BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1
Kajian yang Relevan Sebelumnya
a. Harlina Judul penelitian ”Kemampuan Peserta didik Menulis Puisi Berdasarkan Pengalaman (Study Deskriptif Peserta didik Kelas XIB SMA Negeri 1 Gorontalo). Rumusan masalah yakni bagaimana kemampuan peserta didik menulis puisi berdasarkan pengalaman di SMA Negeri 1 Gorontalo?. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan peserta didik menulis puisi berdasarkan pengalaman di SMA Negeri 1 Gorontalo. Dari hasil penelitian dikatakan bahwa dengan menggunakan tes kemampuan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Ditinjau dari segi kemampuan peserta didik menulis isi puisi berdasarkan pengalaman, menunjukan bahwa peserta didik yang memperoleh skor 5 sebanyak 10 orang, peserta didik yang memperoleh skor 4 hanya 1 orang, peserta didik yang memperoleh skor 3 hanya 1 orang dan peserta didik yang memperoleh skor 1 sebanyak 20 orang. (2) Aspek mengembangkan isi puisi, peserta didik yang memperoleh skor 5 sebanyak 8 orang, peserta didik yang memperoleh skor 4 sebanyak 2 orang, peserta didik yang memperoleh skor 3 sebanyak 7 orang dan peserta didik yang memperoleh skor 2 hanya 15 orang. (3) Aspek penggunaan bahasa dalam puisi, peserta didik
7
yang memperoleh skor 5 sebanyak 6 orang, peserta didik yang memperoleh skor 4 sebanyak 2 orang, peserta didik yang memperoleh skor 3 sebanyak 8 orang, peserta didik yang memperoleh skor 2 sebanyak 13 orang dan peserta didik yang memperoleh skor 1 hanya 1 orang. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti diantaranya adalah jenis penelitian sebelumnya berbentuk kualitatif sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian sebelumnya tidak dijelaskan namun dalam penelitian ini menggunakan metode modeling. b. Evi Widiyanti Judul
penelitian
”Pembelajaran
Menulis
Kreatif
Puisi
dengan
menggunakan Strategi Writing in The Here and Now”. Adapun rumusan masalah yang diambil yaitu 1). Bagaimana kemampuan menulis kreatif puisi sebelum menggunakan strategi writing in the here and now? 2). Bagaimana kemampuan menulis kreatif puisi sesudah menggunakan strategi writing in the here and now? 3). Apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan strategi writing in the here and now?. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1). Untuk mengetahui kemampuan ` sebelum mengikuti pembelajaran menulis kreatif puisi dengan menggunakan strategi writing in the here and now 2). Untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis kreatif puisi sesudah menggunakan strategi writing in the here and now 3). Untuk mengetahui perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan strategi writing in the here and now pada pembelajaran menulis kreatif puisi. Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa sebelum menggunakan strategi writing in the here and now dalam menulis kreatif puisi yaitu 51.55% sedangkan perolehan nilai rata-rata sesudah menggunakan strategi writing in the here and now yaitu 65,68% dimana terdapat selisih sebesar 14.13. Hal ini terbukti berhasil dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian kedua memiliki perbedaan dari metode pembelajaran yang digunakan yakni strategi writing in the here and now sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti menggunakan metode modeling. 2.2
Kajian Teoretis
2.2.1 Pengertian Puisi Sejak awal puisi telah dihubungkan dengan apa yang terjadi pada manusia baik yang bersifat natural maupun yang bersifat supranatural, seperti yang diungkapkan tanpa imajinasi, susunan irama dan bunyi yang menyenangkan. Pada hakekatnya puisi berfungsi mengkomunikasikan pengalaman yang penting, karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Fungsi tersebut bukanlah
