6
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1
KAJIAN TEORETIS
2.1.1 Pengertian Belajar Belajar bagi sebagian orang diartikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran. Namun demikian, belajar sesungguhnya bukan hanya terbatas pada pengertian di atas. Menurut Syah (2006:56) belajar adalah suatu perubahan tingkah laku. Sedangkan Catharina (2004:3) belajar adalah “proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan”. Budiningsih,C.Asri. (2005:38) Mengemukakan Belajar merupakan semua aktifitas yang dilakukan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi, yang mana dapat berlangsung disekolah ataupun diluar sekolah. Slameto (2003:2) mengartikan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Seperti yang dikemukakan oleh Rochman Nata Wijaya: (2005 ; 31 ), belajar aktif adalah keaktivan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
7
Dari beberapa pengertian tentang belajar di atas, disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu perubahan pada dirinya untuk lebih baik, baik dalam tingkah laku (perilaku) ataupun untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Jika belajar sebagaimana diuraikan di atas lebih ditekankan kepada adanya perubahan tingkah laku pada diri murid, maka pembelajaran lebih mengarah pada upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui strategi, model dan teknik tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran kepada murid. Terkait dengan hal tersebut, maka pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga, harus disesuaikan dengan jenis materi pelajaran, tingkat perbedaan individu dan karakteristik murid, serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung (Dimyati: 2009:89). Dengan demikian, jelaslah bahwa yang dimaksud pembelajaran dalam hal ini adalah suatu proses atau kegiatan belajar mengajar dan berhubungan dengan model mengajar ditinjau dari aspek pelaksana pembelajaran, yaitu guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran sendiri, dikenal banyak jenis model dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Untuk itu dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih dan mengembangkan model atau teknik pembelajaran sesuai dengan kurikulum materi pelajaran yang diajarkan.
8
Berdasarkan uraian di atas, maka Mager (Hamzah, 2009:8) mengemukakan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu: 1) Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh murid. Skenario pembelajaran disusun berdasarkan indikator dan kegiatan pembelajaran yang terlampir dalam silabus, bahkan guru dapat mengembangkannya. 2) Pilih teknik pembelajaran yang sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti. Pelatihan dan pengembangan keterampilan murid perlu ditekankan dalam proses pembelajaran. 3) Mempergunakan media pembelajaran sebagai stimulus dan rangsangan pada indera murid. Media yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam satu kompetensi dasar yang diajarkan. 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar dalam
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 130) juga
disebut sebagai prestasi belajar. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Jamal, 2011:87). Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat
9
memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Menurut Syah (2006:23) prestasi belajar dapat dinilai dengan cara: a. Penilaian Formatif Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (Feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. b. Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. 2.1.3 Jenis-jenis hasil belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil
10
belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur. Menurut Bloom (Kamdi, 2010) menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Untuk lebih spesifiknya, merincinya sebagai berikut: 1) Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. 2) Affective
Domain
(Ranah
Afektif)
berisi
perilaku-perilaku
yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. 3) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik, karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
tujuan
pelaksanaan
pembelajaran adalah untuk meningkatkan kecakapan siswa terhadap aspek
11
kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini ditegaskan Sudjana (2009:49) yang menyatakan bahwa ketiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotor) tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan satu kesatuan, dan harus dipandang sebagai sasaran hasil belajar. Ketiga kecakapan yang ditingkatkan tersebut selanjutnya terwujud pada apa yang disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil akhir (umumnya dinyatakan dalam bentuk nilai belajar) yang diperoleh siswa terhadap serangkaian kegiatan evaluasi yang dilakukan guru baik evaluasi harian, tengah semester maupun evaluasi akhir semester. Dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan. Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka siswa dapat diklasifikasikan prestasi belajarnya apakah berada pada kategori sangat baik, baik, sedang, cukup, atau kurang sesuai dengan standar penilaian yang digunakan di sekolah atau guru mata pelajaran itu sendiri. Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2009: 45) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : a) keterampilan dan kebiasan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Ketiganya dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Sedangkan Gagne mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni : a) Verbal Information, b) Intelektual Skill, c) Cogniive Strategy, d) Attitude, dan e) Motor Skill. 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Mempengaruhi sehingga seorang anak mampu mencapai hasil atau keberhasilan dalam belajar. Pada umumnya hasil atau keberhasilan belajar
12
seorang murid, dalam hal ini siswa kelas IV SDN 4 Tilango sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilaksanakan oleh anak itu sendiri. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa (Internal Factor), dan faktor yang datangnya dari luar diri individu siswa (Eksternal Factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor internal anak, meliputi: a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. b)
Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain: (1) Intelegensi, (2) sikap, (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi.
2) Faktor eksternal anak, meliputi : a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas. b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/ belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.
