BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HlPOTESIS
A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Latihan Latihan adalah proses sistematis dari latihan atau kerja yang dilakukan sescara berulang-ulang dengan kian hari menambah beban latihan atau kerja. Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti practice,-excercises, dan training. Harsono (dalam Hamid 2012:6) mengemukakan Latihan adalah proses sistematis berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau bekerja. Bompa (dalam Hamid 2012:6) mengemukakan Latihan merupakan proses yang sistematis atau bekerja secara berulang-ulang dalam jangka panjang, yang ditingkatkan secara bertahap dan individu yang ditujukan pada pembentukan fungsi fisiologis dan psikologis untuk memenuhi tuntutan tugas Harsono (dalam Hamid 2012:6) mengatakan Tujuan serta sasaran dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan yang harus diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu latihan fisik, teknik, taktik dan mental. Dalam pelaksanaan latihan Overhead Throw dan latihan Medicine Ball Throw, latihan dilakukan selama 6 minggu dan frekuensi latihan 3 kali seminggu. Sesuai yang telah dikemukakan Pate (dalam Hamid 2012:6) bahwa : "Latihan yang dilakukan selama 6-8 minggu akan memberikan efek yang cukup
5
dengan kekuatan 10-25%. Kemudian menurut Sajoto (dalam Hamid 2012:6) bahwa : "repetisi dengan kontrak maksimal tiap set hendaknya antara 8-15 kali, sedangkan jumlah set hendaknya 3 kali. Lebih lanjut Sajoto (dalam Hamid 2012:6) menyatakan "program latihan 3 kali setiap minggu agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Penggunaan beban dalam latihan nantinya akan Usaha-usaha dapat tetap mempertahankan kesegaran jasmani, kekuatan, kelenturan, kelincahan serta daya tahan tubuh akan dapat dicapai melalui latihan. Sesungguhnya banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi altlet. Namun demikian salah satau faktor yang paling dominan adalah latihan yang teratur dan sistematis. Selain pengertian di atas, maka dalam melakukan latihan pasti mempunyai suau tujuan yang hendak dicapai. Dengan pemberian latihan yang sistematis berarti latihan-latihan disusun secara terencana dan teratur dengan pola, strategi dan metode latihan yang dimulai dari gerakan yang mudah kemudian meningkat ke gerakan-gerakan yang lebih sukar dan kompleks. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses secara sistematis yang mengarah kepada fungsi fisiologis dan psikologis untuk
mencapai
pembentukan
perindividual
secara
keseluruhan
dalam
meningkatkan keterampilan gerak untuk berprestasi. 2. Prinsip-Prinsip Latihan Prinsip-prinsip latihan menurut Bompa (dalam Coachivion, 2011:2) adalah partisipasi aktif, perkembangan menyeluruh, spesialisasi, individualisasi, variasi, model dalam proses latihan, beban meningkat. Prinsip-prinsip latihan harus
6
mempertimbangkan: pembebanan berlebih, konsistensi, kekhususan, kemajuan, ciri pribadi, keadaan latihan, periodisasi, masa stabil, tekanan-tekanan dalam berlatih. Faleck dan Kraemer berpendapat dalam latihan harus memperhatikan prinsip; pembebanan berlebih, waktu istirahat, kekhususan, variasi latihan, detraining, individualisasi. 1) Prinsip Overload Prinsip overload ini adalah prinsip latihan yang paling mendasar dan paling penting, oleh karena itu apabila tanpa prinsip ini didalam latihan tidak mungkin prestasi seseorang akan meningkat. Prinsip ini bisa berlaku baik dalam melatih aspek-aspek fisik, teknik, maupun mental. Prinsip ini mengatakan bahwa latihan beban memberikan seseorang haruslah latihan dengan sangat keras, serta memberikan berulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi. Kalau latihan dilakukan secara sistematis maka diharapkan dapat beradaptasi semaksimal mungkin kepada latihan berat yang diberikan pelatih, serta dapat bertahan terhadap stress yang ditimbulkan latihan yang berat tersebut, baik stress fisik maupun mental. 2) Prinsip Progresif Prinsip progresif adalah penambahan beban dengan memanipulatif intensitas, repetisi dan lama latihan. Penambahan beban dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam pogram latihan. Progresif artinya adalah apabila otot lelah menunjukkan gejala kemampuannya meningkat, maka beban ditambah untuk memberi stress baru bagi otot yang bersangkutan.
