1
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1
Kajian Teoretis
2.1.1 Hakikat Metode Demonstrasi Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam Dahar, 2011:2) mengatakan bahwa kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar–mengajar hendaknya dipahami benar oleh guru. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi, karena ada perangsang dari luar. Sehingga metode dalam hal ini berkedudukan sebagai alat untuk meningkatkan minat belajar siswa dari luar. Dalam menyampaikan suatu bahan pelajaran, guru harus mampu melakukan pengorganisasian terhadap seluruh komponen pelajaran, yang salah satunya adalah metode mengajar. Pendapat di atas menunjukkan bahwa metode adalah salah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangat diperlukan oleh setiap guru yang penggunaannya sangat bervariasi sesuai dengan karakteristik tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak memguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan oleh para ahli psikologi pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu teknik atau cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa 9
2
dan melibatkan interaksi yang aktif dan dinamis antara guru dan siswa, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Metode demonstrasi adalah cara penyajian dengan memperagakan suatu alat pembelajaran baik itu dengan barang asli maupun tiruan. Pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses (Roestiyah dalam Zulkarnain, 2009: 6). Menurut Udin S. Wianat Putra, dkk dalam Zulkarnain (2009: 7) metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu. Sedangkan menurut Bahri dalam Riadi (2012: 1) metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan. 2.1.2 Syarat-syarat Pelaksanaan Metode Demonstrasi Setiawan (2012:17) mengemukakan bahwa agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan secara maksimal maka perlu memperhatikan beberapa syarat sebagai berikut.
3
a. Menetapkan tujuan demonstrasi Penetapan tujuan demonstrasi harus dilakukan agar tidak terjadi pemborosan waktu, materi, dan tenaga. Selain itu, dapat digunakan untuk mengetahui kecakapan apa yang diharapkan akan dimiliki siswa setelah demonstrasi dilaksanakan. b. Guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya Sebelum guru mendemonstrasikan sesuatu, ia harus mempelajari teorinya dan berlatih mempraktekkannya terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada saat melaksanakan demonstrasi. Jadi, guru harus mempersiapkan diri baik secara teoritis maupun praktis. Misalkan saja, guru harus membongkar dan memasangkan kembali suatu alat peraga. Untuk itu, guru harus benar-benar memahami seluk beluk dari alat tersebut. c. Mempersiapkan alat-alat peraga yang akan digunakan Alat-alat peraga perlu dipersiapkan agar tidak mengganggu ketertiban maupun sistematika penyajian pada waktu demonstrasi. d. Mempersiapkan tempat pelaksanaan demonstrasi Tempat
pelaksanaan
memperhitungkan
demonstrasi
harus
dipersiapkan
dengan
bagaimana siswa mengikuti jalannya demonstrasi dan
kondisi ruang kelas. Hal tersebut perlu diperhatikan agar siswa merasa nyaman dalam mengikuti jalannya demonstrasi sehingga materi yang disampaikan benar-benar dipahami siswa.
4
e. Memperhatikan jatah waktu yang tersedia Demi keberhasilan tujuan dari demonstrasi, guru harus membagi waktu yang disediakan untuk penjelasan teoritis, menjelaskan obyek yang didemonstrasikan, dan menarik kesimpulan atau inti/prinsip-prinsip dari halhal yang telah dipertunjukkan. Pembagian waktu harus memperhatikan jenis kegiatan atau obyek yang didemonstrasikan. Waktu yang diberikan untuk demonstrasi harus yang terbanyak karena metode demonstrasi memang dimaksudkan agar siswa-siswa memperoleh kesempatan untuk belajar langsung dari pengamatan langsung terhadap obyeknya sehingga siswa-siswa dapat melakukan pengamatan dengan cermat, teliti, dan berkali-kali serta benar-benar memahami prinsip-prinsip dari obyek yang didemonstrasikan. f. Fokus pada satu hal/obyek Hal ini bertujuan agar tidak mengacaukan tanggapan siswa-siswa mengenai benda yang diamatinya. Demonstrasi diadakan guna memperjelas sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. g. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan demonstrasi Demonstrasi tidak selalu dilakukan oleh guru. Akan lebih baik apabila siswa melakukan demonstrasi sendiri meskipun tidak semua hal yang didemonstrasikan dapat dilakukan oleh siswa. h. Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
5
Pada waktu guru mendemonstrasikan suatu obyek, siswa harus betulbetul memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru. Tetapi itu tidak berarti
bahwa
siswa-siswa
harus
diam
saja.
