8
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Percaya Diri Rasa percaya diri adalah sikap yang dapat di tumbuhkan dari sikap sanggup berdiri sndiri, sanggup menguasai diri sendiri dan bebas dari pengendalian orang lain dan bagaimana kita menilai diri sendiri sama orang lain meilai kita.sehingga kita mampu menghadapi situasi apapun. Kepercayaan diri oleh Lauser didefinisikan suatu perasaan atau sikap tidak mementingkan diri sendiri cukup toleran, tidak memerlukan orang lain, selalu optimis, gembira dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Orang yang tidak percaya diri akan merasa terus menerus jatuh, takut untuk mencoba, merasa ada yang salah dan khawatir (Elly Risman, 2003: 151).
Tanda-tanda diri individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah dapat mengatur dirinya sendiri,dapat mengarahkan,mengambil inisiatif, memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri,dan dapat melakuakan hal-hal untuk dirinya sendiri. Orang-orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan percaya terhadap kemampuan dirinya yang tinggi pula. Adapun tanda-tanda orang yang memiliki percaya diri adalah :
8
9
a. Dapat mengatur dirinya sendiri. b. Mempunyai keinginan-keinginan sendiri. c. Dapat mengarahkan dan mengambil inisiatif sendiri. d. Mampu memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri. e. Dapat melakukan hal-hal untuk dirinya f. Mengetahui batas-batas yang boleh dilakukan dan yna g tidak boleh dilakukan. g. Mempunyai harga diri yang tinggi. Kepercayaan diri dipengaruhi dari tiap tahap perkembangan psikososial individu. Erik Erikson yang di kutip oleh Towsend (2005) menjelaskan perkembangan psikososial mempunyai delapan tahap perkembangan ; masa bayi, kanak-kanak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa dan lanjut usia. Pada usia remaja perkembangan psikososialnya adalah kemampuan untuk mencapai identitas meliputi peran, tujuan pribadi dan keunikan, ciri khas diri. Bila tidak dapat mencapai kemampuan tersebut individu akan mengalami bingung peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian, sehingga akan terjadi gangguan konsep diri yaitu harga diri rendah, idealis diri yang tidak realistis seperti yang terjadi pada ketidakberdayaan. Sikap mandiri, sopan santun, baik kepada orang sebaya maupun kepada orang tua, sabar, mengendalikan emosi, menunjukkan kepedulian terhadan sesama dan lingkungan merupaka perilaku yang bisa dibentuk pada seseorang sejak usia
10
dini. Sesuai dengan tahap perkembangan psikososialnya (Erikson, dalam Patmonodewo:2003), anak usia KB memasuki tahap: 1. Tahap 1 : Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga. 2. Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri anak yaitu intervensi keluarga, lingkungan, dan kesehatan, dalam Nurlaila (2004:25). 1) Lingkungan Keluarga Menurut Tienje (2009:98) menyatakan bahwa perhatian orang tua terhadap kemampuan anak akan berpengaruh positif terhadap kemampuan rasa percaya diri anak, sedangkan ketidakpercayaan orang tua terhadap kemampuan anak berpengaruh negatif pada rasa percaya diri anak. 2) Lingkungan Sekolah Program yang dibuat sekolah yaitu program yang memotivasi anak untuk menyukai belajar dan merasa tertarik untuk melaksanakan tugas-tugas sekolah
11
dengan cara menerapkan metode pembelajaran secara menarik sehingga anak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran. Hal ini mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan rasa percaya dirinya dengan baik. 3) Kesehatan Kesehatan adalah suatu bahan yang perlu didapat supaya pertumbuhan anak menjadi baik dan sempurna. Pemenuhan kesehatan yang baik untuk fisik dan mental berpengaruh terhadap beberapa aspek perkembangan anak. Dari uraiaan di atas dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri anak yaitu faktor lingkungan, keluarga, lingkungan sekolah dan kesehatan. Dari ketiga faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi rasa percaya diri anak adalah faktor lingkungan sekolah. Beberapa komponen yang terdapat di sekolah antara lain guru, siswa, bahan ajar, media pembelajaran, dan metode belajar. Hal ini saling berkesinambungan serta sangat berpengaruh terhadap pengalaman-pengalaman anak selama belajar di sekolah. 2.1.3 Aspek Percaya Diri Menurut Thurson Hakim (2002) (dalam masbow 2009) bahwa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang. Menurut Lauster (1997) (dalam masbow 2009) aspek kepercayaan diri terdiri atas. a. Keyakinan akan kemampuan dirinya yaitu sifat positif seseorang tetang dirinya bawah mengerti sungguh-sungguh apa yang dilakukannya yang di tandai dengan indikator berani tampil di depan kelas
12
b. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpadangan baik dalam mengahadapi segalah hal harapan dan kemampuan yang di tandai dengan indikator tidak malu melakukan apa yang di perintah oleh guru c.
