6
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Konsep Umum Produk dan Keputusan Pembelian Konsumen 2.1.1 Definisi Produk Perilaku konsumen adalah segala kegiatan atau tingkah laku yang diperbuat oleh konsumen yang ditunjukkan melalui pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penentuan produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman & Kanuk, 1999 dalam Pandji, 2007). Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan (Kotler, 2007). Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan ciri-cirinya yaitu daya tahan, wujud, dan penggunaan (konsumen atau industri). Produk dibagi menjadi dua kelas besar menurut jenis konsumen
yang
menggunakannya
yaitu
produk
konsumen
(consumer product) dan produk industri (industrial products). a. Produk konsumen adalah produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumen pribadi. Produk konsumen meliputi produk sehari-hari (convenience product), produk shopping (shopping
7
product), produk spesial (special product), serta produk yang tidak dicari (unsought product). b. Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis. Kelompok produk industri adalah bahan dan suku cadang dan barang modal. Jadi, perbedaan antara produk konsumen dan produk industri didasarkan pada tujuan dibelinya produk itu (Kotler & Armstrong, 2001). Menurut (M Taufik Amir, dikutip dalam Rudi Oktriyadi, 2011) : “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”. Produk mencakup objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide. Menurut hubungan
Petter
dan
konsumen
mempertimbangkan
Olson
dengan
karakteristik
(2000)
produk produk.
dalam
adalah
menganalisis penting
Adapun
untuk
karakteristik
produk adalah sebagai berikut : 1. Kompatibilitas (compatibility), adalah sejauh mana suatu produk konsisten dengan afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen saat ini.
8
2. Kemampuan untuk di uji coba (trialibility), adalah menjelaskan sejauh mana suatu produk dapat dicoba dalam jumlah yang terbatas, atau dipilah kedalam jumlah-jumlah yang kecil jika untuk melakukan uji coba ternyata membutuhkan biaya yang tinggi. 3. Kemampuan untuk diteliti (observability), mengacu pada sejauh mana produk atau dampak yang dihasilkan produk tersebut dapat dirasakan oleh konsumen lain. 4. Kecepatan (speed), adalah seberapa cepat manfaat suatu produk dipahami oleh konsumen. 5. Kesederhanaan (simplicity), adalah sejauh mana suatu produk dengan mudah dimengerti dan digunakan konsumen. 6. Manfaat relatif (relative advantage), adalah sejauh mana suatu produk memiliki keunggulan bersaing yang bertahan atas kelas produk, bentuk produk, dan merek lainnya. 7. Simbolisme produk (product simbolisme), adalah apakah makna suatu produk atau merek bagi konsumen dan bagaimanakah pengalaman konsumen ketika membeli dan menggunakannya. 8. Strategi pemasaran (marketing strategy), merupakan suatu karakteristik produk yang memiliki peran apakah suatu produk itu berhasil dan berkemampuan.
9
Perencanaan produk harus memikirkan produk pada tiga tingkatan yaitu : 1. Produk Inti adalah untuk memecahkan masalah atau manfaat inti yang dicari konsumen, yaitu ketika membeli suatu produk. 2. Produk Aktual adalah bagian dari produk, yang meliputi tingkat mutu, sifat, rancangan, nama merek, dan pengemasan. 3. Produk Tambahan adalah tambahan servis atau pelayanan dan manfaat bagi konsumen yang diberikan disekitar produk inti dan aktual. 2.1.2 Atribut Produk Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan, dsb. a. Merek Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk
pesaing.
Merek
memegang
peranan
penting
dalam
pemasaran. Bila produk bisa dengan mudah ditiru pesaing, maka merek selalu memiliki keunikan yang relative suka dijiplak. Merek berkaitan erat dengan persepsi, sehingga sesungguhnya persaingan
10
yang terjadi antar perusahaan adalah pertarungan persepsi dan bukan hanya sekedar pertarungan produk. b. Kemasan Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan dengan perancanangan dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk. Tujuan penggunaan kemasan antara lain : 1. Sebagai pelindung isi, misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya kadar/isi dsb. 2. Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan, misalnya supaya tidak mudah tumpah, sebagai alat pemegang, mudah menyemprotkannya (seperti obat nyamuk, parfum) dll. 3. Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable), misalnya untuk diisi kembali atau untuk wadah lain. 4. Memberikan daya tarik (promotion) yaitu aspek artistik, warna, bentuk, maupun desainnya. 5. Sebagai
identitas
(image)
produk,
misalnya
berkesan,
kokoh/awet, lembut, atau mewah. 6. Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, dihitung, dan ditangani. 7. Informasi (labeling), yaitu menyangkut isi, pemakaian, dan kualitas. 8. Sebagai cermin inovasi produk berkaitan dengan kemajuan teknologi dan daur ulang
11
c.