Siswa
hendakanya
diajak/dipancing untuk menanyakan apa yang kurang dimengerti sehingga mereka puas dan memahami apa yang mereka amati. i. Guru tidak boleh malas dalam melakukan demonstrasi Sifat malas merupakan penghalang bagi kesuksesan guru dalam mengajar. Untuk itu, guru harus mampu mengatasi rasa malas pada dirinya. 2.1.3 Prinsip-Prinsip Metode Demonstrasi Adapun pada pelaksanaan metode demonstrasi, terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya. Menurut Hamalik (2007: 3) bahwa demonstrasi akan lebih efektif jika dilaksanakan mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut. a.
Setiap langkah demonstrasi harus bisa dilihat dengan jelas oleh siswa. Agar siswa mengetahui bagaimana suatu proses itu dilakukan, maka guru harus memastikan bahwa semua siswa dapat mengikuti setiap langkah proses demonstrasi dengan jelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa satu dengan siswa yang lain memiliki pengetahuan yang secara umum sama mengenai cara kerjanya, tanpa ada yang tertinggal sehingga guru tidak perlu mengulangi langkah-langkah yang telah dilakukan.
6
b.
Semua penjelasan secara lisan hendaknya dapat didengar dengan jelas oleh semua siswa. Sedapat mungkin guru harus mengusahakan agar suaranya dapat didengar oleh seluruh siswa. Oleh sebab itu, guru harus mampu memilih cara yang tepat agar siswa-siswanya dapat menerima penjelasannya dengan baik dan jelas. Dengan demikian tidak akan terjadi kesalahpahaman terhadap materi yang didemonstrasikan.
c.
Anak-anak (siswa) harus tahu apa yang sedang mereka amati. Demonstrasi dilakukan untuk memberi pemahaman yang lebih jelas pada siswa. Untuk itu mereka harus mengetahui apa yang sedang mereka amati dalam proses demonstrasi, sehingga siswa benar-benar mengerti apa yang sedang didemonstrasikan dan bagaimana proses demonstrasi itu berjalan.
d.
Demonstrasi harus direncanakan dengan teliti. Tugas guru adalah melakukan demonstrasi di depan siswa-siswanya. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman mengenai proses demonstrasi, guru harus mengerjakan demonstrasi dengan teliti dan hati-hati.
e.
Guru sebagai demonstrator harus mengerjakan tugasnya dengan lancar dan efektif. Sebagai demonstrator berarti seorang guru telah menguasai proses demonstrasi secara menyeluruh. Untuk itu sebisa mungkin gurulah yang
7
mengontrol proses demonstrasi agar dapat berjalan lancar sehingga siswa pun dapat belajar secara efektif melalui demonstrasi tersebut. f.
Demonstrasi dilaksanakan pada waktu yang tepat. Untuk melaksanakan demonstrasi, guru perlu memperhitungkan/menentukan waktu yang tepat agar demonstrasi benar-benar berjalan lancar tanpa ada hambatan. Guru dan siswa memiliki kesempatan yang luas untuk melaksanakan demonstrasi tanpa terdesak oleh sesuatu hal.
g.
Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk melatih apa yang telah mereka amati. Demonstrasi dilaksanakan untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi tertentu dan akan lebih baik jika siswa dapat mengalaminya sendiri. Untuk itu berilah kesempatan kepada siswa untuk melatih apa yang telah mereka amati dengan kemampuan yang mereka miliki.
h.
Sebelum demonstrasi dimulai, hendaknya semua alat telah tersedia. Agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam menggunakan alat-alat, maka guru harus siap menyediakan alat-alat yang akan digunakan untuk demonstrasi.
i.
Sebaiknya demonstrasi disertai dengan ringkasannya di papan tulis. Agar siswa tidak mengalami kebingungan dalam menulis hasil demonstrasi atau kesimpulan, maka sebaiknya guru menulis secara ringkas hasil atau
8
kesimpulannya di papan tulis sehingga seluruh siswa dapat melihat dan mencatat. j.
Jangan melupakan tujuan pokok. Pelaksanaan demonstrasi memiliki tujuan yang akan dicapai sebagai tercapainya keberhasilan belajar siswa. Untuk itu, tujuan pokok merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan guru dan menjadi hal utama dalam pelaksanaan demonstrasi.
k.
Jika diperkirakan demonstrasi itu sulit supaya sebelumnya dicoba terlebih dulu. Kesalahan dapat terjadi saat melakukan demonstrasi. Untuk menghindarinya, guru mencoba terlebih dahulu sebelum demonstrasi dilakukan di kelas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pemahaman siswa.
l.
Perlu ada laporan hasil demonstrasi. Untuk mengetahui kebenaran hasil demonstrasi, maka perlu ada laporan pelaksanaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar guru tahu sejauh mana keberhasilan demonstrasi itu.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan dan memperlihatkan suatu proses. Pada metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut.
9
a.
Merupakan cara yang ilmiah sesuai dengan proses perkembangan jiwa anak. Pemahaman mengenai materi pelajaran akan lebih jelas dan mudah dipahami (secara konkret) daripada hanya diterangkan secara lisan saja (abstrak)
b.
Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan hasrat untuk ingin mengetahui sesuatu. Dengan mengamati sendiri obyek yang didemonstrasikan, akan timbul keinginan untuk mengetahui lebih dalam dan terperinci mengenai obyek yang dilihatnya. Hal ini secara tidak langsung berarti telah mengembangakan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa.
c.
Siswa dididik untuk mengamati sesuatu dengan sikap yang kritis. Pada saat mengikuti demonstrasi, siswa dididik untuk mau mengamati sesuatu dengan penuh perhatian pada obyek. Tentunya agar dapat memahami dengan baik obyek yang diamati. Untuk itu diperlukan konsentrasi dari seluruh pikiran, perasaan, dan kemauan dari siswa.
d.
Siswa mengetahui dengan tepat bagaimana hubungan struktural atau urutan susunan suatu obyek. Ketika guru mempertunjukkan suatu proses, langkah demi langkah guru melakukan proses tersebut. Setelah siswa memperhatikan langkahlangkahnya, siswa dapat melakukan proses tersebut karena telah memahami urutan dan susunannya.
10
e.
Siswa mengetahui dengan tepat bagaimana keadaan perbandingan suatu obyek. Misalnya
ketika
guru
atau
siswa
di
bawah
pengawasan
guru
mendemontrasikan bahwa satu kilogram sama dengan dua pon, pada waktu mengajar timbangan berat pada siswa-siswa. f.
Siswa dapat melakukan dengan segera dan tepat, suatu kecakapan yang memerlukan keterampilan motoris. Misalnya setelah guru mendemontrasikan bagaimana caranya menyugu kayu segera setelah demontrasi itu dilakukan siswa sendiri dapat melakukan dengan baik dan tepat. Demikian pula pada pelajaran memotong pakaian, pada pelajaran memasak siswa-siswa dapat sendiri melakukan pekerjaan yang baru saja mereka lihat.
g.
Perhatian siswa dapat dipusatkan pada pokok bahasan yang dianggap penting oleh guru dapat diartikan seperlunya. Misalnya dengan melihat sendiri bahwa satu kilogram besi sama beratnya dengan satu kilogram beras walaupun kalau dilihat besarnya bungkusan lebih besar sebungkus beras dari satu kilogram dari pada sebungkus besi yang juga satu kilogram beratnya. Dari letak keadaan timbangan siswa-siswa percaya bahwa kedua benda tadi benar-benar sama beratnya.
Selain kelebihan-kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki kekurangankekurangan yaitu:
11
a.
Demontrasi menjadi tidak efektif bila tidak semua siswa dapat ikut serta, misalnya alat terlalu kecil sedangkan jumlah siswa besar.
b.
