6
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1
Pengertian Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam
suatu hal. (Poerwodarminto, 1976:694). “ Pemahaman merupakan proses bepikir dan belajar”. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami. (Poerwodarminto, 1976:636). “ Pemahaman adalah tingakatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahui ”. “ Dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan ” (Purwanto, 1997:44). Di dalam ranah diatas menunjukkan tingakatan-tingkatan kemampuan yang dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat dikatakan bahwa pemahaman tingkatannya lebih tinggi dari sekedar pengetahuan. Definisi menurut Sudijono adalah “ Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. “Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan” (Sudijono, 1996:50 ). Menurut Saifuddin Azwar, dengan memahami
7
berarti sanggup menjelaskan, mengklasifikasikan, mengikhtiarkan, meramalkan, dan membedakan. (Azwar, 1987:62). Pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi imu pengetahuan”(Gardner, 1999:102). Pemahaman merupakan indikator unjuk kerja yang siap direnungkan, dikritik, dan digunakan oleh orang lain” (Gardner, 1999:107). “ Pemahaman muncul dari hasil evaluasi dan refleksi diri sendiri” (Wenning, 2006:67) 2.1.2
Pengertian Cerita Dongeng Cerita adalah salah satu hiburan yang murah, yang kehadirannya sangat
diperlukan sebagai bumbu dalam pergaulan. Pertemuan akan terasa sangat kering dan gersang tanpa kehadiran cerita. Cerita lama yang dikisahkan oleh orang tua ataupun oleh pelipur lara pada umumnya menampilkan tema hitam putih artinya kebenaran dan keluhuran budi dipertentangkan dengan kebatilan selalu dimenangkan disinilah pencerita menyampaikan sekaligus mengajarkan nilai-nilai luhur yang bersifat universal, sekaligus menampilkan tokoh protagonis sebagai model yang diteladani. Cerita yang baik akan lebih menarik jika diceritakan oleh pencerita yang baik. Untuk menjadi pencerita yang baik harus ada persiapan dan latihan yang mantap. Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : 1) penguasaan dan penghayatan cerita, 2) penyelarasan dengan situasi dan kondisi, 3) pemilihan da penyusunan kalimat, 4) pengekspresian yang alami, dan 5) keberanian. (Pattiiha, 2007:23).
8
Cerita adalah penuturan tentang suatu kejadian. Dari cerita tersebut, kita dapat mengetahui di mana, bagaimana, dan apa yang dialami oleh pelaku cerita dari awal sampai akhir, Pelaku cerita dapat manusia, binatang, maupun, manusia. Pada zaman dahulu cerita dapat dituturkan secara lisan . Di tempat pesta biasanya diramaikan oleh tukang cerita. Fungsinya sebagai penghibur . berfungsi sama demgan penyanyi dan penari. 2.1.3
Manfaat Cerita Dongeng
a. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak b. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif c. Pendidikan imajinasi/fantasi d. Menyalurkan dan mengembangkan emosi e. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam dongeng f. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin g. Sarana Hiburan dan penarik perhatian h. Menggugah minat baca i. Sarana membangun watak mulia 2.1.4
Jenis-Jenis Cerita Dongeng Menurut
Subyantoro
(2007:11),
terdapat
jenis-jenis
cerita
yang
diklasifikasikan menurut asal-usulnya yaitu: (1) isinya, (2) bentuk penulisannya, (3) fungsinya, dan (4) bahannya. Berdasarkan isinya, cerita anak-anak dapat berasal dari satra tradisional, fantasi modern, fiksi realitas, fiksi sejarah, dan puisi. Menurut bentuk penulisannya, buku bacaan bergambar, komik, buku ilustrasi, dan novel. Dilihat
9