Label Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan
informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Dengan demikian, ada hubungan erat antara label, kemasan, dan merek. Secara garis besar terdapat tiga macam label yaitu : 1. Brand label adalah nama merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan 2. Descriptive label adalah label yang memberikan informasi obyektif
mengenai
perawatan/perhatian,dan
penggunaan, kinerja
konstruksi/pembuatan,
produk,
serta
karakteristik
lainnya yang berhubungan dengan produk 3. Grade label adalah label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk dengan suatu huruf, angka, atau kata. 2.1.3 Kualitas Produk Kotler dan Armstrong (2008:347) menyatakan bahwa Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsifungsinya
yang
meliputi
daya
tahan,
keandalan,
ketepatan,
kemudahan, operasi dan perbaikan serta atribut lainnya. Bila suatu produk telah dapat menjalankan fungsi-fungsinya dapat dikatakan sebagai produk yang memiliki kualitas yang baik.
12
Menurut Kotler (2008:330), kebanyakan produk disediakan pada satu diantara empat tingkatan kualitas, yaitu : kualitas rendah, kualitas rata-rata sedang, kualitas baik dan kualitas sangat baik. Beberapa dari atribut diatas dapat diukur secara objektif. Namun demikian dari sudut pemasaran kualitas harus diukur dari sisi persepsi pembeli tentang kualitas produk tersebut. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan (Kotler, 2007). Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan ciri-cirinya yaitu daya tahan, wujud, dan penggunaan (konsumen atau industri). Produk dibagi menjadi dua kelas besar menurut jenis konsumen
yang
menggunakannya
yaitu
produk
konsumen
(consumer product) dan produk industri (industrial products). a. Produk konsumen adalah produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumen pribadi. Produk konsumen meliputi produk sehari-hari (convenience product), produk shopping (shopping product), produk spesial (special product), serta produk yang tidak dicari (unsought product). b. Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis.
13
Kelompok produk industri adalah bahan dan suku cadang dan barang modal. Jadi, perbedaan antara produk konsumen dan produk industri didasarkan pada tujuan dibelinya produk itu (Kotler & Armstrong, 2001). Strategi desain produk mengikuti konsep siklus hidup produk. Ada empat hal yang harus diketahui mengenai siklus hidup produk, yaitu : 1. Setiap produk mempunyai batas umur. 2. Penjualan produk melewati tahap-tahap yang jelas dan setiap tahap memberi tantangan yang berbeda kepada si penjual. 3. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan akan meningkat dan menurun
pada
tahap yang
berbeda
dalam
siklus
hidup
produknya. 4. Produk menuntut strategi yang berbeda dalam pemasaran, keuangan, produksi, maupun pembelian pada setiap tahap daur hidup produknya. Adapun tahap-tahap pokok dalam siklus hidup produk adalah sebagai berikut. 1. Perkenalan (introduction), pertumbuhan penjualan lambat karena produk baru saja diperkenalkan kepada konsumen, sedangkan biaya
sangat
tinggi
sehingga
keuntungan sama sekali.
produk
tidak
menghasilkan
14
2. Pertumbuhan (growth), pasar dengan cepat menerima produk baru sehingga penjualan melonjak dan menghasilkan keuntungan yang besar. 3. Kedewasaan (maturity), periode dimana pertumbuhan penjualan mulai menurun karena produk sudah bisa diterima oleh sebagian besar pembeli potensial. 4. Kemunduran (decline), dalam periode ini penjualan menurun dengan tajam diikuti dengan menyusutnya keuntungan (Hakim Nasution, 2006) 2.1.4 Konsep Kualitas Pakar kualitas William E. Deming menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar. Menurut Goetsch dan Davis (1995) dalam Tjiptono 2005, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2005). Ada delapan dimensi kualitas dalam bukunya (Tjiptono dan Diana, 2003) yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, yaitu :
15
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti. 2. Ciri-ciri
atau
keistimewaan
tambahan
(features),
yaitu
karakteristik sekunder atau pelengkap. 3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. 6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi. 7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap
produk
yang
bersangkutan.
