BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1. Kerangka Teoretis 2.1.1. Pengertian Belajar Menurut Ramayulis (2005:86) belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk
melakukan proses itu.
Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berpikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya. Sedangkan menurut Slameto (dalam kurnia 2007:3) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (dalam karunia 2007:3) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkunganya. Sehingga meghasilkan perubahan yang relative menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Devinisi menurut Winkel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relative dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya.
8
Menurut pandangan B. F Skiner (dalam Ruminiati 2007:5) belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Pengertian belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Skinner berpendapat bahwa ganjaran merupakan salah satu unsur yang penting dalam sesuatu yang menggembirakan, Siddiq, Munawaroh dan Sungkono (2008 : 12) menyatakan bahwa belajar merupakan kebutuhan setiap individu dalam upaya mengembangkan potensi kemanusiaanya. Belajar sebagai usaha sadar yang dilakukan untuk merubah diri menjadi lebih maju melalui pengalaman. Dan belajar merupakan proses mental emosional yang terjadi pada diri individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya (pengalaman). Di lain pihak Dimyati dan Mudjiono mendefinisikan belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Dimyati dan Mudjiono, (2006 : 6). Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Djamarah dan Zain, (2006 : 24). Jadi belajar tertuju pada suatu proses kegiatan aktif siswa yang harus ditempuh menyangkut sesuatu hal yang belum diketahuinya maupun yang sudah diketahuinya tetapi belum menyeluruh sedangkan pembelajaran bertujuan bagaimana suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau oleh orang kepada anak
9
didiknya dengan tujuan untuk membantu siswa atau anak didiknya memperoleh berbagai pengalaman dan pengalaman tersebut akan berpengaruh positif terhadap siswa. 2.1.2. Tujuan Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2006) Tujuan belajar adalah penting bagi guru dan siswa. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa.. Siswa belajar akan mendapatkan banyak hal yang akan diketahuinya, mulai dari perilaku, tentang alam, maupun tentang bidang sosial. Oleh sebab itu tujuan belajar dapat diartikan untuk merangsang ingatan siswa atau anak didik, mengimformasikan sesutu yang positif. 2.1.3. Fungsi Belajar Adapun fungsi belajar yang dikemukakan oleh Mudjiono, (1993 : 29) antara lain sebagai berikut : 1. Membantu perkembangan individu seutuhnya. 2. Belajar sebagai aktifitas pemerolehan pengalaman menempatkan individu sebagai pusat segala-galanya. 3. Terciptanya suatu ektifitas yang memungkinkan adanya lebih banyak keterlibatan secara aktif dan intensif. 4. Belajar menempatkan individu pada posisi yang terhormat pada suasana kebersamaan didalam penyelesaian persoalan yang dihadapinya.
10
5. Belajar sebagai proses terpadu mendorong setiap siswa untuk terus menerus belajar. 6. Belajar sebagai proses terpadu memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk memilih tugasnya sendiri, mengembangkan kecepatan belajarnya sendiri dan bekerja berdasarkan standar yang ditentukan sendiri. 7. Belajar berperan secara aktif. 8. Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi tidak harus dilakukan secara terpisah, melainkan dilaksanakan secara terpadu. 9. Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat. 2.1.4. Hasil Belajar Menurut Hamalik, (2003 : 155) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan teknik mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1993 : 5) perubahan hasil belajar dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan. Dampak perubahan adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport atau dalam ijazah.
