BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Kompetensi Pedagogik Guru dan Hasil Belajar Siswa 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Istilah kompetensi berasal dari interest. Dalam Kamus Inggris Indonesia, kompetensi berarti wewenang. Menurut Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Sejalan dengan itu Mulyasa (2006:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Sofo (1999:123) mengemukakan “A competency is composed of skill, knowledge, and attitude, but in particular the consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to the standard of performance required in employment”. Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan. Selanjutnya Mulyasa (dalam Musfah.2011:27) bahwa Kompetensi Guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
6
mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas. Kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu. Kompetensi dikatakan
underlying characteristic
karena
karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Muhaimin (2004:151) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan,
7
teknologi maupun etika. Depdiknas (2008:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Syah (2003:230), kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih bahwa Kompetensi Pedagogik Guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. 2.1.2
Aspek-aspek Kompetensi Guru Membahas Kompetensi Pedagogik Guru ini, terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Karena seorang guru harus memiliki kompetensi. Buku yang ditulis oleh Mulyasa (2006:17) yang berjudul standar kompetensi dan sertifikasi guru. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut: 1. Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir Dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya 2. Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir Dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
8
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 3. Kompetensi Profesional Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir Dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 4. Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir Dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
adalah
suatu
pekerjaan
atau
keahlian
yang
mensyaratkan
intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses pendidikan secara akademis. 2.1.3
Kompetensi Pedagogik Guru Menurut penjelasan Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
9
Sedangkan kompetensi pedagogik menurut Trianto (2007:85) adalah kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Kompetensi Pedagogik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru saat melaksanakan profesinya, Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik, Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing dan memimpin peserta didik, Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 6 kompetensi inti seperti disajikan berikut ini: 1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, 2. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, 3. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, 4. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, 5. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, 6. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran, Secara subtantif Trianto (2007:85) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik mencakup kemampuan pemaham peserta didik, perancangan dan
10
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Secara lebih rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dijabarkan menjadi subkompetensi sebagai berikut: 1. Kemampuan guru dalam memahami peserta didik, dikembangkan berdasarkan beberapa subkompetensi: 1) Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan koginitf, 2) mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik, 3) memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsipprinsip kepribadian untuk memahami peserta didik. 2. Kemampuan
guru
dalam
merancang
pembelajaran,
dikembangkan
berdasarkan subkompetensi : 1) Menerapkan teori belajar dan pembelajaran, 2) menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, 3) menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang telah dipilih. 2.1.4
Kriteria Guru berkompetensi Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan kompetensi, karena guru yang berkompetensi, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Menurut Hamalik (2006:36) bahwa guru yang berkompetensi harus memiliki persyaratan, yang meliputi:
11
a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental yang sehat. e. Berbadan sehat. f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila. 2.1.5
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nasution (Syarifudin, dkk 2007:33-34) hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar. Selajutnya menurut Machu (2004:3) bahwa hasil belajar merupakan perilaku yang dapat diukur, pretasi belajar menunjukkan kepada individu sebagai sebab dalam arti bahwa individu sebagai perilakunya. Hasil belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan standar berbentuk baik berdasarkan kelompok atau norma yang telah ditetapkan, hasil belajar menunjukkan pula pada hasil kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil kemajuan yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan hasil evaluasi belajar dalam bentuk nilai angka yang tercantum dalam buku nilai atau rapor.
12
Sanjaya (2005:35-36) mengemukakan beberapa criteria keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Yang tercakup dalam penilaian setiap aspek tersebut yakni : 1. Aspek kognitif Aspek kognitif yang berhubungan dengan kemampuan intelektual siswa yang meliputi : a. Tingkatan menghapal secara perbal mencakup kemampuan menghapal tentang materi pembelajaran seperti fakta, konsep, prinsip dan prosedur. b. Tingkatan
pemahaman
meliputi
kemampuan
membandingkan,
mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi dan menyimpulkan. c. Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil, atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan. d.
Tingkat analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan, merinci, dan mengurai suatu objek.
e. Tingkat sintesis meluputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang. f. Tingkat penilaian, meliputi kemampuan menilai terhadap objek studi menggunakan criteria tertentu. 2. Aspek afektif Aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Evaluasi dalam aspek ini meliputi :
13
a. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya. b. Menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika. c. Nilai (valuing) ditinjau dari segi buruk-baik, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi. d. Menerapkan atau mempraktekkan nilai, norma, etiak, dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari. 3. Aspek psikomotor Pada aspek ini kompetensi yang harus dicapai meliputi : a. Tingkat penguasaan gerakan awal berisi tentang kemampuan siswa dalam menggerakkan sebagai anggota tubuh. b. Tingkat gerakan rutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. c. Tingkat gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis. Tes atau evaluasi adalah cara untuk mengetahui sejauh mana operasional suatu kasus atau rangkaian pelajaran yang dapat tercapai dengan ujian atau tes guru dapat menilai hasil pelajaran yang dilakukannya dan dapat mengukur hasilnya yang disebut nilai belajar. Sehubungan dengan penilaian ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari tes yang dilakukan setelah melaksanakan
14
pembelajaran yang diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran, dan hasil evaluasi di peroleh dengan menggunakan penilaian acuan patokan. 2.1.6
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Berbicara faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, banyak
para ahli yang telah membahasnya. Syah (2008:144) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada intinya terbagi dua faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohania) yang meliputi intelegensi, kebiasaan balajar, dan minat, serta faktor eksternal yang terdiri atas keluarga, sekolah dan masyarakat. 1. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti kesehatan faktor internal terdiri dari dua asoek yaitu : a. Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran orga-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apa lagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga meteri yang dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahanka tonus agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola isterahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tepat dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab kesalahan
15
pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri. b. Aspek psikologis Banyak faktor yang bersifat psikis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa ayakni : 1.) Intelegensing Intelegensi merupakan suatu kecekapan yang dimiliki seseorang siswa dalam menyerap dan merealisasikan hal-hal yang telah dipelajari. Siswa yang telah memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan, sebab cepat menyerap apa yang dijelaskan oleh guru dan mudah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dalam waktu yang tepat. 2.) Kebiasaan belajar Kebiasan belajar ini bersifat individual yang berbeda-beda satu sama lain dan tidak dapat ditentukan sama rata dari setiap orang. 3.) Minat Dalam mempelajari pelajaran siswa perlu memiliki minat terahadap materi yang dipelajari. Kurangnya minat mengakibatkan kurangnya perhatian dalam bealajar sehingga akan mengurangio dan mempengaruhi hasil belajar siswa. 2. Faktor eksternal yaitu faktro yang datang dari luar diri siswa seperti lingkungan, kebersihan dan sebagainya. Faktor eksternal terdiri dari : a.) Faktor Keluarga Lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam membina dan membentuk kepribadian anak, bahkan juga dapat dikatakan lingkungan keluarga
16
merupakan faktor dominan yang menentukan prestasi siswa, seperti ekonomi keluarga, satu rumah dan pengawasan orang tua. b.) Faktor Sekolah Lingkungan sekolah memegang peran penting bagi kelangsungan proses belajar mengajar, maka sudah tentu terdapat faktor-faktor yang bersumber dari sekolah itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor tersebut antara lain kemampuan guru. Metode mengajar guru, fasilitas proses belajar mengajar. Kemampuan guru dalam menguasai materi-materi dengan penyampaian merupakan syarat utama bagi pengajar. Seorang guru yang tidak menggunakan metode mengajar yang tepat menimbulkan kesulitan pada siswa dalam memahami pelajaran. Sarana dan prasarana juga sangat menunjang proses belajar mengajar apalagi yang pada umumnya menggunakan metode mengajar yang baik. c.) Faktor Masyarakat Manusia sebagai mahluk sosial yang ingin bergaul dengan semua manusia dan ingin berkelompok dengan masyarakat di sekitarnya. Keadaan masyarakat mempengaruhi hasil belajar siswa misalnya, lingkungan masyarakat yang sering berjudi, penyabung ayam, peminum dan sebagainya akan mempengaruhi anak kearah perbuatan yang tidak baik. Menurut Sanjaya (2005:35-36), mengemukakan bahwa Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, adalah: 1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok,
17
Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ TIK telah dicapai siswa baik individu maupun kelompok. 2.1.7
Pengertian Belajar Pada hakikatnya belajar adalah proses perubahan, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Menurut Sudjana (2009:28), bahwa “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu”. Menurut Hamalik, (2010:27), bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)” Selanjutnya menurut Thorndike (dalam Sanjaya, 2010:115), bahwa “Belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respon (SR)”. Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik seuah kesimpulan bahwa Belajar adalah suatu aktifitas dalam upaya menghasilkan sebuah perubahan kearah baik berupa
pengetahuannya,
pemahamannya,
sikap
dan
tingkah
lakunya,
ketrampilannya, kecakapannya dan lain-lain dari hal-hal yang sebelumnya belum diketahui menjadi tahu.
18
2.1.8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita
bedakan menjadi tiga macam, yakni: 1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni a) Aspek Fisiologis Yakni kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila disertai pusing kepala berat misalnya, maka dapat menurunka kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya tidak berbekas. Untuk dapat mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, maka siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting karena kesalahan pola makanminum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri. b) Aspek Psikologis yang meliputi: 1. Inteligensi siswa yang pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi
19
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. 2. Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. 3. Bakat siswa secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai Hasil sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan inteligensi, karena itu seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. 4. Minat siswa secara sederhana adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Ada dua aspek, yaitu: a) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa
20
disekolah. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. b) Lingkungan nonsosial yang termasuk dalam faktor lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. (Syah,2003:144-155).
