BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1
Kajian yang Relevan Sebelumnya Sebelum melakukan penelitian ini, dilakukan penelusuran terhadap beberapa
penelitian yang relevan. Penelitian-penelitian tersebut antara lain sebagai berikut. a. Nirmala (2002) dengan judul skripsi ”Mengembangkan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi Melalui Metode Pembelajaran Langsung Pada Peserta didik Kelas VIIB SMP Negeri 2 Limboto”. Rumusan masalah yakni apakah kemampuan menulis kreatif puisi pada peserta didik kelas VIIB SMP Negeri 2 Limboto dapat dikembangkan melalui metode pembelajaran langsung?. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan menulis kreatif puisi pada tindakan kelas siklus I mencapai 65% dari 30 jumlah peserta didik dan setelah dilakukan tindakan kelas siklus II ternyata mengalami peningkatan lagi yakni menjadi 80% dari 30 peserta didik. b. Nurjanah (2009) dengan judul penelitian ”Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Melalui Metode Pembelajaran Langsung Pada Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Bongomeme”. Rumusan masalah apakah kemampuan menulis karangan sederhana pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri2 Bongomeme dapat ditingkatkan melalui metode pembelajaran langsung?. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan pendeketan 8
deskriptif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Bongomeme dalam menulis karangan sederhana melalui model pembelajaran langsung ternyata berdampak positif yang dapat dilihat dari bertambahnya jumlah peserta didik yang mampu menulis karangan sederhana yakni 12 peserta didik atau 60%. Kemudian penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II dan ternyata melalui model pembelajaran langsung, kemampuan menulis karangan sederhana mengalami peningkatan lagi yakni mencapai 17 orang atau 75% dari 20 jumlah peserta didik. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan oleh Nirmala (2002) dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pada subyek yang diteliti. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Nurjanah (2009) yakni pada jenis sastra dimana penelitian yang akan diteliti menulis kreatif puisi sedangkan penelitian sebelumnya yakni menulis karangan sederhana. 2.2
Kajian Teoretis
2.2.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan kemampuan menulis bagi para peserta didik adalah untuk menyalin, mencatat dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Lerner dalam Mulyono (2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Dijelaskan pula oleh Markam dalam Mulyono (2003:224) bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Dari uraian teori sebelumnya terdapat keterkaitan dengan judul yang
akan dibahas oleh peneliti yakni keterampilan menulis yang merupakan salah satu indikator pelajaran bahasa Indonesia di SMP adalah suatu aktivitas kompleks yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara. Tarigan dalam Mulyono (2009:224) mendefinisikan menulis sebagai kegiatan melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Menurut Tarigan (Hasani, 2005:1) bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Sehubungan dengan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa menulis merupakan wujud pengutaraan sesuatu secara tersusun dengan mempergunakan bahasa disebut karangan dan menulis juga merupakan aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para pembaca. Pengertian menulis menurut Hasani (2005:2) merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktifdan ekspresif, sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata.
Berdasakan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa: (a) Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi; (b) Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan dan ide ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis; (c) Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi. 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Menulis Puisi Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang. Tulisan mengandung nada yang serasi dengan maksud dari tujuannya. Menulis tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan sesuai, tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut dan apa maksud dan tujuannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Tarigan (1994:23) mengemukakan bahwa tujuan menulis adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembaca. Berdasarkan batasan di atas, peneliti berpendapat bahwa tujuan menulis adalah untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif, untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif,
untuk
menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literatur dan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif. Menulis puisi sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan menulis kreatif peserta didik. Menurut Fang (2007:23) bahwa menulis kreatif puisi yaitu: a. Untuk melatih peserta didik berani mengekspresikan diri melalui kata-kata tanpa harus ada partner bicara secara langsung.
