BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakekat Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktifitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktifitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial
antar
manusia
dan
bagaimana
cara
manusia
memperoleh
dan
mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. (Sapriya, 2006) Pembelajaran IPS adalah suatu perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku sehingga siswa mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. Selain itu siswa juga dapat mengaplikasikan hasil belajarnya di lingkungan dan kehidupannya (Solihatin, 2008:1). Lanjutnya pula (Solihatin 2008:14) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek
7
“Pendidikan” daripada “Transfer Konsep”, karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan
memperoleh
pemahaman
terhadap
sejumlah
konsep
dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Trimo dan Rusantiningsih dalam sebuah situs yang bisa kita kunjungi yaitu
http://massofa.wordpress.com/2011/12/21/hakekat-ips-sebagai-program-
studi/disdn yang di akses pada tanggal 1 Mei 2012 mengatakan bahwa segala peristiwa yang dialami dalam kehidupan manusia telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing, kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek hubungan sosisal, ekonomi, sosial, budaya, politik, psikologi, sejarah, geografi. Beraspek majemuk berarti kehidupan sosial meliputi berbagai segi yang berkaitan satu sama lain, bukti bahwa manusia adalah multiaspek, kehidupan sosial yang merupakan hubungan aspek-aspek ekonomi adalah sandang, papan, pangan merupakan kebutuhan manusia. Kehidupan manusia tak hanya terkait dengan aspek sejarah tetapi juga dengan aspek ruang dan tempat. Sering kita ditanya “kapan kamu lahir” dan dimana kamu lahir” ini menunjukkan bahwa ruang atau tempat memiliki makna tersendiri bagi kehidupan kita manusia. Karena setiap aspek kehidupan sosial itu mencakup lingkup yang luas untuk mempelajari dan mengkajinya menuntut bidang-bidang
ilmu yang khusus, maka melalui ilmu-ilmu sosial dikembangkan bidang-bidang ilmu tertentu sesuai dengan aspek kehidupan sosial masing-masing. Di sisi lain, Jarolimek (1998:34) dalam Wahab (2008:3.39), mengisyaratkan bahwa studi sosial lebih praktis yaitu memberikan kemampuan kepada siswa dalam mengelola dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dalam menciptakan kehidupan yang serasi, selaras bahkan dapat merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar dan dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan bertolak pada berbagai aspek kehidupan atau merupakan perpaduan dari spesifikasi ilmu-ilmu sosial yang tetap berlandaskan pada tri aspek pembelajaran yaitu Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Di samping itu pula, pembelajaran IPS di SD memiliki beberapa tujuan diantaranya: a.
Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. c.
Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. e.
Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan IPTEK.
2.2 Hasil Belajar IPS Suatu hukum alam yang tidak bisa diubah bahwa setiap orang dapat melakukan perbuatan belajar. Namun tidak semua orang berhasil dengan baik di dalam belajar. Hal ini tentunya dapat dilihat dari hasil belajar yang di produksinya sebagai gambaran prestasi dalam belajar. Pada umumnya semua orang yang belajar menginginkan untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, Sehingga usaha yang ulet dan sungguh-sungguh dari dirinya sendiri sangat diperlukan. Berbicara mengenai hasil belajar, tentunya kita harus mengetahui sebelumnya mengenai definisi belajar itu sendiri. Abin Syamsudin (dalam Winataputra 2008:245) mengatakan bahwa belajar merupakan perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan bersifat permanen. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa
untuk mendapatkan perubahan Khotimah, (2006:13) (dalam Budiningsih:2005) . Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan teori pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu. 2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit. 3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses
asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. 4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar. 5. Pengalaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. 6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa. 7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya. (Budiningsih, 2005) Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai (Dimyanti, 2006:10). Apek-aspek tersebut akan diperoleh apabila seseorang belajar tentang sesuatu. Pada pendidikan SD, mata pelajaran yang ada di sekolah merupakan salah satu objek perolehan aspek tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka teridentifikasi beberapa unsur penting yang termuat dalam definisi belajar, yaitu (1) belajar pada dasarnya merupakan suatu proses mental dan emosional yang terjadi secara sadar. (2) belajar adalah mengalami, dalam hal ini terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik/psikis maupun lingkungan sosial. Sehubungan dengan beberapa identifikasi tentang belajar, maka hal ini dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari setiap individu yang diperoleh dari serangkaian interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya, setelah individu melakukan aktivitas belajar, maka untuk melihat berhasil/tidaknya kegiatan tersebut dapat digunakan teleskop berupa hasil belajar. Terkait dengan hasil belajar, Hamalik (2005:56) berpandangan bahwa