menerangkan sejumlah pengalaman, tetapi memberikan kesempatan kepada manusia untuk terlibat imajinasi dalam pengalaman tersebut. Puisi adalah salah satu seni yang tertua. Puisi hidup sejak manusia menemukan kesenangan dalam berbahasa. Pada masyarakat primitif, puisi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam kaitannya dengan upacara yang dilakukan (Pradopo, 1993:5). Dijelaskan pula oleh Pradopo (1997:1) bahwa puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacammacam unsur kepuitisan, sedangkan menurut Wellek dan Waren (dalam Pradopo, 1997:14) bahwa analisis yang bersifat dikotomis yaitu pembagian dua bentuk dan isi belumlah dapat memberi gambaran yang nyata dan tidak memuaskan. Menurt Suroto (2005:15) puisi terdiri atas dua bagian yakni unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik secara tradisional disebut elemen, sedangkan unsur batin disebut makna puisi. 2.2.2 Unsur-Unsur Puisi Menurut Pradopo (1993:6) bahwa unsur-unsur puisi yang membangun kedua unsur puisi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Unsur-unsur fisik
1) Judul yaitu suatu ide tentang sesuatu, misalnya nama orang, tempat, waktu dan suatu masa. 2) Diksi yaitu esensi seni penelitian puisi. Diksi dihasilkan oleh penyair peneliti puisi menggunakan pemilihan kata yang cermat sistimetis uantuk meghasilakn diksi yang coco dengan suasana. 3) Imagery adalah mengajak membaca untuk berhayal (berimajinasi) 4) Majas adalah bahasa yang berkias yang dapat menghidupkan efek dan menghidupkan konotasi-konotasi tertentu 5) Bunyi (suara) merupakan penjelmaan rasa yang harus dilakukan dengan kesadaran. b) Unsur Batin 1) Tema Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat puisi. Tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia bersifat hakiki seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan dan kebenaran, Ketuhanan, kritik, sosial dan protes. 2) Rima
Rima adalah persoalan bunyi yang berulang-ulang yang ditemukan pada akhir baris atau kata-kata tertentu setiap baris. 3) Ritme Ritme merupakan bagian yang fundamental, yaitu rangkaian alur suara atau pengulangan bunyi yang berulang dan tersusun rapi. 4) Perasaan Perasaan
dalam
puisi
diungkapkan
perasaan
penyair
puisi
dapat
mengungkapkan perasaan gembira, sedih, terharu, gelisah, benci, cinta, dendam dan sebagainya. Perasaan yang diungakapkan penyair bersifat total artinya tidak setengah-setengah. 5) Mengandung amanat atau perasaan yang disampaikan penyair atau pembaca. Menuru Djojosuroto (2004:36) bahwa struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut. a. Tema/makna (sense); Tema yaitu media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. b. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman
sosiologis
dan
psikologis,
dan
pengetahuan.
Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. c. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. d. Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. 2.2.3 Pengertian Menulis Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik dan menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan
bahasa. Menulis merupakan representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Menurut Tarigan (1994:3) bahwa menulis suatu keterangan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Lebih lanjut menulis dikatakan melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut walau mereka memahami bahan dan gambaran grafik tersebut. Menurut Alhadiah (1997:9) bahwa menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan peneliti kepada khalayak yang dibatasi jarak, tempat, dan waktu. Sementara Nugriyanto (dalam Guswati, 2006:8) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual dengan mengungkapkan gagasan melalui media bahasa.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yang berfungsi untuk menuangkan pikiran, gagasan dan perasaan ke dalam bahasa tulisan. Jabrohim (2003:75) mengatakan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pribadi kreatif menunjukan sastra sebagai salah satu wilayah pilihan, memang memberikan
peluang bagi orang yang terlibat di dalamnya untuk menjadi kreatif baik yang apresiatif maupun ekspresif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan perilaku seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru atau lain dari umum, merupakan bentuk berpikir yang cenderung rumit dan menentang pemikiran umum, merupakan hasil kerja yang cenderung kebaruan dan dalam pekerjaan menulis kreatif ini sebagai sarana utamanya yaitu menggunakan dan mengandalkan otak. 2.2.4 Tujuan Menulis Puisi Sebelum menulis, peneliti hendaknya menentukan tujuan yang hendak dicapai dari tulisannya terlebih dahulu. Huga Hartig (Solehaty, 2007:8) menyebutkan tujuan menulis adalah sebagai berikut. a. Assigment Purpose (tujuan penugasan) yaitu peneliti menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri. b. Atluistik Purpose (tujuan altuistik) yaitu peneliti bertujuan untuk menyenangkan para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c. Persuasive purpose (tujuan penerangan atau tujuan menginformasikan) yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri pengarang kepada para pembaca. d. Creative purpose (tujuan kreatifitas) yaitu tulisan yang bertujuan mencapai nilainilai artistik dan nilai-nilai kesenian. e. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) yaitu peneliti ingin memecahkan masalah yang dihadapi, peneliti ingin menjelaskan, menjernihkan, serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran dan gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Menurut Saini (1993:153) bahwa setiap hal yang kita lakukan, pasti memiliki tujuan, begitu pula dengan menulis puisi. Adapun tujuan menulis puisi diantaranya adalah: a.
Menyenangkan dan berguna Puisi dianggap menyenangkan karena dapat memberikan kenikmatan dan penghiburan, serta berguna karena mampu memberikan manfaat yang lebih serius, misalnya, memberikan inspirasi dan penyadaran yang dapat mengubah pola pikir seseorang dalam menyikapi suatu permasalan.
b.
Mencuci Emosi Puisi dapat berfungsi sebagai katharsis. Artinya, mampu mencuci emosi. Selain itu, juga mampu melepaskan ketegangan jiwa serta membebaskan kesedihan atau tekanan perasaan, baik bagi pencipta maupun bagi penikmatnya.
c.
Santapan Jiwa Menulis dan membaca puisi yang bermutu dapat memperkaya pengalaman batin kita.
2.2.5 Manfaat Menulis Puisi Alhadiah (dalam Kristiyanti, 2008:14) menyebutkan bahwa menulis adalah sebagai berikut: a. Peneliti dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, peneliti dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, peneliti harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya. b. Peneliti dapat berlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, peneliti terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan serta membandingbandingkan fakta untuk mengembangkan gagasannya.
c.
Peneliti dapat lebih menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan peneliti serta teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
d. Peneliti dapat terlatih dalam mengorganisasikan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian peneliti dapat menjelaskan permasalahan yang semula. e. Peneliti akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif. f. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. g. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi dari orang lain. h. Dengan kegiatan menulis yang terencpeserta didikan, membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur. Sedangkan lebih spesifik lagi manfaat menulis puisi menurut Fang (2007:2) diantaranya adalah:
a. Melatih kita berani mengekspresikan diri melalui kata-kata tanpa harus ada partner bicara secara langsung. Kadang kala buat kita-kita yang tidak fasih lidah, berlatih mengekspresikan diri menjadi sulit kalau harus langsung berhadapan dengan orang lain. b. Menuntun kita memasuki dunia seni yang menjanjikan keindahan yang melebihi logika dan kata. Kalaupun belum mencapai keindahan seni puisi minimalnya kita bisa masuk dalam petualangan rimba kata dan makna. Seperti pergi ke Louvre di Paris mencari Monalisa. Kalaupun belum berhasil menemukan Monalisa, maka kita sudah terpesona melihat keindahan berbagai lukisan bahkan dari interior ruangan. Menulis puisi dapat dinikmati seperti perjalanan yang tidak tergantung sepenuhnya pada tujuan akhir. c. Memampukan kita ”saying one thing and meaning another thing”, dapat menyampaikan makna ganda yakni yang tersurat dan tersirat. Budaya Asia masih meminta kita berbudi bahasa dengan indah. Cukup sering martabat seseorang diukur dari kemampuannya berbahasa. Meski gelar S3 kalau tutur katanya seperti preman yang kasar serta merta berkuranglah penghargaan kita. Puisi dapat menyampaikan maksud kita dengan indah. 2.2.6 Menulis Kreatif Puisi Menulis merupakan proses kreatif tentunya bukan jenis keterampilan yang ketika dibuat langsung selesai menjadi sebuah karya, namun dalam prosesnya,
menulis
mengalami
tahap
penyuntingan
atau
perbaikan-perbaikan
sebagai
konsekuensi dari pematangan karya tulis tersebut. Berikut ini ada beberapa langkah yang tergolong ke dalam proses kreatif menulis yang dikutip dari Djuharie dan Suherli (2001:124). a. Mempersiapan diri dengan sering membaca buku-buku dan berbagai jenis tulisan atau mengikuti berbagai kegiatan kepenelitian. Cara ini dapat mengembangkan kerangka dan wawasan berpikir sehingga berbentuk sekaligus terasah. Kemudian ketika mengungkapkan sesuatu atau gagasan berdasarkan literatur atau referensi yang sebelumnya telah dibaca dan didengar. Cara ini akan melatih untuk menulis berdasarkan sumber yang benar dan bukan berdasarkan praduga semata. b. Mengolah informasi yang diperoleh. Pada tahap ini peneliti mengolah, memilahmilah atau membandingkan pendapat dan pemikiran orang lain, atau informasi yang telah terkumpul sehingga gagasan yang akan ditulis mengacu pada suatu kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan. c. Menuangkan gagasan yang ada dalam benak ke dalam bentuk tulisan. Pena meluncur dengan deras, kata-kata seakan terangkai dengan sendirinya. Saat inilah biasanya
seorang peneliti
akan merasakan
mudahnya
berkreasi.
Perlu
diperhatikan, pada tahap ini, agar tidak melakukan koreksi terhadap tulisan biarkan tangan menuangkan gagasan dilakukan pengoreksian maka justru dapat menghambat kreativitas menulis dan memotong kerangka berpikir sehingga tidak
jarang akhirnya tulisan menjadi tidak optimal karena dikoreksi pada saat yang tidak tepat. d. Melakukan pengoreksian, tahap editing atau penyuntingan. Pengoreksian dapat dilakukan setelah proses penelitian selesai. Pengoreksian ini dilakukan sebagai langkah akhir untuk menyempurnakan tulisan, terutama untuk mengurangi dan menambahkan bahan tulisan yang sesuai serta menyusun kembali sistematika tulisan. Penambahan, penghilangan dan perbaikan pada bagian-bagian tertentu yang terasa kurang sesuai atau masih perlu diperbaiki akan membuat gagasan yang
dituangkan
ke
dalam
bentuk
tulisan
benar-benar
dapat
dipertanggungjawabkan dan akan terasa bahwa tulisan tersebut sudah benar-benar sempurna menurut ukuran penelitinya. 2.2.7 Metode Modeling Metode modeling atau pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial dan teori ini merupakan pengembangkan atau perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Melalui pembelajaran sosial seseorang dapat belajar melalui pengamatan (observation learning) terhadap suatu model (Sanjaya, 2007). Ciri model yang berpengaruh terhadap pengamat adalah model yang tampak menarik, dapat dipercaya, cocok dalam kelompok dan memberikan standar yang meyakinkan sebagai pedoman bagi pengamat. Ada empat elemen penting yang