Objektif yaitu orang yang percaya diri bahwa sesuatu permasalahan di anggap benar menurud dirinya sendiri di tandai dengan indicator tidak takut salah saat mengemukakan pendapat.
2.1.4 Bermain Peran Sebagai Teknik Bimbingan Kelompok 2.1.4.1 Pengertian Nurdiana (dalam Rasni, 2012: 18) Bermain peran adalah bentuk kegiatan yang memberikan kebebasan dan kepuasan kepada anak untuk melakukan peran yang diharapkan atau sesuai keinginannya. Maka wajar jika pendidikan anak akan berhasil jika dilaksanakan melalui latihan gerakan sehingga memberikan kontribusinya bagi perkembangana fisik yang harmonis dan peninkatan stabilitas fisik dan mental. Menurut Prayitno (2004:23) bahwa ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam pembelajaran antara lain terknik bermain peran. Bermain peran dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam pembelajaran baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu. Bermain peran yang efektif dapat dijadikan sebagai teknik dalam pembelajaran harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut : a) sederhana, b) menggembirakan, c) diikuti oleh semua anggota kelompok, d) menimbulkan rasa rileks dan tidak melelahkan dan e) meningkatkan keakraban dan percaya diri anak.
13
Dengan bermain peran anak bisa berperan sebagai orang yang baik dan orang dewasa serta peran lainnya. Perkembangan terjadi melalui tahapan seagai berikut salah satunya yaitu bermain kahayal (Dramatic Play) dalam bermain dramalisasi anak- anak menirukan tindakan tindakan yang dihubungkan degan suatu perlengkapan tertentu, belajar berperan seolah-olah mereka adalah seseorang atau sesuatu yag ttdak asing lagi bagi mereka. Kegiatan bermain ini muncul pada anak usia pra sekolah yang disebut juga tahun emasnya, bermain pura –pura ada anak di taman kanak-kanak sering muncul di area keluarga / rumah tangga dimana tersedia alat – alat bermain serta perlengkapan lainnya. (Meli, 2008:23) 2.1.4.2 Karakteristik Bermain Peran Wahab (2001:109) menyatakan bahwa ada beberapa kriteria bermain peran sebagai berikut : 1). Bermain Bebas Bermain bebas (free play) didasarkan pada pandangan Jean Jacques Rousseau, penulis dan ahli filosofi di akhir abad 18 yang menyatakan bahwa bermain adalah kodrat anak dan mereka memiliki kemampuan untuk memilih apa yang ingin mereka pelajari, anak bermain karena menginginkan kebebasan. 2). Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Area – area Kegiatan Area – area kegiatan didesain untuk mengajarkan anak – anak konsep –konsep yang spesifik. Area kegiatan ini memberi kesempatan anak memanipulasi benda – benda, melakukan permainan drama serta berkomunikasi satu dengan yang
14
melalui percakapan antara mereka dalam membuat perencanaan berman dan belajar. 3). Pengaruh Positif : Timgkah laku menyenangkan/menggembirakan untuk dilakukan 4). Cara / tujuan. Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. 2.1.5 Tujuan Bermain Peran Pembelajaran yang dilakukan di TK sangat bermanfaat untuk anak didik, karena bermain peran akan menjadikan anak-anak yang pemalu menjadi berani, dan anak-anak akan meniru berperilaku yang diperankan oleh anak seperti apa yang diperankan. Menurut Juanda (dalam Rasni 2010 :20) bahwa bermain peran dalam proses belajar ditujukan sebagai usaha memecahkan masalah (sosial, perilaku) melalui serangkaian tindakan pemeranan. Tujuan bermain peran adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum a) Anak dapat mengenal sikap/perilaku dalam lingkungannya b) Anak mengenal norma-norma yang berlaku dimasyarakat c) Anak dapat mempergunakan bahasa dengan baik d) Anak dapat berfikir secara logis e) Anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya 2. Tujuan Khusus a) Memupuk kesanggupan untuk bermain peran sesuai dengan yang diberikan b) Anak dapat menarik kesimpulan sendiri dari cerita yang dibawakan.