hasil belajar seseorang merupakan perilaku yang dapat diukur, hasil belajar menunjukan kepada individu sebagai pelakunya, hasil belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan standar tertentu baik berdasarkan kelompok atau norma yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjukan pola hasil kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar. Di sisi lain, Sumartono (2005:81) mengemukakan bahwa “Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil tertinggi dalam belajar, yang dicapai menurut kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu”. Selain itu, Sudjana (2006:22) memandang bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Mengacu pada beberapa pendapat tersebut, maka hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil perubahan tingkah laku seorang siswa setelah memperoleh pelajaran. Hasil belajar biasanya digambarkan dengan nilai angka atau huruf. Relevansinya dengan pembelajaran IPS, maka hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah melakukan kegiatan belajar IPS.untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sangat diperlukan kesiapan mental siswa yaitu terwujud pada kemauan keras serta didasari oleh rasa keingintahuan terhadap materi yang diajarkan. Terkait dengan hal tersebut, Moedjiono (2007:21) mengemukakan bahwa dengan keingintahuan yang besar, siswa akan menjadi selalu aktif mencari dan menemukan jawaban- jawaban atas pertanyaan yang pada dirinya. Dengan demikian, secara otomatis wawasan atau pengetahuan siswa akan bertambah yang akhirnya bermuara pada peningkatan Hasil belajar IPS.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapatlah diartikan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah hasil yang dicapai oleh seseorang (peserta didik) setelah melakukan kegiatan belajar IPS. 2.3 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, Nasution dalam sebuah situs yang dikunjungi yaitu http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2011/03/09/strategi pengelolaankelas-dalam-meningkatkan-prestasi-belajar-siswa/com yang diakses pada tanggal 1 Mei 2012 menjelaskan bahwa upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar IPS di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: a. Pertama bagaimana strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran? Strategi menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut Kepala sekolah melalui kebijakan yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para guru untuk membuat program mengajar yang berupa: silabus, Analisa Materi Pelajaran, Program tahunan, Program Semester, dan Rencana Program Pembelajaran. Pembuatan program pembelajaran disusun secara bersama-sama melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang ada di lingkungan sekolah yang selanjutnya dimantabkan melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran tingkat Kabupaten. Selanjutnya perangkat mengajar diserahkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk dikoreksi dan ditanda tangani oleh kepala sekolah. Pada saat mengajar, para guru selalu membawa perangkat pembelajaran dengan maksud agar proses belajar mengajar berjalan
dengan terarah, dan tujuan yang dirumuskan dalam program bisa tercapai. Dan bila selesai mengajar perangkat mengajar disimpan di almari guru masing-masing yang telah disediakan oleh sekolah, dengan demikian bila diperlukan perangkat mengajar sudah ada di sekolah dan terjaga keamanannya. b.
Kedua, bagaimana strategi guru dalam membangun kerjasama dengan siswa dalam proses belajar mengajar? Kegiatan guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas guru yang
rutin
yang
dianggap
sebagai
salah
satu
cara
untuk
meningkatkan
profesionalismenya. Mengingat input yang masuk di sekolah dasar, tiap tahunnya rata-ratanya tinggi, maka untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi akademis siswa, guru berupaya untuk melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran yang dikelolanya. Dalam menjalin kerjasama dengan siswa, strategi yang diterapkan oleh guru SD mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa, (b) berusaha memahami latar belakang siswa, (c) penguasaan materi dan cara penyajiannya menarik, (d) penggunaan model mengajar yang bervariasi dan (e) memberi pembinaan khusus bagi siswa bermasalah. Pengembangan sekolah memiliki arti tersendiri bagi sekolah ini, sehingga sekolah tidak hanya menjalin kerjasama dengan siswa saja, tetapi sekolah juga menjalin kerjasama dengan orang tua/wali, perguruan tinggi, instansi pemerintah dan alumni. Adapun bentuk kerjasamanya adalah sebagai berikut: pengadaan sarana dan fasilitas sekolah, rekrutmen calon mahasiswa, penyaluran bakat dan minat siswa melalui kegiatan ektrakurikuler dan pengadaan pembina ekstra
kurikuler. Kerjasama dalam hal ini, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas saja, melainkan melalui kegiatan sekolah secara keseluruhan yang mengarah pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa. c.
Ketiga, bagaimana Pemberian Motivasi belajar terhadap siswa Mengingat input siswa yang setiap tahunnya tergolong tinggi, demikian
pula secara umum motivasi belajar siswanya bagus, sehingga pemberian motivasi terhadap siswa adalah sebagai berikut: (a) khususnya siswa kelas tiga selalu diberi latihan-latihan soal, (b) pemberian tugas untuk praktek lapangan, (c) mengikut sertakan siswa dalam kegiatan ilmiah, (d) mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui papan pengumuman maupun melalui pertemuan dengan orang tua, (e) pemberian reinforcement, (f) penggunaan media dalam pembelajaran dan (g) pemberian layanan bimbingan. d.
Keempat, bagaimana strategi dalam menciptaan Iklim Pembelajaran Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan
efektif, maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru melakukan upaya berupa: (a) petugas tatib selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan sekolah untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan, (b) wakasek kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan dibantu petugas tatib dan guru pembimbing, (c) dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa, (d) guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya, dan (f) guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari
pelajaran
eksak.
