BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Hasil Belajar Siswa 2.1.1
Pengertian Hasil Belajar Siswa Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/ mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Peristiwa belajar sendiri adalah alat untuk mencapai tujuan pengajaran.Ada beberapa pendapat yang melihat peristiwa belajar. Dari semua pendapat dapat dibagi menjadi tiga sudut pandang, yakni: (a) Melihat belajar sebagai proses, (b) Melihat belajar sebagai hasil, dan(c) Melihat belajar sebagai fungsi. Ketiga cara memandang ini perlu bagi guru, karena tugas guru adalah membina, membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa, agar memperoleh hasil yang telah dirancang sebelumnya. Dari uraian ini peristiwa belajar akan dipandang dari segi hasil. Menurut Sudjana (2009:37), bahwa “mengemukakan bahwa disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula”. Ada korelasi antara proses pengajaran dengan proses yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu.
Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Sudjana (2005:22) mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”. Jadi dengan mengetahui hasil belajar siswa, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan perilaku siswa sebagai akibat kegiatan belajar mengajar.Mengacu belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam belajar, sehingga memiliki perubahan sikap dan keterampilan sebagai hasil dari usaha yang dilakukan, maka hasil untuk mengetahui hasil belajar tersebut dapat diukur dan dinilai melalui penilaian dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran. Dimyati dan Mujiono (1994:26) mengatakan bahwa: “Hasil Belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran dimana hasil belajar siswa ditandai dengan skala nilai.” Menurut Sudjana (2009:39-40), bahwa “hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuanyang dimilikinya.Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.Seperti dikemukakan Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontribusi/sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa.Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya.Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.Ia harus berusaha mengarahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat pada tujuan pengajaran.Oleh sebab itu, hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.Kedua faktor tersebut mempunyai hubungan lurus dengan hasil belajar siswa.Artinya, semakin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, maka tinggi pula hasil belajar siswa. Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.Sehubungan dengan hal inilah Djamarah dan Zain (2006:107) membagi keberhasilan mengajar menjadi beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Istimewa/Maksimal
: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai oleh siswa. 2. Baik Sekali/Optimal
: Apabila Sebagian besar (76% s.d 99%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
3. Baik/Minimal
: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya
60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa. 4. Kurang
: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang
dari 60% dikuasai oleh siswa. Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru. 2.1.2
Indikator Keberhasilan Dalam Proses Belajar Mengajar Menurut Djamarah (2006:105), yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses
belajar diaggab berhasil adalah hal-hal sebagai berikut: 1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut:
1. Tes Formatif Tes ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. 2. Tes Subsumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor. 3. Tes Sumatif Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokokpokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran.Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu.Hasil dari tes suamtif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
2.2 Motivasi Belajar Siswa 2.2.1
Definisi Motivasi “Motivasi berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata motivation yang
berarti dorongan, pengulasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang
berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motive berarti alasan, sebab, dan daya penggerak” Echlos (dalam Imron, 2003:85). Sedangkan menurut Suryabrata
(dalam Imron, 2003:87) bahwa motif adalah “ keadaan dalam diri
seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan yang di inginkan”. Selanjutnya Winkles (dalam Imron, 2003 : 89) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu pula. Eysenck (dalam Slameto, 2003:170) merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tindakan kegiatan, interaksi, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumitdan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Siswa yang tampaknya tidak bermotivasi, tetapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan oleh para pengajar. Mungkin siswa cukup termotivasi untuk berprestasi di sekolah oleh para pengajar. Mungkin ada kekuatan-kekuatan lain, seperti misalnya teman-teman yang mendorong untuk tidak berprestasi di sekolah. Pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Selanjutnya Slameto (2003:201) mengemukakan Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut: 1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. 2. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3. Saingan/kompetisi Guru
berusaha
mengadakan
persaingan
diantara
siswanya
untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.Tentunya pujian yang bersifat membangun. 5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. 8.