11
Lebih lanjut Dimyati dan Mudjiono mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Sedangkan menurut Winarno, (2003 : 14)
hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh pelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Sementara hasil belajar menurut Sudjana (1990 : 22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada Guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya menjadi kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut Guru dapat menyusun dan membina kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Dalam hasil belajar ini Gagne (dalam Sudjana, 1990 : 22) mengungkapkan ada 5 kategori hasil belajar, antara lain : informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kongnitif, sikap dan keterampilan. Dalam kegiatan belajar ada suatu tujuan yang dicapai yaitu hasil belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Darsono, 2000 : 27-30) antara lain sebagai berikut :
12
1. Kesiapan belajar Kesiapan fisik maupun psikologi merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar, sikap Guru yang penuh pengertian dan mampu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip belajar kesiapan ini. 2. Perhatian Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada objek. Belajar sangat membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar. 3. Motivasi Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas. 4. Keaktipan siswa Siswa harus aktif, mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. 5. Mengalami sendiri Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam. 6. Pengulangan Dengan mengulang-ulang materi yang dipelajari, materi tersebut makin mudah. 7. Balikan dan penguatan
13
Dengan balikan, siswa mengetahui sejauh mana kemampuanya, kekuatan dan kelemahannya. Penguatan adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu tindakan belajar. 8. Perbedaan individu Karakteristik yang beda baik fisik maupun tingkat kemampuan minat belajar perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing. Menurut Sudjana, (1990 : 23) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu : 1. Faktor dari dalam diri siswa yang sedang mengalami proses belajar, factor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada factor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah meliputi : a. Faktor jasmani : kesehatan tubuh dalam kesiapan menerima pelajaran, cacat tubuh yang mempengaruhi secara langsung atau tidaknya dalam proses belajar. b. Faktor psikologis : intelegasi, perhatian, bakat, kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi kematangan, kesiapan. c. Faktor kelelahan : faktor kelelahan disini dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan itu mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan
14
sampai terjadi kelelahan dalam belajar dan diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. 2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan, pencapaian tujuan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor-faktor tersebut meliputi a. Faktor keluarga Cara orang tua mendidik anaknya, relasi antar anak dan anggota keluarga yang lain, kemudian suasana rumah terkait dengan kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar, serta keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah 1. Kurikulum. 2. Realisasi siswa dengan guru dan siswa lain. 3. Disiplin sekolah. 4. Kondisi dan fasilitas belajar 5. Metode adalah cara yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar sangat mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Selain faktor-faktor di atas, menurut Sudjana (1990:67) ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru, yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas
15
belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih pendekatan dan metode mengajar yang sesuai dengan isi materi pelajaran. Metode tersebut harus benar-benar sesuai dengan materi, efektif dan efisien. Terkait dengan masalah ini peneliti akan mengkaji lebih jauh tentang metode dalam mengajar. Selanjutnya Davies dalam Dimyati (1993 : 144) mengatakan hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya. Dalam setiap proses belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat diukur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan cirri-ciri sebagai berikut: 1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaiki atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. 2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
16
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreatifitasnya. 4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (konfrehensif), yakni mencakup ranah kongnitif, pengetahuan atau wawasan, ranah efektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan perilaku. 5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama
dalam
menilai
hasil
yang
dicapai
maupun
menilai
dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Hasil belajar siswa, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni : kognitif,apektif, dan psikomotorik (Dimyati, 1993 : 145) : 1. Tujuan ranah kognitif berkaiatan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Taksonomi atau penggolongan tujuan kognitif oleh Bloom dalam Dimiyati (1993 : 145), mengemukakan adanya 6 kelas/tingkat yaitu : a. Pengetahuan, berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip. b. Pengertian/pemahaman, berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lain. c. Penerapan merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi yang konkret. d. Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran kebagianbagian yang menjadi unsure pokok.
17
e. Evaluasi merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu tujuan tertentu. 2. Tujuan ranah apektif berkaitan dengan hasil belajar siswa merupakan hirarki perhatian, sikap, nilai, perasaan dan emosi. 3. Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar siswa berhubungan dengan keterampilan dengan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan koordinasi badan. Tujuan ranah psikomotor sebagai berikut : a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan dan ketepatan tubuh. b. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan menggunakan gerakan. c. Perangkat komunikasi non verbal, kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata. d. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan. 2.1.5. Hakekat Pembelajaran IPS Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan duniaanya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungannya dekat sampai yang jauh bagaimana
18
keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau bahan belajar IPS adalah manusia dan lingkungannya 2.1.6. Tujuan Pendidikan IPS di SD IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut: 1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat. 2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatife pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. 3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. 4. Membekali anak didik dengan kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat IPTEK. Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS menurut (Sumaatmadja. 2006 : 24) adalah membina anak didik menjadi warga Negara yang baikyang memiliki
19
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara. Sedangkan secara rinci Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkaha laku para siswa yaitu pengetahuan dan pemahaman, sikap hidup belajar, nilai-nilai social, sikap dan keterampilan.
2.2. Hakikat Metode Pembelajaran 2.2.1.
Metode Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan.
Dalam kegiatan belajar terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan metode yang kurang tepat. Di sinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi siswa yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif (Hidayati, Mujinen dan Senen 2009:21).
20
Sanjaya (2009: 147) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Hal yang senada juga diungkapkan oleh T.Raka Joni (dalam Abimanyu, 2010: 2-5), metode sebagai cara kerja yang bersifat relatife umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Dunggio S (2006:31) mengemukakan bahwa metode adalah rencana menyeluruh tentang sajian materi bahasan yang tersusun berdasarkan pendekatan yang di pilih. Jadi metode pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu cara yang digunakan guru dalam pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Pemilihan metode yang tepat sesuai dengan bahan pelajaran dapat membuat suasana pembelajaran yang bergairah dan dapat mengaktifkan siswa di kelas. Sehubungan dengan hal tersebut seorang guru dituntut untuk menguasai macam-macam metode mengajar sehingga dapat menentukan metode apa yang paling tepat digunakan dalam proses pembelajaranya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru betul-betul menjadi milik siswa. Menurut Ida Badariyah Almatsir (dalam Hidayati, Mujinen dan Senen 2009:22) ada beberapa faktor yang ikut berperan dalam menentukan efektidaknya suatu metode mengajar. Faktor-faktor tersebut adalah (1). Tujuan pengajaran (2). Bahan pengajaran (3). Siswa yang belajar (4). Kemampuan guru yang mengajar (5). Besarnya jumlah siswa (6). Alokasi waktu yang tersedia (7). Fasilitas yang tersedia (8). Media dan sumber (9). Situasi pada suatu saat (10). Sistem evaluasi.