7
3) Prinsip Reversibel Kualitas fisik yang diperoleh akan menurun kembali apabila tidak dilakukan latihan dalam waktu tertentu oleh karena itu latihan harus berkelanjutan atau berkesinambungan. 4) Prinsip Kekhususan Latihan Pada latihan tiap otot hendaknya tidak bersamaan dalam melakukan program latihan misalnya dalam pembentukan otot dada dalam menjalankan latihan hendaknya fokus ke latihan otot dada saja tidak latihan otot yang lain agar latihannya maksimal. Agar prestasi dapat meningkat, harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang lebih berat daripada yang mampu dilakukannya saat itu, atau dengan perkataan lain, harus senantiasa berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang ada di atas ambang rangsang kepekaannya (threshold of sensitivity). Dasar fisiologis prinsip ini berpedoman kepada suatu bukti bahwa hasil dari latihan adalah efesiensi fungsional organisme, dan sekaligus kapasitas kerja secara bertahap meningkat dalam waktu yang cukup lama. Organisme akan memberikan reaksi berupa perubahan morphologis, fisiologis, dan psikologis sebagai pemenuhan kebutuhan adanya peningkatan beban latihan. Latihan sebaiknya diberikan bertahap dari latihan yang ringan semakin lama semakin ditingkatkan yang diatur sedemikian rupa seperti latihan yang dimulai dari menggerakkan otot yang besar kemudian baru dilanjutkan dengan melatih kelompok-kelompok kecil. Tahapan-tahapan dalam latihan yaitu: a). aktivitas peregangan (stretching), b). pemanasan (warming up), c). pelaksanaan
8
latihan inti dasar (formal activity), d). latihan inti lanjutan, e). pendinginan (coolling down). 3.
Hakikat Latihan Kelentukan Badan (Pinggul) Istilah fleksibilitas dalam
bidang
keolahragaan
yang
merupakan
penyaluran istilah dari bahas inggris yaitu “flexibilty”, menurut beberapa referensi keolahragaan Indonesia fleksibility diartikan dengan kelentukan. Oleh karena itu terdapat kesamaan pengertian istilah antara fleksibiltas dengan kelentukan, sehingga dalam kajian prilaku motorik dapat dipergunakan istilah fleksibilatas untuk
menyatakan
kelentukan.
Pada
dasarnya
pada
cabang
olahraga
membutuhkan unsur kelentukan (fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu sekmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kualitas itu kemungkinan otot atas kelompok otot untuk memanjang dan memendek serta memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal. Asnaldi (dalam Adisuyanto, 2009:55) Kelentukan tubuh merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan-latihan amplitude gerakan yang besar dan luas. Kelentukan sangat penting dikembangkan mengingat kelentukan adalah salah satu komponen kebugaran jasmani selain daya tahan, kelincahan, kecepatan dan keseimbangan. Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibilitas optimal memungkinkan sekelompok atau satu sendi untuk bergerak dengan efisien. Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam sendi. Selain itu,
9
kelentukan ditentukan juga oleh keelastisan otot-otot tendon dan ligament, Suara terbaru 2009. Kelentukan, sebagai suatu komponen kebugaran fisik, adalah kemampuan dari suatu individu untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagiannya di mana lebar bidang gerakan tanpa merasakan ketegangan pada artikulasi-artikulasi dan pemasangan-pemasangan otot, Buchori (2009:3). Ketika kita berbicara tentang kelentukan, tidak terelakkan kita mendengar istilah seperti: pembelokan (flexion), yakni yaitu gerakan ruas tubuh yang menyebabakan pengurangan (memperkecil) sudut
sendi
pada
sumbu
tranversal/horizontal
atau
bidang
sagital;