dari fungsinya, ada pula buku untuk pemula disebut sebagai buku konsep, buku pertisipasi, dan toybooks. Sedangkan jens-jenis cerita tersebut berupa: mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita prosa rakyat yang benar-benar dianggap terjadi serta dianggap suci oleh yang mempunyai cerita. Mite ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang hampir mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi dianggap tidak suci. Tokoh dalam legenda adalah manusia walaupun adakalanya mempunyai sifat luar biasa karena bantuan makhluk gaib. Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benarbenar terjadi oleh yang mempunyai cerita dan tidak terikat oleh tempat dan waktu. Kemudian selanjutnya cerita dijeniskan kedalam fantasi modern, fiksi realitas, dan fiksi realistis kontemporer. Fantasi modern adalah cerita yang ditulis oleh pengarang. Cerita ini berupa dongeng-dongeng modern yang banyak mengambil elemen-elemen cerita rakyat, fantasi ilmiah ataupun cerita fantasi lain mengenai hewan atau robot. Fiksi realitas berisi tentang cerita petualangan, detektif, misteri atau humor dan sebagainya. Kemudian cerita tersebut dibedakan lagi dalam fiksi realistis komtemporer yang berisi masalah-masalah yang dahulu bersifat tabu seperti perceraian, kematian, seksual, narkoba dan lainnya. 2.1.5
Unsur-unsur Cerita Unsur yang membangun sebuah cerita terdiri atas dua yaitu Unsur
Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik.
10
a. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup : 1) Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita. 2) Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung. 3) Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur dibagi menjadi 3 yaitu: (1) Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus. (2) Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback). (3) Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur. Alur meliputi beberapa tahap: (1) Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita. (2) Penampilan masalah: bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita.
11
(3) Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak. (4) Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur– angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. (5) Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan. 4) Perwatakan Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui: (1) Dialog tokoh (2) Penjelasan tokoh (3) Penggambaran fisik tokoh 5) Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita. b. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
1)
Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
2)
Latar belakang kehidupan pengarang
3)
Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
12
Sumber:
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2103855-
unsur-unsur-cerita/#ixzz1c5QLRrAP Dongeng adalah jenis/bentuk prosa fiksi lama yang dalam Bahasa Inggris disebut folklore. Defenisi dongeng adalah suatu cerita rekaan atau fantasi atau khayalan belaka yang kejadiannya tidak mungkin terjadi. Dongeng adalah cerita yang hidup dikalangan rakyat yang disajikan dalam bentuk lisan, namun sekarang sudah banyak yang ditukis dan dibukukan. Munculnya cerita yang bertradisi tutur ini hampir bersamaan dengan munculnya kepercayaan dan kebudayaan suatu masyarakat. Pada mulanya dongeng berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat yang berkebudayaan primitif terhadap hal-hal supranatural atau gaib dilingkungannya. Berdasarkan isinya dongeng dibagi menjadi : 1.) Fabel. Fabel adalah dongeng yang isinya tentang kehidupan binatang / tumbuhtumbuhan dan kehidupan binatang / tumbuh-tumbuhan yang dihubungkan dengan kehidupan manusia. Cerita fabel di Indonesia sangat banyak, bahkan hampir semua daerah di Indonesia mempunyai cerita / dongeng fabel. Misalnya, kancil, kora dan kura-kura, bangau dengan kepiting, pelanduk jenaka, bujuk dan tupai, dan sebagainya. Cerita fabel yang berasal dari luar Indonesia juga banyak, bahkan membanjiri seluruh toko buku.
Pengaruh luar ini dikarenakan adanya
pengaruh media massa, seperti televisi, internet, buku, majalah serta pengaruh agama, ilmu pengetahuan, budaya, dan sebagainya.
