite Nasional
28
Kebijakan Governance (KNKG) mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance tahun 2006 yang berisi asas-asas sebagai berikut: a. Transparansi Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, namun juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. b. Akuntabilitas Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Oleh karena itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya.
Akuntabilitas
merupakan
prasyarat
yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. c. Responsibilitas Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen.
29
d. Independensi Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Saat
melaksanakan
memperhatikan
kegiatannya,
kepentingan
perusahaan
pemegang
saham
harus
senantiasa
dan
pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.5
Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apa bila: a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif. b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka. c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan. d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
30
e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan, biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan. f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan. (Hema, 2013) Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 (tiga) tujuan pokok yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang berlaku. (COSO: 1992) dikutip oleh Amrizal (2004).
2.6
Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dikutip dari Hema (2013) salah satu risiko yang dihadapi perusahaan adalah integrity risk, yaitu risiko adanya kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau tindakan penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik/reputasi perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya risiko tersebut mengharuskan adanya tindakan pencegahan/prevention untuk menangkal
31
terjadinya kecurangan (fraud). Namun pencegahan saja tidaklah memadai, harus dipahami cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangankecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak dapat digeneralisir
terhadap
semua
kecurangan.
Masing-masing
jenis
kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti yang sifatnya tidak langsung. Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejala-gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakteristik yang bersifat kondisi/situasi tertentu, perilaku/kondisi seseorang personal tersebut dinamakan red flag (fraud indicators). Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap red flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan.
32
Kecurangan yang dibahas adalah kecurangan laporan keuangan yang umumnya dilakukan dengan teknik analisis yaitu analisis vertikal, analisis horizontal dan analisis rasio yang didasarkan oleh ACFE. Berikut teknik analisisnya: a. Analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau laporan arus kas, dengan menggambarkannya dalam persentase. b. Analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentasepersentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. c. Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan keuangan. Lia Mariana (2013) oleh Astrid (2016) berpendapat bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain sehingga memberikan gambaran kepada penganalisa tentang posisi keuangan perusahaan.
Pada artikel Messod D. Beneish (1999)“The Detection of Earnings Manipulation” terdapat beberapa prediktor dari manipulasi laporan keuangan yang dapat digunakan dan menyebut Beneish Ratio Index sebagai berikut: a. Days Sales in Receivables Index (DSRI) DSRI =
(Accounts Receivablet : Salest) (Accounts Receivablet-1 : Salest-1)
33
Keterangan: Account Receivable = Total Piutang Dagang Sales = Penjualan Bersih t = periode t t-1 = periode t-1
DSRI adalah rasio dari penjualan harian dalam bentuk piutang pada tahun t terhadap tahun t-1. Variabel ini mengukur apakah piutang dan pendapatan seimbang atau tidak (out of balance) dalam dua tahun yang berurutan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan pada piutang secara relatif terhadap penjualan. Peningkatan tersebut dapat mengindikasikan adanya lonjakan pendapatan. Lonjakan
pendapatan
yang
memiliki
keterkaitan
dengan
kemungkinan pencatatan penjualan dan pendapatan yang kebesaran. Jika terjadi peningkatan yang besar, hal tersebut merupakan hasil dari perubahan kebijakan kredit.
b. Gross Margin Index (GMI)
GMI =
Salest-1 - Cost of Good Soldt-1 Sales t-1 Salest - Cost of Good Soldt Salest
Sales – Cost of Good Sold = Gross Profit Keterangan: Sales = Penjualan Bersih
34
Cost of Good Sold = Harga Pokok Penjualan t = periode t t-1 = periode t-1
Ketika GMI lebih dari 1 (satu), ada indikasi penurunan pada margin kotor (grossmargin) dan bukti adanya sinyal buruk pada prospek perusahaan. Hal tersebut memotivasi manajemen saat ini untuk memanipulasi angka untuk terlihat lebih baik. Jadi, jika perusahaan dengan prospek buruk, maka akan lebih banyak terdapat manipulasi. Indikasi bahwa perusahaan menggembungkan laba dengan adanya kenaikan GMI.