menurut Bandura (2010) bahwa perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan yaitu: atensi, retensi, reproduksi dan motivasi. Teknik modeling adalah suatu cara belajar dengan melihat telebih dahulu model yang dijadikan contoh oleh peserta didik. Diharapkan setelah melihat model yang ditampilkan peserta didik dapat meniru hal yang telah dilakukan model (Zaini, 2005:87). Oleh karena itu dalam menentukan model harus dipertimbangkan hal-hal seperti: (a) Kemampuan model menampilkan pembelajaran; (b) Kondisi fisik model; (c) Kompetensi pedagogik model dan (d) Rasa percaya diri. Untuk menjadi model dapat diambil peserta didik di luar peserta didik di kelas yang dibelajarkan. Gurupun dapat jadi model bila tidak ada model yang diyakini mampu memodelkan pembalajaran yang dibelajarkan. Menurut Indria Sari (2008:12) bahwa teknik modeling merupakan beberapa bentuk perilaku (model) yang kemudian diikuti oleh performance atau perilkau yang sama oleh organisma Terdapat beberapa cara pandang yang berbeda dalam mengartikan modeling: (a) belajar imitasi, (b) belajar observasi, (c) belajar social, dan (d) belajar pengalaman. Dijelaskan pula oleh Indria (2008:12) bahwa karakteristik teknik modeling adalah kesamaan model, kesamaan karakteristik model dengan pengamat; status model, bisa berupa posisi (jabatan) dari model atau peran model. Jika model yang
diamati cukup terhormat, maka pengamat tidak hanya mempertimbangkan perilaku nyata dari model tetapi juga standar performan yang ditunjukkan oleh model. 2.2.8 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Modeling Teknik modeling sama halnya dengan metode pembelajaran lain yang memiliki kelebihan dan kelemahannya. Menurut Sanjaya (2007) bahwa kelebihan teknik modeling dalam proses pembelajaran adalah a. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. b. Melatih peserta didik untuk belajar berdasarkan contoh yang disampaikan oleh guru c. Memudahkan peserta didik dalam meningkatkan keterampilannya dalam pembelajaran Sanjaya (2007) memberikan pendapat bahwa kelemahan teknik modeling adalah: a. Menjadikan peserta didik bekerja berdasarkan contoh sehingga perilaku inovatif sulit untuk dicapai. b. Membutuhkan tutor atau guru yang dapat memahami karakteristik peserta didik, (3) membutuhkan tutor atau guru yang dapat memperagakan atau menjadi model dalam pembelajaran.
c. Membutuhkan tutor atau guru yang menguasai bahan ajar/kegiatan yang akan dilakspeserta didikan. 2.2.9 Langkah-Langkah Teknik Modeling Menurut Zaini (2005:90) bahwa langkah-langkah teknik modeling meliputi: a. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menuntut peserta didik untuk mencoba mempraktekkan keterampilan yang baru diterapkan. b. Bagilah peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai skenario yang dibuat. c. Beri peserta didik di kelas 10-15 menit untuk menciptakan skenario kerja. d. Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih. e. Secara bergiliran tiap kelompok dimintai mendemonstrasikan kerja masingmasing setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan. f. Guru memberi penjelasan sesukupnya untuk mengklarifikasi. Sejalan dengan pendapat ahli di atas maka dalam meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Randangan Satap dilakukan dengan hal-hal berikut.
a. Guru merangsang peserta didik untuk mengingat peristiwa yang dialami secara individu b. Guru meminta peserta didik agar mencatat peristiwa yang dialami c. Guru meminta peserta didik agar dapat menentukan judul dan tema dari peristiwa yang dialami d. Guru menyiapkan naskah peristiwa dan dibagi pada peserta didik e. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang peserta didik f. Guru memodelkan cara menulis kreatif puisi g. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menulis kreatif puisi sesuai naskah masing-masing. h. Guru meminta masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan hasil kerjanya 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori sebelumnya maka hipotesis yang dapat diajukan yakni “jika guru menerapkan metode modeling dengan tepat maka kemampuan menulis kreatif puisi pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 3 Randangan Satap dapat ditingkatkan”.
2.4 Indikator Kinerja Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dalam penelitian tindakan kelas dirumuskan kriteria yakni peserta didik yang memperoleh nilai minimal 71 bisa mencapai 14 orang atau 75% dari 19 orang peserta didik.