perluasan (extension), yakni gerakan ruas tubuh kearah kebalikan dari flexion yang menyebabkan penambahan (pembesaran) sudut sendi; hyperextension, yakni di mana sudut dari suatu sambungan persendian diperluas di luar cakupannya yang normal; persendian ganda, yakni suatu kondisi yang hampir tidak ada, tetapi meskipun demikian istilah tersebut digunakan ketika mengacu pada seseorang dengan kelentukan yang tidak biasa di dalam posisi-posisi tertentu; dan akhirnya, musclesboundness (otot tak berbatas), yakni satu istilah yang digunakan untuk menguraikan kasus-kasus dari kekakuan (tak memiliki kelentukan) yakni ketika seseorang mengalami perkembangan otot yang bagus sekali. Dengan mengabaikan bagaimana Anda menggambarkan atau menguraikannya, kelentukan menyediakan dimensi-dimensi lain kinerja yang membiarkan suatu tingkat kebebasan gerakan dan kesenangan gerakan yang lebih tinggi digabungkan dengan beberapa implikasi penting akan keselamatan yang lebih besar dari cidera. Lebih dari itu, pengukuran kelentukan menyoroti konsep-konsep lain yang harus
10
dikenali dengan baik guna memilih dan memberi penilaian (sore) test-test yang tersedia. Contoh, kelihatan perlu mengidentifikasi dua jenis test kelentukan : Tes kelentukan relatif, dirancang menjadi relatif dengan panjangnya atau lebar dari suatu tubuh yang spesifik memisahkan inci-inci menguji pengukuran anda tidak hanya gerakan, namun juga panjang atau lebar dari bagian tubuh yang mempengaruhi. Tes Kelentukan Absolut, di mana pengukuran anda hanya gerakan yang berhubungan dengan sasaran/tujuan kinerja yang absolut. Sebagai contoh, pada pemisahan anda menentukan jarak antara lantai (yang menjadi sasaran) dan duduk seseorang. Yang dimaksud dengan latihan kelentukan badan (pinggul)
yakni
dilakukan dengan tes duduk dan raih yang telah dimodifikasi. Tujuan: Untuk mengukur pengembangan dari pinggul dan kembali berbelok seperti juga perluasan otot-otot urat lutut pada kaki. Obyeknya adalah untuk melihat seberapa jauh anda dapat meluaskan ujungjari-ujung jari mu di luar garis kaki mu dengan kaki-kaki yang lurus. Spesifikasi olahraga: (1) Melompat, menyelam, dan keahlian trampolin; (2) lengan lurus, kaki lurus menekan kepada jungkir di dalam latihan lantai sebagaimana di dalam ketrampilan-ketrampilan olahraga senam yang lain. 4. Penggunaan Tes Kelentukan Beberapa cara di mana tes kelentukan digunakan dalam kelas-kelas pendidikan jasmani menurut Buchori (2009:3) adalah sebagai berikut: a). Sebagai suatu faktor di dalam tes kebugaran fisik.
11
b). Sebagai suatu alat untuk menentukan potensi di dalam aktivitas olahraga-olahraga tertentu. c). Sebagai suatu alat untuk menentukan prestasi dan tingkat keahlian ketika kinerja kelentukan adalah sasaran spesifik di dalam unit pengajaran. d). Sebagai suatu alat untuk mendiagnosa tingkat suatu luka/cidera
terdahulu atau penyebab tubuh menjadi lemah. Selanjutnya ujian-ujian praktis kelentukan dapat dilakukan Leighton Flexometer dan electrogoniometer biasanya dianggap sebagai instrumen yang paling akurat untuk pengukuran kelentukan; bagaimanapun, tes yang diberikan bisa digunakan dengan teliti dan memuaskan dengan satu instrumen yang murah, flexomeasure aluminium, kepada sekolah-sekolah yang tidak mempunyai peralatan yang semakin mahal. Sementara tes yang diberikan dalam halamanhalaman berikut berisi norma-norma usia-perguruan tinggi, melengkapi normanorma dasar (tingkat satu sampai enam). 5. Macam-Macam Bentuk Latihan Kelentukan Menurut Buchori (2009) bentuk latihan kelentukan meliputi : a). Tes Duduk dan Raih yang telah dimodifikasi Tujuan: Untuk mengukur pengembangan dari pinggul dan kembali berbelok seperti juga perluasan otot-otot urat lutut pada kaki. Obyeknya adalah untuk melihat seberapa jauh anda dapat meluaskan ujungjari-ujung jari mu di luar garis kaki mu dengan kaki-kaki yang lurus. Spesifikasi olahraga: (1) Melompat, menyelam, dan keahlian trampolin; (2) lengan lurus, kaki lurus menekan kepada
12
jungkir di dalam latihan lantai sebagaimana di dalam ketrampilan-ketrampilan olahraga senam yang lain. b). Tes Bridge-up Tujuan: Untuk mengembangkan hyperextension tulang belakang. Spesifikasi Olahraga: (1) gerakan kupu-kupu; (2) gerakan loncat tinggi; (3) latihan gandar keseimbangan dan lantai yang merupakan keahlian di dalam senam; (4) gerakangerakan tarian modern dan tari balet. c). Tes Front-to-Rear-Splits Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan kaki-kaki dari depan ke belakang. Sasarannya adalah untuk mendapat cabang sedekat mungkin dengan lantai. Spesifikasi Olahraga dan Tari: (1) Saat Melompat; (2) saat latihan lantai dan gandar keseimbangan; (3) gelung tarian (figur skating, tari balet dan tarian modern, dll.). Tingkatan usia: Usia enam sampai perguruan tinggi dengan latihan tambahan direkomendasikan untuk para siswa dasar sebelum pengujian. d). Tes Merobek Sisi Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan di dalam mengangkangkan kaki. Sasarannya untuk mendapatkan selangkangan sedekat mungkin dengan lantai. Spesifikasi Olahraga dan Tarian: (1) Melompat, berlatih lantai, dan gandar keseimbangan; (2) tarian modern dan tari balet. e). Tes Tingginya Bahu dan Pergelangan Tangan Tujuan: Untuk mengembangkan kelentukan bahu dan pergelangan tangan. Catatan: karena sulit untuk mengangkat bahu di dalam test ini tanpa
13
membentangkan pergelangan tangan, maka pergerakan dua persendian ini dikombinasikan untuk menghasilkan skor. Spesifikasi Olahraga: (1) Olahraga senam (Keahlian latihan senam halang rintang dan senam lantai); (2) Gaya kupu-kupu dalam berenang; (3) gulat. f). Tes Perluasan Batang Tubuh dan Leher Tujuan: Untuk mengembangkan kemampuan untuk meluaskan batang tubuh dan leher. Spesifikasi Olahraga: (1) Olahraga senam (latihan lantai, balok); (2) gaya kupu-kupu dan gulat. g). Test Perputaran Bahu Tujuan: Untuk mengukur tingkat kepada yang mana bahu-bahu akan berputar dengan sama seperti batas suatu genggaman yang paling mungkin. Spesifikasi Olahraga: (1) Gaya kupu-kupu, gaya lintas tayang, dan gaya punggung di dalam berenang, (2) pindahkan dan memasukkan ke dalam ring (besi lingkar), palang yang tidak seimbang, dan palang horisontal di dalam olahraga senam. h). Tes Perluasan Mata Kaki (Penekukan Tapak Kaki) Tujuan: Untuk mengembangkan perluasan mata kaki (penekukan tapak kaki). Spesifikasi Olahraga dan Tari: Berenang, menyelam, olahraga senam, tarian dan menyelam, perluasan mata kaki menambah keindahan gerakan selagi di dalam renang dan saat melompat dimana ia menambah daya guna (efisiensi) mekanik. i). Tes Pembelokan Mata Kaki (Pembelokan Dorsi) Tujuan: Untuk mengembangkan pembelokan mata kaki dan meregangkan gastroknemius (anak sapi) dan tumit. Spesifikasi Olahraga: (1) Landasan
14
pendaratan pemain depan dari jarak horisontal melompat dan melompat; (2) kelebihan bersandar seperti dalam gulat; (3) penerbangan dari lompatan ski. 6. Manfaat Melakukan Latihan Kelentukan Badan Adapaun manfaat dari melakukan latihan kelentukan badan menurut suara terbaru (2009) yakni : 1. Membantu meraih suatu prestasi dalam bidang olahraga. 2. Membantu mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan. 3. Mencegah kemungkinan terjadinya cedera pada otot dan sendi. 4. Menghemat pengeluaran tenaga saat melakukan gerakan. 5. Membantu memperbaiki sikap tubuh. 7. Otot-Otot Yang Terlibat Dalam Gerakan Melempar Cakram Menurut Erna (2011) gerakan lempar cakram memiliki otot yang bekerja antara lain sebagai berikut : a. Gerakan Awalan: 1.Tangan Otot a) Musculus Pectoralis Major (otot dada) b) Musculus Deltoid (otot bahu) c) Musculus Biceps Brachii (otot lengan atas bagian depan) d) M. Latissimus dorsi (otot yang berada antara otot bahu dengan otot putih
fescia thoracolumbalis)
2. Otot Kaki
15
a) M. Quadriceps Femoris (otot paha depan nama lain dari M. V.
Intermedius), M. Rectus Femoris (otot paha yang melapisi tulang paha), M. Vastus Medialis ( otot paha pada bagian dalam), M. Vastus Lateralis (otot paha pada bagian luar), M. Vastus Intermedius (otot paha bagian depan), b) M. Pectineus (otot paha bagaian dalam yang terdapat pada sela otot yang
melekat pada tulang c) M. Adductor longus (otot paha dalam yang terdapat pada sela otot luar)
b. Gerakan Inti: 1. Otot Tangan (Ekstremitas Atas) a) Musculus Deltoideus (Tangan Kiri) b) Musculus Biceps Brachii (Tangan Kanan)
2. Otot Kaki (Ekstremitas Bawah) a) M. Quadriceps Femoris, M. rectus femoris, M. vastus medialis, M. vastus lateralis, M. vastus intermedius b) M. Pectineus c) M. Adductor longus c. Gerakan Akhir: 1. Otot Tangan a) Musculus Deltoideus (Tangan Kiri)
16
b) Musculus Biceps Brachii (Tangan Kanan)
2. Otot Kaki a) M. Quadriceps Femoris, M. rectus femoris, M. vastus medialis,
M.
vastus lateralis, M. vastus intermedius b) M. Pectineus c) M. Adductor longus 8. Sejarah Perkembangan Olahraga Atletik Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua yang telah dilakukan oleh manusia sejak zaman purba sampai dewasa ini. Bahkan boleh dikatakan sejak adanya manusia dimuka bumi ini atketik sudah ada, kerena gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabangolahraga atletik, seperti berjalan, berlari, melompat, dan melempar adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk semester 2 ini kitaakan belajar beberapa macam lari. Atletik berasal dari Yunani, pada saat itu diperlombakan penthion atau sekarang disebut dengan pancalomba, artinya lima nomor perlombaan. Pada olimpiade 1896 di Athena nomor marathon dipertandingkan. Bangsa Indonesia mengenal olahraga atletik tahun 1930-an, pada waktu pemerintah Hindia Belanda memasukkan atletik sebagai salah satu pelajaran sekolah. Pada tanggal 3 September 1990 terbentuklah Persatuan Atletik seluruh Indonesia atau disingkat PASI. Atletik adalah salah satu nomor olahraga perorangan yang terdiri dari lari, lompat,lempar/tolak yang dilakukan pada lintasan atau lapangan. Atletik sebagai
17
aktivitas fisik yang sangat baik untuk kebugaran jasmani, karena ada gerak alamiah, seperti lari, lompat, lempar/tolak. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua yang telah dilakukan oleh manusia sejak zaman purba sampai dewasa ini. Bahkan boleh dikatakan sejak adanya manusia dimuka bumi ini atketik sudah ada, kerena gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabangolahraga atletik, seperti berjalan, berlari, melompat, dan melempar adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari, Danang (2011:1). 9.