c. Asset Quality Index (AQI) AQI =
(1 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑡 + 𝑁𝑒𝑡𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑡 )/𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑡 (1 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑡 −1 + 𝑁𝑒𝑡𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑡 −1 )/𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑡 −1
Keterangan: Current Assets = Aktiva Lancar Net Fixed Asset = Aktiva Tetap Total Assets = Total Aktiva t = periode t t-1 = periode t-1
35
AQI mengukur risiko dari assets berdasar tahun sebelumnya. Ketika AQI lebih besar dari 1 (satu), ini mengindikasikan bahwa perusahaan telah secara potensial meningkatkan penangguhan biaya.
d. Sales Growth Index (SGI) Salest Salest-1
SGI =
Keterangan: Sales = Penjualan Bersih t = periode t t-1 = periode t-1 SGI memberikan informasi perusahaan yang memasukkan penjualan palsu. Peningkatan dalam SGI menunjukkan bahwa perusahaan
mempertimbangkan
adanya
pertumbuhan
normal.
Pertumbuhan yang disertai dengan penurunan harga saham mendorong perusahaan untuk melakukan manipulasi. Indikator SGI menggunakan data penjualan tahun t dan t-1. Penurunan harga saham merupakan pattern dan bukan sebagai indikator. Pattern penurunan harga saham mendukung prediksi perhitungan SGI bahwa perusahaan melakukan manipulasi laba.
e. Depreciation Index (DEPI) DEPI =
(𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 : (𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛+ 𝑃𝑃𝐸))𝑡 − 1 (𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 : (𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛+ 𝑃𝑃𝐸))𝑡
36
Keterangan: Depreciation = Depresiasi PPE (Plant, Property, Equipment) = Aktiva Tetap t = periode t t-1 = periode t-1
Ketika DEPI lebih besar dari 1, hal tersebut adalah indikasi bahwa asset didepresiasi melambat yang terjadi karena kemungkinan perusahaan menaikkan estimasi assets useful lives untuk meningkatakan income.
f. Sales General and Administrative Expenses Index (SGA) SGA =
(𝑆𝐺𝐴 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 ÷ 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠)𝑡 (𝑆𝐺𝐴 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 ÷ 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠)𝑡 − 1
Keterangan: Sales = Penjualan Bersih t = periode t t-1 = periode t-1
SGA yang berarti pengukuran terhadap biaya penjualan administratif menunjukkan terdapat peningkatan penjualan yang tidak proporsional pada perusahaan dan menjadi sinyal negatif untuk perusahaan di masa mendatang.
37
g. Leverage Index (LVGI) LVGI=
((𝐿𝑜𝑛𝑔𝑇𝑒𝑟𝑚𝐷𝑒𝑏𝑡+ 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠) : 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)𝑡 ((𝐿𝑜𝑛𝑔𝑇𝑒𝑟𝑚𝐷𝑒𝑏𝑡+ 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑡 − 1
Keterangan: Long Term Debt = Utang Jangka Panjang Current Liabilities = Utang Lancar Total Assets = Total Aktiva t = periode t t-1 = periode t-1
LVGI yang lebih besar dari 1, memiliki indikasi peningkatan leverage. Variabel ini dapat menemukan adanya insentif pada debt convenant
untuk
memanipulasi
pendapatan.
Pearson
(1999)
menyatakan bahwa leverage yang lebih besar dapat dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kredit dan kemampuan yang lebih rendah untuk memperoleh tambahan modal melalui pinjaman. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Lou dan Wang(2009) yang menyatakan bahwa ketika perusahaan mengalami tekanan eksternal perusahaan, dapat diidentifikasi risiko salah saji material yang lebih besar akibat kecurangan.
h. Total Accruals to Total Assets (TATA)
TATA =
Δ𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 − Δ𝐶𝑎𝑠h– Δ𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒– Δ𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑛𝑑𝐴𝑚𝑜𝑡𝑖𝑠𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
38
Working Capital = Current Assets – Current Liabilities Keterangan: ΔWorking Capital = Perubahan Modal Kerja ΔCash = Perubahan Kas ΔCurrent Taxes Payable = Perubahan Utang pajak ΔDepreciation and Amortization = Perubahan Depresiasi & Amortisasi Total Assets = Total Aktiva Current Assets = Aktiva Lancar Current Liabilities = Utang Lancar Beneish (1999) mengemukakan total accrual dihitung sebagai perubahan pada working capital selain dari pada kas dikurangi depresiasi. TATA untuk memperkirakan sejauh mana kas mendasari pendapatan yang dilaporkan, dan juga memperkirakan accruals positif yang lebih tinggi (lebih sedikit kas). Rasio ini untuk menemukan laba akuntansi yang tidak didukung dengan laba dalam bentuk kas.
