BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru maupun orangtua/wali siswa. Rumusan itu mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu adanya perubahan energi, timbulnya perasaan (affective arousal) dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Donald (dalam Sardiman, 2009:73-74) mengemukakan kemampuan adalah “Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dari pengertian yang dikemukan di atas mengandung tiga eleman penting yaitu sebagai berikut : (1) bahwa kemampuan itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) kemampuan ditandai dengan munculnya, rasa/ “feeling”, afeksi seseorang, (3) kemampuan akan dirangsang karena adanya tujuan. Ada beberapa teori mengenai kemampuan yang dikenal menurut Hamalik (2008:160). Beberapa diantaranya adalah: 1) Teori Hedoisme. Isi dari teori ini mengungkapkan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal sulit dan menyusahkan atau mengandung
resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan. Hal inilah yang menjadi pendorong timbulnya kemampuan 2) Teori Naluri. Pada dasarnya manusia mempunyai tiga dorongan nafsu pokok (naluri), yaitu : a. Naluri untuk mempertahankan diri b. Naluri untuk mengembangkan diri c. Naluri untuk mempertahankan/mengembangkan jenis dan kemampuan yang dimiliki seseorang pada intinya pasti berdasarkan pada naluri. 3) Teori reaksi yang dipelajari. Menurut teori ini apabila seorang pemimpin ataupun pendidikan akan mekemampuan anak buahnya atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. 4) Teori daya pendorong. Dalam teori ini dikemukakan bahwa untuk mekemampuan anak buah atau didiknya, seorang pendidik atau pemimpin harus mendasarkan pada daya pendorong. 5) Teori kebutuhan. Menurut teori ini bahwa bila seseorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan kemampuan kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu kebutuhan-kebutuhan orang yang akan diberi kemampuan tersebut. Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut : 1. Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan – tujuan murid.
2. Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator kemampuan belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar. 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Adapun fungsi dari kemampuan menurut Uno (2007:24) ini adalah sebagai berikut : a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa kemampuan maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b) Kemampuan berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. c) Kemampuan berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil.
Berdasarkan
pengertian di atasdi atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan itu sebagai sesuatu yang kompleks. Kemampuan akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan, emosi, kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan. 2.1.2 Pengertian Simetri Pada Bangun Datar Bangun datar simetris merupakan salah satu pokok bahasan yang terdapat di dalam mata pelajaran matematika kelas V. Bangun datar simetris adalah bangun yang dapat dilipat (dibagi) menjadi dua bagian yang sama persis baik bentuk maupun besarnya. Menurut Soenarjo (2008: 244) bahwa simetri berarti seimbang pada bagian atas, bawah, kanan, dan kiri. Jika kedua belah bagian suatu benda sama, dikatakan simetris, atau setangkup. Marilah kita pelajari lebih lanjut tentang simetri. Persegi panjang merupakan benda simetris karena mempunyai garis lipatan yang dapat mempertemukan sisi-sisi luarnya dengan tepat. Sedangkan jajargenjang bukan merupakan benda simetris, karena tidak ada garis lipatan yang dapat mempertemukan sisi-sisi luarnya dengan tepat. Berikut contoh gambar simetri dan asimetris
(Bangun Datar Simetris)
(Bangun Datar Asimetris)
Pencerminan pada bangun datar merupakan kajian berikutnya setelah bangun datar simetris. Misalnya ada sebuah bangun datar segitiga yang ingin diketahui
bayangan
hasil
dari
pencerminan.
Maka
Langkah-langkah
menggambarkan bangun datar yang dibetuk oleh cermin adalah sebagai berikut: a. Tentukan titik-titik sudut bangun datar tersebut (misalnya segitiga ABC). b. Dari masing-masing titik sudut tariklah garis yang tegak lurus dengan cermin dan panjangnya dua kali jarak titik sudut tersebut ke cermin.
c. Ujung garis tersebut merupakan titik sudut bayangan bangun ruang yang terbentuk oleh cermin (segitiga A'B'C'). d. Sehingga akan diperoleh bayangan hasil pencerminan seperti gambar di bawah ini. Dari uraian langkah-langkah tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan
mengenai sifat-sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin, yaitu: a. Bentuk dan ukuran bayangan sama persis dengan benda.
b. Jarak bayangan dari cermin sama dengan jarak benda dari cermin. c. Bayangan dan benda saling berkebalikan sisi (kanan kiri atau depan belakang), sehingga dikatakan bayangan simetris dengan benda (cermin sebagai sumbu simetri). 2.1.3 Jenis-Jenis Simteri Dari Bangun Datar Menurut Soenarjo (2008: 244-253) bahwa ada beberapa jenis simetri dari bangun datar yaitu: a. Simetri Lipat Simetri lipat disebut juga simetri garis, simetri sumbu, simetri cermin, atau simetri balik. Suatu bangun dikatakan mempunyai simetri lipat, jika bangun itu dilipat akan simetris. Simetris artinya kedua belah bagiannya sama atau setangkup. Suatu bangun dikatakan simetris, jika seluruh bangun itu seimbang pada bagian-bagiannya. Perhatikan contoh simteri lipat pada daerah persegipanjang di bawah ini: s
Menurut Suharjana (2006: 13) bahwa apabila daerah persegi panjang itu dibuat dari kertas dari bahan lain yang mudah dilipat, dan apabila kertas itu dilipat sepanjang garis s, bagian kiri tepat berimpit dengan bagian kanan, maka dikatakan bahwa daerah persegi panjang memiliki simetri lipat, garis s disebut sumbu simetri lipat, sedang garis s, disebut sumbu simetri. Adapun banyak simetri pada setiap bangun datar adalah sebagai berikut:
1) Persegi Panjang memiliki 2 simetri lipat 2) Bujur Sangkar memiliki 4 simetri lipat 3) Segitiga Sama Sisi memiliki 3 simetri lipat 4) Belah Ketupat memiliki 2 simetri lipat 5) Lingkaran memiliki simetri lipat yang jumlahnya tidak terbatas b. Simetri Putar Suatu bangun datar, jika diputar pada titik pusat yang sama, dapat kembali menempati bingkainya lebih dari satu kali dalam satu putaran penuh, bangun itu dikatakan memiliki simetri putar. Banyaknya simetri putar pada bangun datar tidak sama. Jauhnya putaran suatu bangun ditentukan oleh besar sudut, dengan titik pusat yang sama, dan arah putaran sama dengan arah perputaran jarum jam. Menurut Sumanto, dkk (2008: 174) banyaknya suatu bangun dapat menempati bingkainya dalam sekali putaran menunjukkan tingkat simetri putar bangun tersebut. Suatu bangun yang dapat menempati bingkainya sebanyak n kali mempunyai simetri putar tingkat n. Bangun datar yang dapat menempati bingkainya satu kali tidak mempunyai tingkat simetri putar. Perhatikan model daerah persegi yang terbuat dari kertas pda gambar dibawah ini. A
B A
b p
d
d
C
D p
Apabila model persegi itu ditusuk di P, kemudian diputar muka daerah persegi itu keluar. Setelah di putar 900 daerah persegi itu masuk kembali ke dalam bingkai, dengan titik a dalam sudut B. Setelah diputar 1800 daerah persegi masuk lagi ke dalam bingkai dengan titik a di dalam sudut C. setelah diputar 2700 daerah persegi masuk lagi ke dalam bingkai dengan titik a di dalam sudut. Berikut ini adalah banyaknya simetri putar pada bangun datar yaitu sebagai berikut: 1) Persegi Panjang memiliki 2 simetri putar 2) Bujur Sangkar memiliki 4 simetri putar 3) Segitiga Sama Kaki tidak memiliki simetri putar 4) Segitiga Sama Sisi memiliki 3 simetri putar 5) Belah Ketupat memiliki 2 simetri putar 6) Lingkaran memiliki simetri putar yang jumlahnya tidak terbatas. 2.1.4 Pengertian Bangun Datar Menurut Subarinah (2006: 126) bahwa Bangun datar atau bidang datar merupakan bangun geometri berdimensi dua dengan permukaan datar/rata. Beberapa istilah bangun datar yang sering kita jumpai adalah bangun segitiga, segiempat, dan lingkaran. Segiempat mempunyai banyak ragam yaitu persegi, persegi panjang, jajargenjang, trapezium, belah ketupat, dan layang-layang. 2.1.5 Hakikat Media Audio Visual a. Pengertian Media Media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Sardiman (2008: 6), kata media berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti „perantara‟ atau „pengantar‟. Media yang dalam bahasa latinnya medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Uno (2010:113) media adalah alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauman audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan individu mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. sedangkan menurut Gagne (dalam Sardiman, 2007:33) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis kompunen dalam lingkungan siswa, yang dapat merangsangnya untuk belajar. pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi. Setelah memahami apa yang disebut dengan media, selanjutnya dikemukakan apa yang disebut dengan media pembelajaran. Menurut AECT (Hamzah Uno 2010:113) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah Segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dalam pembelajaran. Selanjutnya menurut
Heinich (dalam Hamzah Uno,
2010:113) yang mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didi.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan perantara yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa, dan sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran dan membangkitkan semangat dalam diri siswa untuk belajar secara aktif. b. Media Audio Visual Media audio-visual disebut juga sebagai media video. sebagai media audiovisual menurut Uno (2010: 125) dengan memiliki unsur-unsrur gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak siswa untuk melanglang buana kemana saja walaupun dibatasi dengan ruang kelas. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2010: 124) bahwa media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis media mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi media auditif dan visual. Menurut Sudjana (2009:2) media atau alat-alat audio-visual adalah alatalat ”audible” artinya dapat didengar dan alat-alat ”visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audio-visual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Lebih lanjut Ibrahin dan Syaodih (2010: 114) menyatakan bahwa media audio visual yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Jenis media ini adalah televise, video tape, dan film bergerak.
Dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau. Teknologi audio visual merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan meteri dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. pengajaran melalui media audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti: televisi, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. c. Kriteria Media Audio Visual Dalam pengelompokan audio-visual dapat dibagi menjadi dua kategori yang dapat membedakannya, antara lain: 1. Media opsional atau media pengayaan. Bahannya dapat dipilih guru sesuai kehendaknya sendiri, dengan syarat cukup waktu dan biaya. 2. Media yang diperlukan atau yang harus digunakan. Media macam ini harus digunakan guru untuk membantu siswa melaksanakan atau mencapai tujuantujuan belajar dari tugas yang diberikan. Untuk itu diperlukan biaya dan waktu. Adapun ciri-ciri utama media audio visual adalah sebagai berikut: a. Mereka biasanya bersifat linear. b. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis. c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya. d. Mereka merupakan repsentasi fisik dari gagasan real dan abstrak. e. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme dan kognitif.
f. Umumnya mereka berorentasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah. http://umarstain.blogspot.com. Untuk menggunakan media audio visual seperti yang ada sekarang masih banyak hambatannya bagi kita di Indonesia ini. Sebabnya diantara alat-alat audiovisual yang modern, ada yang memerlukan alat khusus seperti proyektor yang pada gilirannya memerlukan aliran listrik. Alat-alat audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada ditulis. Oleh karena itu alat-alat audio visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Kita lebih mudah dan lebih cepat belajar dengan melihat alat-alat sensori seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau penyuluhan dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi pelajaran, penerangan atau penyuluhan. Bahan audio-visual bisa membantu belajar dengan beberapa cara. Tapi ditinjau dari sudut penggunaanya di dalam kelas, bahan audio-visual bisa diklafikasikan dalam kelompok besar: 1. Media kriteria. Ini terdiri dari gambar-gambar, peta-peta, dan obyekobyek sebenarnya, yang akan digambarkan atau diidentifikasikan oleh siswa untuk dapat menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahannya. Dengan kata lain media ini merupakan bagian dari krteria.
2. Media perantara. Ini terdiri dari alat bantu yang bukan merupakan bagian dari situasi kriteria. Dengan kata lain siswa tidak dituntut untuk menggambarkan atau mengidentifikasikannya. d. Jenis-jenis Media Audio-Visual Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audiovisual menurut Djamarah dan Zain (2010: 125), antara lain: 1. Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara. 2. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette. Pembagian lain dari media audio visual adalah: 1. Audio visual murni, yaitu baik unsur suara maupun unsure gambar berasal dari satu sumber seperti film video-casette. 2. Audio visual tidak murni, yaitu yang unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari sildes proyektor dan unsur bersumber dari tape recorder. Contoh lain adalah film strip suara dan cetak suara. e. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual Adapun kelebihan dan kekurangan media audio visual menurut Ibrahim dan Syaodih (2010: 118) adalah sebagai berikut: Kelebihan media audio visual adalah: 1) Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan hal lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik.
2) Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau berinteraksi dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan yang disusun, siswa dapat mengetahui apakah jawabannya benar atau salah. 3) Menampilkan obyek yang selalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas, misalnya: gunung, sungai, masjid, ka‟bah. 4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. 5) Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme. Kekurangan pada media audio visual ini adalah: 1) Kecepatan
merekam
dan
pengaturan
trek
yang
bermacam-macam
menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda dengannya. 2) Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri. 3) Pengadaan film atau video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak. 4) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayagannya. 5) Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa, sehingga hal tersebut tentu tidak dapat mengembangkan kreativitas siswa.
6) Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak. d. Penerapan Media Audio Visual dalam Menentukan Banyaknya Simteri Dari Bangun Datar 1. Pembelajaran Simetri Lipat Pada pembelajaran simetri lipat di sekolah dasar ada baiknya kita menggunakan pendekatan belajar kelompok. Pendekatan ini kita gunakan untuk lebih mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, mereka dapat bertukar informasi satu sama lainnya di dalam kelompoknya. Disamping itu material / alat peraga yang disiapkan guru tidak perlu terlalu banyak. Material yang digunakan pada pembelajaran ini adalah beberapa lembar kertas berbentuk persegi panjang. Salah satu alternatif pembelajarannya adalah mengikuti langkahlangkah berikut ini: a. Mintalah siswa bekerja dalam kelompk dan bagikan kepada setiap kelompok dua lembar kertas berbentuk persegipanjang. b. Mntalah siswa melipat kertas pertama satu kali sekehendak mereka menjadi dua bagian. c. Tanyakan kepada siswa apakah dua bagian bangun itu merupakan bangun yang kongruen (sama baik bentuk maupun ukurannya). Mungkin beberapa kelompok mengatakan kedua bagian itu kongruen dan beberapa kelompok yang lain mengatakan tidak kongruen. d. Selanjutnya, mintalah mereka menulis sudut-sudut pada kertas kedua (yang belum digunakan) masing-masing dengan huruf A, B, C, dan D seperti tampak pada gambar berikut ini.
D
C
A
B
e. Mintalah siswa membuat garis PQ sedemikian sehingga membagi persegi panjang ABCD menjadi dua bagian yang kongruen seperti tampak pada gambar berikut D
C Q
A
P
B
Proses melipat persegi panjang ABCD sepanjang garis PQ dinamakan gerak lipat. f. Mintalah siswa melipat persegipanjang ABCD itu sepanjang garis PQ dan tanyakan apa yang terjadi antara A dan B serta antara C dan D. Jika persegi panjang ABCD dilipat sepanjang garis PQ, maka A berimpit dengan B, D berimpit dengan C, P berimpit dengan P, dan Q berimpit dengan Q. AD berimpit dengan BC, dan PQ berimpit dengan PQ seperti tampak pada gambar berikut ini. D=C
Q
A=B
P
g. Sampaikan kepada siswa bahwa persegi panjang ABCD itu mempunyai simetri lipat, karena dapat dilipat menjadi dua bagian yang kongruen dan garis PQ sebagai sumbu simetrinya. Sampaikan pula bahwa banyak simetri lipat
ditentukan oleh banyak cara melipat yang menghasilkan dua bagian yang kongruen. 2. Pembelajaran Simetri Putar Gambar berikut ini menunjukkan sebuah segitiga sama sisi diputar berlawanan arah dengan arah jarum jam sebesar 1/3 putaran dan diputar sebesar 2/3 putaran, dan juga diputar 1 putaran penuh untuk menghasilkan bayangan yang tepat menempati gambar semula. C
A
C
B Kondisi awal
A
B
Setelah diputar 1/3 putaran berlawanan arah dengan arah jarum jam
Seperti pada pembelajaran simetri lipat, pada pembelajaran simetri putar di sekolah dasar ada baiknya kita menggunakan pendekatan belajar kelompok. Pendekatan ini kita gunakan untuk lebih mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, mereka dapat bertukar informasi satu sama lainnya di dalam kelompoknya. Material yang digunakan pada pembelajaran ini adalah beberapa lembar kertas berbentuk persegi, persegi panjang, dan segitiga sama sisi. Salah satu alternatif pembelajarannya adalah mengikuti langkah-langkah berikut ini: a. Bagikan kepada setiap kelompok satu buah bangun datar berbentuk persegi.
