7
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakekat Menulis 2.1.1 Pengertian Menulis Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain (Semi, Atar: 2007:35). Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis. Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan) Santosa, Puji dkk (2005). Tulisan adalah suatu sistem komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Tarigan (dalam Hasanah Izzul, 2009:19), mengembangkan bahwa: Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehinga orang lain mereka memahami
dapat membaca lambang
lambaga grafik tersebut kalau
bahasa dan gambaran grafik tersebut. Menulis adalah
menempatkan simbol simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang memahami bahasa tersebut beserta simbol simbol grafiknya.
7
lain yang
8
Sedangkan Robert Lodo (dalam Semi Atar, 2007: 14), mengatakan bahwa: Menulis adalah menempatkan simbol simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol
simbol grafiknya . Menulis
sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. kegiatan menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca. Guntur Henry Tarigan (2008-3-4) “Menulis adalah Suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Menulis merupakan suatu kegiatan yang yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosakata, keterampilan menulis tidak akan dating secara otomatis tetapi harus melalui latihan dan praktik yang yang banyak dan teratur. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan merealisasikan isi pikiran perasaaan ke dalam lambang-lambang yang berupa huruf, kata dan kalimat sehigga tercipta satu tujuann yang jelas
9
yakni hasil karya membentuk tulisan. Dapat dikatakan pula bahwa prinsip dasar menulis adalah latihan, latihan dan latihan. Sebab keterampilan menulis sangat bermamfaat bagi peserta didik terutama ditingkat Sekolah Dasar (SD) hal ini larena pseserta didik sebagai penulis pemula sehinnga pembelajran menulis sudah dibelajarkan di SD secara terpadu dan berkesinambungan mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI.
2.1.2 Tujuan Menulis Hugo Hartig (dalam Guntur Henry Tarigan, 2008:24-25) merangkum tujuan penulisan suatu tulisan sebagai berikut: 1. Assignment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri. 2. Altruistic purpose (tujuan altruistik) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, ingin membuat hidup para pembaca untuk lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan tulisan tersebut. 3. Persuasive purpose (tujuan persuasif) Untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diuatarakan. 4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan ini bertujuan member informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.
10
5. Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. 6. Creative purpose (tujuan kreatif) Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. 7. Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Dalam tulisan ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.
2.1.3 Fungsi Menulis Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Dengan menulis memudahkan kita mersakan dan menikmati hubungan– hubungan,memperdalam daya tanggap atau persepsi kita ,memecahkam masalahmasalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dapat menyumbangkan kecerdasan. Adapau fungsi menulis adalah: 1. Sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti kegelisahan, keinginan, amarah, 2. Menulis sebagai sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan (menancapkan pemahaman ) kedalam otaknya.
11
3. Menulis dapat membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri artinya dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri yang semula rendah degan menulis dapat meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan artinya orang yang menulis selalu dituntut untuk terus menerus belajar sehinnga pengetahuannya menjadi luas. 4. Menulis dapat meningkatkan keterlibatan secara bersemangat bukannya penerimaan yang pasrah, artinya dengan menulis seseorang akan menjadi peka terhadap apa yang tidak benar disekitarnya sehinnga ia menjadi seoarang yang kreatif. 5. Menulis mampu mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa artinya dengan menulis seseorang akan selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang tepat dan menggunakannya dengan tepat pula.
2.1.4 Ragam Tulisan Ragam tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan mempengaruhi jenis informasi, pengorganisasian dan tata sajian tulisan. Berdasarkan ragam tersebut tata tulisan dibedakan menjadi empat : eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi, Weayer (dalam Guntur Henry Tarigan, 2008:28) 1) Eksposisi (paparan) Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka.dapat pula diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk menerangkan sesuatu.
