BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
1.1 Media Pembelajaran Penggunaan media pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh guru sebagai alat bantu untuk menjelaskan materi dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa untuk memahami materi yang dipelajari. Selain itu, media pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga prestasi belajar siswa lebih baik. Secara etimologis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantara”. Media berfungsi sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan. (Asyhar, 2012:4). Menurut Kemp (Asyhar, 2012:5), pesan yang masih berada pada pikiran (mind) pembicara tidak akan sampai ke penerima pesan apabila tidak dibantu dengan sebuah media sebagai perantara. Pesan akan sampai ke penerima apabila terjadi proses pengkodean (encoding) pesan tersebut. Jadi, sebelum sampai kepada penerima, pesan tersebut harus dikodekan terlebih dahulu melalui simbol verbal maupun non verbal. Setelah pesan itu diartikan oleh penerima pesan, barulah penerima pesan memberikan respon (umpan balik) kepada pengirim pesan. Di sinilah terjadi komunikasi efektif. Proses komunikasi yang dikemukakan Kemp dapat dilihat pada gambar 1.
5
Pesan Diterima
Pengkodean Pesan
Sumber Pesan
Saluran
Pesan Diartikan
Balikan (Sumber: Asyhar, 2012:5) Gambar 1. Proses Komunikasi Menurut Kemp Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media memiliki peranan yang sangat penting, sebagai perantara yang dapat membantu menyampaikan informasi kepada orang lain. Pembelajaran (Instruction) diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan siswa yang berlangsung secara dinamis. Ini berbeda dengan istilah “teaching” yang berarti mengajar. Teaching memiliki konotasi proses belajar dan mengajar yang berlangsung satu arah dari guru ke siswa. Dalam hal ini, hanya guru yang berperan aktif mengajar, sedangkan siswa bersifat pasif. (Asyhar, 2012:6). Menurut Munadi (Asyhar, 2012:7), proses komunikasi dalam pendidikan terjadi karena ada rencana dan tujuan yang diinginkan. Komunikasi antar pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran diefektifkan dengan menggunakan media (channel). Bahasa adalah media yang membantu siswa untuk mendapatkan mengerti gagasan atau ide guru. Konsep komunikasi dalam pembelajaran
6
mangacu pada keseluruhan proses komunikasi informasi atau pesan dari sumber (guru, mentri, atau bahan) kepada penerima (siswa) melalui media atau jaringan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa yang dapat memberikan informasi dan pengetahuan. Menurut Gerlach & Ely (Asyhar, 2012:8-9), media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi, atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hadware), seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu. Briggs (Hamid, 2011:150) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film, rekaman video, dan media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Beberapa langkah/tindakan yang dapat dilaksanakan oleh guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran, antara lain: 1) Mengkaji bentuk media pembelajaran yang ada. 2) Mengkaji segenap hal yang terkait dengan penggunaan media pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan, sampai dengan perhatian perbedaan karateristik peserta didik. 3) Merancang media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penggunaannya (ceramah, diskusi, eksperimen, simulasi dan lain sebagainya).