13
c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun model dan media pembelajaran yang digunakan. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut sebagai hambatan/ kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif. Terkait dengan hal ini, Ihsan (2005: 19) menyebutkan 7 hambatan-hambatan yang dihadapi siswa akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu: 1) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua. 2) Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada anak. Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak. 3) Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa menunjang belajar. 4) Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau tuntutan orang tua yang terlalu tinggi. 5)
Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, dan
6) Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paling tidak ada dua faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri siswa (Internal), dan faktor yang datannya dari luar disi siswa (Eksternal)
14
2.1.5 Pemahaman Belajar Siswa - Pemahaman merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah melakukan kegiatan belajar melalui proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2008 : 98) bahwa pemahaman adalah sesuatu yang telah dikuasai atau dicapai oleh individu yang telah melakukan suatu kegiatan belajar dalam rentang waktu tertentu. - Menurut (Nabisi lapono, 2010: 79) Pemahaman dapat diartikan sebagai perolehan siswa pada materi tertentu setelah mereka menjalani aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu. Pemahaman belajar yang diperoleh masing-nasing siswa, biasanya akan diketahui setelah guru melakukan pengukuran dengan menggunakan test. - Menurut Bloom (dalam Nurkancana 1990 : 61) “Lingkup hasil belajar yang diukur meliputi 3 rana dan kawasan, yaitu : ingatan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesis dan evaluasi. Selanjutnya kawasan atau rana kedua adalah efektif. Rana efektif meliputi 5 aspek yaitu : menerima, menjawab, menilai, pengorganisasian, karakterisai dengan suatu nilai. Kawasan rana ketiga meliputi kegiatan/gerakan. - Usman
(2006 : 25) Mengidentifikasi bahwa dalam meningkatkan
pemahaman siswa, para siswa memulai dengan sebuah pertanyaan, mencari fakta-fakta, menyusun jawaban unutk perntanyaan semula, dan menyampaikan proses hasil pertanyaan tersebut. Seperti mendeskripsikan bagaimana
mereka
mendesain
suatu
penyelidikan,
meningkatkan
penjelasan yang didasarkan pada informasi ilmiah dan dilengkapi dengan
15
fakta-fakta melalui kegiatan didalam kelas dan menganalisis beberapa alternatif penjelasan untuk disajikan sebagai dasar dalam petunjuk demonstrasi guru. Berdasarkan
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
meningkatkan pemahaman siswa, para siswa dapat mengenal hubungan antara pertanyaan, penjelasan dan fakta-fakta. Siswa juga dapat memahami bahwa dasar ilmu pengetahuan dan teori mempedomani desain penyelidikan berbagai tipe observasi yang dibuat dan interprestasi data. 2.1.6 .Hakikat Media Pembelajaran a.
Pengertian Media Pembelajaran Menurut Rusman (2008:35) Media berasal dari bahasa latin merupakan
bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik (http:// Zona info semua Blogspot. Com/2010/10 ). Kelancaran Aplikasi model pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh media pembelajaran yang digunakan. Ahkmad (2008:82) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Oemar (2007:32) menyatakan dalam National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
16
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Hamalik (2008:67) mengartikan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Brown (1973:87) mengungkapkan bahwa media pembelajaran
yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. b.
Fungsi Media Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : 1) Menurut (Suratno, 2000: 35) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktorfaktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya.
17
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3) Media Pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
c)
Jenis jenis Media belajar Menurut (Lapono, 2009: 88) Terdapat berbagai jenis media belajar,
diantaranya
1) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
18
2) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3) Projected Still Media : slide; Over Head Projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya 4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. 5) Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara be
rsama dan serempak melalui satu alat saja yang
disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif ( Suratno, 2009 :51). 2.1.7 Media Chart Menurut Elaine (2009:88) Media pembelajaran banyak jenisnya dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan media harus ditentukan jenisnya berdasarkan jenis materi pelajaran yang akan di ajarkan. Salah satu jenis media yang dianggap efektif digunakan adalah media Chart. Jamar (2011: 19) mengatakan bahwa media Chart merupakan media visual yang berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Banyak materi yang menguraikan
19
tentang konsep tertentu harus diuraikan dengan bantuan chart sehingga lebih mudah dipahami bagi siapa yang mempelajarinya. 2.1.8 Manfaat Media Chart Menurut Nabisi (2009: 96)Penggunaan media pembelajaran dalam bentuk media chart akan memudahkan penyampaian pesan yang biasanya dirubah dalam bentuk ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau berupa gambar yang dapat memperjelas suatu konsep. Penggunaan media chart akan menguraikan secara jelas garis besar atau tahapan-tahapan dari suatu proses dan menyajikannya sekaligus paparan satu konsep. Menurut Semiawan (2009:82) cara penyajian media chart dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Beberapa cara penyajian chart antara lain menggambar chart di atas kertas dan membagikankan kepada semua anggota kelas, menggambar chart di atas papan tulis, menggambar chart di atas White Board, di atas flip chart, papan pengumuman atau dengan menggunakan OHP (Pasaribu, 1993). Berdasarkan bentuk chart dibedakan menjadi bagan pohon (tree chart), bagan arus lurus (flow chart), bagan arus bercabang (stream chart) dan bagan garis waktu (time line chart) (Sadiman, 2002). Penggunaan flow chart akan menguraikan secara rinci berdasarkan tahapan dari suatu proses, misalnya untuk jaringan atau koneksi internet atau elearning pendidikan. Sementara untuk penggunaan stream chart adalah untuk menguraikan bagian-bagian dari konsep tertentu yang akan di ajarkan .