Hakekat Olahraga Lempar Cakram Gilang (2010:165) melempar cakram merupakan salah satu cabang
olahraga dalam cabang ateltik. Cara melakukan lemparan pada mulanya meniru nelayan melmpar jarring berulang-ulang. Kemudian ditemukan lemparan sikap badan menyiku secra khusus dengan badan agak bersandar ke depan. Untuk memahmi pengertian lempar cakram, terlebih dahulu kita memahami pemgertian lempar cakram. Lempar adalah olahraga dengan melempar (lembing, peluru, martil, cakram), Sedangkan cakram sebuah benda kayu yang berbentuk piring berbingkai sabuk besi, Sugandi (dalam Danang 2011:1). Jadi lempar cakram adalah salah satu nomor lomba dalam atletik yang menggunakan sebuah benda kayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahan lain yang bundar pipih yang dilemparkan. Dalam perlombaan atletik resmi, diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali. Kemudian dari sejumlah atlet babak awal, akan dipilih delapan atlet
18
terbaik, yang akan diberi kesempatan tiga kali lagi. Lempar cakram diperlombakan bagi laki-laki maupun perempuan. 10. Gaya Melempar Cakram Ada dua gaya dalam lempar cakram yakni : 1. Gaya samping Sikap permulaan berdiri miring/menyamping kearah sasaran, sesaat akan memulai berputar lengan kanan diayun jauh ke belakang, sumbu putaran pada kaki kiri (telapak kaki bagian depan atau ujung) selama berputar lengan kanan selalu di belakang, pada posisi melempar badan merendah lengan kanan di belakang pandangan ke arah sasaran, setelah cakram lepas dari tangan kaki kanan melangkah ke depan berpijak dibekas telapak kaki kiri yang saat itu telah berayun ke belakang. 2. Gaya belakang Sikap pertama berdiri membelakangi arah lemparan sesaat akan berputar lengan kanan diayun jauh ke belakang pandangan mulai melirik ke kiri, saat mulai berputar ujung telapak kaki kiri sebagai sumbu dan tolakan kaki kiri itu pula badan meluncur ke arah lemparan, kaki kanan secepatnya diayun memutar ke kiri untuk berpijak, sesaat kaki kanan mendarat kaki kiri dengan cepat pula diayum ke kiri untuk berpijak dan terjadilah sikap lempar, setelah cakram lepas dari tangan kaki kanan segera diayun ke depan dan kaki kiri diayun ke belakang. 11. Teknik Melempar Cakram Menurut Mirdianto (2009) Cara melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan caranya yaitu: memegang cakram ada 3 cara, berdiri membelakangi
19
arah lemparan, lengan memegang cakram diayunkan ke belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk, berat badan sebagian besar ada dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan kendor dan tumit diangkat, lemparan cakram 30 derajat lepas dari pegangan, ayunan cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram diikuti badan condong ke depan. Pada posisi terakhir si pelempar akan melepaskan cakram ketika cakram sudah diayunkan dari belakang ke depan beberpa kali dan cakram terakhir berada di depan wajah si pelempar. Adapun cara melempar cakram adalah Lepas cakram dari tangan pada saat ayunan lengan maksimal yakni cakram berada di depan muka si pelempar. a) Cakram lepas dari tangan dengan posisi telapak tangan menghadap ke tanah; b) Cakram sudah terlepas dari tangan; c) Memegang cakram pada saat mengayunkan sampai melempar sehingga terlepas harus dengan pegangan yang kuat dan benar, cara memegang cakram adalah cakram diawali dengan tangan kanan; d) Tangan kanan diletakkan di atas cakram dengan posisi jari-jari tangan terbuka selebar-selebarnya sehingga mampu memegang pinggiran cakram dengan baik, diperkirakan kalau diayunkan cakram tidak terlepas dari pegangan; e)
Ruas-ruas
jari
tangan
siap
memegang
bagian
pinggir
cakram.
Setelah tahu cara melempar dan posisi akhir dari si pelempar harus diikuti dengan beberapa gerakan yakni gerakan lengan dan badan. Gerakan itu antara lain melakukan lompatan kecil ke depan yakni kaki kanan mendarat dan kaki kiri sebagai penahan keseimbangan badan yang baik dimana badan tidak
20
sampai keluar dari tempat melempar cakram. 12. Faktor-Fakor Yang Mempengaruhi Prestasi Dalam Lempar Cakram Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi dalam lempar cakram yakni faktor internal dan eksternal Danang (2011). a. Faktor internal atau dari dalam atlet 1. Kesehatan fisik dan mental yang baik Kita sebagai manusia terbentuk dari unsur jasmani dan rohani, keduanya memegang peranan penting dan tidak dapat dipisah satu dengan yang lainnya karena saling mempengaruhi. Apabila fisik terganggu oleh suatu penyakit maka faktor fsikispun ikut terganggu. Oleh karena itu kesehatan fisik harus selalu dijaga agar tetap dalam keadaan sehat. Dengan demikian faktor psikis, pemeliharaan dapat dilakukan dengan jalan pemeliharaan suasana lingkungan sehat sehingga pikiran tetap jernih, serta perasaaan tenteram dan sebagainya, menentukan karena segala kegiatan dalm mencapai prestasi memerlukan pembiayaan yang cukup besar. b. Faktor-faktor eksternal (dari luar diri atlet) 1. Lingkungan keluarga Keluarga dapat dinyatakan sebagai suatu kelompok atau unit terkecil dari masyarakat yang didalamnya terdapat hubungan erat antara anggota-anggotanya. Orang tua dalam suatu keluarga mendidik anaknya secara kodrati dengan memberi dorongan.