Dengan
strategi
seperti
di
atas,
maka
memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga siswa merasa senang dan betah berada di sekolah selama jam efektif kegiatan belajar mengajar, bahkan hingga sore hari untuk mengikuti kegiatan tambahan. e.
Kelima, bagaimana Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa Karakteristik Sekolah dasar adalah semua warganya mulai dari pimpinan
sekolah, guru, karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang tinggi. Namun demikian pihak sekolah tetap mempertahankan serta melestarikan budaya disiplin yang sudah bagus ini untuk ditingkatkan menjadi menjadi kultur disiplin yang mandiri. Adapun strategi untuk meningkatkan disiplin, sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari pimpinan sekolah, guru dan karyawan, (c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler Pramuka, (d) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas, (e) memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas, (f) setiap upacara hari senin diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut di atas kultur disiplin siswa bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal. f. Keenam, bagaimana pelaksanaan Evaluasi Proses Belajar Mengajar Evaluasi dalam pembelajaran di Sekolah dasar ada dua macam yaitu: (1) penilaian terhadap hasil belajar siswa, (2) penilaian terhadap proses pengajaran.
2.4 Hakikat Media Gambar 2.4.1 Definisi Media Gambar Dalam pola pendidikan modern murid dipandang sebagai pusat titik pusat proses terjadinya belajar. Siswa sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar. Guru lebih berperan membantu dan memberikan kemudahan agar murid mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya sehingga terjadilah suatu interaksi aktif. Dalam proses belajar mengajar demikian agar membuahkan hasil sebagaimana diharapkan, maka kedua belah pihak baik murid maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan, dan keterampilan yang mendukung proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan tertentu. Pada situs yang bisa kita kunjungi yaitu file:///F:/Folder%20Settings /dani%202/rangkuman-buku-media-pembelajaran.html yang diakses tanggal 1 Mei 2012 menjelaskan bahwa kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran. Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Heinich, Molenda, Russel (1996:8) menyatakan bahwa : “A medium (plural media) is a
channel of communication, example include film, television, diagram, printed materials, computers, and instructors. (Media adalah saluran komunikasi termasuk film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur). AECT (Assosiation of Education and Communication Technology, 1977), memberikan batasan media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. NEA (National Education Assosiation) memberikan batasan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatanya. Sardiman (2007:21) mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta pengetahuan siswa bertambah lebih banyak sehingga proses mengajar terjadi. Gagne (dalam Basuki dan Farida, 2008:57) menyatakan bahwa media adalah berbagai jens komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Dari berbagai batasan di atas dapat dirumuskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk meyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Selanjutnya, pengertian media gambar/visual dijelaskan oleh para ahli seperti Basuki dan Farida (2008:25) bahwa media visual dibedakan menjadi dua yaitu; (1) media visual diam dan (2) media visual gerak. Media gambar merupakan salah satu media visual diam yang berfungsi menyampaikan pesan kepada siswa tentang materi atau konsep yang diajarkan.
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Media gambar Suradisastra (2005:84) mengemukakan bahwa media gambar memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan seperti berikut ini; a.
Kelebihan media gambar -
Siswa dapat memahami, membandingkan serta menganalisis dengan apa yang dilihatnya
-
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melihat dengan jelas bentuk dan rupa yang sebenarnya
b.
Dalam kegiatan belajar mengajar suasananya akan terasa lebih hidup Kelemahan media gambar
-
Membutuhkan bahan ajar berupa gambar yang harus disediakan oleh sekolah dengan biaya yang cukup tinggi
-
Guru sering kurang kreatif dalam mengajar menggunakan media gambar
-
Biasanya siswa akan lebih dahulu tahu tentang metode tersebut
2.4.3 Penggunaan Media Gambar Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Materi Lambang Koperasi Indonesia Media gambar merupakan salah satu sarana membantu guru dalam menanamkan konsep pada siswa. Terkai dengan hal ini, Usman dan Asnawir (2005:97) bahwa ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penggunaan media gambar sebagai media pengajaran. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Langkah persiapan guru, memilih animasi yang tepat 2. Mempersiapkan kelas
3. Langkah penyajian 4. Aktivitas lanjutan berupa tanya jawab Hamalik (dalam Usman dan Asnawir,2005:98) menjelaskan bahwa gambar yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Dapat menarik minat anak 2. benar dan autentik 3. Upto date dalam setting, pakaian dan lingkungan 4. Sesuai dengan tingkatan kematangan audien 5. Kesatuan dan squence-nya cukup teratur 7. Teknis yang digunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan. 2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu;” Jika guru menggunakan media gambar pada pembelajaran IPS pada materi Lambang Koperasi Indonesia di kelas IV SDN Inpres Kayubulan kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo, maka hasil belajar siswa akan meningkat” 2.6 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk hasil belajar siswa minimal 75 % dari seluruh siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 75 ke atas pada materi sajian. 2. Untuk hasil belajar seluruh siswa di kelas diperoleh daya serap mencapai 75 %.