7
4) Membahas rancangan penggunaan bentuk media pembelajaran dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mendapatkan tanggapan, bimbingan, bantuan dan arahan. 5) Apabila diperlukan, terhadap penerapan media pembelajaran tertentu yang kurang dikuasai, mencari bantuan ahli yang berasal dari dalam maupun luar sekolah. 6) Menyusun rencana kerja penggunaan media pembelajaran. (Agung, 2010:62) Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi bahwa suatu media itu cocok dijadikan media pengajaran dan pembelajaran, adalah: a) Tujuan pembelajaran; b) Karakteristik siswa; c) Modalitas belajar siswa (audio, visual, dan kinestetis); serta d) Lingkungan ataupun ketersediaan fasilitas pendukung. (Hamid, 2011:152) Sudjana dan Rivai (Arsyad, 2011:24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, adalah: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian di atas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu
8
sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif. 1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. (Ambarjaya, 2012:93). Eggen dan Kauchak (Trianto, 2007:42) menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif merupakan kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok, tanpa memandang tingkat kemampuan siswa yang tinggi, sedang, dan rendah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Adanya peserta dalam kelompok; 2) Adanya aturan kelompok; 3) Adanya upaya belajar setiap kelompok; 4) Adanya upaya yang harus dicapai dalam kelompok belajar. (Ambarjaya, 2012:94) Lungren (Trianto, 2007:47) menyebutkan bahwa unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan kepada siswa agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan efektif adalah: 1) Para siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam” atau “berenang” bersama;
9
2) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi; 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama; 4) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara para anggota kelompok; 5) Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok; 6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar; dan 7) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyampaikan informasi Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase-5 Evaluasi Fase-6 Memberikan penghargaan
Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. (Trianto, 2007:48-49)
10
1.3 Macromedia Flash Macromedia flash adalah salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan masih banyak lagi yang lain. Adapun animasi-animasi objek grafis tersebut dapat dikerjakan dengan macromedia flash. Macromedia Flash merupakan standar profesional yang digunakan untuk membuat animasi di web. Sejak keberadaannya pertama kali dan digunakan oleh beberapa situs web untuk membuat animasi intro dan permainan, sehingga membuat banyak orang tertarik untuk menggunakannya. Macromedia flash juga mengenalkan bagaimana membuat movie clip, animasi frame, animasi tween motion, serta perintah action script-nya. Beberapa kemampuan macromedia flash lainya adalah sebagai berikut: 1) Dapat membuat animasi gerak (motion tween), perubahan bentuk (shape tween), dan perubahan dan transparansi warna (color effect tween). 2) Dapat membuat animasi masking (efek menutupi sebagian objek yang terlihat) dan animasi motion guide (animasi mengikuti jalur). 3) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain. 4) Dapat membuat animasi logo, animasi form, presentasi multimedia, game, kuis interaktif, simulasi/visualisasi. 5) Dapat dikonversi dan di-publish ke dalam beberapa tipe seperti *.swf, *.html, *.gif, *.jpg, *.png, *.exe dan *.mov. (Asyhar, 2012: 187). a) Pengenalan Macromedia Flash Macromedia flash terdiri dari beberapa bagian yang terlihat pada layar, perhatikan gambar 2 di bawah ini.
11
Gambar 2. Pengenalan Macromedia Flash (http://blogriki.files.wordpress.com/2012/03/modulanimasiflash.pdf) 1) Menu Bar merupakan barisan menu yang berisi perintah yang digunakan pada Macromedia Flash 2) Tool panels merupakan barisan menu yang ditandai dengan berbagai ikon dan merupakan jalan pintas untuk menjalankan menu. 3) Stage merupakan bagian dari Macromedia Flash yang digunakan untuk membuat dan meletakkan objek. 4) Timeline merupakan fasilitas yang digunakan untuk membuat, mengatur format animasi yang akan dirancang. Timeline terdiri dari tiga bagian yaitu Scene, Layer, dan Frame. 5) Panel berfungsi untuk mengontrol atau memodifikasi berbagai atribut pada objek atau animasi secara tepat. 6) Properties berfungsi untuk mengatur properti objek yang aktif.
12
b) Cara Memulai/Membuat Dokumen Baru Pilih Menu File -> New -> Ok
Gambar 3. Membuat Dokumen Baru (http://blogriki.files.wordpress.com/2012/03/modulanimasiflash.pdf) c) Mengimport File Klik Menu File -> Import -> Import to the Stage -> Pilih Foto -> Open
Gambar 4. Mengimport File (http://blogriki.files.wordpress.com/2012/03/modulanimasiflash.pdf) 13
d) Menyimpan File Pilih Menu File -> Save -> Pilih Tempat Penyimpanan -> Nama File -> Ok
Gambar 5. Menyimpan File (http://blogriki.files.wordpress.com/2012/03/modulanimasiflash.pdf)
1.4 Minat Belajar 1.4.1 Pengertian minat belajar Salah satu faktor utama untuk mencapai kesuksesan dalam segala bidang, baik berupa studi, hobi, kerja dan aktivitas apapun adalah minat. Tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih fokus, mudah untuk mengingat, memahami dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya. Hilgard (Slameto, 2010:57) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”.
14
Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. (Slameto, 2010:57). Minat merupakan kesadaran seseorang, bahwa suatu subjek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi yang mengandung sangkut-paut dengan dirinya. (Arikunto, 2010:217). Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. (Djamarah, 2008:166). Suatu
minat
dapat
diekspresikan
melalui
suatu
pernyataan
yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. (Slameto, 2010:180) Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan yang tetap berlangsung secara terus menerus yang didasari rasa senang, ketertarikan terhadap suatu objek serta ikut terlibat di dalamnya.
15
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Dari tinjauan di atas, minat belajar adalah proses penyesuaian diri atau tingkah laku siswa yang dilandasi rasa senang, ketertarikan terhadap suatu pelajaran untuk memperhatikan dan ikut terlibat dalam aktivitas belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang dipelajari tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui berminat atau tidaknya siswa dalam proses pembelajaran berlangsung yaitu partisipasi, perhatian, dan perasaan senang. 1) Partisipasi Partisipasi merupakan salah satu penyebab timbulnya minat siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Partisipasi dapat menimbulkan kreativitas, origunalitas, inisiatif, dan memberikan kesempatan terwujudnya ide-ide. Maka perlulah untuk memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berpartisipasi pada segala kegiatan. (Mustaqim dan Wahib, 2010:76).
16
Partisipasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan siswa dapat berupa bertanya, mengajukan pendapat dan menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat inti sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. (Slameto, 2010:36). 2) Perhatian Perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan seorang siswa dalam hubungannya dengan pemulihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Perhatian dapat timbul secara langsung, karena pada siswa sudah ada kesadaran akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang diperolehnya. Perhatian tidak langsung baru timbul bila dirangsang oleh guru dengan penyajian pelajaran yang menarik, juga dengan menggunakan media yang merangsang siswa berpikir, maupun menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. (Slameto, 2010:36). 3) Perasaan senang Rasa senang merupakan reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang atau situasi tertentu. Antara minat dan berperasaan senang terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang berperasaan tidak senang juga akan kurang berminat untuk belajar dan sebaliknya. Rasa senang dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih merasa nyaman dan menyukai suatu hal daripada hal yang lain. 1.4.2 Fungsi Minat dalam Pembelajaran Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius
17
dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Fungsi minat belajar pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk mempelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan
tertentu
mempengaruhi
dirinya,
melayani
tujuan-tujuannya,
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. (Slameto, 2010:180). Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan dalam melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar. Menurut Tanner & Tanner (Slameto, 2010:181) menyarankan bahwa “para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu mengurangi kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang”. Fungsi minat dalam belajar lebih besar, yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong siswa untuk terus belajar. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi minat dalam pembelajaran sebagai kekuatan siswa dalam melakukan kegiatan untuk
18
meningkatkan kreativitas pembelajaran dan menghubungkan bahan pelajaran dengan pengalaman siswa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 1.5 Kajian Materi Kalor 1. Pengertian kalor Kalor merupakan energi panas suatu benda, dimana energi yang ditranfer dari satu benda ke benda yang lainnya disebabkan adanya perbedaan temperatur. Aliran kalor ini selalu dalam arah yang cenderung menyamakan temperatur. Jika dua buah benda dengan temperatur yang berbeda disentuhkan cukup lama sehingga temperatur keduanya sama, keduanya dikatakan dalam keadaan setimbang termal. Sebagai contoh, ketika termometer demam pertama kali dimasukkan ke mulut pasien, kalor mengalir dari mulut pasien ke termometer. Ketika pembacaan temperatur berhenti naik, termometer setimbang dengan mulut orang tersebut dan temperaturnya sama. (Giancoli, 2001:489) 2. Kalor sebagai tranfer energi Kalor mengalir dengan sendirinya dari suatu benda yang temperaturnya lebih tinggi ke benda lain yang temperaturnya lebih rendah. Kalor sangat berhubungan dengan kerja dan energi. Satuan umum untuk kalor sering disebut kalori (kal) dan didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Kisaran temperatur khusus dari 14,5oC – 15,5oC ditentukan karena kalor yang diperlukan sedikit berbeda pada temperatur yang berbeda. Perbedaannya kurang dari 1 persen dalam jangkauan 1100oC dan sering diabaikan pada sebagian kasus. Yang sering digunakan dari kalori adalah kilokalori (kkal), yang besarnya 1000 kalori. Dengan demikian 1
19
kkal adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 kg air sebesar 1oC. (Giancoli, 2001:489) Percobaan yang dilakukan oleh seorang ilmuan Inggris, James Prescott Joule (1818-1889) membuktikan secara kuantitatif bahwa kerja 4,186 joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal sebagai tara kalor mekanik. Sehingga dapat dituliskan: 4,186 J = 1 kal 4,186 x 103 J = 1 kkal. (Giancoli, 2001:489) 3. Perpindahan kalor Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke benda yang lainnya melalui tiga cara, yaitu secara konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran). (Giancoli, 2001:501) a) Perpindahan kalor secara konduksi (hantaran) Ketika sebuah batang logam yang dipanaskan salah satu ujungnya atau sebuah sendok yang diletakkan ke dalam secangkir kopi yang panas, beberapa saat kemudian ujung sendok yang kita pegang akan menjadi panas walaupun tidak bersentuhan langsung dengan sumber panas. Peristiwa itu merupakan salah satu perpindahan kalor secara konduksi (hantaran), dimana kalor dihantarkan dari ujung panas ke ujung yang lebih dingin. Konduksi atau hantaran hanya terjadi pada benda yang memiliki suhu berbeda. (Giancoli, 2001:501) Konduksi kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul-molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan, molekul-
20
molekul di tempat itu bergerak lebih cepat. Sementara itu, tumbukan dengan molekul-molekul yang langsung berdekatan lebih lambat, mereka mentransfer sebagian energi ke molekul-molekul lain, yang lajunya kemudian bertambah. Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfer sebagian energi mereka dengan molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan demikian, energi gerak termal ditransfer oleh tumbukan molekul sepanjang benda. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya konduksi. (Giancoli, 2001:501) Konduksi atau hantaran kalor hanya terjadi bila ada perbedaan suhu. Berdasarkan eksperimen, menunjukkan bahwa kecepatan hantaran kalor melalui benda yang sebanding dengan perbedaan suhu antara ujung-ujungnya. Kecepatan hantaran kalor juga bergantung pada ukuran dan bentuk benda. Untuk mengetahui secara kuantitatif, perhatikan hantaran kalor melalui sebuah benda pada gambar di bawah ini. Besarnya kalor Q tiap selang waktu tertentu dirumuskan sebagai berikut:
Q T k. A t l Gambar 6. Proses Konduksi
Ket: Q = kalor yang dihantarkan (J) ∆𝑡 = selang waktu yang diperlukan (s) k = kostanta pembanding/konduktivitas termal zat (J/s.m.oC) A = luas penampang lintang batang (m2) 21
∆𝑇 = beda suhu antara kedua ujung benda (oC) l = jarak antara kedua benda yang berbeda suhunya (m) (Giancoli, 2001:501-502) b) Perpindahan kalor secara konveksi (aliran) Walaupun zat cair dan gas umumnya bukan merupakan penghantar kalor yang baik, namun dapat mentransfer kalor cukup cepat dengan konveksi (aliran). Konveksi atau aliran kalor adalah proses di mana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. (Giancoli, 2001:504) Bila pada konduksi melibatkan molekul (elektron) yang hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan bertumbukan, konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar. Tungku dengan udara yang dipanaskan dan kemudian ditiup oleh kipas angin ke dalam ruangan termasuk contoh konveksi yang dipaksakan. Konveksi alami juga terjadi, misalnya udara panas akan naik, arus samudra yang hangat atau dingin, angin, dan sebagainya. (Giancoli, 2001:504) Perhatikan gambar di bawah ini yang menunjukkan bahwa sejumlah air di dalam panci yang dipanaskan, arus konveksi terjadi karena perbedaan kalor. Air di bagian bawah naik karena massa jenisnya berkurang dan digantikan oleh air yang lebih dingin di atasnya. (Giancoli, 2001:504)
Gambar 7. Proses Konveksi
22
c) Perpindahan kalor secara radiasi Perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi memerlukan adanya materi sebagai medium untuk membawa kalor dari daerah yang lebih panas ke daerah yang lebih dingin. Akan tetapi, perpindahan kalor secara radiasi (pancaran) terjadi tanpa medium apapun. (Giancoli, 2001:506) Semua kehidupan di dunia ini bergantung pada transfer energi dari Matahari, dan energi ini ditransfer ke Bumi melalui ruang hampa (hampa udara). Bentuk transfer energi ini dalam bentuk kalor yang dinamakan radiasi, karena suhu Matahari jauh lebih besar (6.000 K) daripada suhu permukaan bumi. Radiasi pada dasarnya terdiri dari gelombang elektromagnetik. (Giancoli, 2001:507) Radiasi dari Matahari terdiri dari cahaya tampak ditambah panjang gelombang lainnya yang tidak bisa dilihat oleh mata, termasuk radiasi inframerah (IR) yang berperan dalam menghangatkan bumi. Gambar 8. Proses Radiasi Kecepatan atau laju radiasi kalor dari sebuah benda sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak (μ ∝ T4) benda tersebut. Sebagai contoh, sebuah benda pada suhu 2.000 K, jika dibandingkan dengan benda lain pada suhu 1.000 K, akan meradiasikan kalor dengan kecepatan 16 (24) kali lipat lebih besar. Kecepatan radiasi juga sebanding dengan luas A dari benda yang memancarkan kalor. Dengan demikian, kecepatan radiasi kalor meninggalkan sumber tiap selang waktu tertentu (Q/Δt ) dirumuskan:
23
Q Q e A T 4 , atau e A T14 T24 t t
Ket: Q = kalor yang dipancarkan benda (J) e = emisivitas bahan/benda σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 W/m2K4) A = luas penampang benda (m2) T1 = suhu mutlak benda (K) T2 = suhu mutlak lingkungan (K) Δt = selang waktu yang diperlukan (s) (Giancoli, 2001:507 ) 1.6 Kajian Penelitian Yang Relevan Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain: 1) Pengaruh penggunaan macromedia flash terhadap motivasi dan prestasi belajar mata diklat las busur manual di SMK Negeri 2 Pengasih. (Taharudin, 2012).
Hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh
penggunaan macromedia flash terhadap motivasi belajar siswa yang mendapatkan mata diklat Las Busur Manual pada praktek pembuatan jalur las posisi bawah tangan di SMK N 2 Pengasih. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan macromedia flash memiliki skor motivasi yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang diberikan pembelajaran secara konvensional. Pada kelas eksperimen rata-rata skor motivasi belajar siswa sebesar 73,53. Sedangkan
24
pada kelas kontrol skor rata-rata lebih rendah yaitu sebesar 68,82. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti menggunakan media pembelajaran pada materi kalor, pada peneliti sebelumnya menggunakan media pembelajaran pada materi Las Busur Manual. Pada pengumpulan data hasil belajar siswa peneliti menggunakan instrumen tes uraian, pada peneliti sebelumnya menggunakan instrumen tes objektif. 2) Pengaruh penerapan metode ceramah plus demonstrasi latihan (CPDL) yang diintegrasikan dengan media animasi flash terhadap hasil belajar siswa pada materi siklus hidrologi. (Kawii A, 2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode CPDL yang diintegrasikan dengan animasi flash dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti menggunakan media pembelajaran pada materi kalor untuk mengetahui minat belajar siswa, pada peneliti sebelumnya menggunakan media pembelajaran pada materi siklus hidrologi untuk mengetahui hasil belajar siswa. 3) Pengembangan media pembelajaran fisika berbasis macromedia flash pada pokok bahasan hukum gerak newton. (Rahayu, 2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa media pembelajaran fisika berbasis macromedia flash untuk sekolah menengah atas kelas X pokok bahasan hukum gerak newton telah memenuhi syarat kelayakan. Hal ini dapat dilihat pada persentase ratarata hasil angket respon siswa yang menunjukkan bahwa rata-rata 99,4 % siswa senang terhadap media pembelajaran fisika menggunakan macromedia
25
flash, 92,3 % siswa menyatakan bahwa pembelajaran fisika dengan menggunakan macromedia flash baru bagi mereka, 96,2 % siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran fisika menggunakan macromedia flash, 96,2 % siswa mengaku menyukai penampilan media pembelajaran fisika yang digunakan dan 94,9 % siswa menyatakan paham dan jelas bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran fisika menggunakan macromedia flash. Perbedaan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
peneliti
adalah
peneliti
menggunakan media pembelajaran pada materi kalor untuk mengetahui minat belajar siswa, pada peneliti sebelumnya menggunakan media pembelajaran pada materi hukum gerak newton. Perbedaan yang lainnya ditinjau dari lokasi penelitian, waktu penelitian dan jumlah sampel penelitian. 1.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan yang signifikan antara minat belajar siswa pada kelas yang penyajian materi menggunakan media berbasis macromedia flash dan pada kelas yang penyajian materi menggunakan media berbasis power point.
26