20
a) Kelebihan media chart Menurut (Jamar, 2011: 89 )Media chart mempunyai beberapa keuntungan dalam penggunaannya antara lain sifatnya yang sederhana sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya besar dalam penggunaanya. Selain
itu
penggunaan
media
pembelajaran
chart
juga
dapat
mengefisiienkan waktu, termasuk mengefesienkan waktu belajar sehingga peserta didik dapat lebih cepat memahami materi atau konsep yang diajarkan. Keuntungan lain adalah bahwa ada penyederhanaan konsep dari keseluruhan konsep yang ingin dipelajari sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Di samping keuntungan lain dari media pembelajaran berupa Media Chart tersebut, juga akan sangat membantu siswa untuk menulis penjelasan dari materi dalam bentuk flow chart. Dan bahkan salah satu media pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih cepat memahami sesuatu berdasarkan urutan atau tahapan waktunya adalah dengan menggunakan media chart time line. b) Kelemahan media chart Menurut (Jamar, 2011: 89 ) kelemahan media chart yaitu siswa akan terbiasa mengikuti pelajaran yang sudah ada, atau mereka hanya mengikuti saja chart yang sudah tertera di papan, sehingga siswa menjadi kurang kreatif. 2.1.9 Media Chart Dalam Pembelajaran PKn Sterategi menuntut guru PKn agar dapat menjadikan siswa mampu menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan tersebut dengan
21
aplikasinya dalam kehidupan nyata. Untuk menegetahui sejauh mana penerapa media Chart dalam pembelajaran PKn di sekolah, maka perlu di adakan penelitian terhadap hal tersebut. Selain itu pengettian dan dimensi mata pelajaran PKn berpedoman khusus untuk pengembangan silabus dan dan penilaian mata pelajaran PKn di jelaskan bahwa ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki kimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, menguasai pengetahuan, keterampilan, dan nilai nilai sesuai dengan konsep dan prinsip prinsip kewarganegaraan. Menurut M. Nur (2010:11) Dalam pembelajaran PKn terdapat beberapa komponen yang menunjang proses belajar mengajar dan dapat menentukan hasil belajar tersebut. Komponen komponen dalam proses pembelajaran terdiri dari: 1) Tujuan Tujuan adalah suatu cita cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan suatu kegiatan 2) Bahan Pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan di sampaikan dalam proses belajar mengajar 3) Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah di programkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
22
4) Metode Metode adalah suatu cara ang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang di tetapkan. 5) Alat/Media Alat/ media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan Penelitian 6) Sumber Pelajaran Sumber pelajaran adalah sesuatu bahan atau materi untuk menambah ilmu penegetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. 7) Evalausi Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data data seluas luasnya, sedalam dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. 2.1.10 Langkah – Langkah Pembelajaran Media Chart 1. Membuat Media Chart pada Materi Sistem Pemerintahan Kabupaten Kota dan Provinsi 2. Memperlihatkan / memaparkan di papan tulis Media Chart tentang Materi Sistem Pemerintahan Kabupaten Kota dan Provinsi 3. Menjelaskan pada siswa tentang Materi Sistem Pemerintahan Kabupaten Kota Dan Provinsi pada Media Chart yang telah dibuat.
23
2.2
Kajian Penelitian yang Relevan Dwiana Widiasih, skripsi (2011) “ Meningkatkan Motivasi belajar siswa
pada materi sistem pemerintahan pusat melalui media Chart dalam pembelajaran PKn Kelas IV SDN No 23 Kota Selatan ”. Pada siklus 1 memperoleh 38,1% sedangkan pada siklus II sudah mencapai 85,7%. Motivasi belajar siswa pada materi sistem pemerintahan pusat ini melebihi target indicator keberhasilan sebesar 80 % dari jumlah siswa sebanyak 21 0rang sedangkan hasil capaian sebesar 85,7% sehingga kelebihan target sebesar 47,6%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwiana Widiasih pada siklus II terdapat 85,7 % dengan jumlah siswa 21 orang, sementara peneliti mendapat 83,3 % dengan jumlah siswa 24 orang pada siklus II. Dari penelitian ini maka peneliti menunjukan adanya suatu perbedaan.Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes pada siklus I mencapai 58,3 % dan pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 83,3 %. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis Tindakan dalam Penelitian ini adalah “jika guru menggunakan media chart pada materi sistem pemerintahan Kabupaten, Kota dan Provinsi di kelas IV SDN 4 Tilango maka pemahaman siswa dapat ditingkatkan” 2.4 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja yang ingin di capai apabila 75 % dari seluruh jumlah siswa telah mencapai pemahaman belajar maka proses pembelajaran dianggap berhasil.