b. Mintalah siswa menempatkan bangun persegi itu di atas kertas putih di atas meja belajarnya dan menuliskan huruf A, B, C, dan D berturut-turut pada sudut-sudut bangun itu. c. Bimbinglah siswa untuk menentukan titik putarnya dan lobangi titik putar bangun itu, serta mintalah siswa memberikan noktah (titik) pada kertas putih tepat dibawah titik putar bangun itu. d. Mintalah siswa menjiplak bangun itu dengan pensil di atas kertas putihnya dan menuliskan pula huruf A, B, C, dan D pada sudut-sudutnya. e. Mintalah siswa memutar bangun itu sebesar ¼ putaran atau 90 derajat berlawanan arah dengan arah jarum jam. Jangan lupa ingatkan bahwa titik putarnya jangan berpindah posisi. Tanyakan kepada siswa posisi titik apa pada gambar di bawah bangun itu (pada kertas putih) yang ditempati titik A pada bangun persegi. Tanyakan pula posisi titik pada gambar di bawah bangun persegi (pada kertas putih) yang ditempati oleh titik B, C, dan D pada bangun persegi. Akan tampak bahwa titik A pada bangun persegi menempati posisi titik B pada gambar di bawahnya. Titik B menempati posisi titik C, titik C menempati posisi titik D, dan titik D menempati posisi titik A. f. Mintalah siswa memutar bangun itu sebesar 180 derajat berlawanan arah dengan arah putar jarum jam dan berikan pertanyaan-pertanyaan. Minta pula mereka memutar bangun itu sebesar 270 derajat berlawanan arah dengan arah putar jarum jam dan berikan pertanyaan-pertanyaan yang sama seperti di atas. Akhirnya, mintalah mereka memutar satu putaran penuh dan berikan pertanyaan-pertanyaan yang sama pula dengan pertanyaan-pertanyaan di atas.
Jika bangun itu diputar sebesar 180 derajat berlawanan arah dengan arah putar jarum jam, akan tampak bahwa titik A pada bangun persegi menempati posisi titik C pada gambar di bawahnya. Titik B menempati posisi titik D, titik C menempati posisi titik A, dan titik D menempati posisi titik B. Jika bangun itu diputar sebesar 270 derajat berlawanan arah dengan arah putar jarum jam, akan tampak bahwa titik A pada bangun persegi menempati posisi titik D pada gambar di bawahnya. Titik B menempati posisi titik A, titik C menempati posisi titik B, dan titik D menempati posisi titik C. Jika bangun itu diputar sebesar satu putaran penuh, akan tampak bahwa titik A pada bangun persegi menempati posisi titik A pada gambar di bawahnya. Titik B menempati posisi titik B, titik C menempati posisi titik C, dan titik D menempati posisi titik D, atau dikatakan titik-titik itu menempati posisinya sendiri. g. Tanyakan ada berapa simetri putar yang dimiliki oleh suatu persegi dan berapa besar sudut putarnya. Dari percobaan di atas, jelas bahwa persegi mempunyai 4 simetri putar dengan sudut putar 900, 1800, 2700, dan 3600. h. Mintalah siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut: a) Tentukan banyaknya simetri putar dan besar sudut putarnya pada bangun segitiga sama sisi! b) Tentukan banyaknya simetri putar dan besar sudut putarnya pada bangun persegi panjang!
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan media audio visual dalam kegiatan belajar sudah banyak dilakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Masita Hasan (2008) dengan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur tumbuhan melalui media audio visual. Pada pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan media audio visual hasil belajar siswa belum mencapai indikator. Sehingga dilaksanakan siklus II sebagai refleksi dari siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 80.80 % atau indikator kinerja berhasil. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada mata pelajaran dan lokasi penelitian. Sedangkan persamaan penelitian yaitu menggunakan media audio visual.
2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan pembahasan teori di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu: “kemampuan menentukan banyak simetri dari bangun datar pada siswa kelas V SDN 2 Lion Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan melalui media audio visual maka akan meningkat”.
2.4 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil apabila kemampuan menentukan banyaknya simetri dari bangun datar melalui media audio visual pada siswa mencapai nilai 70 ke atas dari keseluruhan jumlah subjek penelitian dengan kriteria penelitian dikatakan berhasil
ketuntasan mencapai 80%, maka