Perkembangan berfikir siswa menjadi tertahan sehingga menetap pada taraf berfikir konkrit saja.
c.
Mengamati sesuatu dengan cermat menggunakan seluruh alat indera bukan pekerjaan yang mudah bagi siswa, sehingga sering terjadi kekeliruan tanggapan dan pengertian mengenai obyek yang diamati.
d.
Tidak semua hal yang didemonstrasikan guru dapat diualang berkali-kali.
Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa metode pembelajaram demonstrasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas belajar siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal terhadap konsep yang dibelajarkan. 2.1.5
Konsep Hasil Belajar siswa Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek dalam pembelajaran. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dalam konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi
12
orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu, hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia mengalami perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana dalam Agus Prayugo, 2012: 6). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa yang menyangkut perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Yuliani (2004: 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana 2004: 39).
13
Belajar adalah suatu perubahan prilaku akibat interaksi dengan lingkungannya (Muhammad dalam Sopiliani, 2012: 9). Perubahan prilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang afektif (sikap) dan bidang psikomotorik (perilaku). Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecapakan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa hasil belajar siswa dalam mempelajari IPA selalu dirujuk pada standar kompetensi dasar maupun standar kompetensi lulusan
14
yang terdapat pada Permen No 22 dan No 23 tahun 2009 tentang Standar Isi dan Estándar Kompetensi Lulusan. Berbagai standar yang tercakup dalam kedua permen tersebut pada dasarnya berisi kompetensi yang perlu dilakukan siswa termasuk kompetensi dalam mata pelajaran IPA. 2.1.6 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui peningkatan metode demonstrasi membantu siswa untuk aktif dan kreatif. Oleh karena itu penerapan metode demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarkan keterampilan dan daya pikir siswa, dengan kata lain metode demonstrasi bertujuan unuk mengajarkan keterampilan-fisik yang sesuai dengan perkembangan berfikir anak siswa sekolah dasar. Berangkat dari pemikiran di atas dapat didefinisikan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui penerapan metode demonstrasi bagi siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut : 1) Untuk membangkitkan kreativitas anak, seorang guru perlu memberikan kebebasan dan pengawasan dengan penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) guru dapat mengajar siswa sekolah dasar tentang suatu tindakan, proses atau prosdur keterampilanketerampilan fisik atau motorik 2) Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para siswa secara bersama-sama
15
3) Mengkonkretkan informasi yang disajikan kepada para siswa Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi sebaiknya dilaksanakan sebagai berikut: 1. Kegiatan Guru a. Mempersiapkan sesuatu yang akan didemonstrasikan (alat dan ruang kelas). Dalam persiapan ini, guru harus memperhatikan apakah semua siswa benar-benar mengikuti, melihat, dan mendengarkan apa yang sedang dilakukan oleh guru pada saat itu. b. Mempersiapkan tempat duduk siswa/tempat berdiri siswa agar semuanya dapat mengikuti dengan jelas obyek yang didemonstrasikan atau proses (kejadian) yang harus diamati. c. Guru memilih tempat berdiri yang tepat agar tidak mengganggu atau menghalangi penglihatan siswa-siswa yang sedang mengamati obyek yang sedang didemonstrasikan. d. Guru menjelaskan kepada siswa, hal apa yang direncanakan atau yang akan dikerjakannya. e. Guru memulai demonstrasinya dengan perlahan dengan sedikit penjelasan. Ketika guru melakukan demonstrasi selangkah demi selangkah, guru juga harus menjelaskan alasan-alasan setiap langkah.
