BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Hasil Belajar Peserta didik Menurut Sudjana (2008: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar juga dapat didefinisikan sebagai capaian yang diperoleh seseorang setelah mengikuti evaluasi yang ditandai dengan nilai. Untuk menentukan nilai dari suatu pembelajaran maka diperlukan evaluasi. Evaluasi dapat diartikan kegiatan yang terencana untuk mengamati keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Ruang lingkup hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotrik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), konprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas,
contoh.)
application
(menerapkan),
analysis
(menguraikan,
menentukan hubungan.), syintesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan baru), dan evaluation (dinilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (kerakterisasi). (Agus Suprijono, 2009;6) Sedangkan evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi dasar ini dapat diketahui tingkat penguasaan materi
standar
oleh
peserta
didik,
baik
menyangkut aspek intelektual, sosial, emosional, spiritual, kreativitas dan norma.
yang
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.Ranah kognitif yang berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya temasuk kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. (Sudjana, 2002: 50) Aspek-aspek ini dapat didefinisikan satu-persatu. (1) Pengetahuan didefinisikan ingatan sebagai ingatan terhadap materi-materi atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkah laku operasional khusus yang berisikan tipe hasil ini antara lain menyebutkan, menjelaskan kembali,
menunjukkan,
menuliskan,
memilih,
mengidentifikasikan.
(2)
Pemahaman
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Tipe ini terdapat tiga macam pemahaman terjemahan yakni kesanggupan memahami makna yang tekandung didalamnya; kedua pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok; dan ketiga pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan. Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan intruksional dalam tipe ini antara lain membedakan, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan, memperkirakan, memberi contoh, mengubah, membuat rangkuman, menuliskan kembali, melukiskan dengan kata-kata sendiri. (3) Aplikasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dalam situasi konkret yang baru. Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan intruksional biasanya menggunakan kata-
kata
menghitung,
memecahkan,
mendemonstrasikan,
mengungkapkan,
menjalankan,
menggunakan, mengerjakan, menghubungkan, mengubah, menunjukan proses memodifikasi, mengurutkan. (4) Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatkan. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih alternatif. (5) Sistensi adalah lawan analisis. Beberapa tingkah laku operasional biasanya tercermin dalam kata-kata mengkategorikan, menggambungkan, menghimpun, menyusun,
mencipta,
merancang,
mengkonstruksi, mengorgonisasi kembali,
merevisi,
menyimpulkan, menghubungkan. (6) Evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku operasional dilukiskan dalam
kata-kata
menilai,
membandingkan,
mempertimbangkan,
mempertentangkan,
menyarankan, mengeritik, menyimpulkan, mendukung, memberikan pendapat. (Sudjana, 2002: 50) Menurut Anderson (Ariends, 2008:117) taksonomi Bloom telah direvisi dan diberi nama baru taksonomi untuk belajar, mengajar. Taksonomi yang telah direvisi ini bersifat dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan, dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan mendeskripsikan berbagai tipe pengetahuan dan mengorganisasikan pengetahuan menjadi pengetahuan metakognitif sedangkan dimensi proses kognitif
berisi enam kategori yaitu mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, evaluasi, dan menciptakan. 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar merupakan tahapan terakhir dalam proses pembelajaran yang digambarkan dengan nilai yang dihasilkan siswa yang menggunakan instrument penilaian.
Menurut Slameto (2003:54) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: 1.
Faktor yang ada pada diri siswaitu sendiri yang disebut faktor individu (Intern), yang meliputi : a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.
2.
Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor Ekstern, yang meliputi : a. Faktor keluarga, Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. b. Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan peserta didik, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. c. Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar peserta didik. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.