12
2) Deskripsi (perian) Kata
deskripsi
berasal
dari
bahasa
latin
describere
yang
berarti
menggambarkan atau memerikan sesuatu hal. Dari segi istilah, deskrpsi adalah suatu bentuk karangan yanng melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencim dan merasakan)apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya. 3) Narasi (kisahan) Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. 4) Argumentasi (bahasan ) Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak sesuatu pendapat, pendirian , gagasan. Dari sekian jenis-jenis menulis yang dikemukakan oleh para ahli di atas, peneliti memilih salah satu jenis menulis yakni menulis wacana deskriptif
2.1.5 Tingkatan Menulis Ada lima tingkatan menulis yaitu: 1. Timbulnya pemahaman baca tulis (emergent literacy), anak mulai menyadari adanya kegiatan baca tulis,anak mulai menyenangi jika ada
13
orang melakukan baca tulis.semula anak hanya memandangi tapi lama kelamaan ia akan mencoba menirukan. Anak mulai memegang pensil,kemudian mencoret-coret pada kertas atau media lain. Tulisan yang dihasilkan pada tahap ini memang belum bermakna,tetapi pada diri anak sudah timbul rasa menyenangi kegiatan tersebut. Supaya tahap ini dapat timbul pada diri anak maka diharapkan sebelum memulai melatih menulis anak dikenalkan pada berbagai bahan bacaan ataupun tulisan yang dapat memberikan gambaran awal pada proses penulisan 2. Menulis permulaan (beginning writing). Kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara merealisasikan simbol- simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik.Tingkatan ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-simbol bunyi bahasa menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara konkret. 3. Pembinaan kelancaran menulis (building fluency).pada tahap ini symbolsimbol bunyi bahasa misalnya huruf-huruf yang telah dikenali secara konkret mulai dihubung-hubungkan lebih lanjut menjadi kesatuan yang lebih besar dan memiliki makna 4. Menulis untuk kesenangan dan belajar (writing for pleasure /reading to learn), sudah timbul kesenangan pada diri anak akan perlunya menulis, pada tahap ini anak melakukan kegiatan menulis dengan tujuan –tujuan tertentu yang disengaja misalnya mencatat pelajaran,mencatat kegiatan dibuku harian,menulis surat untuk teman dan sebagainya.Pada tingkatan ini anak sudah dapat menikmati kegiatan menulisnya
14
5. Menulis matang (mature writing) pada tahap ini anak sudah mampu menuangkan dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui tulisan dengan baik ia telah mampu memilih kata dengan tepat, menyusun kalimat dengan runtut,dan mengembangkan paragraf dengan baik,tahap inilah yang memberikan kebebasan berekspresi pada anak untuk menghasilkan tulisan-tulisan kreatif yang sangat mencengangkan hasilnya Dari kelima tingkatan menulis tersebut secara sederhana biasanya dikelompokan menjadi 2 tingkatan yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Tujuan menulis permulaan adalah agar siswa dapat menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan tepat. Pada menulis permulaan siswa diharapkan untuk dapat memproduksi tulisan dapat dimulai dengan tulisan eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j, dan dapat berupa suku kata seperti su-ka, ma-ta, ha-rus, lu-ka serta dalam bentuk kalimat sederhana. Seperti halnya membaca permulaan, menulis permulaan juga dapat menggunakan metode-metode seperti metode abjad, metode suku kata, meted global dan metode SAS. Menulis permulaan (dengan huruf kecil) di kelas 1 SD tujuannya siswa memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, materi pelajaran menulis permulaan dikelas 1 SD disajikan secara bertahap dengan menggunakan pendekatan huruf,suku kata, kata-kata atau kalimat. Menulis permulaan (dengan huruf besar pada awal kalimat) di kelas II tujuannya siswa memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, untuk memperkenalkan cara menulis huruf besar di kelas II SD mempergunakan pendekatan spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan
15
secara berangsur-angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa. Tujuan menulis lanjut adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan perasaannya dengan bahasa tulis secara teratur dan teliti. Yang membedakan menulis permulaan dengan menulis lanjut adalah adanya kemampuan untuk mengembangkan skema yang ada yang telah diperoleh sebelumnya untuk lebih mengembangkan hal-hal yang akan ditulis.
2.1.6 Permasalahan dalam Pengajaran Menulis di Sekolah Dasar dan Penanggulangannya Yang dimaksud dengan permasalahan di sini ialah segala sesuatu yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mencapai tujuan pengajaran menulis. 1. Siswa Permasalahan yang timbul dari siswa antara lain rendahnya bakat dan minat untuk menguasai keterampilan menulis. Akibat dari rendahnya minat siswa dalam mempelajari keterampilan mereka menulis huruf dengan tulisan yang asal dapat dibaca sendiri, mereka malas menulis. Menulis dirasakan sebagai suatu beban yang berat. Untuk mengatasi permasalahan seperti ini gurulah yang harus mampu memberikan motivasi agar siswa menyadari bahwa menulis merupakan suatu keterampilan yang mutlak diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan .Semakin tinggi kedudukan seseorang semakin tinggi pula kemampuan menulis diperlukan.
16
2. Guru Guru bahasa Indonesia tidak seluruhnya memilki kualifikasi sebagai tenaga pengajar mata pelajaran tersebut secara profesional. Lebih-lebih di tingkat Sekolah Dasar yang pada umumnya lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Pada umumya di Sekolah Dasar masih menganut sistem borongan artinya seorang guru harus mengajarkan berbagai mata pelajaran pada suatu tingkatan tertentu. Untuk mengatasi permasalahan yang demikian, peningkatan kualifikasi guru bahasa Indonesia mutlak diperlukan. Salah satu caranya adalah mengikuti penataran – penataran ,kursus-kursus tertulis, mengikuti perlombaan menulis, atau para pembina guru SD secara priodik memberikan motivasi kepada guru-guru tersebut meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam bidang menulis. 3. Tujuan Sebenarnya tujuan pengajaran menulis sudah cukup jelas tertera dalam GBPP, hanya perlu dijabarkan lebih khusus lagi oleh guru. Berkenaan dengan tujuan pengajaran menulis, hendaknya guru berusaha menanamkan tujuan menulis, bukan hanya sekedar asal tulisan para siswa dapat dibaca oleh mereka sendiri. Tapi sejak kelas 1 harus sudah disadarkan bahwa menulis itu memilki tujuan artistik (nilai keindahan), tujuan informatif yaitu memberikan informasi kepada pembaca dan tujuan persuasif yakni mendorong atau menarik perhatian pembaca agar mau menerims informasi yang disampaikan oleh penulis 4. Bahan atau Materi Pengajaran Materi pelajaran bahasa Indonesia yang harus disajikah sangat luas dan kompleks, sehingga kalau guru kurang terampil, materi dalam kurikulum yang
17
begitu banyak itu tidak akan selesai sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang dapat dilaksanakan .akibanya pembahasan materi pelajaran itu kurang mendalam dan belum mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mengatasi hambatan yang seperti itu, guru melaksanakan pengajaran bahasa Indonesia secara terpadu misalnya melalui pengajaran menulis, harus dapat menjelaskan struktur bahasa, kosa kata, pragmatik, ejaan sekaligus dengan pendekatan proses dan sistem CBSA bahan itu pasti akan dapat diselsaikan tepat pada waktunya. 5. Metode Mengajar Masih banyak terjadi kesalahpahaman dan perbedaan antara teori dan pelaksanaan cara mengajar menulis dalam metodik khusus pengajaran bahasa Indonesia pengertian metode pengajaran bahasa indonesia berbeda dengan metode yang dicantumkan dalam GBPP disini ada kesimpang- siuran antara metode dan teknik pengajaran Bahasa Indonesia. Teknik pengajaran menulis yang dilaksanakan oleh guru masih banyak yang berpola kepada pengalamannya ketika duduk di SD. Guru mengajar menulis mencontoh pola gurunya ketika ia menerima pelajaran tersebut akibatnya tekinik yang digunakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan dewasa ini sehingga hasilnya pun belum mencapai tingkat yang optimal. 6. Media Pengajaran Menulis Media pengajaran memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar semaksimal mungkin. Tampaknya masih sedikit guru yang mempergunakan
media
dalam
mengajarkan
menulis.
Sebaiknya
guru
18
mempersiapkan berbagai macam media yang dapat dipergunakan dalam mengajarkan keterampilan menulis. Hal ini berguna untuk mendorong terlaksananya kegiatan belajar mengajar keterampilan menulis yang lebih efektif dan efisien. 7. Penilaian Keterampilan Menulis Penilaian keterampilan menulis sering hanya mempergunakan cara menulis karangan, terutama dengan karangan bebas. Anak-anak disuruh menulis karangan dengan hanya ditentukan beberapa judul yang dapat dipilih mereka. Siswa yang satu boleh berbeda memilih judul karangan dengan yang ditulis siswa lainnya. Hal ini akan menimbulkann kesulitan dalam menentukan kriteria penilaian. Masalah di atas sebaiknya dihindari guru dapat menciptakan alat evaluasi yang lebih efektif yang memungkinkan hasilnya lebih efektif pula, misalnya dengan cara mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam sebuah tulisan, membutuhkan tanda baca dan penggunaan ejaan yang benar atau dengan mengembangkan pokok-pokok pikiran yang telah dipersiapkan oleh guru dengan cara demikian diharapkan dapat menghasilkan nilai yang objektif.
2.1.7 Pendekatan Pembelajaran Menulis di SD Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis meliputi : 1. Pendekatan komunikatif, pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan
siswa
mengimplementasikan
fungsi
bahasa
(untuk
berkomunikasi) dalam pembelajaran, pendekatan komunikatif tampak pada
19
pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan membuat iklan 2. Pendekatan integrative. Pendekatan integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan integratif tampak pada butir pembelajaran, misalnya: menceritakan pengalaman yang menarik, menuliskan suatu peristiwa sederhana, membaca bacaan kemudian membuat ikhtisar, dan meringkas cerita yang didengar 3. Pendekatan
keterampilan
proses,
pendekatan
keterampilan
proses
memfokuskan keterampilan siswa dalam mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses, tampak pada butir pembelajaran, misalnya: melaporkan hasil kunjungan, menyusun laporan pengamatan, membuat iklan, dan menyusun kalimat acak menjadi paragraf yang padu 4. Pendekatan tematis, pendekatan tematis menekankan tema pembelajaran sebagai payung/pemandu dalam pembelajaran.pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misatnya: menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan. Pendekatan-pendekatan tersebut pada hakikatnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu memandang siswa di dalam pembelajaran sebagai subjek pembelajaran bukan sebagat objek pembelajaran. Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator dan fasilitator di dalam
20
membangkitkan potensi siswa dalam membangun gagasan masing-masing di dalam pembelajaran. Teknik dan Model Pembelajaran Menulis Cerita berdasarkan butir-butir pembelajaran menulis di kelas tinggi (kelas 3-6) SD terdapat ragam teknik pembelajaran menulis. Teknik pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua, yakni menulis cerita dan menulis untuk keperluan sehari-hari : 1. Menulis cerita Teknik ini terdiri atas 6 macam, yaitu: I) menyusun kalimat. Teknik menyusun cerita dapat dilakukan dengan: (a) menjawab pertanyaan, (b) melengkapi kalimat, (c) memperbaiki susunan kalimat, (d) memperluas kalimat, (e) subtitusi,
(f)
transformasi,
dan
(g)
membuat
kalimat;
(2)Teknik
memperkenalkan cerita: (a) baca dan tulis, (b) simak dan tulis; (3) meniru model; (4) menyusun paragaf; (5) menceritakan kembali; dan (6) membuat. 2. Menulis untuk keperluan sehari-hari. Menulis untuk keperluan sehari-hari meliputi ragam menulis: (1) menulis surat, (2) menulis pengumuman, (3) mengisi formulir, (4) menulis surat undangan, (5) membuat iklan, dan (6) menyusun daftar riwayat hidup. Model pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi: menceritakan gambar, melanjutkan cerita lain, menceritakan mimpi, menceritakan pengalaman, dan menceritakan cita-cita. 1) Menceritakan gambar. Model ini dapat dilakukan mulai kelas 4 SD. Guru memperlihatkan beberapa gambar, selanjutnya, siswa diminta mengamati gambar tersebut dengan teliti. Kemudian, mereka diminta untuk menuliskannya ke dalam centa lengkap.
21
2) Melanjutkan cerita. Model ini diawali dengan kegiatan guru membacakan atau memperdengarkan cerita yang dipilih guru, kemudian para siswa diminta melanjutkan cerita guru tersebut. 3) Menceritakan mimpi. Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan mimpinya dengan menambah atau mengurangi isi dan mimpi mereka. 4) Menceritakan pengalaman. Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk
menceritakan
pengalaman,
baik
pengalaman
saat
liburan,
bermain,darmawisata, dan sebagainya. 5) Menceritakan cita-cita. Model ini dilakukan dengan cara menugasi siswa untuk menceritakan cita-citanya setelah dewasa nanti.
2.2 Pengertian Wacana Menurut Henri Guntur Tarigan (2009:24) Wacana adalah suatu peristiwa berstruktur yang dimanisfestisikan dalam perilaku linguistik. Sedangkan menurut Stubbs (dalam Henri Guntur Tarigan, 2009:24) wacana adalah organisasi bahasa diatas kalimat atau diatas klause. Dengan kata lain unit-unit linguistic yang lebih besar daripada kalimat atau klausa seperti pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhungungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu harus muncul dari isi wacana, tetapi hanya sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara
22
pengutaraan wacana itu. Nurgiyantoro, Burhan (2010:373-374) menyebutkan “Tiga macam jenis wacana dalam tes kompetensi menulis yaitu wacana prosa nonfiksi, wacana dialog, dan wacana kesastraan. Wacana jenis prosa nonfiksi dimaksudkan sebagai berbagai tulisan berbentuk prosa bukan karya sastraseperti tulisan ilmiah. Wacana dialog adalah wacana yang berisi percakapan. Wacana kesastraan merupakan sekian dari ragam bahasa yang banyak dijumpai dan dibicarakan banyak orang.
2.3 Wacana Deskriptif Wacana deskriptif berupa rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Wacana itu biasanya bertujuan mencapai penghayatan dan imjinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri secara langsung. Wacana deskriptif ini, ada yang hanya memaparkan sesuatu secara objektif dan ada pula yang memaparkannya secara imajinatif. Pemaparan secara objektif bersifat menginformasikan sebagaimana adanya, sedangkan pemaparan secara imajinatif bersifat menambahkan daya khayal. Daya khayal yang didapatkan didalam novel atau cerpen, atau isi karya sastra pada umumnya. Menurut Abdul Rani, dkk (2006:37-38) wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana tersebut adalah emosi. Hanya melalui emosi, seseorang dapat membentuk citra
23
atau imajinasi tentang sesuatu. Oleh sebab itu, ciri khas wacana deskripsi ditandai dengan pengggunaan kata-kata atau ungkapan yang bersifat deskriptif, seperti rambutnya ikal, hidungnya mancung, dan matanya biru. Dalam wacana ini biasanya tidak digunakan kata-kata yang bersifat evaluatif yang terlalu abstrak seperti, tinggi sekali, berat badan tidak seimbang, matanya indah, dan sebagainya. Wacana deskripsi banyak digunakan dalam katalog penjualan dan juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana deskripsi umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Wacana deskripsi cenderung tidak mempunyai penanda pergeseran waktu seperti dalam wacana narasi.
2.4 Metode Pemberian Tugas Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya disesuaikan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila tidak dapat menguasai satu atau beberapa metode mengajar. Olehnya itu guna pencapaian tujuan pengajaran, maka pemilihan metode dalam mengajar harus tepat. Dengan demikian diharapkan kegiatan pengajaran dan berlangsung secara berdaya guna dan bernilai guna. Dalam proses mengajar, seorang pendidik tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode mengajar, akan tetapi harus menggunakan beberapa metode mengajar yang digunakan secara bervariasi agar pengajaran tidak
24
membosankan, sebaliknya dapat menarik perhatian siswa. Meski penggunaan metode bervariasi tidak akan menguntungkan proses interaksi belajar mengajar bila
penggunaan
metode
tidak
tepat
dengan
situasi
pengajaran
yang
mendukungnya. Disinilah dituntut kompetensi guru dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa, guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal yang cukup banyak untuk dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan.
2.4.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Pemberian Tugas Adapun langkah-langkah penggunaan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
25
2. Mempertimbangkan teknik pemberian tugas itu, apakah telah tepat untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. 3. Merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti.
2.6.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas Kelebihan metode pemberian tugas adalah: 1. Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif. 2. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan. 3. Memberi kebiasaan anak untuk belajar. 4. Memberi tugas anak yang bersifat praktis. Dari berbagai kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan di atas tentunya metode pemberian tugas juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan sebagai berikut : 1. Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak tercapai. 2. Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar. 3. Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya. 4. Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental.
26
Dengan memahami kelebihan dan kelemahan metode pemikiran tugas di atas, tentunya akan menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan. Sebaliknya manakala guru tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan satu metode mengajar. Maka akan menemui kesulitan dalam memberikan bahan pelajaran kepada siswa. Ini berarti guru tersebut gagal melaksanakan tugasnya mengajarnya di depan kelas.
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang pernah ada sebelumnya dan ada relevansinya dengan topik penelitian ini dan dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh seorang mahasisiwa Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi S1 PGSD. Berdasarkan hasil penelitiannya yang berjudul peningkatan keterampilan menulis wacana deskriptif melalui media gambar seri kelas V SDN Bacem 03 Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Dilaporkan bahwa dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilangsungkannya selama dua siklus ternyata kemampuan menulis anak mengalami peningkatan yaitu ketuntasan klasikal meningkat dari 47% menjadi 87%. Dengan kesimpulannya bahwa penggunaan media gambar seri sangat baik dan cocok dalam membelajarkan menulis wacana deskriptif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah; penelitian sebelumnya memfokuskan permasalahan pada keterampilan menulis wacana deskriptif melalui media gambar seri sedangkan penelitian ini menitikberatkan pada kemampaun menulis wacana deskriptif melalui metode pemberian tugas.
27
2.6
Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah: Jika guru menggunakan metode pemberian tugas dalam pembelajaran menulis wacana deskriptif maka kemampuan siswa kelas V SDN 2 Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo akan meningkat.
2.7 Indikator Kinerja Penelitian ini dikatakan berhasil dan mengalami peningkatan apabila nilai yang diperoleh oleh siswa di kelas V mencapai 75% dengan kriteria KKM 70 dari jumlah siswa. Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut dicapai.