21
2. Latihan Latihan adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu, prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulangulang Nursalam, (Danang 2011:2). 13. Peraturan Keselamatan Dalam Melakukan Lempar Cakram Lempar cakram harus dimulai dengan sikap berdiri seimbang dengan lingkaran lempar tanpa menginjak garis lingkaran. Pelempar tidak boleh meninggalkan lingkaran lempar sebelum juri mengatakan sah posisi berdirinya melalui setengah lingkaran bagian dalam.pelempar boleh menyentuh dinding bagian dalam dari balok batas lemparan tetapi tidak boleh menyentuh bagian atasnya. Lemparan akan diukur dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram yang terdekat ketepi dalam balok. Bila peserta lebih dari 8 orang, maka peserta akan diberi hak melempar sebanyak 3 kali, kemudian akan ditentukan 8 pelempar terbaik untuk mengikuti babak berikutnya (final). Bila peserta lomba 8 orang atau kurang, kesempatan melempar sebanyak 6 kali langsung final. Lingkaran lemparan tersebut terbuat dari besi, baja atau bahan lain yang sesuai. Bagian atasnya dipasang rata dengan tanah diluarnya. Bagian dalam terbuat dari semen, aspal atau bahan lain yang kokoh tetapi tidak licin permukaannya bagian dalam harus datar lebih rendah 14 mm sampai 26 mm dari sisi atas tepi lingkaran.
22
Ukuran garis tengah sebelah dalam lingkaran lempar adalah 2,5 m, tebal besi lingkaran lempar 6 mm dan harus dicat putih. Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari bagian atas lingkaran besi sepanjang 75 cm pada kedua sisi lingkaran. B.
Kerangka Berpikir Setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
termasuk dalam cabang olahraga lempar cakram. Perbedaan ini tentunya akan memerlukan penanganan yang berbeda pula, yaitu penanganan yang disesuaikan dengan karakteristik olahraga yang dibina. Dengan kata lain bahwa pembinaan olahraga lempar cakram dituntut untuk bisa melakukan cara melatih yang tepat agar tujuan dari latihan dapat berhasil dengan baik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi olahragawan lempar cakram, diantaranya adalah latihan. Jika latihannya sesuai dengan materi yang diajarkan maka secara otomatis maka kemampuan melempar cakram akan baik pula. Latihan yang dimaksud disini adalah latihan kelentukan badan. Latihan kelentukan badan adalah latihan kemampuan dari suatu individu untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagiannya di mana lebar bidang gerakan tanpa merasakan ketegangan pada artikulasi-artikulasi dan pemasangan-pemasangan otot. Peneliti berfikir bahwa jika latihan kelentukan badan diterapkan pada materi cabang olahraga cakram maka kemampuan siswa melempar cakram akan lebih baik. Sebab latihan ini menekankan pada pembentukan kemampuan dan kekuatan badan. Jika latihan ini dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedurnya maka kemampuan melakukan lempar cakram pada cabang olahraga atletik akan
23
baik dalam hal ini lemparan yang dilakukan akan lebih jauh dari sebelum melakukan latihan. C. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Suratman K. Ulama (2005) tentang pengaruh latihan kelentukan badan terhadap kemampuan melakukan lempar cakram pada siswa SMP Negeri 1 Banggai. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara latihan kelentukan badan terhadap kemampuan melempar cakram hal ini didukung dengan diterimanya hipotesis penelitian yang diajukan. D. Pengajuan Hipotesis Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh latihan kelentukan badan terhadap kemampuan melakukan lempar cakram pada cabang olahraga atletik di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo.
24