Pemasar
yang
tidak
memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan
16
diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk (Sulistyari, 2012). 2.1.5 Konsep Keputusan Pembelian Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaanpertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dan mengenai unsurunsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Menurut
Siagian
(dalam
Hasan,
2002:10)
pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
17
Kotler dan Keller (2007a:214) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang memainkan
peranan
penting
dalam
memahami
bagaimana
konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah model rangsangantanggapan. Pemasar bertugas untuk memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan luar dan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis penting-motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori--secara fundamental turut mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran. Kotler (2005a:223) menunjukkan bahwa di antara tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terdapat minat membeli awal, yang mengukur kecenderungan pelanggan untuk melakukan suatu tindakan tertentu terhadap produk secara keseluruhan. Menurut Kotler (2005a:220), terdapat lima peran dalam keputusan pembelian, yaitu : a. Initiator (orang yang mengusulkan gagasan untuk membeli). b. Influencer (orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan) c. Decision maker (orang yang mengambil keputusan). d. Buyer (orang yang melakukan pembelian aktual).
18
e. User (orang yang mengonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tertentu). 2.1.6 Dasar Pengambilan Keputusan Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah : 1. Intuisi Suatu proses bawah sadar/tidak sadar yang timbul atau tercipta akibat pengalaman yang terseleksi. Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intusi atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh. a. Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah : 1. Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek. 2. Untuk
masalah
yang
pengaruhnya
terbatas,
pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada umumnya. 3. Kemampuan mengambil keputusan dari peng-ambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik b. Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah : 1. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
19
2. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya. 3. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan. 2. Pengalaman Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.
Karena pengalaman
seseorang dapat mempekira-kan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas
saja
mungkin
sudah
dapat
menduga
cara
fakta
dapat
penyelesaiannya. 3. Fakta Pengambilan
keputusan
berdasarkan
memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan
dapat
lebih
tinggi,
sehingga
orang
dapat
menerima keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela dan lapang dada 4. Wewenang Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang
20
yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang lebih rendah kedudukannya. wewenang
Pengambilan
juga
memiliki
keputusan beberapa
berdasarkan
kelebihan
dan
kelemahan. a. Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah : 1. Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah
penerimaan
tersebut
secara
sukarela
ataukah terpaksa. 2. Keputusannya dapat dapat bertahan dalam jangka waktu yg cukup lama 3. Memiliki otentisitas (otentik). b. Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah : 1. Dapat menimbulkan sifat rutinitas 2. Mengasosiakan dengan praktek dictatorial. 3. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan
sehingga
dapat
menimbulkan
kekaburan. 5. Rasional. Pada pengambilan keputusan yang berdasakan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai
21
dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara rasional : 1. Kejelasan masalah : tidak ada keraguan dan kekaburan masalah. 2. Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai. 3. Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya. 4. Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria. 5. Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal. Tipe-tipe
keputusan
yang
dibuat
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan sistem yang dikemukakan oleh Simon (1997; dalam Kreitner dan Kinicki, 1992, pp. 552-554) dapat dibedakan menjadi : 1. Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan, atau prosedur. Keputusan ini cenderung berulang-ulang dan rutin. Melalui pengalaman dan perjalanan waktu, organisasi dapat mengembangkan prosedurprosedur spesifik untuk menangani tipe keputusan ini.
22
2. Keputusan yang tidak terprogram merupakan keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah baru, khas, atau khusus. Biasanya bersifat tidak terstruktur. Dalam menangani tipe keputusan ini, manajer cenderung menggunakan judgment, instuisi, dan kreativitas. Dewasa ini banyak pula perusahaan yang membentuk
tim
pengambil
keputusan
atau
memanfaatkan
simulasi computer untuk pengambilan keputusan yang tidak terprogram. Sementara mengemukakan
itu,
Gibson,
proses
et
al.
pengambilan
(1991, keputusan
p.
576-580)
yang
dapat
diterapkan untuk menangani tipe keputusan diprogram maupun yang tidak diprogram. Proses ini terdiri atas tujuh langkah, yaitu : a. Menetapkan tujuan dan sasaran spesifik b. Identifikasi masalah c.
Mengembangkan alternatif-alternatif
d. Evaluasi terhadap masing-masing alternative e. Memilih alternative yang terbaik f. Melaksanakan keputusan g. Melakukan pengendalian dan evaluasi 2.1.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Terdapat indikator dari keputusan pembelian, yaitu (Kotler, 1995): a. Kemantapan pada sebuah produk
23
b. Kebiasaan dalam membeli produk c.
Menberikan rekomendasi kepada orang lain
d. Melakukan pembelian ulang Menurut Simon (dalam Hasan, 2002; 24) proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga fase keputusan, yaitu sebagai berikut : a. Fase intelegensia merupakan fase penelusuran informasi untuk keadaan yang memungkinkan dalam rangka pengambilan keputusan. Jadi merupakan pengamatan lingkungan dalam pengambilan keputusan. Data dan informasi diperoleh, diproses dan diuji untuk mencari bukti-bukti yang dapat diidentifikasi, baik yang pemasalahan pokok peluang untuk memecahkannnya. b. Fase
desain
merupakan
fase
pencarian/penemuan,
pengembangan serta analisa kemungkinan suatu tindakan. Jadi merupakan
kegiatan
perancangan
dalam
pengambilan
keputusan. c.
Fase pemilihan yaitu fase seleksi alternatif atau tindakan yang dilakukan dari alternatif-alternatif tersebut. Alternatif yang dipilih kemudian
diputuskan
dan
dilaksanakan.
Jadi
merupakan
kegiatan memilih tindakan atau alternatif tertentu dari bermacammacam kemungkinan yang akan ditempuh. 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
24
Selanjutnya, peneliti dapat menampilkan referensi lain dalam bentuk hasil penelitian sebagai informasi peneliti dalam menganalisis masalah dalam penelitian. Berikut daftar penelitian terdahulu yang disertai dengan hasil peneliti : Tabel 2.1 Kajian Penelitian Yang Relevan Nama Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Roselina Imelda
Analisis pengaruh harga, kualitas produk, dan kemasan produk terhadap keputusan pembelian Slimming Tea Produksi PT. Mustika Ratu
Dengan menggunakan tehnik analisis regresi sederhana dan berganda maka hasil penelitan ini menunjukan bahwa variabel harga, kualitas produk, dan kemasan produk sliiming tea sama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk sliiming tea dapat dipengaruhi oleh variabel harga dengan konstribusi sebesar 28,5%, variabel kualitas produk sebesar 61,1%, sedangkan variabel kemasan dapat mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 49.5%. Diantara ketiga variabel tersebut kualitas produk merupakan pengaruh terbesar dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Purwati Heri Setiawan Rohmawati
Pengaruh harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian motor Honda matic beat (studi kasus pada PT. Nusantara Solar Sakti).
Hasil penelitian yang dilakukan dengan perhitungan (analisis) atau pembahasan Koefisien Determinasi, dapat diketahui pengaruh variabel harga (X1) terhadap pengambilan keputusan pembelian sepeda motor Matic Honda Beat (Y) sebesar 6,25% yang berarti harga mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat sebesar 6,25% dan sisanya sebesar 93,75% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Nilai uji t variabel harga terhadap pengambilan keputusan pembelian sebesar 2,21728 lebih besar dari nilai ttabel sehingga kolerasi antara variabel harga dan pengambilan keputusan
Peneliti
25
pembelian sepeda motor matic Honda Beat dinyatakan signifikan. Nilai uji t variabel kualitas produk terhadap pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat sebesar 4,7454 lebih besar dai nilai t tabel sehingga kolerasi antara variabel kualitas produk dan pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat dinyatakan signifikan. Hasil perhitungan uji F di atas didapat nilai signifikansinya adalah 0.012 maka dapat disimpulkan bahwa variabel harga dan kualitas produk terhadap pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat tidak mempengaruhi secara signifikan, karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung < 2,48). Variabel yang paling dominan mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat pada hasil dari perhitungan ini adalah variabel kualitas produk ditunjukkan koefisien regresi sebesar 0, 8135 Dibandingkan nilai koefisien regresi variabel kualitas produk. Ika Putri Analisis pengaruh kualitas produk kualitas Iswayanti layanan, harga, dan tempat terhadap keputusan pembelian (studi kasus pada rumah makan Soto Angkring Mas Boed di Semarang).
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,260 X1 + 0,253 X12 + 0,239 X3 + 0,206 X4 + e. Berdasarkan analisis data statistik, indikatorindikator pada penelitian ini bersifat valid dan variabelnya bersifat reliabel. Pada pengujian asumsi klasik, model regresi bebas multikolonieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan berdistribusi normal. Urutan secara individu dari masing-masing variabel yang paling berpengaruh adalah variabel kualitas produk dengan koefisien regresi sebesar 0,260, lalu kualitas layanan dengan koefisien regresi sebesar 0,253, kemudian diikuti dengan harga dengan koefisien regresi sebesar 0,239, sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah adalah tempat dengan koefisien regresi sebesar 0,206.