15
2.1.6 Penerapan Teknik Bermain Peran Dalam Meningkatkan Rasa Percaya diri Anak Bermain peran merupakan teknik untuk melatih percaya diri anak, oleh karena itu penerapan teknik bermain peran dalam rangka meningkatak rasa percaya diri anak. Teknik bermain peran digunakan untuk meningkatkan percaya diri anak dengan cara memberikan peran pada anak, kemudian diperan sesuai dengan karakter peranan yang diberikan guru. 2.1.6.1 Tahapan Bermain Peran Tahapan bemain peran dapat memudahkan menentukan langkah sekaligus gambaran bentuk penyajian terencana dalam bermain peran. Efektif dan efisien tertera akan batasan waktu, karakter ataupun tokoh, untuk memudahkan dan memperjelaskan arah bermain. Agar bermain bisa terarah adapun tahapan-tahapan bermain peran sebagai berikut : Tahapan bermain peran menurut Uno (2009:26-27) antara lain ada tujuh langkah : 1) Pemanasan (warming up) : pendidikan memperkenalkan anak didik kepada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal untuk semua orang perlu dipelajari dan menguasainya. Proses pemanasan adalah menggunakan permasalahan dengan jelas disertai contoh 2) Memilih pemain : pendidik dan anak didik membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan yang akan memainkannya
16
3) Menata panggung/tempat : pendidik mendiskusikan dengan anak didik tepat dan bagaimana peran itu akan dimainkan serta apa saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan panggung atau lokasi dapat sederhana atau kompleks. 4) Memilih/menentukan anak yang bermain peran (pembagian peran) 5) Memainkan peran : bermain peran dilaksanakan secara spontan 6) Melakukan evaluasi (tanya jawab) dengan anak tentang hal yang telah dilakukan (bermain peran) 7) Menyimpulkan tentang hal yang telah dilakukan sehubungan dengan tema (meningkatkan rasa percaya diri anak) 8) Menutup/mempersiapkan anak untuk menerima pelajaran/kegiatan selanjutnya (Uno, 2009:26-27) 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan merupakan suatu uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu serta ada hubungannya dengan yang dilakukan peneliti. Hasil penelitian yang dilakukan Susilowati (2011) mengemukakan bahwa bermain peran dapat meningkatkan interpersonal anak. Dengan bermain peran makro interpersonal anak akan meningkat. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka teoretik di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika digunakan teknik bermain peran, maka rasa percaya diri anak kelompok A TK ABA Payunga Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo meningkat”.
17
2.4 Indikator Kinerja Indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan rasa percaya diri dari 7 orang atau 35% menjadi 16 orang atau 80% dari
jumlah
anak
seluruhnya
20
orang
setelah
dibelajarkan
dengan
menggunanakan teknik bermain peran pada kelompok A TK ABA Payunga Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo.