BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1
Sikap (attitude)
2.1.1 Pengertian Sikap Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif dan sheriff, 2011: 39). Adapula yang melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan respons (Allport,2003 : 355). Sikap
setiap
orang
sama
dalam
perkembangannya,tetepi
berbeda
dalam
pembentukannya,Krech,Crutchfield, dan Ballachey (Sobur, 2011 :362)..Hal ini menyebabkan adanya perbedaan sikap seseorang atau individu dengan sikap temannya,keluarganya,dan tetangganya.banyak hal yang perlu kita ketahui untuk mengetahui karasteristik sikap. Masalah pembentukan sikap ini,menurut Krech dan kawan-kawan,tidak hanya di tujukan untuk ilmu social saja,tetapi juga penting bagi semua orang yang ingin mempengaruhi kegiatan social,seperti orang tua,pendidik,pemimpin dan orang-orang yang tertarik untuk mengetahui cara mengembangkan sikap-sikap baru dan cara menguatkan atau melemahkan sikap. 2.1.2 Ciri-ciri Sikap Sebagaimana telah dijelaskan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek yang dihadapi. Dengan demikian attitude (sikap) itu senantiasa terarahkan terhadap suatu obyek. Tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap atau attitude adalah berbeda dengan motif, di mana kalau motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan terhadap suatu obyek.
Ciri-ciri sikap menurut para ahli, Allpot (2011:39) Pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk perperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah oranf harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; menyampingkan apa yang diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif dan Sherif, 2011:39). Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Bagaimana studi menunjukkan bahwa sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. Keempat, sikap kmengandung evaluative: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan (Bem,2011 :39) Kelima, sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Oleh karena itu, sikap dapat diperteguh atau diubah. Berdasarkan definisi-definisi diatas, tampak bahwa meskipun terdapat perbedaan, semuanya sependapat bahwa ciri khas dari sikap adalah 1) mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda dan
sebagainya)
2) mengandung penilaian (suka-tidak suka; setuju-atau tidak setuju).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Azwar, 2003:,30 ada enam faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah : 1)
Faktor pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
2)
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain. 3)
Faktor kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
4)
Factor Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
5)
Factor pendidikan dan agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.
6)
Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Aswar, 2000 : 30-38).
Dari uraian dia atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap pada dasarnya meliputi rasa suka dan tidak suka – penilaian serta reaksi menyenangkan atau tidak lain menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial. 2.1.4. Sikap Positif dan Negative Purwanto (1998 : 64-67) Sikap dapat bersifat positif dapat pula bersifat negative dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,menyenangi,mengharapkan obyek tertentu,sedangkan
dalam
sikap
negative
terdapat
kecenderungan
untuk
menjauhi,menghindari,membenci dan tidak menyukai obyek tertentu. Sebagai contoh,sikap negative yang terdapat pada orang-orang pribumi terhadap orangorang keturunan cina di Indonesia atau sikap negative pada orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di amerika serikat.pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja,melainkan melalui suatu proses tertentu,melalui kontak social terus menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya. 2.2 Layanan Bimbingan Kelompok 2.2.1 Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk erkembang menjadi manusia seutuhnya. 150 orang menjadi 12 kelompok layanan yang hendaknya dilaksanakan oleh konselor sekolah. Layanan Konseling kelompok ada 2 macam yaitu konseling dan bimbingan kelompok.
Terdapat dua pola pada pengertian bimbingan kelompok yaitu pengertian dengan pola sederhana dan pengertian dengan memakai pola yang lebih mendalam. Bimbingan kelompok yang memakai pola yang sederhana dimaksudkan sebagai bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu yang mengalami masalah yang sama. Artinya bahwa kelompok dijadikan sebagai wadah penyelenggaraan kegiatan bimbingan. Misalnya bimbingan terhadap sekelompok anak-anak yang suka memberi, bimbingan terhadap sekelompok anak-anak yang lambat dalam belajar dan melanjutkan pendidikan. Sedangkan pengertian yang memakai pola yang lebih mendalam mengandung pengertian sebagai bimbingan yang diberikan kepada sejumlah individu dengan memanfaatkan dinamika individu. Disamping berusaha memecahkan masalah kelompok bimbingan ini juga mengandung pengertian usaha membantu individu-individu dengan memanfaatkan suasana yang berkelompok dalam kelompok itu (Depdikbud, 2008: 38). Bimbingan kelompok di institusi pendidikan menyajikan salah satu pengalaman pendidikan, disamping bermacam pengalaman yang lain seperti pengajaran didalam kelas dan keterlibatan dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuler. Menurut Winkel, bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan. Namun, disamping kelompok yang dibentuk dalam rangka pengelolaan kegiatan bimbingan. Di sekolah juga dibentuk beberapa kelompok lain yang juga dirancang untuk memberikan suatu pengalaman pendidikan meskipun mungkin mempunyai suasana lain daripada sasaran pelayanan bimbingan. Oleh karena itu, tenaga pembimbing profesional yang sekaligus tenaga kependidikan kerap dilibatkan atau melibatkan diri dalam pengelolan kelompok semacam itu. Meskipun itu bukan kelompok yang khusus dibentuk berkaitan dengan pengelolaan kegiatan ektrakurikuler yang bersamaan dengan intrakurikuler (Pengajaran) yang sama-sama merupakan bagian esensial dari kurikulum sekolah.