21
Begitu juga Winarno Surahmad (dalam Hidayati, Mujinen dan Senen 2009:22-23) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1). Anak didik (2). Tujuan (3). Situasi (4.) Fasilitator (5). Guru.
2.2.2. Metode pembelajaran inquiri a. Konsep dasar Metode Pembelajaran Inquiri Metode pembelajaran inquiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir ini sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab guru dan siswa. Metode inquiri ialah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Beberapa perbedaannya terletak pada: mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok, namun belajar dengan metode inquiri dapat dilakukan melalui ekspositori, kelompok dan sendirian. Metode pembelajaran inquiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam dan sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir kedunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera pengecap, pendengaran, penglihatan, dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull)
22
manakala
didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah metode inquiri dikembangkan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran inquiri: a)
Metode inquiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inquiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b)
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inquiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. c)
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam metode pembelajaran inquiri tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal; namun sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
23
Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama pembelajaran melalui metode inquiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan
disiplin
intelektual
dan
keterampilan
berpikir
dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Metode pembelajaran inquiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam metode ini siswa memegang peran yang dominan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran inquiri akan efektif manakala: Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam metode inquiri penguasan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar. a) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. b) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. c) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berfikir. Metode inquiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir. d) jika jumlah siswa yag belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
24
e) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
b. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiri Metode pembelajaran inquiri merupakan metode yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration. (Herdian, 2010/05/27/ModelPembelajaran-Inkuiri.(www.wordpress.com. Diakses tanggal 15/02/2012.) a) Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak. Otak biasa dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Menurut Sigelman dan Shaffer (Sitti Nafisah Ibnu 2007: ), otak terdiri dari 100 miliar sel saraf (neuron) dan setiap sel saraf itu rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) dengan sel-sel saraf lainnya. Neuron terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel bodi yang berfungsi sebagai penyalur aktivitas dari sel saraf yang satu ke sel saraf yang lainnya. b) Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu
memungkinkan dapat mengembangkan
aktivitas daya pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan
25
bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni tak akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman. Bagi Piaget, aksi atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman. c) Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui
pengalaman
sosial,
anak
bukan
hanya
dituntut
untuk
mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri. Ada dua aspek yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama, pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kedua, melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi egocentric-nya.
Pengalaman
semacam
ini
sangat
bermanfaat
untuk
mengembangkan konsep mental seperti misalnya kerendahan hati, toleransi, kejujuran etika, moral dan lain sebagainya. d) Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada. c. Langkah Pelaksanaan Metode pembelajaran inquiri Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inquiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan pelajaran, dimana guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
26
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini jelaskan langkah-langkah inquiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2) Merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan tekateki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang penting dalam metode inquiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berfikir. Dengan demikian, tekateki yang menjadi masalah dalam berinquiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas dan harus dicari dan ditemukan. 3) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban yang sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
27
Potensi berfikir dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berfikir lebih lanjut. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan, kemungkinan, jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4) Mengumpulkan data. Mengumpulkan
data
adalah
aktivitas
menjaring
informasi
yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang dalam metode pembelajaran inquiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5) Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
28
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. 6). Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan Jerome Bruner seorang ahli ilmu jiwa dan pelopor pendekatan ‘ discovery, berpendapat bahwa pemecahan masalah melalui penemuan sendiri dapat memanfaatkan metode inquiri yang memungkinkan seseorang memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai sentral yang terkandung di dalamnya yaitu keterbukaan hati dan ketekunan penyelusuran individual siswa dalam pemecahan masalah yang terkandung dalam proses belajar mengajar. Tujuan metode inquiri tiada lain adalah agar siswa tahu dan belajar metode ilmiah dengan inquiri dan bisa mentransfernya kedalam situasi yang lain Metode ini selalu bermula dengan peristiwa yang penuh teka-teki. Suchman percaya bahwa seseorang yang dihadapkan pada situasi yang penuh teka-teki, senantiasa dirangsang untuk memecahkannya. Dalam rangka memahami suasana teka-teki tersebut, siswa harus meningkatkan kompleksitas pemikirannya dan mengerti sebaik-baiknya cara menghubungkan data yang terkandung dalam konsep dan bagaimana menerapkan dalam konsep-konsep tersebut melalui identifikasi prinsip
29
sebab- akibat. Dengan metode inquiri ini diharapkan siswa mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Metode inquiri ini terdiri atas 4 tahap : a) Guru merangsang siswa diantaranya dengan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka-teki. b) Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menemukan prosedur, mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka-teki. c) Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru dilaksanakan. d) Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum dapat diterapkannya ke situasi lain. d. Kelebihan Metode Inquiri Adapun kelebihan dari metode inquiri antara lain: a) Membantu siswa meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dengan proses keterlibatannya secara langsung. Dengan kata lain siswa berkesempatan belajar bagaimana belajar sepatutnya; b) Merupakan keunikan personal yang mendorong kelahiran daya ungkap tersendiri; c) Menciptakan semacam sensasi pada yang bersangkutan; d) Memungkinkan siswa belajar dan bekerja selaras dengan kemampuannya; Memberikan kesempatan bagi siswa dan guru berpartisipasi secara aktif untuk bersama-sama memecahkan masalah dengan tuntas.