b. Menuntun peserta didik memasuki dunia seni yang menjanjikan keindahan yang melebihi logika dan kata. Kalaupun belum mencapai keindahan seni puisi minimalnya bisa masuk dalam petualangan rimba kata dan makna. c. Melalui puisi, peserta didik dapat menyampaikan makna ganda yang secara tersurat dan tersirat sebab puisi dapat menyampaikan maksud dengan indah. 2.2.3 Keterampilan Menulis Puisi Keterampilan menulis merupakan salah satu dari komponen bahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Menulis puisi dapat diartikan sebagai kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan hal ini sejalan dengan penjelasan Sutarti (2008:18) bahwa menulis puisi atau mengarang puisi adalah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, secara sistematis dan logis sehingga tulisannya mudah dipahami pembaca. Menulis merupakan suatu aktivitas bahasa yang produktif dan ekspresif melalui media tulis secara terorganisasi dan sistematis sehingga gagasan yang disampaikan dapat dipahami oleh pembaca. Keterampilan menulis puisi ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan membutuhkan keuletan yang mesti diasah melalui latihan yang teratur. Sebagaimana penjelasan Pradopo (2002:7) bahwa menulis puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama sebab puisi merupakan rekaman
dan interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan. Sejalan dengan teori yang dikemukakan maka peneliti berpendapat bahwa menulis kreatif puisi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah keterampilan peserta didik untuk menyatakan perasaan yang imajinatif dalam bahasa emosional dan berirama dalam bentuk tulisan. Sebab menulis kreatif puisi adalah salah satu kegiatan berbahasa secara aktif, ekspresif yang digunakan untuk menyampaikan gagasan, pesan, sikap dan pendapat secara tidak langsung ke dalam suatu bentuk kata-kata indah dalam susunan terindah yang memiliki makna dan daya imajinasi yang kuat kepada pembaca dalam bentuk tertulis. 2.2.4 Hakekat Puisi Puisi adalah salah satu seni yang tertua. Puisi hidup sejak manusia menemukan kesengan dalam berbahasa. Pada masyarakat primitif, puisi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam kaitannya dengan upacara yang dilakukan (Pradopo, 1993:5). Sejak awal puisi telah dihubungkan dengan apa yang terjadi pada manusia baik yang bersifat natural maupun yang bersifat supra natural, seperti yang diungkapkan tanpa imajinasi, susunan irama dan bunyi yang menyenangkan. Pada hakekatnya puisi mengkomunikasikan pengalaman yang penting, karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi fungsi tersebut bukanlah menerangkan sejumlah pengalaman, tetapi memberikan kesempatan kepada manusia untuk terlibat imajinasi dalam pengalaman tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman imajinasi dan dilukiskan dengan kata-kata yang menggunakan bahasa yang berirama. 2.2.5 Unsur-Unsur Puisi Dalam sebuah puisi terdapat unusr-unsur yang membangun puisi. Menurut Suroto (2005:15) puisi terdiri atas dua bagian yakni unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik secara tradisional disebut elemen, sedangkan unsur batin disebut makna puisi. Adapun unsur-unsur membangun kedua unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Unsur-unsur fisik a) Judul Judul puisi merupakan suatu ide tentang sesuatu, misalnya nama orang, tempat, waktu dan suatu masa. b) Diksi Diksi dalam puisi adalah esensi seni penulisan puisi bolton (dalam Joyo Suroto,
2005:16)
Diksi
dihasilkan
oleh
penyair
penulis
puisi
menggunakan pemilihan kata yang cermat sistimetis uantuk meghasilkan diksi yang cocok dengan suasana. Pemilihan kata yang tepat sangat penting dilakukan oleh penyair karena dibentuk oleh kata-kata. Kata-kata dalam puisi memberikan kekuatan daya magis dalam puisi.
c) Imagery Imagery merupakan kegiatan mengajak membaca untuk berhayal (brimajinasi). d) Majas Majas dalam puisi adalah bentuk bahasa yang berkias yang dapat menghidupkan efek dan menghidupkan konotasi-konotasi tertentu e) Bunyi Bunyi (suara) adalah penjelmaan rasa yang harus dilakukan dengan kesadaran. 2) Unsur Batin a) Tema Tema dalam puisi adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat puisi. Tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia bersifat hakiki
seperti
cinta
kasih,
ketakutan,
kebahagiaan,
kedukaan,
kesengsaraan hidup, keadilan dan kebenaran, Ketuhanan, kritik, sosial dan protes. b) Rima Rima yang dimaksud dalam puisi adalah persoalan bunyi yang berulangulang yang ditemukan pada akhir baris atau kata-kata tertentu setiap baris. c) Ritme Ritme merupakan bagian yang fundamental, yaitu rangkaian alur suara atau pengulangan bunyi yang berulang dan tersusun rapi.
d) Perasaan Perasaan dalam puisi diungkapkan perasaan penyair puisi dapat mengungkapkan perasaan gembira, sedih, terharu, gelisah, benci, cinta, dendam dan sebagainya. Perasaan yang diungakapkan penyair bersifat total artinya tidak setengah-setengah. Menurut Djojosuroto (2004:35) bahwa struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut. a. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. b. Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 1997:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
c. Imaji dalam puisi merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. d. Kata kongkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. e. Bahasa figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1996:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1997:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. f. Versifikasi menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan
akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi/kata,
dan
sebagainya
(Waluyo,
1997:92),
dan
(3)
pengulangan
kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Dijelaskan pula oleh Djojosuroto (2004:36) bahwa struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut. a. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. b. Rasa (feeling), sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam
menyikapi
suatu
masalah
tidak
bergantung
pada
kemampuan
penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. c. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. d. Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. Menulis kreatif puisi adalah kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan yang memiliki daya cipta. Mengacu pada pemahaman tersebut, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan menulis kreatif puisi, pikiran dan perasaan merupakan pokok dari tulisan. Seseorang tak dapat dikatakan menulis kreatif ketika dia hanya menyalin atau meniru tulisan orang lain. 2.2.6 Model pembelajaran langsung a. Pengertian Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung (direct intruction) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu peserta didik dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut model pengajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000:2). Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung adalah bahwa peserta didik belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pembelajaran pengetahuan yang terlalu kompleks.
langsung adalah menghindari menyampaikan
b. Keunggulan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung 1) Keunggulan Model Pembelajaran Langsung Secara umum tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihankelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada model direct instruction pun mempunyai beberapa kelebihan yang disajikan sebagai berikut: a) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh peserta didik sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh peserta didik. b) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada peserta didik yang berprestasi rendah sekalipun. c) Model pembelajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu peserta didik yang cocok belajar dengan cara-cara ini. d) Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil. e) Peserta didik dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas. f) Kinerja peserta didik dapat dipantau secara cermat.
g) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan poinpoin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi peserta didik. h) Model pembelajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan factual dan terstruktur. 2) Kelemahan Model Pembelajaran Langsung Selain
mempunyai
kelebihan-kelebihan,
pada
setiap
model
pembelajaran akan ditemukan keterbatasan-keterbatasan. Begitu pula dengan model Pengakaran pembelajaran langsung. Menurut Kardi dan Nur (2000:2) bahwa keterbatasan-keterbatasan model pembelajaran langsung
adalah
sebagai berikut: a) Karena guru memaikan peranan pusat dalam model ini, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, peserta didik dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat. b) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang kurang baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula. c) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberikan peserta didik
kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan. d) Jika terlalu sering digunakan model pembelajaran langsung akan membuat peserta didik percaya bahwa guru akan memberitahu peserta didik sesmua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pemebelajan peserta didik itu sendiri. e) Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan peserta didik. Sayangnya sebagian besar peserta didik bukanlah merupakan pengamat
yang
baik
sehingga
dapat
melewatkan
hal-hal
yang
dimaksudkan oleh guru. c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung Menurut Kardi dan Nur (2000:4) bahwa model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menunjang proses belajar peserta didik yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur. Pembelajaran ini memerlukan perencaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan yakni: 1) Menjelaskan tujuan pembelajaran 2) Membangkitkan respon peserta didik untuk belajar 3) Melakukan pengamatan langsung 4) Memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang diinginkan 5) Membimbing peserta didik dalam menemukan sesuatu
6) Menyampaikan hasil dalam bentuk kalimat pada guru dan teman sekelas. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori sebelumnya maka hipotesis yang dapat diajukan yakni “Jika guru menerapkan metode pembelajaran langsung dengan tepat maka menulis kreatif puisi tentang keindahan pada peserta didik kelas VIIB SMP Negeri 2 Batudaa akan meningkat”. 2.4 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan keterampilan menulis kreatif puisi tentang keindahan alam melalui model pembelajaran langsung pada peserta didik kelas VIIB SMP Negeri 2 Batudaa Pantai minimal mencapai 75%.