Dheany Arumsari
Penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dengan sampel penelitian berjumlah 100 orang dari populasi konsumen pada toko Bhakti Mart Semarang. Metode analisis yang
Analisis pengaruh kualitas produk, harga, dan promosi terhadap keputusan pembelian air
26
minum (AMDK) merek Aqua (Studi pada Konsumen Toko Bhakti Mart KPRI Bhakti Praja Provinsi Jawa Tengah).
David Jayadi
Analisis pengaruh kualitas produk, harga, promosi, dan layanan purna jual terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha (Studi pada Mahasiswa Universitas Diponegoro)
digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian mendapatkan bahwa persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = 0,509 X1 + 0,401 X2 + 0,252 X3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga mempunyai pengaruh yang paling besar dibandingkan dengan variabel-variabel bebas lainnya terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.Variabel promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian membuktikan bahwa tiga variabel independen yaitu kualitas produk, harga, dan layanan purna jual mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian sepeda motor Yamaha. Sedangkan satu variabel independen yaitu promosi tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi responden dalam menentukan keputusan membeli sepeda motor Yamaha. Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa semua variabel independen (kualitas produk, harga, promosi, dan layanan purna jual) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Pengaruh positif terbesar terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha pada mahasiswa Universitas Diponegoro adalah pada variabel layanan purna jual dengan koefisien 0,303, kemudian diikuti oleh variabel harga dengan koefisien 0,253, selanjutnya variabel kualitas produk dengan koefisien 0,187, sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah dan tidak signifikasi yaitu variabel promosi dengan nilai koefisien sebesar 0,037.
27
Dari beberapa peneliti di atas, dan telah menganalisis pokok masalah yang sama dengan penelitian ini yakni mengukur kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen. Secara umum penelitian beberapa penelitian tersebut telah memberikan gambaran bahwa kualitas produk sudah pasti memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Namun dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk melihat dari sisi bentuk kualitas produk yang disediakan oleh PT. Sinar Galesong Pratama Cabang Gorontalo, disamping itu tingkat keputusan pembelian konsumen yang pada akhirnya akan meningkatkan profit bagi PT. Sinar Galesong Pratama Cabang Gorontalo sendiri. Titik perbedaan penelitian ini adalah bentuk produk jasa yang teliti oleh masing-masing peneliti. 2.3 Kerangka Berpikir Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2011). Dengan mengacu pada beberapa penelitian terdahulu maka kerangka teoritis dalam penelitian ini memadukan variable kualitas produk yang mempengaruhi keputusan konsumen. Salah satu manfaat dari kerangka pemikiran ini adalah untuk memberikan bingkai atau gambaran penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
28
Adapun kerangka konseptual yang dikembangkan dalam model ini adalah sebagai berikut :
29
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian
PT. Sinar Galesong Pratama Cabang Gorontalo
Kualitas Produk (X) Kinerja Ciri-ciri Kehandalan Kesesuaian dengan spesifikasi 5. Daya tahan 6. Serviceability 7. Estetika 8. Kualitas (Tjiptono dan Diana, 2003).
Feed Back
1. 2. 3. 4.
1. Uji validitas 2. Uji reabilitas 3. Uji normalitas
Analisis Regresi Sederhana Keputusan Konsumen (Y) 1. Kemantapan pada sebuah produk 2. Kebiasaan dalam membeli produk 3. Memberikan rekomendasi kepada orang lain 4. Melakukan ulang
pembelian
(Kotler, 1995)
KESIMPULAN
30
2.4 Hipotesis Hipotesis penelitian sangat penting dalam penelitian kuantitatif. Karena merupakan simpulan awal terhadap suatu Dikatakan
sementara
karena
jawaban
yang
masalah.
diberikan
baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2004). Menurut Fathoni (2006:20) hipotesis adalah suatu jawaban sementara
dari
suatu
permasalahan
yang
harus
dibuktikan
kebenarannya dikemudian hari. Dalam rangka penelitian yang disajikan, hipotesis ini merupakan rangkuman dari kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya. Berdasarkan Latar Belakang dan kajian Teori, hipotesis dalam penelitian ini diduga ada pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT. Sinar Galesong Pratama Cabang Gorontalo.