30
e.
Kekurangan metode inquri adalah : Adapun kekurangan dari metode inquiri a) Mungkin membingungkan siswa yang lamban (slow- learner) sebab penemuan selalu dimonopoli oleh orang yang pintar b) Kurang efisien untuk kelas yang jumlah siswanya terlalu besar c) Tidak menguntungkan pada proses berpikir kreatif karena konsep yang hendak dipecahkan senantiasa dipersiapkan guru sebelumnya.
f.
Cara mengatasi kelemahan metode inquiri a) Bentuklah kelompok – kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang kurang pandai bisa membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan kelas besar dalam penggunaan metode ini dapat di atasi. b) Mulailah dengan inquiri terbimbing, kemudian jika siswa sudah terbiasa dengan metode ini maka gunakanlah metode inquiri bebas, agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.
g.
Penerapan metode inquiri pada meteri sumber daya alam di daerah Metode inquiri berperan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya materi sumber daya alam di daerah. Dalam inquiri ini siswa sebagai pengambil inisiatif atau prakarsa dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri, dengan demikian mereka diharapkan mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan, merespon masalah, dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan jawaban melalui penyelidikan.
31
Menurut Bruce dan Marssha Weil (dalam Hidayati, Mujinen dan Senen 2009:10), ada 5 tahap pelaksana inquiri : 1. Guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inquiri pada siswa. 2. Verifikasi, yaitu siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peritiwa/masalah yang telah mereka lihat atau alami dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ”ya” atau ”tidak”. 3. Melakukan eksperimentasi, siswa mengajukan faktor atau unsur baru ke dalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa dapat terjadi secara berbeda 4. Guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. 5. Siswa diminta untuk menganalisis proses inquiri.
2.3. Kajian Penelitian yang Relevan Berbagai bentuk penelitian relevan yang pernah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya tersebut, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Siti Khotimah dengan judul Penerapan Metode Inquiri Sosial pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Kemampuan Berpikir dan Hasil belajar Siswa Kelas VI SDN Manaruwi I Bangil. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode inquiri sosial pada pembelajaran IPS, aktivitas belajar siswa sesuai dengan tahapan inquiri meningkat dari 58.3% menjadi 92.8%, kemampuan berpikir dari tes esai meningkat 21.31 poin, hasil belajar meningkat 10.1 poin dan rasa senang siswa
32
terhadap mata pelajaran IPS rata-rata nilai menunjukkan nilai 4 dan 5 yang berarti siswa melakukan sesuai deskriptor rasa senang pada instrumen. Penelitian lain yang memilki relevansi dengan judul skripsi ini adalah Moh. Samsul Arifin dengan judul, Penerapan Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN Tunggulwulung 1 Kec. Pandaan Kab. Pasuruan. Hasil analisis data tersebut setelah penerapan metode pembelajaran inquiry menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran IPS dengan penerapan metode pembelajaran inquiry, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP mencapai skor 97 dengan prosentase keberhasilan 97%; 2) untuk aktivitas belajar secara klasikal mencapai nilai rata-rata pada kegiatan pembukaan sebesar 2,0, kegiatan inti sebesar 5,04, dan kegiatan penutup sebesar 1,0, dan; 3) hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 83,04 dengan ketuntasan belajar kelas sudah tercapai 91,30%. Berdasarkan penelitian relevan yang pernah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya tersebut diatas yang menggunakan metode inquri pada mata pelajaran yang sama terlihat jelas bahwa metode inquri dapat meningkatakan hasil belajar siswa.
2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan yang teruangkap maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : “Jika dalam pembelajaran IPS materi Sumber
33
Daya Alam di Daerah menggunakan metode inquiri, maka pemahaman siswa akan meningkat”.
2.5.Indikator Kinerja Indikator kerja yang diharapkan dalam tindakan penelitian ini yaitu jika 75 % siswa yang dikenakan tindakan memperoleh nilai 65 ke atas.s
34