13
Contoh fabel yang berasal dari luar adalah doraemon (kucing ajaib), Mickey Mouse (tikus yang cerdik), Winnie The Pooh (beruang), Tweety (burung yang pintar), dan lain-lain. 2.) Parabel. Parabel adalah dongeng khayal yang mengandung ajaran yang baik.Munculnya parabel ini dimungkinkan karena pada waktu itu masih sangat terbatas pendidikan
formal
sehingga
diperlukan
suatu
alat
untuk
mendidik
masyarakatnya. Salah satu jalan yang ditempuh adalah melalui cerita atau farabel ini. Dongeng atau cerita yang dapat digolongkan farabel ini adalah hampir semua cerita fabel. Hal ini karena hampir semua cerita fabel yang ada dinusantara (Indonesia) pada umumnya berupa ajaran yang baik bagi masyarakatnya. Oleh sebab itu dongeng “Kancil, Burung Bayan. Bujuk dan Tupai, Burung Bangau dan Kepiting” dapat juga disebut parabel. 3.) Sage. Sage adalah dongeng /cerita khayal yang memasukkan peristiwa-peristiwa, tempat kejadian, tokoh-tokohnya merupakan tokoh sejarah, padahal sage ini adalah dongeng atau cerita khayalan belaka. Jadi dalam sage ini cerita itu seolah-olah merupakan bagian sejarah didalamnya misanya, dongeng “JAKA Tarub, Angling Darmo, Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Roro Mendut dan sebagainya.
14
4.) Mite. Mite atau Mitos adalah cerita khayalan yang dihubung-hubungkan dengan dewa-dewi, terjadinya bumi dan isinya serta kepercayaan pada dunia gaib. Munculnya cerita mitos ini tidak dapat dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat gaib. Cerita mitos yang hidup di Indonesia sangat beragam. Mulai darp Contoh pengaruh animise, misalnta “Nyai Roro Kidul”; pengaruh Hindu misalnya “Mahabrata, Ramayana, Dewi Sri; pemgaruh Budha, misalnya “Sung Go Kong”; pengaruh Islam, misalnya “Cerita Seribi Satu Malam”. 5.) Lagende atau lagenda. Lagende atau lagenda adalah cerita khayal yang dihubung-hubungkan dengan gejala alam, kenyataan-kenyataan alam yang ada pada masyarakat. Berdasarkan asalnya, dongeng dapat dibagi menjadi : 1) dongeng asli Indonesia / nusantara, 2) dongeng dari luar (Arab, Jepang, Eropa, Amerika, dan sebagainya), dan 3) adaptasi (gabungan) dari luar. (Supriyadi , 2006: 28). Materi yang disenangi siswa kelas rendah tersebut diantaranya adalah dongeng fabel dan farabel. Sedangkan untuk kelas tinggi antara lain dongeng lagende, mite, cerita pendek, dan biografi singkat. Kegiatan mendengarkan cerita pendek sudah dapat dilakukan dikelas rendah khususnya dikelas I Sekolah Dasar asalkan siswa sudah mempunyai keterampilan membaca permulaan. Teknik pembelajaran materi simakan yang berupa cerita pendek tidak jauh berbeda dengan mendengarkan materi dongeng.