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan 10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2.2.2
Jenis-jenis Motivasi Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dijadikan acuan tentang
bagaimana motivasi dalam mempengaruhi jiwa individu. Dimana motivasi merupakan suatu kesiapan untuk terjadinya suatu perbuatan. Keadaan siap untuk berbuat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan ini akan sungguh-sungguh menjadi perbuatan, bila ada rangsangan. Mengenai intensitas tindakan individu sangat tergantung pada upaya menggiatkan motif-motif tersebut menjadi tingkah laku kongkret, inilah yang disebut dengan motivasi. Menurut Sardiman (2007:85) ada dua jenis-jenis motivasi terjadi atas dasar pembentukannya, yaitu: a. Motivasi bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dan lain-lain. Motif-motif ini sering disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis. b. Motivasi yang dipelajari, yaitu motif-motif untuk
yang timbul karena
dipelajari. Contoh, dorongan untuk suatu cabang ilmu pengetahuan, untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan
motif-motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab, manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain sehingga motivasi itu terbentuk. Motivasi bawaan atau disebut juga dengan motivasi primer terjadi dengan sendirinya tanpa melalui proses belajar, sedangkan motivasi yang dipelajari atau motivasi sekunder muncul melalui proses pembelajaran sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang. 2.2.3
Motivasi Belajar Siswa Sofyan dan Uno (2004:23), memberikan batasan mengenai motivasi
belajar siswa sebagai “dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”. Motivasi belajar dapat ditimbulkan karena diakibatkan oleh faktor intrinsik yang berupa hasrat dan keinginan pribadi dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Namun harus diingat kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Indikator motivasi belajar itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Adanya hasratd an keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Menurut Munandar (2008 : 145) ada 3 hal yang harus dapat dikerjakan oleh guru dalam memberikan motivasi yaitu : 1. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa. 2. Guru dapat meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. 3. Guru dapat menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreatifitas) sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. 2.2.4
Fungsi Motivasi Dalam Belajar Menurut Hamalik (2006:161), pada dasarnya motivasi mendorong
timbulnya kekuatan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Fungsi motivasi meliputi : 1) Mendorong timbulnya kelakukan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kecapaian tujuan yang diinginkan; 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya sesuatu pekerjaan.
Pendapat tersebut cukup jelas, bahwa motivasi hanya berfungsi bagaimana membuat orang bisa mendorong orang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa merubah tingkah laku individu ke arah yang lebih bermanfaat. Dengan demikian motivasi sangat memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan motivasi siswa dapat belajar dengan baik dan akan mencapai tujuan belajar secara benar. Sardiman (2007:83), mengemukakan fungsi motivasi tidak mengalami perbedaan yang signifikan oleh karena itu fungsi motivasi adalah sebagai berikut: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi bertindak sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi; 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Misalnya seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik sebab tidak sesuai dengan tujuan.
2.3 Model Pembelajaran 2.3.1
Model Pembelajaran PQ4R
2.3.1.1 Pengertian Model Pembelajaran PQ4R Menurut Trianto (2007:146) bahwa “Strategi PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Setrategi ini digunakan untuk membantu siswa
mengingat apa yang mereka baca, dan membantu proses belajar
mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan membaca buku. Kegiatan membaca buku bertujuan untuk mempelajari bab demi bab suatu buku pelajaran. Oleh karena itu, keterampilan pokok pertama yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh para siswa adalah membaca buku pelajaran dan bacaan tambahan lainya.Dengan keterampilan membaca itu setiap siswa akan dapat memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona, memahami khasanah kearifan yang banyak hikmat, dan mengembangkan berbagai keterampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak mencapi sukses dalam hidup”. Selanjutnya Pratiwi (dalam 2007:146) mengemukakan bahwa “Strategi ini membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, melalui penciptaan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah di ketahui. Strategi ini terdiri dari: 1) pembuatan catatan; 2) Penggunaan analogi; 3) Strategi PQ4R. Trianto (2007:147-151) Salah satu strategi yang paling banyak dikenal untuk membantu siswa memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca adalah setrategi PQ4R.adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam strategi membaca PQ4R adalah sebagai berikut :
1. Preview Langkah pertama ini dimaksudkan agar siswa, membaca selintas dengan cepat sebelum mulai membaca bahan bacaan siswa yang memuat tentang materi pada Mata Pelajaran Surat Menyurat.Siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik, sub topik utama, judul dan sub judul, kalimat-kalimat permulaan atau akhir suatu paragrap, atau ringkasan pada akhir suatu bab. Apabila hal itu tidak ada, siswa dapat memeriksa setiap halaman dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat disana sini sehingga memperoleh sedikit gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Perhatikan ide pokok yang menjadi inti pembahasan dalam bahan bacaan siswa. Dengan ide pokok ini akan memudahkan mereka memberi keseluruhan ide yang ada. 2. Question Pada langkah kedua adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri untuk setiap pasal yang ada pada bahan bacan siswa.Pergunakan “judul dan subjudul atau topic dan sub topik utama”. Awali pertanyan dengan menggunakan kata “ apa, siapa, mengapa, dan bagaimana”. 3. Read Baca karangan secaraaktif, yakni dengan cara pikiran siswa harus memberikan reaksi terhadap apa yang dibacanya. Janganlah membuat catatan-catatan panjang.Cobalah mencari jawaban terhadap semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya. 4. Reflect Reflect bukanlah langkah terpisah dengan langkah ketiga (red), tetapi
merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga tersebut. Selama mebaca, siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi cobalah untuk memahami informasi yang di persentasikan dengan cara: (1) menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah anda ketahui; (2) mengkaitkan subtopik-subtopik didalam teks dengan konsep-konsep atau perinsip-perinsip utama; (3) yang disajikan; dan (4) cobalah untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang di simulasikan dan dia juakan dari materi pelajaran tersebut. 5. Recite Pada langkah kelima ini, siswa diminta untuk merenungkan (menginat) kembali informasi yang telah di pelajari dengan menyatakan butir-butir penting dengan nyaring dan dengan menyatakan dan menjawab pertanyanpertanyan.Siswa dapat melihat kembali catatan yang telah dibuat dan menggunakan kata-kata yang ditonjolkan dalam bacaan.Dari catatan yang telah di buat pada langkah terdahulu dan berlandaskan ide-ide yang ada pada siswa, maka mereka dimita membuat intisari dari materi bacaan. 6. Review Pada langkah terakhir ini siswa diminta untuk membaca catatan singkat (intisari) yang telah dibuatnya, mengulang kembaliseluruh isi bacan bila perlu dan sekali lagi jawab pertanyan-pertanyan yang diajukan. Dari Langkah-langkah pemodelan pembelajaran dengan penerapan strategi PQ4R diatas dapat dilihat pada table dibawah ini :
Table 2.1: Langkah-langkah Pemodelan Pembelajaran Dengan Penerapan Strategi Pembelajaran PQ4R. LangkahTingkahlaku guru Aktivitas siswa langkah a. Memberikan bahan bacaan kepada siswa untuk dibaca. b. Menginformasikan kepada siswa bagaimana menemukan ide Preview pokok/tujuan pembelajaran yang hedak dicapai. a. Menginformasikan kepada siswa agar memeperhatikan makna dari Langkah 2 bacaan. b. Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan dari ide Question pokok yang ditemukan dengan menggunakan kertas-kertas apa, mengapa, siapa, dan bagaiman. Langkah 3 Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan menanggapi/menjawab pertanyaan yang telah disusun Read sebelumnya
Membaca selintas dengan cepat untuk menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
Mensimulasikan/menginformasikan Langkah 4 materi yang ada pada bahan bacaan.
Bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat materi pelajaran tapi mencoba memecahkan masalah dari informasi yang diberikan oleh guru dengan pengetehuan yang telah diketahui melaui bahan bacaan
Langkah1
Reflect
1. Memperhatikan penjelasan guru. 2. Menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya
Membaca secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan memjawab pertamyaan yang dibuatnya
Meminta siswa membuat inti sari dari Langkah 5 seluruh pembahasan yang dipelajari hari ini Recite
1. Menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. 2. Melihat catatan-catatan/inti sari yang telah dibuat sebelum,nya. 3. Membuat inti sari dari seluruh bahasan. a. Menugaskan siswa membaca inti 1. Membaca inti sari yang telah Langkah 6 sari yang dibuatnya dari rincian ide dibuatnya. pokok yang ada dalam benaknya. 2. Membaca kembali bahan bacaan b. Meminta siswa untuk membaca siswa jika masih belum yakin Review kembali bahan bacaaan, jika masih akan jawaban yang telah belum yakin dengan jawabannya dibuatnya 2.3.1.2 Kelebihan dan Kekuaran Strategi Pembelajaran PQ4R Dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi PQ4R ini dapat dilihat
kekurangan dan kelebihannya. a. Kelebihannya Strategi PQ4R 1. Dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk menghafal konsep-konsep pelajaran 2. Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan. 3. Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya 4. Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas b. Kekurangan Strategi PQ4R. 1. Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah. 2. Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa yang telalu besar karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan pertanyaan. Hal untuk mengatasi kekurangan dari kekurangan strategi PQ4R yaitu peneliti harus megediakan buku siswa atau materi singkat tentang pokok pembahasan yang mau diajarkan. 2.3.2
Model Pembelajaran Talking Stick
2.3.2.1 Pengertian odel Pembelajaran Talking Stick Menurut Suyatno (2009:134-145) Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakandalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa.Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yangmemegang
tongkat
wajib
siswamempelajari meteri pokoknya.
menjawab
pertanyaan
dari
guru
setelah
2.3.2.2 Langkah-langkahModel Pembelajaran Talking Stick Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran Inovatifmodel Talking Stick adalah 1.
Guru menyiapkan sebuah tongkat,
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya. 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkansiswa untuk menutup bukunya 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu 5. guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkattersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagianbesar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dariguru 6.
Guru memberikan kesimpulan
7. Evaluasi , Yaitu berupa tes lisan dan refleksi 8. Penutup
2.3.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick 1. Kelebihan a. Menguji kesiapan Siswa b. Melatih Siswa Memahami Materi dengan cepat c. Agar lebih giat belajar (Belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai) 2. Kekurangan a. Membuat senam jantung
b. Membuat siswa tegang c. Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. 2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Proses Pembelajaran Menurut Syah (2003:144) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri sisa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor pendekatan belajar.Dari faktor pendekatan belajar meliputi penggunaan strategi pembelajaran yang tepat, sikap dan motivasi belajar siswa. Guru yang mempunyai kemampuan penguasaan strategi pembelajaran yang baik akan mampu menumbuhkan sikap positf dan meningkatkan motivasi belajar bagi para siswanya.
2.5 Kerangka Berpikir 2.5.1
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran PQ4R Dengan Model Pembelajaran Talking Stick. Penggunaan model pembelajaran yang berbeda akan memberikan dampak
yang bervariasi terhadap hasil belajar mahasiswa. Dalam pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran PQ4R selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan aktivitas dan mengembangkan kreativitasnya dalam melakukan
kegiatan
meningkatkan
daya
mengomunikasikan
pembelajaran
yang
ingatnya
dengan
pengetahuan
dalam
lebih
membantu
keterampilan jumlah
materi
siswa
untuk
bertanya
dan
pelajaran
yang
banyak.Pada model pembelajaran ini, guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan motivator yang memberikan stimulus kepada siswa agar mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil belajar yang lebih maksimal. Hasil belajar siswa dapat pula diwujudkan melalui penggunaan model Talking Stick dalam pembelajaran. Melalui penggunaan model ini, guru berperan sebagai fasilitator, akan tetapi dalam pelaksanaannya model pembelajaran ini tidak dapat digunakan terhadap materi yang yang luas dan sering kali membuat siswa merasa gugup dalam implementasinya sehingga berdampak pada tidak berkembangnya kerangka pikir siswa.
2.5.2
Interaksi Antara Model Pembelajaran (PQ4R dan Talking Stick) Dengan Motivasi Belajar Siswa (Tinggi dan Rendah). Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa penggunaan model
pembelajaran PQ4R dan Talking Stick dalam proses pembelajaran akan memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil belajar siswa. Disamping itu, motivasi belajar siswa yang dimiliki siswa juga merupakan factor yang turut menentukan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, walaupun memiki
keterbatasan
baik
berupa
keuangan
maupun
fasilitas
tetapi
memiliki
kecenderungan untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih baik.Berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi yang rendah, yang umumnya lebih memiliki motivasi yang kurang dalam kegiatan pembelajaran meskipun didukung oleh berbagai fasilitas dan sumber daya. Uraian di atas memberikan gambaran bahwa terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran (PQ4R dan Talking Stick) yang tepat dan sesuai dengan motivasi belajar siswa (Tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar siswa.
2.5.3
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Memiliki Motivasi Tinggi Antara Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran PQ4R dan Model Pembelajaran Talking Stick. Dalam proses pembelajaran terdapat kelompok siswa yang mimiliki
motivasi tinggi. Kelompok mahasiswa ini pada umumnya lebih menyenangi halhal yang bersifat social dan cenderung untuk melakukan kegiatan belajaran secara aktif.Mereka memandang berbagai permasalahan dalam pembelajaran dengan penuh tanggung jawab dengan bersungguh-sungguh. Motivasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi, akan memperoleh hasil belajar yang berbeda pada pembelajaran dengan model pembelajaran yang berbeda. Bagi siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQ4R akan lebih terlatih dengan kegiatan mengkontruksikan kerangka pikir untuk rajin membaca dan memahami konsep meskipun dalam materi pelajaran yang luas. Berbeda dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan model pembelajaran Talking Stick yang lebih mengandalkan kegiatan pembelajaran secara variatif tetapi tidak bisa untuk materi pelajaran yang cakupannya lebih luas
sehingga terdapat keterbatasan dalam mengelola materi, selain itu juga terjadinya ketegangan dalam proses pembelajaran mengakibatkan kurang berkembangnya kerangka pikir siswa akan materi pelajaran yang dibahas. Melalui penggunaan model pembelajaran PQ4R mahasiswa yang memiliki motivasi rendah akan dapat dimbing untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan membaca dan memahami konsep pelajaran yang sedang dibahas, sedangkan mahasiswa yang miliki motivasi rendah dapat dikembangkan pemahamannya melalui penggunaan model pembelajaran Talking Stick. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran yang relevan dengan motivasi belajar yang dimiliki siswa, akan sangat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Uraian di atas memberikan gambaran bahwa terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran (PQ4R dan Talking Stick) yang tepat dan sesuai dengna motivasi belajar siswa (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar siswa.
2.5.4
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Memiliki Motivasi Rendah Antara Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran PQ4R dan model pembelajaran Talking Stick. Mahasiswa dengan motivasi rendah pada umumnya lebih senang
melakukan kegiatan belajar kelompok dan kurangnya semangat untuk belajar lebih keras.Hal ini memberikan gambaran bahwa siswa dengan motivasi rendah lebih menekuni hal-hal yang bersifat instan dan tidak berupaya untuk mendalami setiap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Kelompok siswa dengan motivasi belajar ini, jika mengikuti proses pembelajaran yang menggukanan model PQ4R, maka akan lebih membuka wawasannya dalam memahami konsep pelajaran melalui kegiatan membaca, akan
tetapi berbeda untuk penggunaan model Talking Stick, akan terdapat kecenderungan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan variatif akan tetapi kurangnya pemahaman siswa untuk mengkonstruksi kerangka pikir untuk lebih berkembang. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi rendah antara yang diajar dengan model pembelajaran PQ4R dan model pembelajaran Talking Stick.
2.6 Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka piker yang telah diuraiakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran PQ4R lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran Talking Stick siswa pada Mata Pelajaran Surat Menyurat di Kelas XI SMK Negeri 1 Gorontalo. 2. Terdapat interaksi antara model pembelajaran (PQ4R dan Talking Stick) dengan motivasi belajar siswa (Tinggi dan Rendah) terhadap hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Surat Menyurat di Kelas XI SMK Negeri 1 Gorontalo. 3. Siswa yang memiliki motivasi tinggi yang diajar dengan model pembelajaran PQ4R memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran Talking Stick pada Mata Pelajaran Surat Menyurat di Kelas XI SMK Negeri 1 Gorontalo.
4. Siswa yang memiliki motivasi rendah yang diajar dengan model pembelajaran PQ4R memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran Talking Stick pada Mata Pelajaran Surat Menyurat di Kelas XI SMK Negeri 1 Gorontalo