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Adapun kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
21
N o
Nama/ Tahun
1
Lestari, Rizky Septi, 2012
2
Lisa Setiawati . 2010
Tabel 1. Kajian Penelitian Yang Relevan Variabel Judul Penelitian Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru berpengaruh Pengaruh Variabel X ( positif terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS Kompetensi Kompetensi dalam mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 7 Pedagogik Guru Pedagogik Cirebon, teruji dan diterima kebenarannya dengan Terhadap Hasil Guru). taraf kepercayaan 95%. Hal ini dibuktikan dengan Belajar Siswa nilai korelasi sebesar 0,69 serta koefisien Pada Mata Variabel Y determinasi sebesar 47,61% dan sisanya sebesar Pelajaran (Hasil 52,39% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan Akuntansi di Belajar demikian dapat diketahui bahwa kompetensi SMA Negeri 7 Siswa) pedagogik guru berpengaruh positif terhadap hasil Cirebon. belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 7 Cirebon. Dalam penelitian ini dapat di simpulkan bahwa besarnya pengaruh antara variabel kompetensi sosial dengan motivasi belajar dapat diketahui dari nilai t hitung t tabel = 3,248 1,960, maka dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikan. Jadi kompetensi sosial Pengaruh berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar Kompetensi Variabel X ( siswa. Koefesien determinasi (R Square) sebesar Sosial Guru IPS Kompetensi 0,048. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar Terhadap Sosial dipengaruhi sebesar 4,8% oleh kompetensi sosial Motivasi Dan Guru). guru. Pengaruh tidak langsung antara variabel Hasil Belajar motivasi belajar dengan Hasil belajar yaitu 0,9762 Siswa Kelas XI Variabel Y = 0,952 = 95,2%. Pengaruh antara kompetensi Pada Mata (Hasil sosial terhadap Hasil belajar dapat diketahui dari Pelajaran Ilmu Belajar nilai t hitung = 3,997 sedang nilai t tabel =1,960 Pengetahuan Siswa) maka dapat diketahui bahwa t hitung t tabel = 3,997 Sosial (IPS) Di 1,960, Ho ditolak dan Ha diterima artinya MTs Negeri signifikan. Koefisien determinan (R Lawang Malang Square)=0,071. Hal ini berarti kompetensi sosial guru berpengaruh 7,1% terhadap Hasil belajar. Serta pengaruh kompetensi sosial terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran yang tidak diminati siswa dilihat dari nilai t hitung t tabel = 2,175 1,684, Ho ditolak dan Ha diterima artinya
22
3
Himawan . 2012
Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil belajar (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 2 Magelang Mata Diklat Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran)
signifikan. Jadi kompetensi sosial berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Nilai R Square = 0,125 artinya kompetensi sosial berpengaruh 12,5% terhadap motivasi belajar. Jadi meskipun siswa kurang meminati mata pelajaran mereka tetap memiliki motivasi sebesar 12,5 %. Dapat di simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dan motivasi belajar dengan Hasil belajar siswa kelas Variabel X ( XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Negeri Kompetensi 2 Magelang. Saran dalam penelitian ini : Guru Pedagogik untuk lebih meningkatkan kreativitas dalam Guru dan menjelaskan materi saat kegiatan pendahuluan, Motivasi dalam upaya menggali kembali pengetahuan siswa Belajar tentang materi pertemuan sebelumnya. Guru Siswa) diharapkan dapat menggunaan media pembelajaran yang tepat bagi siswa untuk meningkatkan Hasil Variabel Y ( belajar. Guna meningkatkan motivasi siswa, guru Hasil diharapkan menggunakan metode pemberian Belajar penghargaan yang tepat . Bagi peneliti lebih lanjut Siswa) diharapkan untuk menambah variabel lain yang berpengaruh terhadap pencapaian Hasil belajar siswa, diantaranya mengenai variabel-variabel metode pembelajaran, bakat, disiplin, lingkungan dan sebagainya.
2.3 Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teortis maka saya menyusun kerangka berfikir sebagai berikut:
23
KERANGKA PIKIR KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
Hasil Belajar Siswa
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok
Kemampuan Guru dalam Merancang Pembelajaran yang meliputi 1) Menerapkan teori belajar dan pembelajaran, 2) menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, 3) menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang telah dipilih. Menurut Trianto (2007:85)
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok Menurut Sanjaya (2005:35-36)
Gambar 1. Kerangka Pikir
2.4 Hipotesisis penelitian. Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu “Terdapat Pengaruh antara Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kelas XI SMA Negeri 4 Gorontalo”.
24