2.7
Tinjauan Pustaka a. Penelitian yang dilakukan oleh Hema Christy (2013) dengan judul “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan menggunakan Beneish Ratio Index Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011”.
39
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011 yangtergolong manipulator dan mengetahui persentase perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011 yang tergolong non manipulator. Variabel dalam penelitian ini adalah Beneish Ratio Index. Hasil pengujian ditemukan bahwa 4,48% perusahaan sampel tergolong manipulator, 65,67% tergolong non manipulator dan 29,85% tergolong grey. Persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian ini adalah
penggunaan variable Beneish
Ratio Index. Perbedaannya adalah periode yang dilakukan pada penelitian dan pada bidang yang diteliti, yaitu di bidang makanan dan minuman. b. Penelitian yang dilakukan oleh Astrid Zulfa Darmawan (2016) dengan judul “Analisis Beneish Ratio Index Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Peusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah perusahaan manufaktur yanglisting di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 20132014 tergolong manipulator atau non manipulator. Analisis yang dilakukan
dalam
mendeteksi
kecuranganlaporan
keuangan
menggunakan lima rasio signifikan dari Beneish Ratio Index. Sampel diambil dengan cara metode non-probability purposive judgement sampling, yaitu peneliti memiliki suatu criteria dalam menentukan
40
sampel dan memiliki keterbatasan generalisasi namun agartidak sangat subjektif peneliti harus punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penelitian memperoleh data yang akurat. Jumlah sampel yang didapat ialah 88 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun2013-2014 tergolong manipulator terdapat 4,6%. Jumlah perusahaan tersebutialah 4 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2014 tergolong non manipulator terdapat 64,8%. Jumlah perusahaan tersebut ialah 57 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2014 yang tidak tergolong manipulator atau non manipulator terdapat30,7%, jumlah perusahaan tersebut ialah 27 perusahaan. Perbedaannya ada pada tahun analisis dan bidang analisis. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan analisis beneish ratio index.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Fabelli (2011) dengan judul “Analisis
„Indexes’
(Beneish
Ratio
Index)
Untuk
Mendeteksi
Kecurangan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang listing di BEI per Desember 2008”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia per Desember 2008 yang tergolong Manipulators dan
41
yang tergolong non manipulators. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 63 (enam puluh tiga) perusahaan. Variabel dalam penelitian ini adalah Days Sales In Receivables Index (DSRI), Gross Margin Index (GMI), Asset Quality Index (AQI), Sales Growth Index (SGI), dan Total Accruals To Total Assets Index (TATA). Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa 1 atau 1,59% perusahaan sampel tergolong Manipulator, perusahaan yang tergolong perusahaan Manipulator memiliki indikasi melakukan fraud (kecurangan) terhadap penyajian laporan keuangan. 51 atau 80,95% perusahaan sampel tergolong Non Manipulator, perusahaan yang tergolong dalam perusahaan Non Manipulator memiliki indikasi tidak melakukan fraud (kecurangan) terhadap penyajian laporan keuangan. 11 atau 17,46% perusahaan sampel tergolong Grey atau Grey Company, perusahaan yang tergolong dalam perusahaan Grey tidak dapat dikatakan melakukan fraud (kecurangan) ataupun tidak melakukan fraud (kecurangan) terhadap penyajian laporan keuangan. Persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam penelitian. Perbedaannya adalah jumlah sampel, periode sampel, dan bidang sampel yang digunakan dalam penelitian.
d. Penelitian yang digunakan oleh Yuvita Avrie Diany (2014) dengan judul “Determinan Kecurangan Laporan Keuangan: Pengujian Teori Fraud Triangle”. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji faktor-
42
faktor yang mempengaruhi (determinan) kecurangan laporan keuangan. Variabel dalam penelitian ini adalah tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Hasil pengujian ditemukan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara tekanan dan kesempatan dengan kecurangan laporan keuangan sedangkan rasionalisasi masih belum bisa dibuktikan keterkaitannya dengan kecurangan laporan keuangan. Persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian ini adalah variabel tersebut masuk dalam kajian teori penelitian ini. Perbedaannya adalah tujuan dari penelitian ini untuk memprediksi kecurangan laporan keuangan menggunakan analisis Beneish Ratio Index.