16
f. Pada saat demonstrasi, guru bertanya kepada siswa apakah yang ia lakukan sudah dimengerti oleh siswa. Dalam beberapa hal, guru harus mengulang dua atau tiga kali demonstrasi agar benar-benar jelas bagi siswa. g. Guru menugaskan siswa untuk mengulang langkah-langkah yang telah dilakukan secara lisan. h. Guru menugaskan siswa agar dapat mendemonstrasikan sendiri selangkah demi selangkah dan menjelaskannya. i. Setelah guru selesai mendemonstrasikan sesuatu, guru mengajukan bebrapa pertanyaan kepada para siswa untuk mengecek sejauh mana siswa memahami atau mengikuti demonstrasi yang baru selesai dipertunjukkan. j. Melayani pertanyaan para siswa. 2. Kegiatan Siswa a. Memperhatikan demonstrasi yang dilkukan oleh guru. Pengaturan tempat duduk sangat penting agar semua siswa dapat melihat, mendengar, dan mengamati dengan jelas obyek yang didemonstrasikan. b. Mempersiapkan
alat-alat
atau
catatan
yang
diperlukan
untuk
mempraktekkan kegiatan yang didemonstrasikan. c. Memperhatikan
dan
mengamati
dengan
seksama
seluruh
proses
demonstrasi. d. Siswa mencoba melakukan sendiri apa yang didemonstrasikan di bawah bimbingan guru.
17
e. Mencatat hal-hal penting yang harus diingat atau diperhatikan bila melakukan hal yang didemonstrasikan itu kembali. f. Sesuai dengan bahan pelajaran yang sedang diajarkan, pada akhirnya siswa-siswa mempraktekkan sendiri hal-hal yang telah didemonstrasikan (untuk memperkuat asosiasi-asosiasi yang diperlukan). g. Menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti dari demonstrasi yang telah diamatinya. Berdasarkan langkah-langkah tersebut jelas bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai konsep dasar IPA. Hal ini mengingat bahwa siswa mengalami proses langsung dalam membuktikan setiap konsep melalui kegiatan kegiatan penemuan sehingga konsep IPA yang dipelajari akan lebih bermakna bagi siswa. 2.2
Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya:
a.
Setiawan (2012) pada penelitiannya yang berjudul penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Sukamenak pada pembelajaran IPA tentang peristiwa alam. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa begitu antusias mengikuti pembelajaran, fokus pada pelajaran, berani mengajukan dan menjawab pertanyaan, serta aktif melakukan diskusi. Hal ini berimplikasi pada peningkatan
18
hasil belajar siswa, dimana siswa yang memperoleh nilai di atas KKM pada siklus I sebanyak 75% dengan nilai rata-rata kelas 73,1 dan pada siklus II sebanyak 95% dengan nilai rata-rata kelas 79,1. b.
Wardani (2012) pada penelitiannya yang berjudul meningkatkan hasil belajar IPA dengan metode demonstrasi tentang cara memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar anak di kelas III SDN Cibeureum Cileungsi Kab. Bogor T.P
2011/2012
menjelaskan
bahwa
pendekatan metode demonstrasi
guru
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
berperan sebagai fasilitator atau
pembimbing. Adapun hasil dari pembelajaran ini bisa menunjukkan adanya peningkatanya itu : pada siklus I rata-rata 50,45 dengan persentase yang mencapai KKM 29%, pada siklus II nilai rata-rata 63,86 dengan persentase mencapai KKM adalah 43,18%, sedangkan pada siklus III nilai rata-rata 87,95 dengan persentase mencapai KKM adalah 100%. Hal ini merupakan pembuktian bahwa pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun hubungan antara dua penelitian tersebut dengan perencanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut. a.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiawan lebih menitikberatkan penelitian pada penggunaan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA materi peristiwa alam.
19
b.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wardani lebih menitikberatkan pada pelajaran IPA khususnya materi cara memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar.
c.
Pada penelitian ini, perencanaan yang dilakukan lebih menitikberatkan pada penggunaan metode demonstrasi mata pelajaran IPA khususnya pada materi perubahan wujud zat.
2.3
Hipotesis Tindakan Berdasarkan hal-hal dalam kajian teoritis di atas, maka hipotesis tindakan
penelitian ini adalah sebagai berikut: “Jika dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi perubahan wujud zat digunakan metode demonstrasi, maka hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Dungaliyo Kab. Gorontalo akan meningkat”. 2.4
Indikator Kinerja Indikator kinerja keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah
Pembelajaran dikatakan tuntas jika sebanyak 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai 70 ke atas.
53