1.1.3 Penilaian Hasil Belajar
Pada umumnya penilaian hasil belajar baik dalam bentuk formatif maupun sumatif telah dilaksanakan oleh guru. Melalui pertanyaan secara lisan atau akhir pengajaran guru memberikan penilaian terhadap hasil pengajaran (tes formatif). Demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program, seperti akhir caturwulan atau akhir semester. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, Rohani (2004:178) 2.1.4 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa dengan anggota kelompok kecil
yang tingkat
kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Slavin (2009), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok –kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan sunal dan Hans mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Koes (dalam Isjoni 2009) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi , hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual,
keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan social yang sengaja diajarkan (Isjoni,2009). Pembelajaran koopertif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengktifkan siswa, yang tidak bekarja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Beberapa ciri dari dari pembelajaran kooperatif adalah : a. Setiap anggota memiliki peran b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya d. Guru membantu mengembangkan keterampilan – keterampilan interpersonal kelompok, dan e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Tiga konsep sentral yang menjadi karkteristik pembelajaran kooperatif sebagai mana yang dikemukakan Slavin (2009 ; 32), yaitu penghargaan kelompok, pertaggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. a. Penghargaan Kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung , saling membantu, dan saling peduli. b. Pertanggungjawaban Individu Keberhasilan
kelompok
tergantung
pembelajaran
individu
dari
semua
anggota
kelompok.Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran
kooperatif
menggunakan
metode
skoring
yang
mencakup
nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Keunggulannya dilihat dari aspek siswa adalah member peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok (dalam Nur: 2000) Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif, memungkinkan siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat,
menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas. Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan maupun kelemahannya. Adapun kelemahan dari model pembelajaran kooperatif adalah bersumber dari faktor intern diantaranya:1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu lebih memerlukan lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topik yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lainmenjadi pasif. Dari faktor-faktor diatas sehingganya diperlukan seorang guru dalam mengajar harus berusaha menanamkan dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswanya. Jadi dengan cara menghargai pendapat orang lain dan saling membetulkan kesalahan secara bersama, jawaban yang tepat dan baik, dengan cara mencari sumber-sumber informasi dari mana saja seperti buku paket, buku yang ada diperpustakaan dan buku penunjang lainnya untuk dijadikan pembantu dalam mencari jawaban yang baik dan benar serta memperoleh pengetahuan, materi pelajaran yang disajikan semakin luas dan baik serta tepat sasaran. 2.1.5 Model Pembelajaran tipeTeams Games Tournaments (TGT) Pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards, Ini merupakan model pembelajaran pertama dari John Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama seperti STAD, tetapi menggantikan kuis dengan tournament mingguan. Teams games tournament adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Menurut Sudjana (2009 ; 22) mengemukakan, beberapa siswa dihimpun dalam satu kelompok dapat terdiri 4 sampai 6 orang siswa. Jumlah yang paling tepat menurut hasil penelitian Slavin adalah hal itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang lebih sepaham dalam menyelesaikan suatu permasalahan dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2 sampai 6 orang. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskan sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.Akhinya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademiksiswa akan dibagi dalam meja-meja tournament, dimana setiap meja tournament terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masingmasing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja tournament secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja tournament kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pra test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok,
Kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu. Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja tournament. Tiap meja tournament ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci di taruh terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada meja turnnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut: pertama, setiap pemain dalam setiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomorundian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukn dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya akan diberikan kepada pemain yang benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.Permainan dilanjutkan pada soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa
setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, pembaca soal dan penantang. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yng diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukan poin yang telah diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
2.3
Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah serta teori-teori
yang diuraikan diatas maka hipotesis
tindakan pada penelitian ini adalah “jika digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran IPS Terpadu maka hasil belajar siswa akan meningkat”.
2.4
Indikator Kinerja Indikator tindakan hasil penelitian kelas yakni terjadi peningkatan kualitas pembelajaran
serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIIIB SMP Negeri 1 Bolaang Uki dengan kriteria sebagai berikut :
1. Minimal 85% aspek proses belajar mengajar baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa terlaksana dengan baikmaka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil. 2. Minimal 85 % dari seluruh siswa kelas VIIIB yang dikenai tindakan memperoleh nilai 7,5keatas atau meningkat dari 55,00 menjadi 85,00.