2.2.2 Tujuan bimbingan Kelompok Umum:
mengembangkan
kepribadian
siswa
dimana
berkembang
kemampuan
sosialisasinya, komunikasinya,kepercayaan diri, keperibadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan nilai ilmu dan agama. Khusus: 1.
Membahas topik yang mengandung masalah actual, hangat dan menarik perhatian anggota kelompok.
2.
Konseling kelompok membahas masalah pribadi individu Konselor: sebagai pemimpin kelompok dengan kemampuan a. Menciptakan suasana kelompok sehingga terciptanya dinamika kelompok b. Berwawasan luas (ilmiah dan moral). c. Mampu membina hubungan antarpersonal yang hangat, damai, berbagi, empatik, altruistik, jauh dari kesukaaan untuk membuat kelompok. Peranan Pemimpin Kelompok (PK) : 1. Membentuk kelompok 2. Melakukan penstrukturan 3. Mengembangkan dinamika kelompk 4. Mengevaluasi proses dan hasil belajar Jumlah kelompok: 8-10 orang dengan memperhatikan homogenitas dan heterogenitas
kemampuan anggota kelompok.Kemampuan dengan perbandingan 2:1 antara yang pintar atau kurang pintar. Dari segi jenis pria atau wanita yaitu 1:1.
2.2.3 Peran anggota kelompok:
Peran anggota kelompok antara lain :1). Aktif,mandiri melaui aktivitas langsung melalui sikap 3M (mendengar dengan aktif, memahami dengan positif dan merespon dengan tepat), sikap seperti seorang konselor. 2) Berbagi pendapat, ide dan pengalaman,3) Empati, 4) Menganalisa, 5) Aktif membina keakraban, membina keikatan emosional,6) Mematuhi etika kelompok, 7)Menjaga kerahasiaan, perasaan dan membantu serta 8) Membina kelompok untuk untuk menyukseskan kegiatan kelompok 2.2.4
Asas Bimbingan Kelompok Dalam Bimbingan kelompok, asas yang dipakai:
1.
Kesukarelaan yaitu tiidak ada pemaksaan dalam mengemukakan pendapat
2.
Keterbukaan adalah keterusterangan dalam memberikan pendapat.
3.
Kegiatan yaitu partisipasi semua anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya tujuan Bimbingan kelompok.
4.
.Kenormatifan yaitu aturan dalam menyampaikan ide dan gagasan hendaknya dengan baik, benar, gaya bahasa yang menyenangkan, tidak menyalahkan anggota kelompok.
5.
Kerahasiaan,ini terakhir karena topic (pokok bahasan) bersifat umum. Hal yang dipertimbangkan pembentukan kelompok :
1.
Homogenitas secara relative (kesamaan jauh dekat tempat tinggal).
2.
Hal yang perlu diperhatikan: jika ingin Kelompok yang sama: maka didahulukan dengan Bimbingan kelompok lalu dilanjutkan dengan konseling kelompok. Pemimpin kelompok yang sama akan menjadikan kelompok lebih dinamis, efektif, efisien
3.
Heterogenitas (perbedaan sosio-ekonomi) Perbedaan:
4.
Sumber pertimbangan: himpunan data dan hasil instrumentasi.
5.