15
Strategi mendongeng dapat dilakukan dengan beberapa cara : a) mendongeng tanpa alat peraga, dan b) mendongeng dengan alat peraga. Mendongeng dapat dilakukan secara klasikal dan dapat dilakukan secara kelompok. Evaluasi mendongeng dilakukan dalam proses dan setelah guru selesai mendongeng. Untuk siswa kelas rendah, evaluasi yang sesuai adalah secara lisan, baik menyangkut evaluasi kebahasaan dan evaluasi pemahaman. Banyak strategi mendongeng yang digunakan guru atau orang tua kepada anak-anaknya dan siswa. Salah satu strategi yang sangat bagus disampaikan salah seorang pendongeng terkenal di Indonesia yaitu Priyono. (Priyono, 2001) memberikan contoh beberapa strategi mendongeng yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, yakni : a) mendongeng tanpa alat peraga; b) mendongeng dengan alat peraga gambar; c) mendongeng dengan alat peraga boneka; d) mendongeng dengan alat peraga buku; e) mendongeng dengan alat peraga papan panel, dan f) mendongeng dengan gaya menirukan / memperagakan / mendemonstrasikan serta dengan perubahan wajah / mimik muka disesuaikan dengan tokoh yang didongengkan, misalnya ekspresi wajah sedih ketika tokohnya sedang berduka dan sebaliknya. Saat mendongeng perhatikan juga ekspresi wajah siswa dan libatkan mereka dalam alur cerita supaya siswa tersebut mempunyai kebanggaan menjadi bagian dari tokoh idola masing-masing. (Supriyadi, 2006:79). Mendongeng dengan alat peraga berupa gambar lebih menarik bila dibandingkan tanpa alat peraga. Mendongeng dengan teknik ini diperlukan alat peraga gambar berupa tokoh-tokoh cerita, latar / setting cerita misalnya “Pesta
16
Hutan” diperlukan gambar kera, burung dan ular. Teknik mendongeng dengan cara ini tidak berbeda jauh dengan tanpa alat peraga, namun dalam teknik ini guru dapat menunjukkan gambar-gambar yang sudah dipersiapkan sesuai dengan tokoh dan latar cerita. Penggunaan gambar akan efektif bila diikuti dengan menirukan, memperagakan, mendemonstrasikan satu persatu sesuai dengan alur cerita. Hal ini sangat penting untuk perkembangan dan pertumbuhan emosi anak secara wajar. Contoh dongeng untuk siswa kelas rendah : Pesta Hutan Musim bunga sudah tiba Beruang, gajah, kucing dan buaya Tampak berkumpul Mereka akan mengadakan Acara pesta hutan yang Meriah Mereka kemudian menyiapkan Tempat pesta Hutan dihias dengan indah Lalu mereka mengundang hewan lainnya Tampak di antara yang hadir si kera dan pak burung serta pak ular dipesta banyak makanan si kera tampak sangat gembira
17
pesta hutan di mulai burung bernyanyi dengan suara merdu ular menari sangat gemulai kera berjingkrak jingkrak akhirnya kera sangat kelelahan kera tertidur dengan pulas acara makan sudah dimulai kera masih tidur
Lalu kera terbangun Kera sangat kaget Pesta telah usai Tidak ada makanan tersisa Kera sangat menyesal Ia tidak kebagian makanan
Wacana ini sengaja dipilih untuk siswa kelas I yang baru masuk dan baru belajar membaca. Pemilihan wacana ini berdasarkan kemampuan membaca siswa yang sangat terbatas. Wacana ini nantinya juga digunakan sebagai materi pembelajaran menulis, yaitu dengan menyalinnya. Apabila siswa sudah mempunyai kemampuan membaca.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar
terjadi.
Hal-hal
yang
perlu
diketahui
mengenai
dongeng:
1). Dongeng dalam pengertian yang lebih luas merupakan pengungkapan diri manusia,tempat mencari hiburan dan memenuhi angan-angannya.2).Dalam
18
Ensiklopedi Indonesia, dongeng memiliki pengertian cerita singkat tentang hal-hal aneh dan tidak masuk akal, berbagai keajaiban dan kesaktian yang biasanya mengisahkan dewa, raja, pangeran dan putri. 3). Pada umumnya, dongeng tidak diketahui
pengarangnya
dan
terkadang
hanya
diketahui
nama
pengumpul/penyadurnya.4).Berdasarkan muasalnya, dongeng berasal dari bangsa Thai di Yunan, tetapi kemudian tersebar ke seluruh Asia Tenggara. 2.1.6
Pengertian Metode Demonstrasi
a. Pengertian metode. Pengertian metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajaar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang. b. Jenis Metode Pembelajaran 1. Metode Tugas dan Resitasi. Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah,
19
di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya. 2. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam
pemakaiannyasering
disilihgantikan.
Sosiodrama
pada
dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah : a).Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b).Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab. c).Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. d). Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. 3. Metode Proyek. Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kamudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. 4. Metode Diskusi. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada sutu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
20
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. 5. Metode Eksperimen. Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. 6. Metode Problem Solving. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a). Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. b). Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan un tuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain. c). Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang
21
telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. d). Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. e). Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. 7. Metode Karyawisata. Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karyawisata, adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum, dan sebagainya. 8. Metode Tanya Jawab. Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah. 9. Metode Latihan. Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu,
22
metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. 10. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. (Djamarah, 1995:102) 11. Metode Ceramah. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan, yang kekurangan fasilitas. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Dari berbagai macam metode tersebut maka penulis lebih memfokuskan pada metode demonstrasi.
23
Metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. (Soekarwati, 1995:57). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran atau metode demostrasi adalah guru atau siswa memperagakan gerakan –gerakan yang tersirat dalam teks. Metode demonstrasi mengkombinasikan teknik lisan dengan suatu perbuatan, tutur kata, perubahan raut muka, dan gerakan badan seorang
tokoh
dapat
diperagakan
seorang
guru
di
depan
siswa.
(Djamarah,2000:120). Metode tindakan
atau
sesuatu,
proses
demonstrasi prosedur
biasanya
yang
menggunakan
berkenaan
dengan
tindakan-
dilakukan
misalnya: proses
mengerjakan
sesuatu,
membandingkan
suatu
cara
dengan cara lain atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu
sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi dapat
digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
demonstrasi
adalah
posisi
siswa
seluruhnya
harus
dapat
memperhatikan objek yang akan didemonstrasikan. Selama proses demonstrasi, guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi
24
tersebut. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan metode demonstrasi adalah: 1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas 2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas. 4) Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
25
2.1.7
Tujuan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan:
1. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa. 2. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa. 3. Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secar bersama-sama. 2.1.8
Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi Kapan guru menggunakan metode demonstrasi? Guru menggunakan
metode demonstrasi apabila: 1. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit melalui penjelasan atau diskusi. 2. Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi. 3. Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam audutif dan motorik, ataupun sebaliknya. 4. Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja. 5. Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit.
26
2.1.9
Kelebihan dan Kelemaham Metode Demonstrasi
1. Kelebihan Metode Demonstrasi Kelebihan metode Demonstrasi dibanding dengan metode yang lain adalah: 1. Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme 2. Siswa
akan
lebih
mudah
memahami
materi
pelajaran
yang
didemonstrasikan itu 3. Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi 4. Siswa akan lebih akktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri 5. Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain 2. Kelemahan Metode Demonstrasi Kelemahan metode Demonstrasi adalah : 1. Tidak semua guru dapat melakuakn demonstrasi dengan baik 2. Terbatasnya sumber belajar, alat pembelajaran, media pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu. 3. Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan tanya jawab. 4. Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang. (Udin S. Winata Putra. 2004 : 98)
27
3. Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi Kelemahan metode demonstrasi
dapat diatasi melalui berbagai cara
berikut: a. Guru harus terampil melakukan demonstrasi. b. Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi. c. Mengatur waktu sebaik mungkin. d. Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin. 2.2. Kajian Penelitian yang relevan Penelitian ini dilakukan oleh Rosna Ahmad Tahun 2012 dengan judul : Meningkatkan kemampuan kosa kata melalui metode bercerita pada anak kelompok B di TK ABA Dehuwalolo Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode bercerita kemampuan kosakata pada anak kelompok B di TK ABA Dehuwalolo Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo meningkat. Hal ini ditandai oleh meningkatnya anak yang memiliki kemampuan kosa kata yang sebelumnya hanya 6 orang anak (30%) meningkat 18 orang anak atau (90%). 2.3. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini ialah jika jika guru menggunakan metode Demonstrasi/ peniruan, maka pemahaman siswa tentang cerita dongeng di kelas I SDN 8 Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango akan meningkat.
28
2.4. Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah minimal 80% dari jumlah siswa 32 orang yang dikenai tindakan memperoleh nilai rata-rata 65 keatas.