Penempatan dalam kelompok: berupa penugasan, penetapan secara acak dan pilihan individu/anggota. Jenis anggota kelompok: ada Kelompok tertutup yaitu anggota tetap dan tidak berubah jumlah anggota dan Kelompok terbuka yaitu anggota bergantian dan tidak menetapkan. Bimbingan kelompok merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu
mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik.. Seorang konselor adalah guru yang mempunyai keahlian khusus/metode khusus dalam menangani siswa yang bermasalah. Karena hal tersebut perlu, ketika melakukan tugas bimbingan dan konseling, karena akan dihadapkan dengan berbagai macam problematika siswa. Di samping itu, guru BK harus mempunyai metode yang bervariasi, maka siswa tidak merasa jenuh ketika guru memberikan suatu informasi atau nasihat-nasihatnya. Hal tersebut, akan membuat siswa lebih memahami apa yang disampaikannya. Sehingga dia akan menemukan solusi dari suatu permasalahan yang dihadapinya pergaulan bebas adalah masalah yang paling nbesar di hadapi oleh remaja jaman skarang,salah satu di antaranya adalah seks bebas untuk itu
konselor harus mampu memberikan informasi dan arahan yang tepat agar anak tidak terjerumus dalam pergaulan bebas tersebuit di antaranya adalah memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,topic ini dapat kita angkat dalam layanan bimbingan kelompok tugas yang anggotanya adalah siswa itu sendiri,hal ini juga dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi karena remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang sangat cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh pengaruh globalisasi dan modernisasi. 2.2.5 Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok Tugas Bimbingan kelompok tugas adalah salah satu bentuk penyelenggaraan bimbingan kelompok dimana arah dan isi kegiatan kelompok itu tidak ditentukan oleh anggotanya melainkan diarahkan kepada penyelesaian suatu tugas. Pimpinan kelompok mengemukakan suatu tugas pada kelompok untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok. Kegiatan kelompok tugas pada umumnya membahas permasalahan atau topik-topik umum yang tidak menyangkut pribadi-pribadi tertentu.oleh karena itu “kelompok tugas” tidak menekankan kegiatannya pada pemecahan masalah-masalah pribadi para anggota kelompok. Kegiatan layanan bimbingan kelompok tugas antara lain : 1. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu permasalahan atau topic 2. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topic yang di kemukakan pemimpin kelompok. 3. Anggota membahas masalah atau topic tersebut secara mendalam dan tuntas 4. Kegiatan selingan
Tujuan layanan bimbingan kelompok tugas : 1. Terbahasnya suatu masalah atau topic yang relevan dengan kehidupan anggotanya secara mendalam dan tuntas 2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsure-unsur tingkah laku,pemikiran ataupun perasaan.
2.3
Dampak negative dari pergaulan bebas
2.3.1 Masa remaja Kelompok usia remaja merupakan sumber daya manusia yang paling potensial sebagai tunas bangsa dan penentu masa depan bangsa. Karena itu kelompok remaja perlu mendapatkan penanganan dan perhatian serius untuk dipersiapkan menjadi manusia yang berguna serta berkembang baik dan benar, meningkatkan kualitas serta kemampuannya sehingga hasil kerjanya akan maksimal. Banyaknya remaja yang menunjukkan perilaku positif dengan prestasi gemilang dari berbagai bidang, namun tidak sedikit pula remaja di kalangan pelajar yang berperilaku mengarah pada hal-hal yang negatif, mulai dari tawuran, merokok, penggunaan narkoba, bahkan sampai perilaku seksual bebas yang berakibat terjadinya kehamilan yang tak diinginkan, adanya tindakan aborsi, serta resiko terkena penyakit HIV/ AIDS atau penyakit menular seksual lainnya,Oleh karena itu kalngan remaja digolongkan sebagai kelompok risiko tinggi dan rawan terhadap bahaya penularan penyakit khususnya penyakit menular seksual (PMS), dan cenderung semakin permisifnya hubungan pergaulan antara remaja laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan dengan perubahan-perubahan yang snagat dramatis, baik secara fisik, psikis, maupun sosial yang sifatnya individual. Perubahan tersebut akan berjalan demikian pesatnya seiring dengan perubahan emosi, pola pikir, sikap dan
perilaku serta timbulnya minat remaja terhadap seks ditandai mulai tertarik kepada lawan jenis masing-masing. Demikian halnya keingin tahuan remaja tentang seks semakin besar didorong oleh kondisi lingkungan mulai multi faktorial yang kesemuanya memerlukan penyikapan yang benar agar siap menerima perubahan serta mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi remaja itu sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk, terlepas benar tidaknya informasi tersebut. Sumber informasi dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan dengan mudahnya membuka situs-situs lewat internet, namun ironisnya sangat sedikit remaja memperoleh pendidikan seksual dari guru ataupun orang tua sehingga tidak jarang remaja melangkah sampai tahap percobaan. Remaja pada umumnya menghadapi permasalahan yang sama untuk memahami tentang seksualitas, yaitu minimnya pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi yang disebabkan oleh terbatasnya akses informasi dan advokasi remaja, tidak adanya akses pelayanan yang ramah terhadap remaja, belum adanya kurikulum kesehatan reproduksi remaja di sekolah, serta masih terbatasnya institusi di pemerintah yang menangani remaja secara khusus dan belum ada undang-undang yang mengakomodir hak-hak remaja Regulasi perundangan dan budaya juga menyebabkan remaja semakin kesulitan secara terbuka mendapatkan pengetahuan mengenai seksualitas dan reproduksi. Undang-Undang masih membatasi dan menyebutkan melarang pemberian informasi seksual dan pelayanan bagi orang yang belum menik ah. Hal itu telah membatasi ruang pendidikan dan sosial untuk memberikan pengetahuan pada remaja mengenai seksualitas. Selain itu, budaya telah menyebabkan remaja tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Ketika itu terjadi,
akhirnya jalan lain yang berdampak negatif terhadap perkembangan remaja di pilih. Dan yang terjadi akhirnya banyak remaja yang memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai macam sumber informasi mengenai seksualitas media massa dan internet. 2.3.2 Penyimpangan seks di kalangan siswa Meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi remaja itu sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk, terlepas benar tidaknya informasi tersebut. Sumber informasi dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan dengan mudahnya membuka situs-situs lewat internet, namun ironisnya sangat sedikit remaja memperoleh pendidikan seksual dari guru ataupun orang tua sehingga tidak jarang remaja melangkah sampai tahap percobaan. Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul bagi siswa yang memasuki masa masa remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji.benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Keingintahuan remaja mengenai seksualitas serta dorongan seksual telah menyebabkan remaja untuk melakukan aktivitas seksual remaja, yang akhirnya menimbulkan persoalan pada remaja yang berkaitan dengan aktivitas seksual. Seperti kasus-kasus kekerasan seksual,
kehamilan tidak diinginkan
pada remaja, aborsi remaja, pernikahan usia muda dan lain
sebagainya. Adapun komponen komponen yang turut menentukan kesuksesan program pendidikan seksual dan reproduksi berbasis sekolah adalah : 1. Ketepatan identifikasi dam\n memahami karakter setiap kelompok 2. Melibatkan siswa dalam perencanaan program 3. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat,tokoh agama dan orang tua 4. Komunikasi interpersonal 5. Jejaring 6. Sumberdaya (baik sumber daya manusia dalam hal ini tenaga pengajar maupun sumber daya alamnya atau fasilitas yang tersedia)
2.3.3 Hambatan orang tua dalam menyampaikan masalah kesehatan Reproduksi Para ahli yang berkecimpung dalam dunia anak pada umumnya sependapat bahwa pendidik an dalam kesehatan dalam hal ini pendidik dalam bidang kesehatan reproduksi. Kesulitan sering timbul karena pengetahuan orang tua mengenai kesehatan reproduksi mungkin kalah “jauh” di banding dengan pengetahuan anak.dalam hal demikian jelas orang tua mampu mengimbangu pengetahuan anak,karena itu orang tua acap kali perlu belajar antara lain mengenai bacaan atau kursus konsultasi dengan ahli yang memang mengetahui hal tersebut, hambatan lain juga sering timbul karena kurang terbukanya hubungan orang tua dan anak untuk membicarakan masaalah kesehatan reproduksi karena merupakan sesuatu yang sangat pribadi maka di butuhkan suasana akrab,terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak.sehingga keluhan seperti tidak tahu harus bagaimana memulai,merasa kaku ,kebingungan dan sebagainya dapat di kurangi dengan suasana seperti itu
2.3.4 Persiapan Menghadapi Masa Puber Persiapan menghadapi masa puber ini sangat penting untuk memberikan : 1.
Dasar bagi anak untuk pengetahuan dan belajar bertanggung jawab sebagai anak yang akan menghadapi masa dewasa
2. Dasar dasar memilih,menentukan atau mampu mengambil keputusan tentang sesuatu yang baik ataupun yang buruk,benar atau salah,cepat atau tidak bagi dirinya,keluarga dan agama 3. Mempunyai kesadaran diri tentang gejala fisik yang berhubungan dengan masa puber. 4. Pemahaman tentang kehidupan seksual termasuk kewajiban agama dan beban hukum.
2.3.5 Penerapan bimbingan kelompok tugas dan usaha mengembangkan sikap negative siswa terhadap pergaulan bebas Bimbingsn kelompok tugas membantu siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Suasana yang berkembang pada bimbingan kelompok tersebut dapat di lihat dari : 1. masing-masing siswa dapat memanfaatkan semua informasi tentang pergaulan bebas terutama seks bebas dan cara menghindarinya 2. tanggapan-tanggapan dan berbagai reaksi teman-teman atau anggota kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. 3. kepentingan
pemecahan
masalah
bimbingan
kelompok
juga
bertujuan
untuk
mengembangkan pribadi masing–masing anggota kelompok.
2.4
Hipotesis Tindakan Berdasarkan teori di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah melalui layanan
bimbingan kelompok tugas maka sikap negatif siswa terhadap pergaulan bebas dapat di kembangkan.